Disusun
O
L
E
H
Nama: Avila Advensia Sidabutar
Kelas: IX-1
A.Representatif
1. Naturalisme
Lukisan ini menggambarkan keindahan pantai flores dengan apa adanya dalam
sudut pandang istimewa. Basuki Abdullah mengambil seluruh bagian alam yang ada
di pantai secara rakus namun dalam cara indah. Pohon-pohon meliuk ke sana-
kemari menjadikannya figur kuat untuk menyokong pemandangan lain. Bukit
dijejerkan dan digambarkan dari bagian yang paling dekat yang sangat hijau
kemudian terus menjauh dan memudar hingga menjadi kebiruan yang bermakna
megahnya langit biru yang diselimuti awan putih. Ombak digambarkan dengan cara
kuat namun tetap lembut dan anggun.
Karya ini dilukis pada masa mudanya dengan latar belakang politik dan perang
negaranya sedang kisruh. Ia memilih untuk menciptakan lukisan tersebut yang
berdasarkan mentrafers apa yang dilihatnya sejujur mungkin di atas kanvas.Lukisan
ini menunjukkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang akurat dan jujur,
tampak pada rincian dari pepohonan dan langit yang sangat mendetail.Ia
menampilkan pemandangan di sekitar rumahnya itu dengan apik tanpa melebih-
lebihkannya.
Lukisan itu berdasar kepada fakta-fakta penguburan nyata dan menghindari konotasi
spiritual yang dilebih-lebihkan. Courbet memberikan penekanan pergantian cahaya
pada lukisan untuk menekankan bahwa kehidupan itu titik abadi.Tenggelamnya
matahari dapat menjadi simbol untuk transisi besar dari ketidakadilan manusia
menuju keabadian alam sana. Karena pada masa itu melukiskan tema kematian
lazimnya adalah dengan menggunakan Alegori dari riwayat manusia dan kisah yang
terdapat pada Alkitab.
3. Romantisme
Lukisan ini adalah salah satu contoh sejarah yang dilukiskan oleh Fransisco
Goya.Goya mengabadikan peristiwa tersebut dengan lukisan yang mereka adegan
tanpa menyaksikan secara langsung menggunakan imajinasinya sehingga
mempresentasikannya dengan cara yang dramatis melalui adegan peperangan yang
sengit.
B.Deformatif
1. Impresionisme
Lukisan ini merupakan salah satu lukisan dari seri pemandangan halaman rumahnya
yang dibuat sekitar 1890. Monet melukiskan pemandangan yang sama seperti ini
pada berbagai waktu. Monet berhasil mencitrakan pemandangan air pada lukisan
ini. Refleksi dibuat dengan indikasi-indikasi semi abstrak namun bekerja sangat
efektif.
Sapuan kuas dengan marka yang kontras dalam sekejap mengundang mata kita
untuk memperhatikannya. Beliau membuat lukisan ini seakan menjadi kamera yang
spontan dan menangkap momen seorang ayah dan anaknya yang sedang
menikmati waktu bersama. Suasana juga sangat terbentuk dengan baik dan
memberikan pencitraan yang menyenangkan di lokasi yang tampak seperti taman
sederhana dekat rumahnya.
Karya ini identik dengan adegan hujan manusia, dimana semua orang hampir identik
satu sama lain dan mengenakan baju yang sama serta topi bowler. Ia ingin
menunjukkan garis batas antar individualitas dan sosiasi atau kelompok telah hilang
dan kabur di masa modern. Kebebasan individu telah hilang, padahal hal itu
merupakan salah satu dasar dari hak asasi manusia untuk mengekspresikan dirinya
sendiri sebagaimana ia mau.
Lukisan ini menghadirkan sosok manusia dan rusa yang merupakan potret lukisan
wajahnya sendiri. Ia memposisikan dirinya menjadi makhluk yang tidak berdaya dan
terluka akibat dari anak panah yang menancap di sekujur tubuhnya. Kahlo ingin
menegaskan bahwa dia masih hidup, namun panah yang telah menancap di seluruh
tubuhnya perlahan akan membunuhnya. Makhluk itu tampak mengenakan anting-
anting mutiara, seolah-olah menyoroti keinginannya untuk menjadi wanita biasa
lainnya yang mungkin dapat hidup lama tanpa mengidap penyakit yang dideritanya.
Kahlo tidak menggambarkan dirinya sebagai rusa jantan, menunjukkan keadaan
dunia seni yang selalu dikuasai oleh kaum pria.
3. Kubisme
Makna lukisan ini tidak jelas dan dibiarkan terbuka lebar untuk ditafsirkan. Guernica
adalah kota kecil di Spanyol Utara yang menjadi sasaran latihan pemboman oleh
Luftwaffe. Melihat kebiasaan Picasso yang sering menggunakan tanda metafor,
kemungkinan besar lukisan ini menampilkan simbol seperti tank, pesawat tempur,
dan lainnya. Alih-alih lukisan ini menggambarkan kekalahan. Sosok terlentang di
lukisan ini tampak seperti mayat di bingkai oleh korban yang masih hibut namun
terluka parah dan kesakitan. Sosok di sebelah kiri adalah seorang ibu yang
menggendong bayi yang tampaknya telah meninggal.
4. Ekspresionisme
The Scream adalah potret dirinya sendiri yang sedang berjalan bersama kedua
temannya di trotoar yang menghadap ke Kota Oslo. “Lalu aku mendengar jeritan
yang sangat keras,jeritan alam yang tak terbatas.” Kekaburan aliran yang dihasilkan
oleh Munch pada lukisan ini merupakan salah satu kelebihan yang selalu diutarakan
oleh para kritikus seni.
Lukisan ini meletakkan fokusnya pada wajah sosok laki-laki tua yang merupakan
dirinya sendiri. Lukisan ini menggambarkan sang seniman, dalam suasana hati yang
spiritual dan emosional(bukan marah). Subjeknya adalah cerminan diri yang sudah
tua karena memiliki rambut putih dan kepala hampir botak. Potret tampak sedang
menghisap pipa tembakau yang bisa jadi menunjukkan dirinya tak muda lagi. Ia
masih menunjukkan gairah estetis yang membara pada masa tuanya.
Beliau sering menamai lukisannya dengan nomor (angka) karena terkesan netral
dan membiarkan para penikmat lukisan untuk memberikan gambaran atau presepsi
sendiri sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
Itu adalah lukisan utama pertama Frankenthaler. Yang dilukiskan pada 23 tahun dan
terinspirasi oleh pemandangan Nova Scotia setelah perjalanan baru-baru di sana. Ia
melukiskannya ke kanvas tanpa pelapis yang ia letakkan di lantai. Tak ada makna
khusus untuk lukisannya ini namun dia berhasil menciptakan teknik lukis yaitu:
”Teknik rendam-noda”.
2. Formalisme
Menampilkan pilihan warna yang memungkinkan latar belakang dan latar depan
pada dasarnya menyatu. Setengah bagian atas karya ini seluruhnya biru meskipun
nada warnanya berbeda-beda. Meskipun begitu, makna dari lukisan ini hanyalah
ketenangan yang disimbolkan dengan warna biru.