Tugas 3
Tugas 3
030697844
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Jawab :
Perubahan tetap dan akan terus terjadi, dengan atau tanpa adanya kita. Kesiapan untuk
menghadapi perubahan merupakan pekerjaan besar yang harus dipersiapkan agar kita bisa
bertahan akibat gilasan perubahan. Perubahan itu terjadi di luar dari diri kita dan tidak akan
berkompromi dengan diri kita. Pante rei, menurut filsafat Yunani, segalanya bergerak, segalanya
mengalir, dan segalanya berubah karena perubahan merupakan tanda kehidupan.
Apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut? Haruskah kita
berdiam diri, menunggu, dan akhirnya dilibas oleh perubahan global tersebut? Atau kita
kemudian memberikan reaksi dengan sangat reaktif dan kemudian menantang perubahan tersebut
?
Ketika perubahan itu datang dari luar diri kita dan kemudian kita bersikap reaktif dengannya,
melawannya, bahkan antipati dengan perubahan tersebut, maka kita menjadi bagian orang-orang
yang kalah. Untuk menghadapi perubahan itu kita harus berubah, selalu antisipatif dengan
kemungkinan-kemungkinan baru, dan kreatif menghadapi perubahan. Satu hal konkrit yang bisa
kita lakukan adalah dengan BELAJAR.
Hakikat belajar adalah perubahan, sedangkan manusia yang tidak mau dan mampu lagi untuk
berubah, dia telah mati. Merasa nyaman pada posisi sekarang, terlena pada zona nyaman, dan
merasa tenang dengan kemapanan yang telah didapatkan, innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Ya…,
dia telah MATI (RIP-Rest in Peace).
Belajar menjadi kata kunci dari proses perubahan. Sekarang yang menjadi pertanyaan BESAR
adalah sudahkah kita belajar? Sudahkah kita berubah dengan kita belajar?
Kadang kita sudah merasa cukup belajar dengan hanya menghafal pelajaran, membaca buku-
buku tebal, menghapal rumus-rumus rumit, dan memahami materi-materi yang didapatkan.
Contohnya, selama ini kita hanya belajar tentang manusia, dengan alat Biologi, Sosiologi,
Antropologi, Psikologi, dan logos-logos lainya. Namun kita sering melupakan untuk belajar
melakukan dan belajar menjadi manusia, dengan memahami jati diri kita, kenapa kita ada di
muka bumi ini, kenapa kita diciptakan, dan fitrah seperti apa yang seharusnya kita lakukan. Kita
hanya berkutat mempelajari skenario kehidupan kita, namun kita lupa untuk memainkan peran
dalam skenario kehidupan tersebut.
Sekarang saatnyalah kita membenahi proses belajar kita selama ini. Mari belajar dengan
mengalami apa yang kita pelajari. Karena kita tahu bahwa belajar yang paling berarti adalah
belajar dari pengalaman, sehingga pada akhirnya kita akan bisa menjadi diri kita sendiri setelah
melewati proses pengalaman yang panjang.
Salah satu usaha untuk bisa menghadapi perubahan adalah dengan terus menyempurnakan usaha
untuk menjadi manusia pembelajar. Ciri utama manusia pembelajar adalah selalu memperkaya
kapasitas dirinya, memperbaiki kekurangannya, terbuka terhadap kritik dan masukan orang lain,
dan tidak kolot terhadap perubahan. Dia adalah sosok manusia yang dinamis, selalu
membelajarkan dirinya dan juga mengajak orang-orang di sekelilingnya untuk terus belajar.
Sampai kemudian, ketika manusia-manusia pembelajar telah banyak dan berkumpul dalam
sebuah komunitas, sebuah lembaga, kelompok binaan, ataupun sebuah organisasi, mereka
dengan kesadaran yang luar biasa, berusaha menjadikan komunitas mereka sebagai komunitas
pembelajar. Di manapun dia berada, dia selalu menggelorakan semangat belajar (lifetime
learning). Tidak ada satu kejadianpun yang terlewatkan, melainkan untuk menggali pelajaran
dan hikmah. Setiap hari adalah perbaikan (istimrorul ihsan) untuk menjadi lebih baik dan menuju
kepada kesempurnaan (Kaizen).
ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD
Andrias Harefa menyebutkan tiga tugas utama seorang manusia, yaitu menjadi: manusia
pembelajar, pemimpin sejati dan guru. Bagaimana manusia pembelajar sudah sedikit dipaparkan,
sementara pemimpin sejati merupakan proses yang harus di awali dengan menjadi manusia
pembelajar. Pemimpin sejati adalah orang yang mampu mengorganisiasikan dirinya,
mengorganisasikan sumber-sumber di sekitarnya, dan membimbing orang-orang di sekelilinya
untuk menjadi manusia pembelajar. Setiap orang mempunyai potensi menjadi pemimpin, karena
setiap orang adalah pemimpin, dan dibalik setiap kepemimpinan ada sebuah tanggung jawab,
yang merupakan tolok ukur dari tingkat kedewasaan seseorang. Sementara untuk menjadi
dewasa, seseorang harus BELAJAR.
Sedangkan GURU merupakan tingkatan di mana dia telah mampu menjadikan hari-harinya
menjadi hari yang penuh hikmah, mampu memberikan solusi bagi orang-orang di sekelilingnya,
dari sentuhan tarbiyahnya (pendidikan), telah melahirkan pemimpin-pemimpin sejati yang
mampu menjadikan dirinya sebagai unsur perubahan (agent of change). Seorang guru dalam
proses mendidiknya mampu menjalankan fungsinya sebagai seorang: walid (orang
tua), syaikh (bapak spiritual), ustadz (guru), dan Qoid (pemimpin).
Baik manusia pembelajar, pemimpin sejati, maupun guru mengemban tugas menjadikan
masyarakatnya menjadi masyarakat pembelajar, dan menjadikan lingkungan di mana mereka
beraktivitas sebagai lingkungan pembelajar. Masyarakat pembelajar dimungkinkan akan
terwujud dengan dikembangkannya organisasi pembelajar (Learning organization).
Organisasi pembelajar adalah organisasi yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap
individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas
dirinya. Dia merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola
perubahan itu sendiri (managing change).
Secara kasat mata, kelima komponen tadi ada dalam organisasi manapun, baik organisasi
konvensional maupun organisasi modern yang sudah menerapkan prinsip-prinsip pengembangan
organisasi. Lalu apa bedanya? Mari kita cermati bersama.
Belajar dalam LO merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu
organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan organisasi atau
perusahaan tersebut. Setiap orang yang ada dalam LO didorong untuk mengembangkan diri dan
memperkaya kapasitas dirinya. Setiap individu terlatih dalam skill-skill belajar, learning how: to
do, to learn, to be, to life together. Mereka juga dengan antusiasme yang luar biasa, terus
berusaha menerapkan metode percepatan belajar. Dinamika pembelajaran itu berkembang tidak
hanya pada diri mereka seorang, tapi juga berkembang pada kelompok, bahkan sudah menjadi
budaya organisasi.
Dari sisi Organisasi, organisasi yang mempunyai semangat LO, mereka akan memperjelas visi
organisasi mereka, yang digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, semua
orang menghayati visi tersebut, karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam LO ada
sebuah iklim yang terbentuk yang mendorong individu-individu yang ada untuk berkembang.
Secara struktural, LO adalah organisasi yang ramping, tidak gemuk dengan birokrasi yang
njlimet dan berbelit. Struktur yang ramping memungkinkan orang-orang yang ada dapat
berkoordinasi dengan efektif dan efesien. Dalam pelaksaan program kerja dan kegiatan,
orientasinya bukan pada hasil dan target pencapaian waktu saja, tapi lebih pada proses, terlebih
pada proses pembelajarannya.
Pemberdayaan SDM di LO menjadi bagian yang penting, orang yang ada di dalam organisasi,
maupun orang-orang yang ada di luar organisasi. Tidak ada gap atasan dan bawahan. Hungungan
dengan customer dibina dengan baik.
Knowlegde Management menjadi kebutuhan pokok yang harus dijalankan dengan untuk
memudahkan sirkulasi pengetahuan sehingga bisa berkembang dengan baik. Pengetahuan
dikelola dengan baik, dari bagaimana mendapatkan pengtahuan, menciptakan pengetahuan baru,
menyimpannya, dan kemudian menyebarkan pengatahuan untuk kemudian digunakan.
Dan yang terahir adalah pemanfaatan teknologi, yaitu berupa sistem informasi, belajar
berbasikan teknologi (komputer), sistem kinerja tinggi dengan sistem pendukung. Untuk yang
terakhir ini, masih cukup sulit dikembangkan di negara berkembang.
7. Dialog (Dialogue Generatively)
Dialog adalah suatu bagian yang fundamental dari Organisasi Pembelajar. Dalam arti yang
sederhana, dialog adalah komunikasi. Ini adalah gabungan dari berbagai interaksi dalam
organisasi. Melalui dialog, setiap individu dengan interaktif menggali dan menyelesaikan satu
atau seluruh aspek tindakan yang ada dalam organisasi, bagaimana mereka menerima sistem dan
struktur dari organisasi, apa visi organisasi mereka.
Dialog merupakan bagian yang penting dari Public Learning. Hanya dengan dialog, individu
dapat menggali dengan interaktif berbagai isu yang ada dalam organisasi. Poin penting dari
dialog adalah tidak hanya untuk memahami apa yang terjadi dalam organisasi, bagaimana
individu mendapatkan pengalaman struktur dan proses dalam organisasi, tapi juga untuk
mengarahkan model-model baru, keterbukaan baru, dan tujuan baru untuk mendapatkan tindakan
yang lebih efektif dan pemahaman dan keyakinan yang mendalam.
Pertama, organisasi harus dilihat sebagai satu kesatuan dari seluruh komponen yang ada dalam
organisasi. Melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai keseluruhan yang dinamis
adalah sesuatu yang penting untuk memahami bagaimana organisasi bergerak dan bagaimana
individu-individu dalam organisasi bergerak. Tindakan para manager akan berdampak pada
budaya organisasi, begitu juga tindakan dari beberapa departemen atau bidang dalam organisasi,
akan berdampak pada keseluruhan sistem yang ada pada organisasi. Oleh karena itu, melihat
organisasi sebagai satu keseluruhan yang tak terpisahkan merupakan langkah penting untuk
memahami organisasi.
Kedua, organisasi harus dilihat sebagai sebuah sistem sosial dunia yang dibangun, di mana
proses dan keluaran merupakan hasil dari faktor jaring sosial yang semuanya bergabung dalam
jalan yang membingungkan dan ambigu. Jika sebuah organisasi ingin mengetahui usaha yang
dapat berpengaruh terhadap keluaran, maka perlu adanya pendekatan yang beragam
(multivariative approach) untuk masalah yang dihadapi dan menerima fakta dari beberapa
variabel (komponen) yang berpengaruh walaupun mungkin tidak diperhitungkan sama sekali.
2. Apa karakteristik organisasi belajar di Cianjur?
Jawab :
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu guru di SMP Islam Cendekia Cianjur, tim PQD
( divisi pengembangan mutu ) SICC mengadakan pelatihan untuk semua guru reguler yang
diadakan setiap hari Sabtu, dengan beberapa orang narasumber yang didatangkan dari Dinas
Provinsi Jawa Barat. Semua kegiatan sudah terjadwal dan masing-masing narasumber sudah
mempunyai program dan materi nya masing-masing selama satu tahun pelajaran.
Dengan begitu lengkaplah sudah pembinaan yang disedikan di SMP Islama Cendekia Cianjur,
selain pembinaan rohaniah, berupa pengajian rutin bagi guru, tak lupa peningkatan mutu guru
juga lebih diperhatikan dalam rangka menyiapkan generasi islami, Qur`ani, dan mumpuni.
Begitu juga hari itu, Sabtu, 23 September 2017, semua guru yang tidak berhalangan hadir
mengikuti acara pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu pengajar di lingkungan SMP Islam
Cendekia Cianjur. Adapun kompetensi yang dikembangkan berupa kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial serta kepribadian, adapun kompetensi pedagogik mungkin akan dilaksanakan
secara bertahap.
Acara dilaksanakan di ruang kelas 7 E lantai satu, dimulai pukul 13.00, dengan narasumber
Bapak Tatang, S.Pd. M.pd , seorang Widyaiswara dari dinas pendidikan provinsi jawa Barat.
Beliau salah seorang tim penilai pada kenaikan pangkat pegawai Kabupaten Cianjur, Bekasi dan
Provinsi jawa barat.
Dalam training kali ini, beliau memaparkan tentang Organisasi belajar, paparan disampaikan
secara santai dan penuh canda, “Di jam istirahat setelah makan siang seperti sekarang ini,
biasanya peserta mengantuk, supaya peserta tidak merasa jenuh dan mengantuk, kita santai saja,
dan nikmati saja setiap kegiatan, yang ngantuk mangga silahkan nikmati kantuk nya, “demikian
tukasnya, disambut riang dan tawa oleh peserta yang hadir, dan benar saja, 2 jam mengikuti
acara tersebut, peserta tidak merasa jenuh dan mengantuk, hingga berahirnya acara.
Pemaparan yang beliau sampaikan adalah tentang organisasi belajar, organisasi belajar (learning
organization) adalah sebagai organisasi yang memfasilitasikan pembelajaran bagi anggotanya
dan mentransformasikannya secara sadar dalam konteks organisasi ( pedler dan Dixon 2001)
sedangkan tujuan dari organisasi belajar adalah menjadikan semua individu yang terlibat dalam
organisasi menjadi manusia pembelajar ( belajar bagaimana belajar), melalui SDM yang terus
belajar bagaimana belajar, tujuan (goal) akan dapat dicapai secara efektip dan efisien.
Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang kurikulum, “kurikulum di Indonesia mengalami banyak
sekali perubahan, dimulai dari kurikulum 1976, 1984, KBK, KTSP, dan yang paling baru yaitu
KURTILAS, hal ini wajar saja, karena kurikulum harus fleksibel dan harus mengikuti
perkembangan zaman” tukasnya.
Selain membahas kurikulum, beliau juga membahas metode pembelajaran, intinya bahwa dalam
mengajar di zaman sekarang tidak lagi sama dengan mengajar pada zaman dahulu, yang lebih
banyak menyampaikan pelajaran kepada siswa dengan ceramah, tapi sekarang, sebagai guru kita
merupakan fasilitator yang menjembatani siswa dalam menggali dan mencari sendiri materi yang
akan kita sampaikan, berbagai model pembelajaran pun beliau kupas sedikit secara ringkas,
seperti cooperative learning (CL), CTL, PBl,problem solving dan lain-lain.
Dalam uraiannya, beliau menyampaikan ciri-ciri organisasi belajar diantaranya:
Jawab :
…. a learning organization is “an organization where people continually expand their capacity
to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are
nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how
to learn together (Senge, 1990).
Penekanan atas penggunakan paradigma organisme yang hidup di dalam memahami organisasi
pembelajar menghasilkan suatu pendekatan yang berpusat pada disiplin pemikiran
kesisteman (systems thinking). Secara utuh, hal ini saling terkait dengan empat disiplin lainnya
berupa personal mastery, mental models, team learning, shared vision.
Kondisi Organisasi dan Upaya Transformasi Menjadi Organisasi Pembelajar
Seorang pakar organisasi pembelajar membagi organiasi menjadi empat kelompok berdasarkan
kecenderungannya pada pembelajaran kolektif. Kelompok I, organisasi pembelajar, yaitu
organisasi yang pimpinan dan para staf sama-sama memiliki kemauan dan kemampuan yang
berkembang baik dalam melakukan pembelajaran kolektif.
Kelompok IV, organisasi yang stagnan. Organisasi ditandai oleh ketidakmampuan belajar
kolektif baik di kalangan pimpinan maupun di kalangan staf. Organisasi ini tentu lebih berat
situasinya di dalam menghadapi persaingan yang semakin meningkat.
Pada akhirnya, pemimpin merupakan presedens atau pihak yang sangat menentukan. Mereka
harus mampu menjadi menjalankan tugas-tugas servant ledaership. Mereka bertanggung jawab
untuk mengembangkan suatu kepemimpinan yang menyeluruh (overall leadership). Ketika
setiap individu menerima tanggung jawab sebagai pemimpin di bagiannya masing-masing, maka
organiasi memiliki kekenyalan yang diperlukan untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan
yang senantiasa berubah dengan cepat.