ABSTRAK
Kesegaran ikan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keseluruhan
mutu daripada suatu produk perikanan. K-value dan ORP merupakan salah satu metode
penentu kesegaran secara kimia dan fisiko kimia. Kecepatan ikan membusuk terutama
dipengaruhi suhu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan K-value dan ORP
serta pola perubahannya pada penyimpanan suhu rendah (+ 110C) menggunakan refrigerator
dari Ikan Cakalang.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan FPIK Universitas
Diponegoro Semarang dan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta.
Materi yang digunakan dalam penelitian adalah Ikan Cakalang segar. Metode penelitian
adalah eksperimental laboratorisyang bersifat deskriptif eksploratif. Penentuan K-value
menggunakan metode Ion Exchange Chromatografi yang dibaca dengan spektrofotometri.
Oksidasi Reduksi Potensial (ORP) diukur berdasar metode Okouchi et al ( 1965 ) dengan
menggunakan elektrometer (pH meter TPX 90I) dimana memiliki dua elektrode yaitu
elektroda platinum untuk mengukur ORP dan elektroda glass untuk mengukur pH.
Hasil penelitian menunjukkan K-value awal pada penyimpanan suhu rendah (+ 110C)
Ikan Cakalang 21.90 % . K-value Ikan Cakalang turun pada hari ke-10 yaitu dari 51,58 %
menjadi 43,73 %. Pada penyimpanan suhu rendah nilai ORP Ikan Cakalang naik dari kondisi
awal yaitu 0.22 Volt menjadi 0,25 dan 0,26 volt pada penyimpanan hari ke-2 dan ke-3
kemudian turun menjadi 0,24 hingga – 0,23 volt pada hari ke-10. Nilai ORP negatif dicapai
Ikan Cakalang pada hari ke-8. Nilai pH Ikan Cakalang di bawah netral (7) pada semua
pengukuran. Pada penyimpanan suhu rendah Ikan Cakalang mempunyai pH awal 5,8 dan pH
akhir 6,42. Pola Hubungan K-value dan ORP pada penyimpanan suhu rendah ORP naik
kemudian turun bersamaan dengan kenaikan K-value.
Kata kunci : Suhu penyimpanan, K-value, ORP, Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
∗
Staf Pengajar FPIK Universitas Diponegoro
1
Nelayan Rembang dengan alat tangkap Ikan Cakalang diperoleh dari pasar
jaring insang. kobong Semarang setelah 24 jam
pendaratan dengan penanganan ikan
Metode Penelitian dimasukkan ke dalam box polyetilen penuh
dengan es untuk menjaga kesegarannya.
Metode yang digunakan dalam
Perbandingan es dan ikan adalah 1:3. Tabel
penelitian ini adalah eksperimental
1 berikut ini menunjukkan nilai
laboratoris yang bersifat deskriptif
organoleptik Ikan Cakalang segar.
eksploratif. Penentuan K-value
menggunakan metode Ion Exchange
Column Chromatografi yang dibaca
dengan spektrofotometri. Oksidasi Reduksi
Ima Wijayanti, Fronthea Swastawati, Tri Winarni Agustini, Pola Perubahan K-VALUE dan ORP … 4
Analisa K-value
Berdasarkan tabel 1 dan hasil
perhitungan selang kepercayaan, diketahui K-value merupakan metode
bahwa mutu bahan baku (Ikan Cakalang) pengukur kesegaran yang menunjukkan
berdasarkan uji organoleptik masih layak ratio antara Inosine dan Hipoksantine dan
dikonsumsi atau masih segar. Nilai rata- jumlah total ATP related compound (ATP
rata mutu organoleptik Ikan Cakalang 7,91 ADP+AMP+IMP+Inosine+Hipoksantine)
dengan selang kepercayaan 7,54 ≤ µ ≤ (Huss, 1988). K-value berbeda antar
8,28 dengan spesifikasi mata cerah, bola spesies dan dalam satu spesies bervariasi
mata rata, kornea jernih dengan insang tergantung pada jenis kelamin, metode
merah kurang cemerlang tanpa lendir ; penangkapan, cara ikan tersebut mati dan
lapisan lendir pada permukaan badan perbedaan musim (Henehan et al., 1997).
jernih, transparan, mengkilat belum ada Pada penelitian ini K-value Ikan
perubahan warna; bau segar, bau rumput Cakalang diukur selama 10 hari
laut mulai hilang; dengan konsistensi penyimpanan dengan interval pengukuran
padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit setiap hari sekali. Perubahan nilai K-value
menyobek daging dari tulang belakang. selama 10 hari penyimpanan dapat dilihat
Nilai tersebut sudah memenuhi nilai pada tabel 3.
minimum ikan segar menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) yaitu lebih dari
7,0. (Dirjen Perikanan, 1995).
Dari pengamatan awal K-value paling besar yaitu 7,59 % dan hari ke-7
menunjukkan bahwa Ikan Cakalang masih naik 6,56 % kemudian naik lebih perlahan
segar namun tidak layak untuk dikonsumsi pada hari ke-8 dan 9. Pada saat K-value
mentah atau sebagai bahan baku “sushi” di ikan mencapai 51.58 % sudah mulai terjadi
Jepang. Sebagaimana dinyatakan Ehira dan kebusukan, nilai tersebut mendekati nilai
Uchiyama (1986) K-value ikan Tuna yang K-value Yellowtail dengan perlakuan suhu
sangat baik untuk kualitas sushi adalah penyimpanan 2 + 20C yang disimpan
18,7+4 %. K-value Ikan Cakalang tersebut selama 18 hari mencapai K-value 50 %
menunjukkan K-value ikan dipusat menunjukkan adanya pembusukan dengan
pendaratan. Seperti dilaporkan Murniyati disertai bau tengik (Murata and Sakaguchi,
dan Sunarman (2000) rata-rata daging ikan 1986). Pada hari ke-10, K-value Ikan
di pusat pendaratan mempunyai K-value + Cakalang turun dengan penurunan 7,85%.
22,5. Nilai awal K-value Ikan Cakalang Grafik perubahan K-value Ikan Cakalang
21.90 + 1,63 % mengalami kenaikan yang disimpan pada suhu rendah dapat
perlahan sampai hari ke-5 dengan kenaikan dilihat pada gambar 1.
antara 0,82-2,3 %. Pada hari ke-6 kenaikan
Ima Wijayanti, Fronthea Swastawati, Tri Winarni Agustini, Pola Perubahan K-VALUE dan ORP … 6
K-value (%)
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Penyimpanan (Hari ke-)
Gambar 1. Grafik Perubahan K-value Ikan Cakalang pada Penyimpanan suhu rendah
(11+20C)
Ikan Cakalang yang disimpan pada suhu rendah mengalami perubahan ORP secara
perlahan. Perubahan nilai ORP Ikan Cakalang selama 10 hari penyimpanan pada suhu rendah
dapat dilihat pada tabel 4.
Pada awal pengamatan nilai ORP penelitian Huss dan Larsen (1977)
Ikan Cakalang pada penyimpanan suhu membuktikan pada saat ikan mencapai
rendah 0,22 + 0,01 Volt, dimana saat ini nilai ORP -0,375 Volt sudah tidak layak
ikan masih segar, sebagaimana dinyatakan dikonsumsi (busuk). Pada hari ke-8 turun
Huss dan Larsen (1977) bahwa ikan yang perlahan yaitu 0,03 Volt kemudian hari ke-
sangat segar mempunyai kisaran ORP 0,1- 9 dan 10 naik perlahan antara 0,4-0,5 Volt
0,3 Volt. ORP naik perlahan sampai hari dengan nilai ORP tetap negatif. Dalam
ke-3 dengan kenaikan berkisar 0,01-0,03 penelitiannya yang lain Huss dan Larsen
Volt. Pada hari ke-4 sampai ke-6 turun (1980) menunjukkan ikan Cod asap pada
perlahan dengan penurunan 0,01-0,02 Volt. suhu 15oC pada hari ke-5 mencapai ORP –
Pada hari ke-7 turun lebih cepat menjadi 0,200 Volt sampai –0,275 Volt
0,11 Volt. Pada hari ke-8 penurunan paling menunjukkan produk secara organoleptik
tinggi dibanding yang lain yaitu 0,2 Volt telah membusuk.
kemudian turun teratur sampai hari ke-10 Perubahan nilai ORP Ikan Cakalang
dengan penurunan 0,07 Volt dengan nilai yang disimpan pada suhu rendah dapat
ORP telah mencapai negatif. Pada saat ini dilihat pada gambar 2.
ikan telah mengalami kebusukan. Hasil
Ima Wijayanti, Fronthea Swastawati, Tri Winarni Agustini, Pola Perubahan K-VALUE dan ORP … 8
ORP (volt)
0.1
0
-0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-0.2
-0.3
Lama Penyimpanan (hari ke-)
Gambar 2. Grafik Perubahan Nilai ORP Ikan Cakalang yang Disimpan pada Suhu Rendah
(11+20C)
Nilai ORP pada Ikan Cakalang berubah cukup besar dilaporkan bahwa
yang disimpan pada suhu rendah bentuk reduksi dari NAD (NADH) ikan
mempunyai pola perubahan kenaikan, hal mas yang disimpan selama 8 hari dengan
ini berarti terdapat proses oksidasi yang suhu 5oC pada awalnya naik dari
lebih tinggi dibanding reduksi. Agustini 80mg/100g kemudian menurun menjadi
(2000) menyatakan bahwa kenaikan ORP 22mg/100g. Kejadian tersebut memberi
pada tahap awal deteriorasi sebagian anggapan bahwa kenaikan ORP pada tahap
berhubungan dengan keberadaan pasangan awal disebabkan karena kenaikan NADH
redoks atau suatu senyawa seperti NAD+, pada sampel ikan.
NADH, NADP+, NADPH, Fe3+ yang dapat Meskipun disimpan pada suhu
bertindak sebagai zat pereduksi atau rendah pertumbuhan bakteri tetap berjalan
pengoksidasi. Shimizu et al. (1969), khususnya bakteri psikrofil. Hadiwiyoto
Shimizu et al. (1976) dalam Agustini (1993) menyatakan bahwa bakteri psikrofil
(2000) melaporkan bahwa terdapat NAD tumbuh dengan baik pada suhu 15o-20oC.
(H) dan NADP (H) dengan jumlah yang Suhu rendah tidak mematikan bakteri
cukup besar dalam jaringan daging ikan tetapi lebih cenderung menghambat
dan koenzim ini ditemukan keberadaannya aktivitasnya. Bakteri psikrofil yang banyak
hanya dalam bentuk reduksi pada terdapat pada ikan yaitu Pseudomonas,
kebanyakan ikan berbeda dengan mamalia. Achromobacter, Flavobacterium. Pada
Selanjutnya Shimizu et al. (1969) dalam saat Ikan Cakalang mencapai ORP negatif,
Agustini (2000) menyatakan bahwa selama bertepatan dengan itu ikan sudah tidak
penyimpanan meskipun konsentrasi zat ini layak dikonsumsi. Huss (1988)
110 C) nampak nilai ORP mengalami Tabel 6. Nilai pH Ikan Cakalang selama 10
Ima Wijayanti, Fronthea Swastawati, Tri Winarni Agustini, Pola Perubahan K-VALUE dan ORP … 12