Anda di halaman 1dari 5

Jual Beli Jabatan

Zakia Fitri ( 1806148611 )

Fakultas Teknik 07

Sumber :

- https://dalamislam.com/Hukum-Membeli-Jabatan-Dalam-Islam
- https://islam.co/Hukum -Jual-Beli-Jabatan-Dalam-Islam
- Al-Muslim, Abdullah & Shalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Jakarta :
Daerul Haq, 2004

Jual beli umum dijumpai dalam kehidupan manusia. Barang, jasa, bahkan uang pun
menjadi sesuatu yang dapat diperjual belikan. Praktik jual beli saat ini telah meluas tidak sekadar
melingkupi barang dan jasa. Pengaruh kekuasaan dan jabatan pun dapat menjadi sesuatu yang
diperjual belikan. Operasi tertangkap tangannya (OTT) Bupati Klaten oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) belum lama berselang menjadi bukti kasus pertama terkait jual
beli jataban di lingkup pemerintahan daerah. Jabatan memang suatu yang lumrah diinginkan
manusia sebagai bentuk pencapaian eksistensi diri. Menurut Maslow kebutuhan akan eksistensi,
penghargaan diri merupakan salah satu kebutuhan dari manusia. Jabatan sebenarnya adalah
wahana untuk berkontribusi lebih. Dengan wewenang, kekuasaan yang melekat padanya
sejatinya jika digunakan untuk berkontribusi bagi kebermanfaatan orang banyak akan jauh lebih
baik, dibandingkan tujuan lain. Apalagi jika hanya untuk memperkaya diri. Sepertinya tujuan
yang terlalu rendah dalam hidup jika memperoleh jabatan hanya untuk kepentingan memperkaya
diri.

Umat Islam diperintahkan untuk bekerja mencari nafkah dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kita dibolehkan melakukan pekerjaan apapun selama itu halal dan tidak
melanggar aturan syariat. Dalam surat al-Baqarah ayat 188, Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil….”

Maksud ayat ini adalah larangan untuk mencari makan dengan cara yang diharamkan dalam
syariat, seperti mendapatkan makanan dengan cara mencuri dan merampas harta orang lain.
Merujuk pada ayat ini, praktek jual-beli jabatan yang akhir-akhir ini menjadi berita populer di
Indonesia termasuk perbuatan yang diharamkan syariat, karena termasuk bagian dari suap atau
sogok. Suap adalah memberi imbalan atau bayaran tertentu kepada seseorang untuk melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran dan berujung pada kejahatan. Dalam hal ini, suap
selain bertentangan dengan syariat, juga bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Karenanya, orang yang melakukannya akan mendapatkan sanksi dan hukuman.

Rasulullah SAW sangat melarang praktek suap. Dalam sebuah riwayat beliau mengatakan:

“Rasul Saw melaknat penyuap dan penerima suap dalam suatu penghukuman.” (HR:
al-Tirmidzi)

Dalam riwayat yang lain disebutkan Rasul tidak hanya melaknat penyuap dan penerima suap,
tetapi orang yang menjadi perantara di antara keduanya. Rasulullah melarang praktik suap
karena memiliki dampak negatif dan bahaya besar bagi tatanan masyarakat.

Banyak yang rela berlomba lomba untuk mendapat jabatan, seperti hadist Rasulullah berikut
“Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan”. (HR Bukhari)

Islam tidak membenarkan tindakan orang orang yang berusaha meraih suatu jabatan dan
kekuasaan atau umumnya disebut dengan membeli jabatan dengan menghalalkan berbagai cara
hingga melanggar sumber syariat islam Nya, hal tersebut termasuk tipu daya syetan yang
mengajak manusia untuk mencintai dunia di atas segala nya.

Hukum Membeli Jabatan adalah Haram

Allah melarang hamba Nya melakukan berbagai cara hingga mengorbankan syariat
agama demi mendapatkan sebuah jabatan, Allah telah memberikan segala sesuatu yang terbaik di
waktu yang terbaik pula. penyebab diharamkannya perbuatan membeli jabatan menurut islam
adalah sebagai berikut :

 Bukan Perbuatan yang Amanah

Orang yang beriman tentu menginginkan jabatan dengan niat semata karena Allah yaitu
untuk menjadi pemimpin yang amanah, dan mendapatkan jabatannya tersebut dengan cara yang
baik pula sebab ia menyadari jabatan dan segala hal yang berhubungan dengan duniawi hanyalah
titipan Allah semata seperti firman Nya dalam QS At Taghabun ayat 15 berikut “Sesungguhnya
harta dan anak anak mu hanyalah cobaan bagimu”.

 Termasuk Perbuatan Curang

Membeli jabatan juga termasuk perbuatan yang curang sebab seringkali digunakan dengan
tujuan untuk menipu rakyat atau orang orang yang berada dalam kekuasaannya, orang yang
membeli jabatan sama saja telah berkhianat dikarenakan minimnya rasa syukur dalam hatinya
dan menyia nyiakan amanah sehingga perbuatan tersebut akan menghilangkan keberkahan dan
tidak mendapat dari ridho Nya.

 Bentuk Cinta yang berlebihan terhadap Duniawi

“Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan”. (QS Al Fajr : 20). Orang yang
membeli jabatan berarti menginginkan harta atau kekuasaan yang bersifat duniawi, orang
tersebut merasa senang dengan banyaknya uang atau kenikmatan dunia lainnya dan lupa bahwa
jabatan tersebut nantinya akan diminta pertanggung jawabannya di akherat kelak. Allah tidak
meridhoi hamba Nya yang bersikap demikian, “Maka apakah sekiranya kamu berkuasa kamu
akan berbuat kerusakan di  bumi? Mereka itulah orang yang dikutuk Allah”. (QS Muhammad :
22)

 Rasulullah Melarang Umat nya Membeli Jabatan

Rasulullah juga mengharamkan perbuatan membeli jabatan, berikut hadist hadist nya :
Rasulullah pernah didatangi oleh dua orang kaum nya pada jaman terdahulu, mereka menghadap
beliau dan berkata “Ya Rasulullah angkatlah kami sebagai pejabatmu” lalu Rasulullah bersabda
“aku tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan
berambisi untuk mendapatkannya”. (HR Bukhori 7149).

Jelas dari hadist tersebut Rasulullah melarang umat nya meminta jabatan kepada orang
lain sebab orang yang meminta jabatan menunjukkan dirinya berambisi untuk memiliki
kekuasaan. Orang yang berambisi untuk sesuatu yang bersifat duniawi tentu tidak meniatkan
segala urusannya karena Allah, hal tersebut membuat seseorang mudah terpengaruh dengan tipu
daya syetan seperti menimbulkan rasa sombong dan sifat rakus atau tamak. Sehingga akan
menuju pada perbuatan perbuatan maksiat yang lainnya.

Dalam hadist lain, Rasulullah pernah memberi nasehat pada Abdurrahman bin Samurah,
“Wahai Abdurrahman janganlah engkau meminta jabatan pemerintahan sebab sepenuhnya
akan dibebankan kepadamu. Namun apabila jabatan tersebut diberikan bukan karena
permintaan mu engkau akan dibantu dalam melaksanakannya”. (HR Bukhori 7174)

Orang yang membeli jabatan, dalam perjalanannya menjalankan jabatan tersebut tidak
mendapat kemudahan dan keberkahan dari Allah, setiap orang yang terlibat di dalamnya akan
mendapat laknat Allah, mendapat kerugian baik berupa rejeki yang haram atau tidak adanya
ketenangan hati, serta menjadi sebab dilakukannya berbagai perbuatan maksiat.

Jika jabatan diperoleh dengan jalan batil, melalui suap sana dan sini, maka jalan yang
ditempuh pun penuh kebatilan. Korupsi menjadi jalan pintas, demi mengembalikan uang yang
sudah disetorkan demi memperoleh jabatan itu. Suap jual beli jabatan dan korupsi seperti teknik
percampuran bahan semen dan pasir seperti dikenal di dunia kontruksi. Jika kematian
menghampiri, maka tidak ada satu pun harta, jabatan, kedudukan yang akan melindungi atau
menghindarkan kita dari kedatangan malaikat maut. Malaikat maut tidak bisa disuap atau tidak
akan korupsi waktu sedetik pun untuk melaksanakan tugasnya. Dan yang akan menyelamatkan
kita kelak di alam baka bukanlah jabatan, harta, atau prestise kedudukan, tetapi amalan kebaikan
yang dikumpulkan selama di dunia. Bukan berarti uang, dan jabatan itu tidak penting. Tetapi
tidak semua kepentingan dapat dilakukan menggunakan uang.

Anda mungkin juga menyukai