Anda di halaman 1dari 44

Kelompok 3:

Cut Meutia Safitri 2004019002


Hatfina Farihah 2004019009
Definisi
Pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam
istilah kerusakan tersebut.
Berdasarkan Durasi:
1. Nyeri kronik (nyeri kanker dan nyeri non kanker)
2. Nyeri akut (<3-6 bulan), contohnya: trauma, pasca operasi,
melahirkan

Berdasarkan Asal:
1. Nosiseptif
2. Nyeri perifer/somatic-kulit, tulang, sendi, nyeri terlokalisasi
3. Nyeri viseral: dari organ internal, cthnya: seperti usus, pankreas, lebih
dalam-lebih sulit dilokalisasi
4. Neuropatik

Berdasarkan intensitasnya : Ringan, Sedang, Berat


• Nyeri patofisiologis (misalnya, neuralgia postherpetik,
neuropati diabetik, fibromialgia, sindrom iritasi usus besar,
sakit kepala kronis, dan beberapa nyeri dada nonkardiak)
sering dijelaskan dalam istilah nyeri kronis.

• Ini hasil dari kerusakan atau fungsi abnormal saraf di SSP atau
SST. Sirkuit nyeri terkadang memperbaiki dirinya sendiri secara
anatomis dan biokimia.
• Umum
Pasien mungkin mengalami stress akut atau tidak menunjukkan
penderitaan yang nyata
• Gejala

Nyeri akut: bisa tajam atau tumpul, Nyeri kronis: dapat muncul dengan
terbakar, seperti guncangan, cara yang sama dan sering terjadi
kesemutan, intensitasnya berfluktasi, tanpa hubungan temporal dengan
lokasi bervariasi dan terjadi dalam rangsangan berbahaya. Seiring
hubungan temporal dengan stimulus waktu, presentasi nyeri kronis bisa
berbahaya yang jelas berubah
• Tanda

Nyeri akut dapat menyebabkan


hipertensi, takikardi diafrosis, Nyeri kronis, pada nyeri kronis
midriasis dan pucat. Tanda-tanda ini seringkali tidak ada tanda yang
jarang ditemukan pada nyeri kronis, nyata, dan hasil pengobatan
pada nyeri akut pengobatan seringkali tidak dapat diprediksi
umumnya dapat diprediksi

Nyeri neuropatik seringkali kronis, tidak dijelaskan dengan baik, dan


tidak mudah diobati dengan analgesik konvensional. Mungkin ada
respon nyeri yang belebihan terhadap rangsangan yang biasanya
berbahaya atau tanggapan nyeri terhadap rangsangan yang
biasanya tidak berbahaya
Nyeri selalu subjektif, dengan
Deskripsi dasar nyeri dapat
demikian nyeri paling baik
diperoleh dengan menilai
didiagnosis berdasarkan
karakterisik PQRST (faktor paliatif
deskripsi pasien, riwayat dan
dan provokatif, kualitas, radiasi,
pemeriksaan fisik.
keparahan, dan faktor temporal).

Faktor mental dapat menurunkan


ambang nyeri (misal: kecemasan,
Faktor perilaku, kognitif, sosial, dan
depresi, kelelahan, kemarahan,
budaya juga dapat mempengaruhi
dan ketakutan)
pengalaman nyeri.
Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan rasa sakit,
memaksimalkan fungsi dan memberikan kenyamanan & kualitas hidup
yang wajar dengan dosis analgesik efektif terendah. Dengan nyeri kronis,
tujuannya mungkin termasuk rehabilitasi dan resolusi masalah psikososial
• terapi stimulasi: TENS
(transcutaneous electrical
nerve stimulation) untuk Terapi non farmakologi
nyeri akut dan kronik
misalnya pada
pembedahan, traumatik,
neuropati Analgesik: opiat dan non opiat
Terapi
• psikologi misalnya farmakologi
relaksasi

Prinsip pengobatan nyeri harus dimulai dari analgesik yang paling ringan
sampai ke analgesik yang paling kuat
Analgesik yang digunakan dimulai dari analgesik yang efektif dengan efek
samping ringan.

No Zat Aktif Sediaan Nama Dagang


1 Paracetamol 500 mg tab, 1 gram infus Sanmol, tempra, Panadol
Obat
2 Asam Asetilsalisilat/Aspirin 500 mg Aspirin analgesik non
opiat yang
3 Ketorolac 10 mg tab Torasic, Latorec tersedia di
Indonesia
4 Asam mefenamat 500 mg tab Ponstan

5 Natrium diklofenak 25 mg, 50 mg tab, salep Voltaren

6 Ibuprofen 200 mg, 400 mg tab, Proris


syrup, suppos
7 Ketoprofen Tab, suppos Pronalges

8 Celecoxib kap 100 mg, 200 mg Celebrex


Adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid didalam
sel tubuh

Obat analgesik yg tersedia di Indonesia

No Zat Aktif Sediaan Nama Dagang

1 Morfin 10 mg injeksi

2 Kodein Tablet 10mg, 15mg, 20mg

3 Fentanyl Injeksi 100mcg/2ml,


500mcg/10ml

4 Metadon Sirup 1 mg/ml

5 Tramadol 50 mg tab, injeksi, suppos Tramal


Headache,
Migraine
Headache

Primary Secondary
Sakit kepala akibat penyakit
serius yang mendasari atau
kondisi lain.
MIGRAINE

Sakit kepala primer berulang dengan intensitas sedang sampai berat,


mengganggu fungsi normal dan berkaitan dengan gejala
gastrointestinal (GI), neurologis, dan otonom. Pada migraine dengan
aura, gejala neurologis fokal mendahului atau menyertai serangan.

Aura adalah sensory experience yang mendahului sakit kepala.


-01-
Patophysiology
 Activation of trigeminal sensory nerves triggers the release of vasoactive neuropeptides, including
calcitonin gene-related peptide, neurokinin A, and substance P from perivascular axons. Vasodilation
of dural blood vessels may occur with extravasation of dural plasma resulting in inflammation.

 Twin studies suggest 50% heritability of migraine, with a multifactorial polygenic basis. Migraine
triggers may be modulators of the genetic set point that predisposes to migraine headache.

 Specific populations of serotonin (5-HT) receptors appear to be involved in the pathophysiology and
treatment of migraine headache. Ergot alkaloids and triptan derivatives are agonists of vascular and
neuronal 5-HT1 receptors, resulting in vasoconstriction and inhibition of vasoactive neuropeptide
release.
-02-
Clinical
Presentation and
Diagnosis
● Sakit kepala migraine ditandai dengan nyeri kepala berdenyut yang berulang, seringkali unilateral.

● Sekita 12%-79% penderita migraine memiliki gejala dalam beberapa jam atau hari sebelum timbulnya sakit kepala.
Gejala neurologis (fonofobia, fotofobia, hiperosmia, dan kesulitan berkonsentrasi) adalah yang paling umum. Gejala
psikologis (kecemasan, depresi, euphoria, lekas marah, mengantuk, hiperaktif dan gelisah), otonom (misalnya polyuria,
diare, dan sembelit), dan gejala konstitusional (misalnya leher kaku, sering menguap, haus) juga dapat terjadi.

● Aura migrain dialami oleh sekitar 25% penderita migrain. Aura berkembang selama 5 hingga 20 menit dan
berlangsung kurang dari 60 menit. Sakit kepala biasanya terjadi dalam 60 menit setelah aura berakhir. Aura visual
dapat mencakup fitur positif (misalnya kilau, fotopsia, teichopsia, dan spektrum fortifikasi) dan fitur negatif (misalnya
skotoma dan hemianopsia). Gejala sensorik dan motorik seperti parestesia atau mati rasa pada lengan dan wajah,
disfasia atau afasia, kelemahan, dan hemiparesis juga dapat terjadi.
● Sakit kepala migrain bisa terjadi kapan saja tapi biasanya terjadi di pagi hari. Nyeri biasanya timbul secara bertahap,
memuncak dalam intensitas selama beberapa menit hingga beberapa jam dan berlangsung selama 4 hingga 72 jam.
Sakit kepala biasanya unilateral dan berdenyut dengan gejala GI (misalnya mual dan muntah) hampir selalu
menyertai sakit kepala. Gejala sistemik lainnya termasuk anoreksia, sembelit, diare, kram perut, hidung tersumbat,
penglihatan kabur, diaphoresis, pucat wajah, atau periorbital edema. Hiperakuitas sensorik (fotofobia, fonofobia,
atau osmofobia) sering terjadi. Banyak pasien mencari tempat yang gelap dan tenang.

● Setelah nyeri kepala berkurang, fase resolusi ditandai dengan kelelahan, malaise, dan iritabilitas terjadi.

● Neuroimaging harus dipertimbangkan pada pasien dengan neurologis abnormal yang tidak dapat dijelaskan
pemeriksaan atau riwayat sakit kepala atipikal.
-03-
Treatment
Goals of Treatment

Tujuannya adalah untuk meredakan sakit kepala dengan cepat dan konsisten, serta
meminimalkan efek samping dan gejala berulang kembali, dan tekanan emosional, sehingga
memungkinkan pasien untuk melanjutkan aktivitas normal sehari-hari. Idealnya, pasien harus
dapat menangani sakit kepala mereka secara efektif tanpa kunjungan ke unit gawat darurat
atau ke dokter.
Nonpharmacologic Treatment

01 Apply ice to the head and recommends periods of rest or sleep,


usually in a dark, quiet environment.

02 Identify and avoid triggers of migraine attacks

03 Behavioural interventions (relaxation therapy, biofeedback, and cognitive therapy) may


help patients who prefer nondrug therapy or when drug therapy is ineffective.
Pharmacologic Treatment
Pengobatan awal dengan antiemetik (mis., Metoclopramide, klorpromazin, atau proklorperazin) 15
hingga 30 menit sebelum pengobatan migrain oral atau nonoral (rektal supositoria, semprotan
hidung, atau suntikan) mungkin disarankan jika mual dan muntah parah. Selain efek
antiemetiknya, metoclopramide membantu membalikkan gastroparesis dan meningkatkan
penyerapan obat oral.

Penggunaan obat migrain akut yang sering atau berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
frekuensi sakit kepala dan konsumsi obat yang dikenal sebagai medication-overuse headache
(sakit kepala akibat penggunaan obat-obatan). Hal ini umumnya terjadi dengan penggunaan
berlebihan analgesik sederhana atau kombinasi, opiat, ergotamin tartrat, dan triptan. Batasi
penggunaan terapi migrain akut hingga 2 atau 3 hari seminggu.
Analgesics and
NSAIDs
Simple analgesics and nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) are firstline treatments for mild
to moderate migraine attacks; some severe attacks are also responsive. Aspirin, diclofenac, ibuprofen,
ketorolac, naproxen sodium, tolfenamic acid, and the combination of acetaminophen plus aspirin and
caffeine are effective.
NSAIDs appear to prevent neurogenically mediated inflammation in the trigeminovascular
system by inhibiting prostaglandin synthesis.

Ergot Alkaloid and Ergot alkaloids are useful for moderate to severe migraine attacks. They are

Derivatives nonselective 5HT1 receptor agonists that constrict intracranial blood vessels
and inhibit the development of neurogenic inflammation in the
trigeminovascular system. Venous and arterial constriction occurs. They also
have activity at dopaminergic receptors.
Serotonin Receptor
Agonists (Triptans)
The triptans are appropriate first-line therapies for patients with mild to severe migraine or as rescue
therapy when nonspecific medications are ineffective.
They are selective agonists of the 5HT1B and 5HT1D receptors. Relief of migraine headache results from
(1) normalization of dilated intracranial arteries, (2) inhibition of vasoactive peptide release, and (3)
inhibition of transmission through second-order neurons ascending to the thalamus.

Reserve opioids and derivatives (eg, meperidine, butorphanol,


Opioids oxycodone, and hydromorphone) for patients with moderate to
severe infrequent headaches in whom conventional therapies are
contraindicated or as rescue medication after failure to respond
to conventional therapies. Closely supervise opioid therapy.
Pharmacologic Prophylaxis of Migraine

Prophylactic therapies are administered daily to reduce the frequency, severity,


and duration of attacks, and to increase responsiveness to acute therapies.

Pertimbangkan profilaksis dalam pengaturan migrain berulang yang menghasilkan kecacatan yang signifikan;
serangan yang sering membutuhkan pengobatan simptomatik lebih dari dua kali seminggu; terapi
simtomatik yang tidak efektif, kontraindikasi, atau menghasilkan efek samping yang serius; varian migrain
yang tidak umum yang menyebabkan gangguan berat atau risiko cedera neurologis; dan preferensi pasien
untuk membatasi jumlah serangan.

Lanjutkan profilaksis setidaknya selama 6 sampai 12 bulan setelah frekuensi dan keparahan sakit kepala
berkurang, dan kemudian lakukan pengurangan atau penghentian secara bertahap.
Obat yang tersedia di Indonesia
No. Nama Obat Sediaan Nama Dagang
1. Ergotamin dan Caffeine Tablet (1 mg/100 mg) Ericaf

2. Paracetamol Tablet 500 mg Sanmol, Tempra

3. Asam Asetilsalisilat/Aspirin Tablet 500 mg Aspirin

4. Ibuprofen Tablet 200 mg, 400 mg Proris

5. Sumatriptan Kaplet 100 mg Triptagic

6. Metoclopramide Tablet 5 mg&10 mg, Primperan, Sotatic


injeksi 5 mg/ml
7. Diclofenac Tablet 25 mg, 50 mg Cataflam, Voltaren
Daftar Pustaka

-01- DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L., DiPiro C.V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill
Education.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai