Anda di halaman 1dari 2

Pengembangan Budaya, Seni, dan Iptek Berdasar Ajaran Agama Islam

(6.1.4. Konsep Pengembangan Budaya Islam)

Zakia Fitri ( 1806148611 )

Fakultas Teknik 07

Judul sumber : 1. Buku Ajar MPK Agama Islam

2. Menyelaraskan Agama dan Budaya

Penulis : 1. Drs. Mujilan, M.Ag. dkk.

2. M. Soemadi Wonohito

Data publikasi : 1. ( Jakarta: Midada Rahma Press, 2018 ) cet.2

2. ( Yogyakarta: Kutub, 2005 )

Membicarakan fenomena agama dan system seni budaya adalah sangat menarik karena
adanya hubungan yang erat antara keduanya. Seni budaya dikalangan masyarakat primitive jelas
merupakan ekspresi kepercayaan mereka. Sebagai contohnya ialah seni tari yang dikembangkan
dalam rangka pemujaan dewa, demikian juga seni pahat ataupun seni suara. Seni kaligrafi dan
arsitektur masjid dalam islam merupakan karya seni yang berhubungan dengan wahyu dan
tempat menyembah Allah. Islam sendiri sebagai agama yang memiliki materi ajaran yang
integral dan komprehensif, disamping mengandung ajaran utama sebagai syari’ah, juga
memotivasi umat slam untuk mengembangkan seni budaya islam.

Dalam penyebarannyaa, agama islam tidak pernah memaksa orang lain untuk memasuki
agama kita karena memang tidak ada paksaan dalam beragama. Akan tetapi kebiasaan-kebiasaan
kita sebagai umat islam dalam melaksanakan agama islam dengan baik mampu menjadi daya
tarik yang kuat bagi umat lain dan menimbulkan simpati mereka terhadap agama islam. Salah
satu contohnya ialah budaya mudik umat islam pada hari lebaran. Ini adalah khas budaya islam
Indonesia yang banyak diikuti dan mendapat simpati dari umat lainnya. Dalam pengembangan
budaya, islam tidak menutup kesempatan untuk saling menerima dan memberi dengan prilaku,
adat istiadat yang telah ada dalam masyarakat. Selama hal itu tidak merusak akidah dan akhlak,
kita tidak menutup diri melainkan akan menerima budaya tersebut sebagai bagian dari tata
kehidupan kita. Dalam konsep pengembangan budaya islam ada tujuan dan ketentuan yang
menjadi landasan dan batasan kita dalam mengembangkan budaya islam. Salah satu hal yang
menjadi tujuan pengembangan budaya islam adalah untuk menghapus dan membebaskan umat
dari perilaku syirik, atau melenyapkan budaya-budaya yang dilarang dan bertentangan dengan
agama islam.

Dengan memicu kepada tujuan dari pengembangan budaya islam yakni membebaskan
umat dari perilaku syirik dan hal yang menyimpang lainnya, maka dalam pengembangan budaya
islam terdapat ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan dan menjadi landasan kita dalam
berbudaya. Islam dapat menerima seluruh hasil karya manusia selama hasil cipta manusia
tersebut sejalan dengan ajaran islam. Namun, dibutuhkan perhatian yang dalam
menginterpretasikan ajaran islam dibidang budaya agar disatu sisi tidak menimbulkan kesulitan,
dan disisi lain tidak terjebak dalam persoalan subhat. Dalam konteks ini, Al-Qur’an
memerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan kebajikan, memerintahkan perbuatan ma’ruf
(hal yang dikenal banyak oleh orang sebagai kebaikan) dan mencegah perbuatan mungkar (hal
yang berlawanan dengan kebaikan).

Dalam Firman-Nya Allah memerintahkan umat manusia untuk menegakkan yang ma’ruf, seperti
dalam QS. 9 (Al-Taubah) : 71 yang berarti:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS 9:71).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam pengembangan budaya islam, Islam
sangat menghargai segala bentuk kreasi manusia, termasuk kreasi manusia yang lahir dari
penghayatan rasa manusia terhadap seluruh wujud ini, selama kreasi tersebut sejalan dengan
fitrah kesucian jiwa manusia.

Anda mungkin juga menyukai