Proposal
Proposal
STUDI KASUS
Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam berdarah dengue muncul sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga mengakibatkan kepanikan di masyarakat karena berisiko
meyebabkan kematian serta penyebarannya sangat cepat. Angka kejadian demam berdarah
terus meningkat dari 21.092 (tahun 2015) menjadi 25.336 orang (tahun 2016) (Dinkesprov
Jawa Timur, 2017).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari
4virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama Aedes aegeypti dan Aedes
albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di antaranya kepulauan Indonesia
hingga bagian utara Australia (vyas,2013).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD yaitu faktor
host, lingkungan terdiri atas kondisi geografi (cuaca dan iklim) dan kondisi demografi (kepadatan
penduduk, mobilitas, perilaku masyarakat dan sosial ekonomi penduduk), dan agent (Ariati dan
Athena, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah pada latrar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah pada Studi
Kasus ini yaitu “Bagaimana tinjauan mengenai penyakit Dengue Hemorrhagic Fever baik dari
segi pengertian ,klasifikasi etiologis , epidemiologfi, gambaran klinis laboratorium, patofisiologis,
diagnosa,
C. Tujuan
Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui tinjauan mengenai penyakit Dengue Hemorrhagic
Fever baik dari segi pengertian, klasifikasi etiologis, epidemiologi,gambaran
klinis,patofisiologi,diagnosa,dan kimplikasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Epidemiologi
Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan
mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke
dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama
masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat
adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
2. Patogenesis
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus de-
ngue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah,
nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Beberapa penelitian menunjukkan,
sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan
menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan
membentuk komponen perantara dan komponen struktur virus. Setelah komponen
struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.Infeksi ini menimbulkan reaksi
immunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective
terhadap serotipe virus lainnya.Secara invitro, antobodi terhadap virus dengue
mempunyai 4 fungsi biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis komplemen, antibody
dependent cell-mediated cytotoxity (ADCC) dan ADE.33 Berdasarkan perannya,
terdiri dari antobodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe
spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising serotype
yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi yang berperan
dalam pathogenesis DBD dan DSS.
3. Patofisiologi
Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk
Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang
mengalami viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus
dengue akan bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses
replikasi ini tidak memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian,
serangga ini akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit
manusia lainnya.
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran
darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi
leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang. Sel-
sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.
4. Gejala Utama
Demam dengue digambarkan dengan karakter demam tinggi, sakit kepala
parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, gangguan pernafasan, muntah,
nodus limpa membengkak. Beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak
menimbulkan gejala seperti ini, dan mungkin beberapa orang hanya menampakkan
gejala ringan seperti demam, dan anak kecil barangkali menampakkan penyakit
demam tidak spesifik tapi ringan dengan ruam. Gejala dari infeksi pertama biasanya
ringan. Setelah sembuh, kekebalan tubuh akan terbentuk selamanya dalam
menghadapi serotipe virus dengue. Meski demikian, kekebalan silang dengan tiga
jenis serotipe yang lain setelah masa penyembuhan hanya lah bersifat sementara dan
sebagian saja. Infeksi berikutnya yang terjadi dengan serotipe lain dari virus dengue
akan cenderung menyebabkan terjadinya dengue parah. Dengue parah adalah demam
parah yang berpotensi menyebabkan komplikasi. Awalnya, ini menunjukkan gejala
demam yang tinggi, biasanya berlangsung 2 – 7 haru dan bisa mencapai suhu 40 – 41
°C, muka memerah, dan gejala tidak sepesifik lain dari dengue parah. Kemudian ,
mungkin terjadi tanda peringantan seperti sakit perut, terus terusan muntah, nafas
kencang, kelelahan, gelisah, dan adanya efek akibat dari perdarahan seperti kulit
memar, hidung berdarah, dan mungkin terjadi perdarahan internal. Di dalam kasus
dengue parah, ini bisa mengakibatkan kegagalan sirkulasi darah, shok dan
meninggal.
5. Cara Penularan
F. Metode Penelitian
1. Tes NS1
Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan pengobatan lebih awal dan
mencegah komplikasi yang timbul jika terlalu lama dibiarkan.
2. IgM ELISA
Biasanya IgM akan muncul terlebih dahulu sekitar 7-10 hari setelah tubuh
terkena virus dengue. Kemudia, kadar IgMdalam darah akan terus naik
dalam beberapa minggu dan menurun secara
G. Subjek Penelitian
I. Penutup
1. Kesimpulan
Pembelajaran di dunia kerja dan industri adalah suatu strategi yang memberi peluang
kepada peserta mengalami proses belajar melalui bekerja langsung pada pekerjaan
sesungguhnya. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) penulis dapat merasakan
bagaimana melaksanakan praktek langsung dilingkungan dunia kerja yang langsung
dibimbing oleh pihak perusahaan. Setelah melaksanakan kegiatan Prakerin ini, sangat
banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan. Jika disekolah penulis
diajarkan bermacam – macam teori kejuruan, maka ketika Praktek Kerja Lapangan
(PKL), teori itu akan digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan suatu kegiatan
(Praktek). PKL bisa disebut sebagai pelengkap dan proses pematangan atau pemantapan
kelak saat sudah berkecimpung dalam dunia kerja.
2. Saran – Saran
Saran untuk RS. Permata Bekasi
Lebih ditingkatkan lagi dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai upaya
mencegah terjadinya kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK) dari potensi
(SOP) agar terjaganya kualitas, keakurasian, dan kepreparasian dari setiap pemeriksaan
Diharapkan agar bimbingan diberikan kepada setiap siswa sehingga mempunyai jadwal
khusus, mengingat pentingnya nasehat atau pembekalan bagi siswa yang melaksanakan
Prakerin. Penerapan disiplin diharapkan lebih ditingkatkan, karena sangat menunjang dalam
pelaksanaan Prakerin di industri yang memiliki kedisiplinan tinggi.