Anda di halaman 1dari 124

SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS


DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA TAHULU KECAMATAN
MERAKURAK KABUPATEN TUBAN TAHUN 2021

Oleh :
INDRIANI SAHARA NURA ZENINA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS


DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA TAHULU KECAMATAN
MERAKURAK KABUPATEN TUBAN TAHUN 2021

Oleh :
INDRIANI SAHARA NURA ZENINA
NIM. 17.10.2.149.109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2021

i
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS
DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA TAHULU KECAMATAN
MERAKURAK KABUPATEN TUBAN TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi


Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Institut Ilmu
Kesehatan Nahdlatul Ulama

Oleh:

INDRIANI SAHARA NURA ZENINA


NIM. 17.10.2.149.109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2021

ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Indriani Sahara Nura Zenina


NIM : 17.10.2.149.109
Judul Skripsi : Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di
Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah
hasil karya sendiri, didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan jelas.

Tuban, 23 Agustus 2021

Indriani Sahara Nura Zenina


NIM. 17.10.2.149.109

iii
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Indriani Sahara Nura Zenina


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 08 Oktober 1999
Alamat : Desa Dawung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Dawung 02 Tahun 2005 - 2011
2. MTS Negeri Tuban Tahun 2011 - 2014
3. MAN 1 Tuban Tahun 2014 - 2017
4. IIK NU Tuban Tahun 2017 - sekarang

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama


Tuban, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Indriani Sahara Nura Zenina


NIM : 17.10.2.149.109
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban Hak Bebas Royalti Noneksklusif
atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas


Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama berhak menyimpan
media/formatika, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tuban
Tanggal : 23 Agustus 2021
Yang menyatakan,

(Indriani Sahara Nura Zenina)

vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadiran Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian
Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu desa Tahulu kecamatan Merakurak
kabupaten Tuban Tahun 2021”.
Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak sehingga
selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE selaku Rektor IIK NU
Tuban, pembimbing dan Penguji I yang telah berkenan memberikan waktu dan
arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan IIK NU Tuban.
3. Bapak Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan IIK NU Tuban.
4. Ibu Umu Qonitun, SST., M.Keb., MM selaku Ketua Penguji yang telah
memberikan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Tri Yunita Fitria Damayanti, STr.Keb., M.Kes selaku penguji II yang telah
memberikan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.
6. Kepala Puskesmas Merakurak yang sudah memberikan izin dalam penelitian
ini.
7. Kepala Puskesmas Pembantu desa Tahulu yang sudah memberikan izin dalam
pengambilan data studi pendahuluan.
8. Seluruh Dosen Program Studi S1 Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan
Nadhlatul Ulama Tuban yang turut memberikan saran dan kritik dalam
pembuatan skripsi ini.
9. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Subakir dan Ibu Wiwik Trisnawati, Saudara
kandung ku adik Candra dan calon pendamping ku mas Fayshol Amiruddin
yang telah memberikan dukungan sepenuhnya, baik moral, materil maupun
spiritual kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabatku (Fara, Ria, Via, Ajeng, Imanita, Nur) yang senantiasa memberikan
dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
11. Seluruh teman-teman Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban,
khususnya angkatan 10 Program Studi S1 Keperawatan yang telah memberikan
saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini.
12. Serta semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tuban, 23 Agustus 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

“HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS


DI PUSKESMAS PEMBANTU DESA TAHULU KECAMATAN
MERAKURAK KABUPATEN TUBAN TAHUN 2021”

Indriani Sahara Nura Zeninaˡ , Miftahul Munir²


¹·² Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan IIK NU Tuban

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit Kesehatan terbesar di


dunia yang memerlukan penanganan yang cukup serius. Diabetes mellitus bisa diakibatkan
oleh gaya hidup seseorang yang meliputi pola makan, dan aktiftas fisik. Penelitian ini
bertujuan mengetahui Hubungan Gaya Hidup dengan Diabetes Mellitus di Puskesmas
Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi
yang digunakan adalah seluruh pasien rawat jalan yang melakukan check up rutin di
Puskesmas Pembantu Desa Tahulu dengan jumlah 50 responden pada 3 bulan terakhir
(Januari-Maret) dan besar sampel penelitian 45 responden dengan menggunakan simple
random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaya hidup dengan
menggunakan instrumen kuesioner, sedangkan variabel dependen adalah kejadian diabetes
mellitus dan menggunakan instrumen Gula Darah Sewaktu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya hidup dengan
kejadian diabetes mellitus pada pasien rawat jalan di Puskesmas pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Hal ini dibuktikan dengan uji koefisiensi
kontingensi, kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Phi = 0,000 dimana 0,000 < 0,05 maka H1
diterima artinya terdapat Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus pada
pasien rawat jalan di Puskesmas pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban.
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan signifikan antara gaya hidup dengan
kejadian diabetes mellitus di Puskesmas pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021. Diharapkan responden dapat menerapkan gaya hidup sehat
untuk menghindari kejadian Diabetes Mellitus.

Kata kunci : Gaya hidup, Diabetes mellitus

ix
ABSTRACT

“THE RELATIONSHIP BETWEEN LIFESTYLE WITH THE INCIDENCE


OF DIABETES MELLITUS AT THE TAHULU VILLAGE AUXILIARY
HEALTH CENTER, MERAKURAK DISTRICT, TUBAN REGENCY IN 2021”

Indriani Sahara Nura Zeninaˡ , Miftahul Munir²


¹·² Nursing Study Program
Faculty of Nursing and Midwifery IIK NU Tuban

Diabetes Mellitus (DM) is one of the biggest health diseases in the world that
requires serious treatment. Diabetes mellitus can be caused by a person's lifestyle which
includes diet and physical activity. This study aims to determine the relationship between
lifestyle with the diabetes mellitus at the Tahulu Village Auxiliary Health Center,
Merakurak District, Tuban Regency in 2021.
The research method used is a cross sectional approach. The population used
was all outpatients who did routine check-ups at the Tahulu Village Auxiliary Health
Center with a total of 50 respondents in the last 3 months (January-March) and the sample
size of the study was 45 respondents using simple random sampling. The independent
variable in this study is lifestyle by using questionnaire instrument, while the dependent
variable is the incidence of diabetes mellitus by using a blood sugar insrument.
The results of this study indicate that there is a relationship between lifestyle
with the incidence of diabetes mellitus with the outpatient in the sub-health center of Tahulu
Village, Merakurak District, Tuban Regency.. This is evidenced by the contingency
coefficient test, the significance of = 0.05 obtained the value of Phi = 0.000 where 0.000
<0.05 then H1 is accepted, meanings that there is a Relationship between Lifestyle and
Diabetes Mellitus with the outpatient in the sub-health center of Tahulu Village, Merakurak
District, Tuban Regency.
The conclusion of this study is that there is a significant relationship between
lifestyle with the incidence of diabetes mellitus with the outpatient at the Tahulu Village
Auxiliary Health Center, Merakurak District, Tuban Regency in 2021. It is hoped that
respondents will be able to implement a healthy lifestyle to avoid the incidence of diabetes
mellitus.

Keywords: Lifestyle, Diabetes mellitus

x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Lembar Persyaratan Gelar .............................................................................. ii
Pernyataan Originalitas ..................................................................................iii
Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................. iv
Lembar Pengesahan Panitia Penguji .............................................................. v
Halaman Daftar Riwayat Hidup .................................................................... vi
Pernyataan Persetujuan Publikasi ................................................................ vii
Kata Pengantar ............................................................................................. viii
Abstrak ............................................................................................................ ix
Abstract ............................................................................................................ x
Daftar Isi ......................................................................................................... xi
Daftar Tabel .................................................................................................. xiv
Daftar Gambar .............................................................................................. xv
Daftar Singkatan Dan Lambang .................................................................. xvi
Daftar Lampiran .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 5
1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup ....................................................................................... 6
1.7 Riset Pendukung ..................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM) ............................................. 8
2.1.1 Jenis – jenis Penyakit Tidak Menular...................................................... 8
2.1.2 Karakteristik Penyakit Tidak Menular .................................................... 9
2.1.3 Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular ................................................. 10
2.2 Konsep Dasar Diabetes Mellitus ........................................................... 11
2.2.1 Pengertian ............................................................................................ 11
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus ................................................................ 12
2.2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus ............................................................. 13
2.2.4 Etiologi ................................................................................................ 14
2.2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................ 16
2.2.6 Faktor –faktor Penyebab Diabetes Mellitus .......................................... 17

xi
2.2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus............................................................... 18
2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ....................................................... 22
2.2.9 Upaya Pencegahan Diabetes Militus ..................................................... 26
2.3 Konsep Dasar Teori Menurut Hendrik L.Blum ..................................... 27
2.3.1 Konsep Hendrik L.Blum....................................................................... 27
2.4 Gaya Hidup Diabetes Mellitus .............................................................. 29
2.4.1 Pengertian Gaya Hidup ......................................................................... 29
2.4.2 Bentuk-bentuk Gaya Hidup .................................................................. 30
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup .................................... 32
2.4.4 Gaya Hidup yang mempengaruhi Diabetes Mellitus ............................. 34
2.4.5 Gaya Hidup Sehat................................................................................. 39
2.4.6 Bentuk-bentuk Gaya Hidup Sehat ......................................................... 39
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 43
3.1.1 Penjelasan Kerangka Konsep ................................................................ 44
3.2 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 45
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 46
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 46
4.2.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 46
4.2.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 46
4.2.3 Besar Sampel ....................................................................................... 47
4.2.4 Sampling .............................................................................................. 48
4.3 Kerangka Operasional .......................................................................... 49
4.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 50
4.4.1 Variabel Independen............................................................................. 50
4.4.2 Variabel Dependen ............................................................................... 50
4.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 51
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 52
4.7 Lokasi Penelitian .................................................................................. 52
4.8 Prosedur Pengambilan Data .................................................................. 52
4.9 Analisa Data ......................................................................................... 53
4.10 Etika Penelitian .................................................................................... 57
4.10.1 Informed Consent ................................................................................. 57
4.10.2 Confidiently.......................................................................................... 57
4.10.3 Anonimity ............................................................................................. 57
BAB 5 HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 58
5.2 Data Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 58
5.2.1 Data Umum Responden ........................................................................ 60

xii
5.2.2 Data Khusus ......................................................................................... 61
5.3 Analisis Data ........................................................................................ 63
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan.......................................................................................... 64
6.1.1 Identifikasi Gaya Hidup Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pembantu
Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban tahun 2021 ....... 64
6.1.2. Identifikasi kejadian Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban tahun 2021 ................................................................................. 66
6.1.3 Analisa Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di
Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban Tahun 2021................................................................................ 68
6.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 70
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 71
7.2 Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 1.1 Riset Pendukung Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian


Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 ....... 7

Tabel 4.1 Definisi Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes


Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu . Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 ......................... 52

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas


Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban Tahun 2021………………………………………… 60

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021…………………………….. 60

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas


Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban Tahun 2021………………………………………… 61

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021…………………………… 61

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diabetes


Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021………………… 62

Tabel 5.6 Tabel Silang Hubungan Gaya hidup dengan Kejadian


Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021…… 62

xiv
DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian


Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 ....... 43

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Hubungan Gaya Hidup dengan


Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun
2021 .................................................................................. 49

xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Singkatan

3J : Jenis, Jumlah, Jam


BMR : Basal Metabolic Rate
Depkes : Departemen Kesehatan
DM : Diabetes Mellitus
DIE : Doktor Ilmu Ekonomi
DKI : Daerah Khusus Ibukota
Dr. : Doktor
GDA : Glukosa Darah Acak
GDM : Gestasional Diabetes Mellitus
HHNK : Hiperglikemia hiperosmoler Nonketotik
HLA : Human Leucocyte Antigen
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
IDF : International Diabetes Federation
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Kep. : Keperawatan
MM : Magister Manajemen
MAN : Madrasah Aliyah Negeri
M.Kep : Magister Keperawatan
MTSN : Madrasah Tsanawiyah Negeri
MUFA : Monounsaturated Fatty Acid
NIDDM : Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIP : Nomor Induk Pegawai
No. : Nomor
Ns. : Ners
NTB : Nusa Tengga Barat
NU : Nahdlatul Ulama
OAD : Oral Antidiabetes
PE : Penyebab Etiologi
PERKENI : Perkumpulan Endrokinologi Indonesia
Prodi : Program Studi
RI : Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDN : Sekolah Dasar Negeri
S.Kep., Ns : Sarjana Keperawatan Ners
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SPSS : Statistikal Package for the Social Sciens
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
WHO : World Health Organization

xvi
Daftar Lambang

: Arah Panah
N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
/ : Garis Miring
, : Koma
< : Kurang Dari
≤ : Kurang Dari atau Sama Dengan
( : Kurung Buka
) : Kurung Tutup
> : Lebih Dari
≥ : Lebih Dari atau Sama Dengan
P : Proporsi
% : Prosentase
= : Sama Dengan
& : Tanda Dan
- : Tanda Hubung
? : Tanda Tanya
“ : Tanda Petik
d : Tingkat Signifikansi
. : Titik
: : Titik Dua
; : Titik Koma

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian


Lampiran 2 : Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 : Persetujuan menjadi responden
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 : Surat Permohonan Survey Awal
Lampiran 7 : Surat Izin Survey Awal Dinas Penanaman Modal
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian Dinas Penanaman Modal
Lampiran 10 : Tabulasi hasil
Lampiran 11 : Hasil Analisis
Lampiran 12 : Dokumentasi
Lampiran 13 : Sertifikat Uji Etik
Lampiran 14 : Lembar Revisi Skripsi
Lampiran 15 : Lembar Berita Acara Perbaikan Skripsi

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah penyakit kesehatan

terbesar di dunia yang memerlukan penanganan yang cukup serius. Prevalensi dan

insiden penyakit ini semakin tahun jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat.

Diabetes Mellitus bisa diakibatkan oleh gaya hidup seseorang yang meliputi pola

makan, dan aktifitas fisik. Kesadaran akan gaya hidup sehat masyarakat Indonesia

sendiri dinilai dunia kedokteran masih rendah dan buruk, hal ini yang akan

menyebabkan terus bertambahnya penderita Diabetes Mellitus. Perubahan pola

hidup signifikan seperti terlalu banyak konsumsi makanan instan dan manis juga

mendorong penderita diabetes semakin meningkat. Selain itu, kurang berolahraga

dan bergerak ditambah dengan gaya hidup buruk lainnya seperti merokok, dan

konsumsi alkohol ikut memperburuk kondisi. (Anny, 2017).

Menurut hasil riset AIA (American International Assurance) Healthy Living

Index 2018 Indonesia menempati peringkat 11 dari 16 negara Asia Pasifik sebagai

negara dengan tingkat kepuasan Kesehatan yang baik. Namun meningkatnya

kepuasan tersebut tidak berjalan lurus dengan pilihan gaya hidup. Aktifitas hidup

sehat yang dilakukan masyarakat Indonesia menurun dari 4.0 di tahun 2016 menjadi

3.6 di tahun 2018 dan merupakan yang terendah diantara negara Asia Pasifik lain.

Salah satu penyebab utama kondisi tersebut karena, hanya 52% masyarakat

Indonesia yang menjalani olahraga rutin. Dan 48% sisanya tidak menjalani olahraga

secara rutin. Sama halnya dengan olahraga, sebanyak 37% masyarakat Indonesia

1
2

memutuskan untuk stop mengkonsumsi makanan sehat karena dianggap tidak

efektif. Sementara itu, 32% lainnya merasa hal itu menguras banyak usaha. Dan

31% lainnya memutuskan untuk tetap mengkonsumsi makanan sehat.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) Atlas Tahun 2017

menunjukkan bahwa Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-6 dunia dengan

jumlah penderita diabetes terbesar, yaitu sebanyak 10,3 juta jiwa setelah Cina,

India, dan Amerika Serikat. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018,

menunjukkan bahwa prevalensi penyandang Diabetes Mellitus di Indonesia dari

tahun 2013 sebesar 6,9%, meningkat pada tahun 2018 menjadi 8,5%, sehingga

estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang

(Riskesdas,2018). Ada pun angka kejadian diabetes di Jawa Timur juga meningkat,

yaitu dari 2,1% pada 2013, menjadi 2,6% pada 2018. Data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Tuban Tahun 2020 menunjukkan bahwa penderita Diabetes Mellitus

yang ada di Kabupaten Tuban adalah 28.873 jiwa atau 2,2% dari jumlah seluruh

penduduk 1.298.302 jiwa. Peringkat pertama yaitu ada pada kecamatan Semanding

sebesar 3,2% atau sejumlah 949 jiwa. Dan di Puskesmas Merakurak Jumlah

penderita Diabetes Mellitus yaitu sebesar 773 jiwa atau 2,6% dan menempati

peringkat ke 10 (Dinkes Tuban, 2020).

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari

tahun 2021 di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu, dari 10 (100%) pasien rawat jalan

7 (70%) diantaranya mempunyai gaya hidup yang tidak sehat yaitu tidak mau

menerapkan pola makan yang sehat dan jarang melakukan aktifitas olahraga, sering

mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan makanan instan seperti mie instan
3

dan roti. Kemudian 3 (30%) pasien lainnya mempunyai gaya hidup yang sehat yaitu

menerapkan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang serta rutin melakukan

aktifitas fisik dan olahraga. Mereka membatasi konsumsi makanan instan dan selalu

memakan sayuran dan lauk sehat setiap harinya. Kemudian, dari survey awal

tersebut, dari 10 (100%) pasien rawat jalan, 7 (70%) diantaranya mengalami

penyakit Diabetes Mellitus, dan 3 (30%) pasien tidak mengalami penyakit Diabetes

Mellitus.

Dalam kehidupan sehari-hari perilaku gaya hidup yang tidak sehat bisa

mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi melebihi batas normal yang bisa

mengakibatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. Beberapa diantara gaya hidup

tersebut adalah pola makan dan aktivitas fisik. Contohnya sering makan makanan

yang tinggi karbohidrat, makanan instan dan manis, dan kebiasaan merokok. Pola

makan yang tidak sehat menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara

karbohidrat dan kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan

gula didalam tubuh menjadi tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas dan

mengakibatkan terjadinya Diabetes Mellitus (Santoso & Ranti, 2004) dalam

(Hamdan Hariawan, 2019). Selain pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang

kurang juga menjadi faktor predesposisi terjadinya Diabetes Mellitus. Peningkatan

resiko Diabetes Mellitus pada aktivitas fisik terjadi karena penurunan kontraksi otot

yang menyebabkan berkurangnya permeabilitas membrane sel terhadap glukosa

(Wardani,2009) dalam (Hamdan Hariawan, 2019).

Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-

faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga.
4

Selain itu gaya hidup seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya.

Pengendalian Diabetes Mellitus dilakukan melalui pecegahan dengan modifikasi

gaya hidup atau perubahan gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup yang

sehat, yaitu berupa pengaturan pola makan dengan cara melakukan diet sehat dan

mengkonsumsi karbohidrat, serat, ikan kaya omega-3 dan lemak baik. Kemudian

melakukan latihan jasmani atau latihan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku

resiko meliputi berhenti merokok serta membatasi konsumsi alkohol (Alberti, et al,

2007 ; Kang H, et al, 2009) dalam (SNR Toharin, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Melitus di Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari perilaku gaya hidup yang tidak sehat bisa

mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi melebihi batas normal yang bisa

mengakibatkan risiko terkena Diabetes Mellitus. Beberapa diantara gaya hidup

tersebut adalah pola makan dan aktivitas fisik. Contohnya sering makan makanan

yang tinggi karbohidrat, makanan instan, dan kebiasaan merokok. Pola makan yang

tidak sehat menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara karbohidrat dan

kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan gula didalam

tubuh menjadi tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas dan mengakibatkan

terjadinya Diabetes Mellitus (Santoso & Ranti, 2004) dalam (Hamdan Hariawan,

2019). Selain pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang juga

menjadi faktor predesposisi terjadinya Diabetes Mellitus. Peningkatan resiko


5

Diabetes Mellitus pada aktivitas fisik terjadi karena penurunan kontraksi otot yang

menyebabkan berkurangnya permeabilitas membrane sel terhadap glukosa

(Wardani,2009) dalam (Hamdan Hariawan, 2019).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka dapat

dirumuskan suatu masalah yakni “Apakah Ada Hubungan Gaya Hidup dengan

kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas pembantu DesaTahulu Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 ?”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gaya hidup dengan

Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gaya hidup pada pasien rawat jalan di Puskesmas

pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun

2021.

2. Mengidentifikasi kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas pembantu Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.

3. Menganalisis Hubungan Gaya hidup dengan kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas pembantu Desa Tahulu Kecamatan Meraurak Kabupaten Tuban

Kabupaten Tuban Tahun 2021.


6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah informasi dalam mengenali faktor resiko Diabetes Mellitus

untuk mencegah peningkatan kejadian Diabetes Mellitus.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Untuk dapat mengetahui Hubungan Gaya hidup dengan Kejadian Diabetes

Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban Tahun 2020.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagai bahan kajian pustaka

bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi responden tentang

pentingnya gaya hidup terhadap kejadian Diabetes Mellitus.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu keperawatan medikal bedah.


7

1.7 Riset Pendukung

Tabel 1.1 Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021

Metode Penelitian/
No. Judul Tahun Hasil
Pendekatan
1 Hubungan Gaya 2019 Penelitian Ada hubungan antara
hidup (pola makan observasional pola makan dan
dan aktivitas fisik) analitik aktivitas fisik dengan
dengan kejadian kejadian Diabetes
Diabetes Mellitus di Mellitus di RSU
rumah sakit umum provinsi NTB.
provinsi NTB.

2 Hubungan Pola 2017 Analitik dengan Ada hubungan antara


makan dan Aktivitas desain cross pola makan dan
fisik terhadap sectional aktivitas fisik dengan
kejadian Diabetes kejadian Diabetes
Mellitus di Poliklinik Mellitus di Poliklinik
penyakit dalam penyakit dalam RSUD
RSUD dr. Rasidin dr. Rasidin Padang.
Padang
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah

kesehatan dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam

dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab kematian (Jansje &

Samodra, 2012). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit

kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang

dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas,2013). Pada tahun 2016,

sekitar 71% penyebab kematian di dunia adalah penyekit tidak menular (PTM) yang

membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80% kematian tersebut terjadi di negara

berpenghasilan menengah dan rendah, 73% kematian saat ini disebabkan oleh

penyakit tidak menular, 35% daintaranya karena penyakit jantung dan pembuluh

darah, 12% oleh penyakit kanker,6 % oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena

diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO,2018).

2.1.1 Jenis – jenis Penyakit Tidak Menular

Menurut Kemenkes RI (2014), jenis- jenis PTM adalah sebagai berikut :

1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD)

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit yang menyerang

organ tubuh jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan

pada organ tersebut (Depkes RI, 2007). Berikut ini adalah macam- macam

PJPD :

1) Penyakit Jantung Koroner

8
9

2) Stroke

3) Hipertensi

2. Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel atau jaringan

abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat

menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita (Kemenkes, 2014). Jenis-

jenis kanker yang paling sering terjadi adalah sebagai berikut :

1) Kanker Payudara

2) Kanker Leher Rahim

3. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai dengan

kadar gula dalam darah melebihi nilai normal, yaitu pemeriksaan Gula

Darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dL dan Gula Darah vena Puasa (GDP) ≥

126 mg/dL (Kemenkes,2014).

4. Penyakit Paru Menahun

1) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai dengan hambtan

aliran darah ke dalam paru- paru.

2) Asam Bronkial

2.1.2 Karakteristik Penyakit Tidak Menular

Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik

tersendiri, seperti :

1. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu


10

2. Masa inkubasi yang panjang dan laten

3. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis)

4. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis

5. Mempunyai variasi yang luas

6. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun

penanggulangginya

7. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas

Perbedaan PTM ini dengan penyakit menular memerlukan pendekatan

epidemiologi tersendiri, mulai dari penentunya sebagai masalah kesehatan

masyarakat sampai pada upaya penanggulangannya.

2.1.3 Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Faktor resiko PTM adalah kondisi yang dapat memicu terjadinya PTM pada

seseorang atau kelompok tertentu. Faktor resiko PTM dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu :

1. Faktor resiko tidak dapat diubah, antara lain : umur, jenis kelamin, dan

keturunan (genetik).

2. Faktor resiko yang dapat diubah, antara lain :

1) Faktor resiko perilaku : merokok, diet rendah serat, konsumsi garam

berlebih, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol dan stress

2) Faktor resiko lingkungan : polusi udara, jalan raya, dan kendaran yang

tidak layak jalan, instruktur yang tidak mendukung untuk

pengendalian PTM serta stress sosial


11

Faktor risiko fisiologis : obesitas, gangguan metabolisme kolesterol dan tekanan

darah tinggi (Kemenkes RI, 2014).

2.2 Konsep Dasar Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelinan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati

dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi

pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi

dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2013).

Diabetes mellitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit

gangguan metebolik menahun akibat pankres tidak memproduksi cukup insulin

atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin

adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah akibatnya terjadi

peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kemenkes,

2013).

Diabetes melitus adalah penyakit kronik yang terjadinya ketika pankreas

tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efesien

menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula

darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak

terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang

serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
12

(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal

ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) (WHO, 2011).

2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada beberapa tipe Diabetes Millitus menurut Brunner & Suddarth (2013)

yang berbeda : penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan

terapinya. Klasifikasi Diabetes Mellitus yang utama adalah :

1. Tipe I : Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM))

2. Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin ( Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM))

3. Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain .

4. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus/GDM).

Kurang dari 5% hingga 10% penderita mengalami DM tipe 1, yaitu DM

yang tergantung insulin. Pada DM jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam

keadaan normal mengahasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses

autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan

kadar glukosa darah. Diabetes Mellitus tipe 1 ditandai oleh awitan mendadak yang

biasanya terjadi pada usia 30 tahun.

Kurang lebih 90-95% penderita mengalami Diabetes Mellitus tipe 2, yaitu

Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi

akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat

penurunan jumlah prosuksi insulin (Brunner & Suddarth, 2013).


13

2.2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patofisiologi Diabetes mellitus menurut Brunner & Suddarth (2013), adalah

sebagai berikut :

1. Diabetes mellitus tipe 1

Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak dapat

disimpan dalam hati mestipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam

darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa

yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(glukosaria).

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin

yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2

disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini, dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan (Brunner & Suddarth, 2013).

3. Diabetes Mellitus dan kehamilan


14

Diabetes mellitus yang terjadi selama kehamilan dimana sudah diketahui

menderita DM sebelum terjadinya pembuahan. Diabetes militus yang tidak

terkontrol pada saat melahirkan akan disertai dengan peningkatan insiden

makrosomia janin (bayi yang sangat besar), persalinan dan kelahiran yang

sulit bedah sesar serta kehamilan mati (stillbirth). Disamping itu bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang menderita hiperglikemia pada saat lahir. Keadaan

ini dapat terjadi karena pankreas bayi yang normal telah mensekresi insulin

untuk mengimbangi keadaan hiperglikemia ibu. Bayi ini membutuhakan

pantauan yang ketat dalam kamar bayi, dan kadar glukosa darah harus

sering diukur. Jika terjadi hipoglikemia, pemberian air gula harus dilakukan.

4. Diabetes Gestasional

Diabetes ini terjadi pada wanita yang menderita DM sebelum kehamilan,

hiperglikemia terjaid sebelum kehamilan akibat sekresi hormon-hormon

plasenta. Obat hiperglikemia oral tidak boleh digunakan selama kehamilan.

Sesudah melahirkan kadar glukosa darah pada wanita yang menderita

diabetes ini akan kembali normal (Brunner & Suddarth, 2013).

2.2.4 Etiologi

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

1) Faktor genetik

Penderita Diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi

mewarisi suatu predopsisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)


15

tertetu. HLA merupakan kumpulan antigen tranplantasi dan proses

imun lainnya.

2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal diamana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pankreas, sebagai

contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus ataun toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang daoat menimbulkan

deskrusi sel pankreas.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Secara pasti penyebab dari DM tipe 2 ini belum diketahui, faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Militus tak tergantung insulin penyakitnya mempunyai pola

familiar yang kuat. Diabetes Mellitus ditandai dengan kelainan dalam

sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat

resistensi dari sel –sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula –mula

mengikat dirinya kepada reseptor –reseptor permukaan sel tertentu,

kemudian terjadi reaksi intraselluler yang mengikat tranport glukosa

menembus membran sel. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko


16

tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe 2, faktor-

faktor tersebut adalah

1) Usia, diama resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65

tahun.

2) Obesitas (kegemukan)

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik, di Amerika Serikat golongan hispanik serta penduduk

asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan lebih besar terjadinya DM

tipe 2 dibandingkan golongan Afro-Amerika (Brunner& Suddarth,

2013).

2.2.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala DM menurut DiGiulio, Mary, et al (2014) adalah sebagai

berikut :

1. Banyak kencing (poliuria)

Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyak kencing

2. Banyak minum (polidipsia)

Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus dan banyak

minum

3. Banyak makan (polifagia)

Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan kalori negatif sehingga

timbul rasa lapar yang sangat besar


17

4. Penurunan berat badan dan rasa lemah

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,

sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk

kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain,

yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak

dan otot sehingga menjadi kurus.

Keluhan Lain :

1. Gangguan saraf tepi/kesemutan

2. Ganguan pengelihatan

3. Gatal/bisul

4. Gangguan ereksif

2.2.6 Faktor –faktor Penyebab Diabetes Mellitus

1. Virus dan bakteri

Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta virus/bakteri merusak

sel, juga bisa merusak autoimun dalam sel beta.

2. Bahan toksik atau beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah

aloksan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozocting (produk dari sejenis

jamur). Bahan lain adalah sianida berasal dari singkong.

3. Genetik/faktor keturunan

Para ahli kesehatan menyebutkan penyakit Diabetes Militus merupakan

penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya laki –laki
18

menjadi penderitanya sedangkan kaum perempuan sebagai pihak pembawa

gen untuk diwariskan pada anak –anaknya.

2.2.7 Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus memiliki dua tipe komplikasi, yakni komplikasi akut dan

komplikasi jangka panjang tidak ada tiga komplikasi akut pada Diabetes Mellitus

yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

pendek. Komplikasi tersebut menurut Brunner & Suddarth ( 2013) adalah:

1. Hipoglikemia

Merupakan komplikasi dimana kadar glukosa darah abnormal rendah terjadi

jika kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini dapat

terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan

konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau aktivitas fisik yang berat titik

gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan dalam dua kategori gejala dan

gejala sistem saraf pusat (Brunner & Suddarth, 2013).

Pada hipoglikemia ringan akan timbul gejala seperti perpirasi, tremor,

takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia sedang,

penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik . Tanda-tanda

gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan

berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, mati

rasa di daerah bibir atau lidah, berbicara pelo, perubahan emosional,

gerakan tidak terkoordinasi, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda

dan ingin pingsan. Pada hipoglikemia berat, fungsi sistem saraf pusat
19

mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan

pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang diderita. Gejala

hipoglikemia berat dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,

serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur dan bahkan kehilangan

kesadaran.

2. Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosis Diabetik atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.

keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang

memasuki sel juga akan berkurang . Di samping itu produksi glukosa oleh

hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan

hiperglikemia.

Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam

tubuh, ginjal akan menge kreasikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit

(seperti natrium dan kalium). Osmotik yang ditandai dengan urinasi yang

berlebihan (plyuria) ini akan mengakibatkan dehidrasi dan kehilangan

elektrolit. Penderita Ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-

kira 6,5 liter air dan sampai 400-500 mEq natrium, kalium serta klorida

dalam periode waktu 24 jam (Brunner & Suddarth , 2013).

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak atau (lipolisis)

menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan dirubah

menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi

bahan karton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang
20

secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton

bersifat asam, dan bila tertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan

menimbulkan asidosis metabolik (Brunner & Suddarth, 2013).

3. Hiperglikemia hiperosmoler Nonketotik (HHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran ( sense of

awareness), pada saat yang sama tidak terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar

biokimia pada sindrom ini berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan

hiperglikemia bersistem menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi

kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan

osmotik, cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel.

Dengan adanya glukosaria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan

Hipernatremia dan peningkatan osmolaritas (Brunner & Suddarth, 2013).

Komplikasi jangka panjang DM dapat menyerang Semua sistem organ

dalam tubuh terdapat tiga kategori komplikasi jangka panjang pada DM yakni. 21

penyakit makrovaskuler perubahan an-nasr dalam pembuluh darah besar sering

terjadi pada penderita dm titik berbagai Tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi

tergantung pada lokasi Lesi aterosklerosis diantaranya adalah:

1. Penyakit arteri koroner yang terdapat perubahan atherosklerotik dalam

pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan peningkatan indeks

infark miokard pada penderita dm brunner dan suddarth 2013 titik2 penyakit

serebrovaskular yang terdapat perubahan atherosklerotik dalam pembuluh

darah serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem


21

pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit

dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia

sepintas. 23 penyakit vaskular perifer yang terdapat perubahan

atherosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah

merupakan penyebab meningkatnya insiden penyakit oklusi Arteri perifer

pada pasien DM titik bentuk penyakit arteri yang parah pada ekstremitas

bawah ini merupakan penyebab utama meningkatnya insiden gangren dan

amputasi pada penderita DM (Brunner & Suddarth, 2013).

2. Penyakit mikrovaskular

Penyakit mikrovaskular diabetik atau mikroangiopati ditandai dengan

penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Membran basalis

mengelilingi sel-sel endotel kapiler. Ada dua tempat di mana gangguan

fungsi kapiler dapat berakibat serius, kedua tempat tersebut adalah

mikrosirkulasi retina mata atau retinopati diabetik dan ginjal atau nefropati

Iga nefropati neuropati neuropathic dalam diabetic mengacu pada

sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk saraf

perifer atau sensorimotor otonom dan spinal. Kelainan tersebut tergantung

pada lokasi sel saraf yang terkena: tipe neuropati diabetik yang paling sering

dijumpai adalah polineuropati sensorik atau neuron Pati perifer dengan

gejala pemula berupa atau rasa tertusuk tusuk kesemutan atau peningkatan

kepekaan dan rasa terbakar khususnya pada malam hari. Dan tipe yang

kedua adalah neuropati otonom dengan 6 akibat utama yang dapat

menyerang kardiovaskuler atau frekuensi jantung yang meningkat atau


22

takikardi gastrointestinal atau perasaan cepat kenyang kembung mual

muntah serta konstipasi urinarius atau retensi urin kelenjar adrenal atau

gemetar atau keringat atau gelisah dan palpitasi saat mengalami

hipoglikemia, neuropati motorik berkurangnya pengeluaran keringat atau

anhidrosis dan disfungsi seksual atau impotensi. Pengendalian kadar

glukosa darah hingga sampai tingkat yang normal dan mendekati normal

dapat menurunkan insiden neuropathies sebesar 60% (Brunner dan

Suddarth,2013).

2.2.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi Diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes

militus adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus :

1. Edukasi

Edukasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada penderita.

Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes militus merupakan suatu hal

yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita diabetes militus dan

mencegah atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun

penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Tujuan penyuluhan yaitu

meningkatkan pengetahuan diabetes tentang penyakit dan pengelolaannya

dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan

hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut (PERKENI, 2011).


23

Penyuluhan diperlukan karena penyakitb diabetes merupakan penyakit yang

behubungan dengan gaya hidup. Pengobatan diabetes memerlukan

keseimbangan anatara beberapa kegiatan yang merupakan bagian integral

dari kegiatan yang merupakan bagian integral dari kegiatan rutin sehari –

hari seperti makan, tidur, bekerja, dan lainnya.

Berhasilnya pengobatan diabetes tegantung pada kerja sama antara petugas

kesehatan, penderita, dan keluarga. Penderita mempunyai pengetahuan

cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akab

dapat mengendalikan kondisi penyakit sehingga dapat hidup lebih lama

(Price, 2005).

2. Diet

1) Syarat diet Diabetes Militus hendaknya dapat :

(1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

(2) Mengarahkan pada berat badan normal

(3) Menormalkan pertubuhan Diabetes Militus anak dan Diabetes

Militus dewasa muda

(4) Mempertahankan kadar gula darah normal

(5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

(6) Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita

(7) Menarik dan mudah diberikan

2) Prinsip diet Diabetes Militus, adalah :

(1) Jumlah sesuai kebutuhan

(2) Jadwal diet ketat


24

(3) Jenis : boleh dimakan/ tidak

3) Diet Diabetes Militus sesuai dengan paket –paket yang telah

disesuaikan dengan kandungan kalorinya.

(1) Diet Diabetes Mellitus I : 1100 kalori

(2) Diet Diabetes Mellitus II : 1300 kalori

(3) Diet Diabetes Mellitus III : 1500 kalori

(4) Diet Diabetes Mellitus IV : 1700 kalori

(5) Diet Diabetes Mellitus V : 1900 kalori

(6) Diet Diabetes Mellitus VI : 2100 kalori

(7) Diet Diabetes Mellitus VII : 2300 kalori

(8) Diet Diabetes Mellitus VIII : 2500 kalori

Keterangan :

Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan

normal

Diet VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus, diabetes

remaja, atau obesitas

3. Latihan Fisik

Beberapa kegunaan latihan fisik teratur setiap hari bagi penderita Diabetes

Mellitus adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan 1

½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada


25

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin

dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.

3) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein.

4) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen.

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.

6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

oembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

4. Obat

1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

(1) Mekanisme kerja sulfanilurea

a. Kerja OAD tingkat preseptor : pankreatik, ekstra pankreas

b. Kerja OAD tingkat reseptor

(2) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai

efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

(3) Biguanida pada tingkat preseptor ekstra pankreatik

a. Menghambat absorpsi karbohidrat

b. Menghambat glukoneogenesis di hati

c. Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah resptor

insulin
26

(5) Biguanida pada tingkat pascaresptor : mempunyai efek intraseluler

2) Insulin

Indikasi penggunaan insulin pada Diabetes Militus adalah :

(1) Diabetes Militus berat badan menurun cepat atau kurus.

(2) Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperasmolar.

(3) Diabetes Militus yang mengalami stress berat (infeksi sistemik,

operasi berat, dan lain –lain).

(4) Diabetes Militus dengan kehamilan atau Diabetes Militus

gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.

(5) Diabetes Militus yang tidak berhasil dikelola dengan obat

hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontradiksi dengan obat

tersebut.

2.2.9 Upaya Pencegahan Diabetes Militus

Penyakit diabetes militus dapat dicegah dengan cra menghilangkan atau

menghindari faktor resiko yang dapat diubah yaitu sebagai berikut :

1. Atur pola makan, terlebih bagi seorang yang sudah memiliki faktor resiko

yang tak dapat diubah, yaitu usia mendekati 40 tahun dan ada riwayat

keturunan Diabetes Militus. Pola makan yang baik yaitu makanan alalmi

tinggi serat dan tinggi protein.

2. Mencegah kegemukan dengan olahraga teratur dan menyeimbangkan antara

aktivitas dengan pola makan.

3. Menghindari konsumsi obat yang menjadikan kadar gula darah tinggi

(diabetogenik atau antagonistik insulin) jangka panjang, misalnya:


27

diuretika, kortikosteroid, glukagon, adrenalin, ekstrak tiroid, dan obat

kontrasepsi hormonal.

2.3 Konsep Dasar Teori Menurut Hendrik L.Blum

2.3.1 Konsep Hendrik L.Blum

Untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan suatu keseimbangan dalam

menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum (1974) menjelaskan ada empat faktor utama

yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut

merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor

tersebut terdiri dari faktor gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial,

ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan

kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling

berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan

masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor gaya hidup manusia merupakan faktor

determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor

lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor gaya hidup yang lebih dominan

dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga

sangat dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat.

1. Gaya Hidup (Life style)

Gaya Hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh

bagaimana orang menghabiskan waktu mereka atau aktifitas mereka. Gaya

hidup sangat mempengaruhi derajat Kesehatan seseorang karena sehat atau

tidaknya individu bisa dilihat dari gaya hidupnya sendiri, misalkan dilihat

dari kegiatan sehari hari mereka seperti pola makan, dan aktifitas fisik. Gaya
28

hidup suatu individu juga dipengaruhi oleh sikap, pengalaman dan

pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi.

2. Lingkungan

Lingkungan sering kali ditinjau dari kondisi fisik. Lingkungan juga

mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, karena jika kondisi lingkungan

yang buruk maka akan memicu sumber berkembangnya penyakit. Upaya

menjaga lingkungan yang bersih menjadi tanggung jawab semua pihak,

untuk itu perlu kesadaran pada semua orang.

3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan merupakan faktor ketiga yang dipengaruhi oleh

derajat Kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas Kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan Kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan, serta kelompok masyarakat yang

memerlukan pelayanan Kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi

lokasi, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam

memperoleh pelayanan serta program pelayanan Kesehatan itu sendiri

apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

4. Keturunan (Genetik)

Keturunan atau Genetik merupakan faktor yang telah ada dalam diri

manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit

keturunan seperti Diabetes Mellitus.


29

2.4 Gaya Hidup

2.4.1 Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi

dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup

yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa

yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang

pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan social

berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan,

pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,

berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami. Sejalan

dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat

(healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya

hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan

dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan

kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).
30

2.4.2 Bentuk-bentuk Gaya Hidup

Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 2005) ada beberapa bentuk gaya

hidup, antara lain : :

1. Industri Gaya Hidup

Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi,

“estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun

justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari

pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya

maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan

kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya

hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.

2. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi,

individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi

informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk

budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah

gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang

mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan

menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di

muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa

yang kita buat.

3. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa


31

dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti

membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer.

Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori

fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-

Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui

identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity)-cara mereka

berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk

jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen

demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.

4. Gaya hidup mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu

yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan

kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan

tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.

Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan

memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung

resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri.

Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan

manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya

secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi- inovasi yang kreatif

untuk menunjang kemandirian tersebut.

5. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
32

mencari kesenangan , seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar

rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli

barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup

dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan,

modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar

kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut

penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup

seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti

kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan

jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang

berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,

konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai

berikut :

1. Sikap.

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi


33

melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan,

kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

2. Pengalaman dan pengamatan.

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,

pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat

dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.

Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap

suatu objek.

3. Kepribadian.

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku

yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4. Konsep diri.

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.

Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk

menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image

merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi

minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian

akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan

hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi

awal perilaku.

5. Motif.

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa


34

aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang

motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar

maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya

hidup hedonis.

6. Persepsi.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang

berarti mengenai dunia.

2.4.4 Gaya Hidup yang mempengaruhi Diabetes Mellitus

1. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak

Perilaku makan yang buruk seperti terlalu banyak mengkonsumsi makanan

berlemak dan makanan manis ternyata bisa merusak kerja organ pankreas.

Organ tersebut mempunyai sel beta yang berfungsi memproduksi hormon

insulin. Insulin berperan membantu mengangkut glukosa dari aliran darah

ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Glukosa yang tidak

dapat diserap oleh tubuh karena ketidak mampuan hormon insulin

mengangkutnya, mengakibatkan terus bersemayam dalam aliran darah,

sehingga kadar gula menjadi tinggi. Sebagian glukosa juga bisa terbuang

melalui urin sehingga air seni menjadi manis (Soegondo, 2010).

Penyakit DM, hampir 90 % orang dengan DM tipe2 mengalami resisten

insulin. Artinya, meski tubuh mampu menghasilkan insulinnya sendiri,

namun tubuh tidak dapat menggunakan sebagaimana mestinya,

dikarenakan sensitivitas reseptor terganggu sehingga kadar gula dalam


35

darah menjadi meningkat, dan akibatnya tubuh tidak mendapat asupan

glukosa, menyebabkan timbul keinginan untuk makan dan minum terus

(Soegondo, 2010).

Hal yang perlu diwaspadai adalah walaupun sering makan, berat badan

malah turun drastis. Bila kondisi itu tidak segera diantisipasi, maka organ

pankreas akan mengalami kelelahan dan memperberat kerja sel beta.

Diabetes tipe dua yang semakin parah karena resistensi insulin dan

disfungsi beta sel akan menyebabkan tubuh sulit mengendalikan kadar

glukosa dalam darah (Soegondo, 2010).

Kelainan lemak darah sering dijumpai pada penderita DM, oleh karena itu

asupan lemak yang disarankan 20-25% dari total kalori. Bila tidak terdapat

kelainan lemak darah maka, kurang dari 10% total kalori didapat dari asam

lemak jenuh dan asupan kolesterol kurang dari 300 mg/hari (Riskesdas,

2007; Pudjiadi, 2009).

Bila terdapat kelainan lemak darah, disarankan tidak lebih dari 7% total

kalori berasa1 dari asam lemak jenuh dan asupan kolesterol kurang dari

200mg/hari. Bila terdapat hipertrigliseridemia disarankan untuk

mengkonsumsi Monounsaturated Fatty Acid (MUFA). MUFA terdapat di

olive oil, canola oil dan minyak kacang (Pudjiadi, 2009).

2. Kebiasaan merokok

Perokok dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok yakni perokok aktif dan

perokok pasif. Perokok pasif adalah asap rokok yang dihisap oleh

seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan


36

polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Menurut Bustan (1997;

86) perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau

asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream).

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa perokok aktif adalah orang

yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan

bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Tingkatan

perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu: Perokok Ringan yaitu apabila

merokok kurang dari 10 batang per hari. Perokok sedang yaitu apabila

merokok 10- 20 batang per hari. Perokok berat yaitu merokok lebih dari 20

batang.

Dr. Carole Willi dari University of Lausanne di Swiss dan rekannya

menganalisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan antara merokok dan

diabetes yang disiarkan antara tahun 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2

juta peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko

bahkan lebih tinggi bagi perokok berat. Mereka yang menghabiskan

sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang DM 62% lebih

tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Berhenti merokok

akan mengurangi resiko itu (Pudjiadi, 2009).

Bekas perokok menghadapi resiko 23% lebih tinggi dibandingkan dengan

yang bukan perokok, jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang masih

merokok saat ini (American Medical Association, 2009). Merokok dapat

mengakibatkan kondisi yang 26 tahan terhadap insulin, kata para peneliti

tersebut. Itu berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan


37

insulin. Kebal terhadap insulin biasanya mengawal DM tipe 2

(Pudjiadi,2009).

Usia mulai merokok (lama merokok) merupakan faktor risiko DM,

Mangku Sitepoe (1997) yang menyatakan bahwa beberapa zat kimia dalam

rokok bersifat kumulatif (dijumlahkan), sehingga pada kurun waktu yang

lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang

ditimbulkannya. Zat kimia dalam rokok seperti nikotin dapat

meningkatkan glukosa dalam darah sehingga semakin banyak nikotin yang

masuk ke tubuh maka kadar gula darahnya akan semakin tinggi.

Adanya dampak lama merokok dengan kejadian DM sangat beralasan,

sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti

merokok. Kondisi tersebut ditegaskan oleh Smet, Bart (1994), bahwa risiko

kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan lama

merokok. Orang yang mulai merokok sebelum usia 16 tahun akan lebih

besar risikonya terkena DM dibandingkan orang- orang yang mulai

merokok pada usia lebih 16 tahun (WHO, 2002).

3. Kebiasaan konsumsi alkohol

Terhadap tubuh, alkohol dapat menyebabkan perlemakan hati sehingga

dapat merusak hati secara kronis, merusak lambung, merusak pankreas,

meningkatkan resiko kanker saluran cerna, mengurangi produksi sperma,

menigkatkan tekanan darah, menyebabkan gagal jantung, menurunkan

sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi, mempengaruhi keseimbangan

elektrolit tubuh dan masih banyak lagi akibat lainnya (Riskesdas, 2007).
38

Efek alkohol pada kadar gula darah, tidak hanya tergantung pada alkohol

yang dikonsumsi, tapi juga berhubungan dengan asupan makanan. Pada

keadaan puasa alkohol dapat menyebabkan hipoglikemia pada penderita

diabetes yang menggunakan insulin, tapi tidak mengkonsumsi makanan.

Alkohol tidak dapat dikonversikan menjadi glukosa, walaupun alkohol

dapat digunakan sebagai sumber kalori. Penderita dengan

hipertrigliseridemia, sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol

(Pudjiadi, 2009).

4. Kurangnya aktivitas fisik

Besarnya cadangan energi bergantung pada asupan makanan dan total

penggunaan energi, dalam hal ini basal metabolic rate (BMR), exercise, dan

thermogenesis. Kegiatan jasmani yang kurang merupakan salah satu resiko

penyebab terjadinya DM tipe 2. Kurangnya kegiatan jasmani dapat mempengaruhi

kerja insulin pada tingkat reseptor yang dapat mengakibatkan resistensi insulin

sehingga timbul DM tipe 2 (Depkes, 1993).

Saat ini level aktivitas fisik telah menurun secara dramatis dalam 50 tahun

terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual dengan mesin dan peningkatan

penggunaan alat bantu di rumah tangga, transportasi dan rekreasi. Rendahnya

aktivitas fisik merupakan faktor resiko untuk peningkatan berat badan dan sekali

atau dua kali jalan-jalan pendek setiap minggu tidak cukup untuk mengompensasi

hal ini.

Sebagai contoh, latihan fisik selama 30 menit per hari yang dianjurkan oleh

American Heart Foundation dan WHO tidak cukup untuk mencegah peningkatan
39

berat badan dan obesitas; latihan fisik yang dibutuhkan adalah selama 45-60 menit

per hari (Astrup, 2005).

2.4.5 Gaya Hidup Sehat

Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna

meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Secara

luas sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu dapat menyesuaikan diri

dengan perubahan lingkungan internal (seperti psikologis, intelektual, spiritual

dan penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti lingkungan fisik, sosial dan

ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Saam & Wahyuni, 2012).

Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013) gaya hidup sehat adalah

perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku tersebut mencakup;

konsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak merokok, membatasi konsumsi

makanan instan, membatasi minuman bersoda, berolahraga, tidur teratur, dan

perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

2.4.6 Bentuk – Bentuk Gaya Hidup Sehat

Berikut ini beberapa macam bentuk gaya hidup sehat. Pertama, Menurut

Becker (dalam Benih, 2014), dalam gaya hidup sehat, mencakup:

1. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang

Gizi seimbang yang dimaksud adalah menu gizi seimbang dalam arti kualitas

dan kuantitas. Kualitas berarti mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh
40

tubuh. Sementara kuantitas berarti asupan gizi yang dikonsumsi tidak kurang

juga tidak berlebihan.

2. Tidak Merokok

Merokok berbahaya karena dapat menimbulkan pelbagai penyakit. Di

antaranya, kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular (Mackay, dkk &

Syafei, dkk, dalam Prawitasari, 2012). Selain tidak merokok secara aktif,

individu juga harus menghindari menjadi perokok pasif. Perokok pasif

adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain (Prawitasari, 2012).

Dampak yang ditimbulkan sama dengan perokok aktif. Bahkan ada

pendapat yang menyatakan bahwa perokok pasif lebih berbahaya, karena

asap sisa yang dihembuskan perokok aktif mengandung 75% zat berbahaya

yang ada pada rokok, sementara perokok sendiri hanya menghirup 25% dari

kandungan rokok karena menghisap hasil pembakaran per batang lewat

filter di ujung hisap. Artinya perokok pasif menghirup zat berbahaya 3 kali

lebih banyak dari perokok aktif (Perdana & Waspada, 2014).

3. Membatasi konsumsi makanan instan (fast food)

Menurut Ernimuanis makanan instan adalah makanan yang mempunyai

kalori tinggi tapi nilai gizinya sedikit alias minim atau sama sekali tidak ada

nilai gizinya, tinggi kadar garamnya, tinggi fat, mengandung soda, makanan

yang mengandung bahan aditif (pengawet, pewarna, pemanis buatan,

penambah cita rasa), makanan yang dimasak terlalu lama/dihangatkan

berulang-ulang. Jenis makanan olahan (dalam kaleng) maupun snack (asin

maupun manis) yang sering kita dijumpai mengandung bahan-bahan


41

tersebut. Kelompok makanan ini umumnya juga tinggi kalori dari lemak dan

gula.

4. Membatasi konsumsi minuman bersoda

Dikutip dari Method of Healing dalam sebuah bacaan Analisa Kesehatan

bahwa terdapat 10 efek berbahaya bagi tubuh apabila seseorang meminum

soda. Efek dari mengkonsumsi minuman bersoda yaitu dapat menaikkan

berat badan, tidak ada nilai gizi dalam soda, meningkatkan risiko diabetes,

menyebabkan osteoporosis bila pada lansia dan osteopenia pada anak-anak,

merusak gigi, kerusakan ginjal, menimbulkan dehidrasi, mengacaukan

sistem pencernaan, dapat memicu penyakit maag, dan bila diet

menggunakan soda sangat berbahaya (Firman, 2014).

5. Berolahraga

Sudah sejak 25 abad yang lampau orang mencari-cart cara agar tubuhnya

sehat. Hypocrates (460 — 577 SM) misalnya telah memberikan saran

yang sampai sekarang masih cocok untuk dilakukan. Jika kita bisa

memberikan tubuh makanan dan olahraga yang cukup, tidak kurang dan

tidak berkelebihan sebenamya kita telah menemukan cara yang paling

aman dalam memperoleh kesehatan. Ichsan (1991) olahraga pada

dasamya berisi kegiatan yang berorientasi pada gerak. Pelaksanaannya

bergantung pada kemampuan dan kegiatan yang ingin dicapai oleh

pelakunya. Melalui aktivitas jasmani akan terjadi perubahan berupa

pengaruh positif terhadap kesehatan.


42

6. Tidur teratur

Tidur teratur berarti istirahat yang cukup. Bukan hanya memelihara

kesehatan fisik, tetapi juga memelihara kesehatan mental. Istirahat yang

cukup merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan

kesehatan diri. Kurangnya waktu istirahat individu dapat membahayakan

kesehatan.
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Faktor yang mempengaruhi
Diabetes Mellitus:
1. Faktor Sosio demografi
 Umur
 Jenis kelamin
 Status perkawinan
 Tingkat Pendidikan
 pekerjaan Karakteristik penderita
2.:Faktor Gaya Hidup Diabetes Mellitus :
1. Usia
 Pola Makan
2. Jenis Kelamin
 Aktifitas fisik
3. Pekerjaan
3. Faktor keadaan klinis
 Obesitas
 Stres

Diabetes Mellitus Gaya Hidup


1. Kadar Gula Darah Meningkatkan gaya
1. Konsumsi hidup sehat dan dapat
Tinggi atau makanan dengan
Hiperglikemia mengontrol kadar gula
gizi seimbang darah
2. Genetik atau 2. Membatasi
Keturunan 1. Peningkatan gaya
konsumsi hidup masyarakat
3. Berat badan berlebih makanan instan
atau Obesitas yang sehat
3. Membatasi 2. Penurunan resiko
4. Gaya Hidup tidak minuman bersoda
sehat penyakit Diabetes
4. Berolahraga Mellitus
5. Tidur teratur
Sumber : Irawan, 2010.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian


Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021

43
44

3.1.1 Penjelasan Kerangka Konsep

Dari gambar 3.1 menjelaskan bahwa ada beberapa factor yang

mempengaruhi Diabetes Mellitus yang pertama adalah faktor sosio demografi

diantaranya umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat Pendidikan dan

pekerjaan. Yang ke dua adalah faktor gaya hidup yang bisa dilihat dari perilaku

sehari hari yaitu pola makan dan aktifitas fisik. Dan yang ke tiga adalah faktor

keadaan klinis yaitu obesitas dan genetik (Irawan,2010). Kemudian ada beberapa

karakteristik penderita Diabetes Mellitus yaitu usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.

Pada penelitian ini di dalam penyakit Diabetes Mellitus sendiri ada beberapa

indikator yaitu kadar gula darah yang melebihi batas normal (Hiperglikemia),

Genetik atau keturunan yang memiliki Riwayat penyakit Diabetes, berat badan

yang berlebih atau disebut juga obesitas. Gaya hidup yang tidak sehat tentunya akan

menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya Diabetes Mellitus. Gaya

hidup seseorang bisa dilihat dari perilaku sehari harinya yang meliputi pola makan

dan aktifitas fisik. Gaya hidup sehat yang bisa dilihat dari pola makan dan aktifitas

fisik yaitu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, membatasi konsumsi

makanan cepat saji (instan), membatasi konsumsi minuman bersoda, berolahraga

secara teratur dan istirahat teratur. Namun, jika gaya hidup sehat tersebut tidak

diterapkan maka akan menyebabkan keadaan kadar gula dalam tubuh menjadi

tinggi dan tidak terkontrol dan beresiko terkena penyakit Diabetes Mellitus. Melalui

penelitian ini diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pola hidup sehat dan

dapat mengontrol kadar gula darah dengan indikator peningkatan gaya hidup

masyarakat yang sehat dan penurunan resiko penyakit diabetes mellitus.


45

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten

Tuban Tahun 2021.


BAB 4

METODOLOGI PENELIITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu petunjuk peneliti dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu

pertanyaan (Nursalam, 2016).

Penelitian ini menggunakan metode analtik korelasi adalah cara untuk

mengetahui ada atau tidak adanya hubungan variabel. Kekuatan antar variabel dapat

dilihat dari nilai koevisien korelasi. Dengan pendekatan cross sectional. Penelitian

cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran

atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu

saat (Nursalam, 2008).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah setiap subyek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dari penelitian ini adalah

seluruh pasien rawat jalan yang melakukan check-up rutin di Puskesmas Pembantu

Desa Tahulu dengan jumlah 50 orang pada 3 bulan terakhir (Januari - Maret).

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat di pergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel yang dipakai pada penelitian

ini adalah sebagian pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu dengan

jumlah 45 orang (Nursalam, 2016).

46
47

Kriteria yang akan dijadikan penelitian terdiri dari kriteira, yaitu kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi yang meliputi :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karateristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016), yaitu :

1) Pasien yang bersedia menjadi responden dan bersedia bertanda tangan

di lembar persetujuan responden.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria eksklusi dan studi karena sebagai sebab (Nursalam,

2016), yaitu :

1) Pasien yang tidak bersedia

2) Pasien dengan penyakit yang mengakibatkan keterbatasan gerak

4.2.3 Besar Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Penghitungan jumlah

sampel pada penelitian ini menggunakan rumus :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑2 )

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikansi (p)

Besar sampel
48

N
Diketahui: n=
1+N (d2 )

50
n =
1+50(0,052 )

50
n =
1,12

n = 44,6

n = 45 Orang (dibulatkan)

Jadi besar sampel untuk penelitian ini adalah 45 orang.

4.2.4 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,2016).

Teknik sampling yang digunkan adalah simple random sampling. Simple

random sampling merupakan setiap subyek dalam populasi mempunyai

kesempatan untuk terpilih maupun tidak terpilih sebagai sampel (Nursalam, 2016).

Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak (Nursalam,

2016). Pengambilam sampel dilakukan dengan cara pengambilan nomor yang

telah ditulis.
49

4.3 Kerangka Operasional

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah mulai

dari penepatan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal

dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2016).

Populasi
Seluruh Pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu sebanyak 50 orang

Teknik Sampling
simple random sampling

Sampel
Sebagian Pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu sebanyak 45 orang

Pendekatan Waktu Pengumpulan Data


Cross Sectional

Variabel Independen Variabel Dependen


Gaya Hidup Kejadian Diabetes Mellitus

Pengumpulan Data
Kuisioner dan Cek GDS

Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa data
Uji Koefisiensi Kontingensi

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Gaya Hidup


dengan kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu
Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun
2021
50

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain- lain). Dalam riset, variabel

dikarakteristikan sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan

konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk

pengukuran dan atau manipulasi suatau penelitian. Konsep yang dituju dengan

suatu penelitian bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya denyut

jantung, hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa

diartikan sebagai suatu variabel dalam penelitian (Nursalam, 2016).

4.4.1 Variabel Independen

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah Gaya Hidup.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain

(Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kejadian

Diabetes Mellitus.
51

4.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

sari sesuatu yang didefinisikan. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu obyek atau fenomena (Nursalam, 2016)

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Gaya Hidup


dengan kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa
Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021

Definisi Alat
Variabel Indikator Skala Kode/ Skor
Operasional Ukur
Variabel Perilaku 1. Konsumsi Kuesioner Ordinal 1. Kode 1 :
Independ atau cara makanan Gaya Hidup
en: hidup dengan gizi Sehat
sesorang seimbang 36 - 48
Gaya yang 2. Membatasi 2. Kode 2 :
Hidup diwujudkan konsumsi Gaya Hidup
dalam makanan instan Cukup Sehat
perilaku 3. Membatasi 24 - 35
sehari hari minuman 3. Kode 3 :
dilihat dari bersoda Gaya Hidup
pola makan 4. Berolahraga Tidak Sehat
dan aktifitas 5. Tidur teratur 12 - 23
fisik Skor :
Selalu : 4
Sering : 3
Jarang : 2
Tidak Pernah : 1
Variabel Sesorang 1. Gula Darah Cek GDS Nominal 1. Kode 1 :
Depende yang Sewaktu Terjadi
n: ditandai Diabetes
Mellitus :
naiknya
Kejadian >180 mg/dl
kadar 2. Kode 2: Tidak
Diabetes
Millitus glukosa Terjadi
dalam darah Diabetes
yang Mellitus :
diakibatkan <180 mg/dl
karena
kurang
insulin
52

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang disusun oleh peneliti yang di sesuaikan

dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) untuk dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur dan dapat memberikan gambaran terhadap perbedaan subjek

penelitian (Nursalam, 2016).

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini pada

variabel independen Gaya Hidup dengan menggunakan Kuesioner. Pada variabel

dependen kejadian Diabetes Mellitus menggunakan Cek Gula Darah Sewaktu.

4.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.

4.8 Prosedur Pengambilan Data

1. Mengambil sampel penlitian

2. Pada sampel dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan wawancara terhadap sampel untuk menapis responden yang

masuk kriteria eksklusi dan mengambil responden yang masuk kriteria

inklusi.

2) Dari jumlah populasi 50 orang setelah dilakukan perhitungan sampel

responden didapatkan hasil 45 orang.

3) Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.

4) Memberikan pengisian Kuesioner kepada responden.

3. Menjelaskan cara pengisian dan mengisi Kuesioner.

4. Melakukan Cek Gula Darah Sewaktu pada responden.


53

4.9 Analisa Data

Analisa data adalah bagian terpenting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam mengungkapkan

fenomena (Nursalam, 2016).

1. Editing

Kegiatan dalam upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban menurut kriteria tertentu

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian diberikan kode yaitu :

1) Variabel Independen

Gaya Hidup Sehat : kode 1

Gaya Hidup Cukup Sehat : kode 2

Gaya Hidup Tidak Sehat : kode 3

2) Variabel Dependen

Terjadi Diabetes Mellitus : kode 1

Tidak terjadi Diabetes Mellitus : kode 2

3. Scoring

Tahap yang dilakukan setelah diterapkan kode jawaban atau hasil observasi

sehingga jawaban responden dan hasil observasi dapat diberikan skor.

Scoring yaitu memberikan skor pada jawaban kuesioner dengan mengubah

kata-kata menjadi angka.


54

1) Kuesioner Gaya Hidup

(1) Gaya Hidup Sehat : 36 - 48

(2) Gaya Hidup Cukup Sehat : 24 - 35

(3) Gaya Hidup Tidak Sehat : 12 - 23

Skor diatas didapatkan dari hitungan :

(1) Jumlah pilihan jawaban ada 4 yaitu “Selalu” skor 4, “Sering” skor

3, “Jarang” skor 2, “Tidak Pernah” skor 1

(2) Jumlah Pertanyaan sebanyak 12

(3) Skor minimal pilihan jawaban yaitu 1

(4) Skor maksimal pilihan jawaban yaitu 4

(5) Menentukan jumlah skor minimal = skor minimal x jumlah

pertanyaan = 1x 12 = 12

(6) Menentukan jumlah skor maksimal = skor maksimal x jumlah

pertanyaan = 4 x 12 = 48

(7) Mengolongkan menjadi 3 kategori (K) yaitu Sehat, Cukup Sehat

dan Tidak Sehat

(8) Menentukan Range (R) = skor maksimal – skor minimal = 48 – 12

= 36

(9) Menentukan interval

I = Range (R)
Kategori (K)

= 36 = 12
3
(10) Iˡ = Skor maksimal – interval = 48 – 12 = 36

(11) I² = Iˡ – interval = 36 – 12 = 24
55

(12) I³ = I² – interval = 24 – 12 = 12

4. Tabulating

Tabulating yaitu tahap penyusunan data yang dilakukan untuk

mempermudah dalam analisa data secara statistik yang dapat dilakukan

dengan tabulasi manual atau tabulasi menggunakan software (Swajarna,

2016).

5. Uji Statistik

Penelitian ini menggunakan uji koefesien kontingensi, karena pada variabel

independen menggunakan skala ordinal dan variabel dependen menggunkan

skala nominal sehingga penelitian ini termasuk kategorik dengan jenis

hipotesis korelatif dan didapatkan skala variabel korelasi kategorik.

Penelitian ini menggunakan Uji Koefisiensi Kontingensi dengan syarat :

1) Skala pengukuran kategorik

2) Termasuk dalam jenis hipotesis korelatif

3) Termasuk dalam uji non parametik

4) Data dipilih secara Koefisiensi Kontingensi

Langkah- langkah Uji Koefisiensi Kontingensi:

1) Analyze - > Deskriptives statistic -> Crosstabs

2) Masukkan variabel Gaya Hidup ke dalam Rows ( karena bertindak

sebagai variabel independen ) dan Kejadian Diabetes Mellitus ke dalam

Columns ( karena bertindak sebagai variabel dependen)

3) Klik kotak Statistic

4) Pilih Koefisiensi Kontingensi pada kotak nominal


56

5) Continue untuk melanjutkan proses selanjutnya

6) Proses telah selesai. Klik Continue, klik OK

6. Cara penarikan kesimpulan

1) Jika p value > 0,05 maka H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara

Gaya Hidup dengan kejadian diabetes militus.

2) Jika p value ≤ 0,05 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara

Gaya Hidup dengan kejadian diabetes militus.

7. Perangkat yang digunakan untuk menganalisa

Alat yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan

software SPSS for windows.

8. Interpretasi data

Menurut Sugiono (2009), interpretasi hasil penelitian dikategorikan sebagai

berikut :

100% : Seluruhnya dari responden

76-79% : Hampir seluruhnya dari responden

51-75% : Sebagian besar dari responden

50% : Setengahnya dari responden

26-49% : Hampir setengahnya dari responden

1-25% : Sebagian kecil dari responden

0% : Tidak satupun dari responden

(Sugiono, 2009) .
57

4.10 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama dan permintaan izin dari kepala

Puskesmas Merakurak kemudian meminta izin kepada kepala Puskesmas Pembantu

Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Setelah mendapat

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

4.10.1 Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian,

yaitu dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden (Hidayat, 2007).

4.10.2 Confidiently

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). Nama

responden tidak perlu dicantumkan dalam laporan penelitian, hanya menggunakan

kode saja.

4.10.3 Anonimity

Semua Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2007).
BAB 5
HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 di Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Jumlah

responden dalam penelitian ini adalah 45 orang, pengambilan data dalam

penelitian ini yaitu dengan cara door to door.

5.2 Data Umum Lokasi Penelitian

Data umum yang diperoleh peneliti pada penelitian ini meliputi:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian meliputi:

1) Lokasi penelitian

Berdasarkan informasi yang didapatkan, Puskesmas Pembantu Desa

Tahulu adalah Puskesmas yang terletak di Dusun Bancang Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban. Dusun Bancang sendiri

merupakan salah satu wilayah yang masuk kedalam lingkungan Desa

Tahulu. Dusun Bancang ini berada di wilayah ujung paling selatan di Desa

Tahulu. Yang sebelah barat berbatasan dengan Desa Kapu, Sebelah utara

berbatasan dengan Desa Mandirejo, Sebelah selatan dan timur berbatasan

dengan Desa Tegalrejo.

58
59

2) Visi dan Misi

a. Visi Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

Terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal di Wilayah

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

b. Misi Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

(1) Meningkatkan pelayanan mutu kesehatan di UKP (Upaya

Kesehatan Perorangan)

(2) Meningkatkan pelayanan mutu kesehatan di UKM (Upaya

Kesehatan Masyarakat)

3) Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi- tingginya sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara nasional dan ekonomis.


60

5.2.1 Data Umum Responden

Penelitian ini menggambarkan distribusi karakteristik responden (Usia,

Jenis Kelamin, Pekerjaan).

1. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas


Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban Tahun 2021.
No. Usia Frekuensi Presentase (%)
1. 40-54 Tahun 21 46.7
2. 55-69 Tahun 21 46.7
3. 70-84 Tahun 3 6.7
Total 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu berusia 40-54 tahun dan 55-69 tahun,

dan sebagian kecil berusia 70-84 tahun .

2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021

No. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


1. Laki-laki 17 37.8
2. Perempuan 28 62.2
Total 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa Sebagian besar jenis kelamin

responden di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu adalah perempuan dan

sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki.


61

3. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas


Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten
Tuban Tahun 2021.

No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


1. Petani 11 24.4
2. Buruh 5 11.1
3. Pedagang 10 22.2
4. Tidak Bekerja 19 42.2
Total 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak

bekerja dan sebagian kecil berkerja sebagai buruh.

5.2.2 Data Khusus

Data khusus yang diperoleh pada penelitian ini meliputi:

1. Gaya Hidup Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021

No. Gaya Hidup Frekuensi Presentase (%)


1. Sehat 8 17,8
2. Cukup Sehat 11 24,4
3. Tidak Sehat 26 57,8
Total 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Sebagian besar responden di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu mempunyai gaya hidup yang tidak sehat

dan sebagian kecil mempunyai gaya hidup yang sehat.


62

2. Kejadian Diabetes Mellitus pada pasien rawat jalan Di Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun

2021.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diabetes Mellitus di


Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban Tahun 2021

No. Kejadian DM Frekuensi Presentase (%)


1. Terjadi Diabetes Mellitus 26 57.8
Tidak Terjadi Diabetes
2. 19 42.2
Mellitus
Total 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu terjadi Diabetes Mellitus dan sebagian

kecil tidak terjadi Diabetes Mellitus .

3. Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun

2021.

Tabel 5.6 Tabel Silang Hubungan Gaya Hidup dengan kejadian


Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu
Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021

Kejadian Diabetes Mellitus Total


No. Gaya Hidup Terjadi DM Tidak Terjadi DM
f % f % f %
1. Sehat 0 0 8 100 8 100
2. Cukup Sehat 0 0 11 100 11 100
3. Tidak Sehat 26 100 0 0 26 100
Total 26 57.8 19 42.2 45 100
Sumber : Data Primer Peneliti 2021.
63

Berdasarkan tabel 5.6 dijelaskan bahwa responden yang mempunyai gaya

hidup sehat dan cukup sehat tidak terjadi Diabetes Mellitus, sedangkan

responden yang memiliki gaya hidup tidak sehat terjadi Diabetes Mellitus.

5.3 Analisis Data

Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Koefisien

Kontigensi dengan menggunakan Software SPSS For Windows dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Phi = 0,000 dimana 0,000 < 0,05 maka H1

diterima artinya terdapat Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes

Mellitus di Puskesmas pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten

Tuban Tahun 2021.


BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan

Bab pembahasan ini menguraikan tentang hasil penelitian dan keterbatasan

yang ditemui selama proses penelitian berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adanya Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupatren Tuban

Tahun 2021.

6.1.1 Identifikasi Gaya Hidup Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Pembantu

Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban tahun 2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar responden di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu mempunyai gaya hidup yang tidak sehat dan

sebagian kecil mempunyai gaya hidup yang sehat dan cukup sehat.

Menurut Kotler (2002) dalam (Agustina, 2018), Pola yang sehat ini diawali

oleh gaya hidup, Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam

aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk

merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan

dengan gizi seimbang, tidak mengkonsumsi minuman soda, dan berolahraga secara

teratur.

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sebagian besar responden masih

mempunyai gaya hidup yang tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan oleh pola makan

yang tidak sehat yaitu banyak mengkonsumsi makanan instan dan manis seperti

Mie Instan, makanan kaleng, manisan dan roti, serta tidak memperhatikan jadwal

makan.

64
65

Pola makan yang sehat didefinisikan sebagai pola makan dengan perencaan

3J yaitu jumlah, jenis, dan jadwal makan yang teratur. Pola makan yang tidak sehat

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara karbohidrat dan kandungan lain

yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya kandungan gula di dalam tubuh menjadi

tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas dan mengakibatkan terjadinya diabetes

melitus (Santoso & Ranti, 2004) dalam (Hamdan Hariawan, 2019).

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa Sebagian besar responden masih

kurang beraktifitas fisik dan berolahraga, hal tersebut bisa dilihat dari pengisian

kuesioner yang terdapat pada poin aktifitas fisik dan olahraga yang Sebagian besar

responden menjawab jarang bahkan ada yang menjawab tidak pernah. Menurut

Wiardani (2009) dalam (Hamdan Hariawan, 2019), aktivitas fisik yang kurang juga

menjadi faktor gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena, otot normal

dalam keadaan istirahat yang dapat diakibatkan oleh kurangnya aktivitas fisik

hampir tidak permeabel terhadap glukosa kecuali bila serat otot dirangsang oleh

insulin. Penurunan kontraksi otot yang menyebabkan berkurangnya permeabilitas

membran sel terhadap glukosa. Akibatnya terjadi gangguan transfer glukosa ke

dalam sel dan berkurangnya respon terhadap insulin yang mengarah pada keadaan

resisten dan dapat menyebabkan tingginya gula darah dalam tubuh.

Dari penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden masih tidak

melakukan tidur dengan teratur, Sebagian besar dari responden tidur kurang dari 6

jam perharinya. Menurut penelitian Danny (2016) tidur merupakan fungsi biologis

dasar dan essensial dalam kehidupan manusia. Tidur merupakan kesempatan


66

restorasi fisik, mental, dan emosional. Kurangnya kualitas dan kuantitas tidur dapat

menghasilkan gangguan metabolik dan kardiovaskuler. Data epidemiologi

menunjukkan orang dengan durasi tidur malam hari kurang dari 6 jam memiliki

resiko tinggi terkena DM Tipe 2.

Dari penelitian ini gaya hidup yang tidak sehat banyak didapati pada usia

55-84 tahun. Usia dapat mempengaruhi penurunan pencernaan, aktifitas fisik,

mental dan sosial secara bertahap. Semakin tinggi usia seseorang maka dapat

berdampak pada kesehatannya dan gaya hidupnya tidak dapat terkontrol

dikarenakan pada usia lansia mengalami penurunan kemampuan kognitif.

Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011), kelompok usia 60 sampai 79 tahun

merupakan masa usia lanjut (Elderly), Kemampuan kognitif perseptual dan

numerik seseorang mengalamin penurunan pada usia lanjut. menjadi tua dengan

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua

orang mengalami kemunduran pencernaan, aktifitas fisik, mental dan sosial secara

bertahap.

6.1.2. Identifikasi kejadian Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat Jalan di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

tahun 2021

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu terjadi Diabetes Mellitus dan sebagian kecil

tidak terjadi Diabetes Mellitus.


67

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar gula dalam darah yang melebihi nilai normal, yaitu

pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) > 180 mg/dl dan gula darah vena puasa

(GDP) > 126 mg/dl. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin,

yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam

darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth,

2013).

Dari penelitian ini ditemukan Sebagian besar responden banyak terjadi

Diabetes Mellitus dengan hasil pemeriksaan cek gula darah sewaktu (GDS) > 180

mg/dl dan lebih banyak terjadi pada usia diatas 40 tahun karena kemampuan

pankreas untuk menghasilkan insulin akan menurun di usia yang semakin tinggi.

Diabetes Mellitus lebih memungkinkan terjadi pada perempuan, karena

metabolisme pada perempuan lebih lambat dari pada laki laki, sehingga perempuan

memiliki peluang lebih besar untuk terkena Diabetes Mellitus. (Wiardani, 2009;

Tandra, 2007) dalam (Hamdan Hariawan, 2019).

Dari penelitian ini, responden yang tidak bekerja lebih mempunyai kadar

gula darah yang tinggi daripada responden yang memiliki pekerjaan. Menurut

(Nathan dan Delahanty, 2009) dalam (Hamdan Hariawan, 2019), menyatakan

terkait hubungan pekerjaan dengan kejadian Diabetes Mellitus bahwa tidak adanya

pekerjaan menjadikan tubuh kurang bergerak dan dapat menjadi pemicu terjadinya

obesitas. Hal ini, akan menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Keadaan ini
68

menyebabkan jaringan tubuh menjadi kurang peka terhadap efek insulin. Sehingga

gula yang berada di dalam darah kesulitan untuk meninggalkan darah dan

memasuki sel.

6.1.3 Analisa Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di

Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban

Tahun 2021

Berdasarkan pada tabel 5.6 dijelaskan bahwa responden yang tidak terjadi

Diabetes Mellitus didapatkan pada responden yang mempunyai gaya hidup sehat

dan cukup sehat, sedangkan responden yang terjadi Diabetes Mellitus didapatkan

pada responden yang memiliki gaya hidup tidak sehat.

Dalam kehidupan sehari-hari perilaku gaya hidup yang tidak sehat bisa

mengakibatkan kadar gula darah menjadi tinggi melebihi batas normal yang bisa

mengakibatkan risiko terkena Diabetes Mellitus (Santoso & Ranti, 2004) dalam

(Hamdan Hariawan, 2019).

Berdasarkan dari penelitian ini responden yang memiliki gaya hidup tidak

sehat dapat mengakibatkan kejadian Diabetes Mellitus, hal ini karena gaya hidup

yang tidak sehat mengakibatkan pengaruh buruk pada hasil cek gula darah, hal

tersebut dikarenakan penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif

yang bukan murni rusaknya pankreas tetapi penyakit yang disebabkan oleh gaya

hidup yang tidak sehat. Misalnya sering mengkonsumsi makanan yang tinggi gula,

makanan yang tinggi karbohidrat, tidak memperhatikan jadwal makan, serta

kurangnya aktifitas fisik dan olahraga (Peter C. Kurniali, 2013). Monitor gula darah
69

merupakan salah satu dari lima pilar penatalaksanaan diabetes mellitus apabila

gaya hidup seseorang tidak sehat maka akan mengakibatkan juga pada hasil cek

gula darah menjadi tinggi. Tingginya kejadian Diabetes Mellitus salah satunya juga

disebabkan karena sering mengkonsumsi muniman dan makanan yang tinggi gula.

Gaya hidup cukup sehat didapati pada responden yang tidak rutin

berolahraga, hal tersebut didapatkan pada hasil pengisian kuesioner pada nomer 7,8

dan 9 yang sebagian besar responden menjawab tidak pernah dan jarang. Namun

demikian, meskipun responden tidak rutin berolahraga kadar gula darah pada

responden yang mempunyai gaya hidup cukup sehat adalah normal, hal ini

dikarenakan responden masih memiliki kesibukan lain yang memerlukan banyak

tenaga selain olahraga yaitu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,

mengepel dan mencuci pakaian yang dapat dilihat dari pengisian kuesioner pada

nomor 10 banyak responden yang menjawab selalu. Selain itu responden juga

sering mengkonsumsi sayuran dan buah buahan, hal ini dapat dilihat pada hasil

pengisian kuesioner pada nomer 5 yang sebagian besar responden menjawab selalu.

Hal itulah yang menjadikan kadar gula darah pada responden dengan gaya hidup

cukup sehat adalah normal dan tidak terjadi DM.

Menurut penelitian Nurohmi (2017), Konsumsi buah dan sayur dapat

menurunkan resiko Diabetes Mellitus. Konsumsi serat yang terdapat dalam sayur

dapat menurunkan resistensi insulin dalam tubuh. Ketika seseorang telah

mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dapat membuat seseorang merasa


70

kenyang dan mampu menunda lapar dan memperlambat uptake glukosa dalam

darah.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam meneliti (Nursalam,

2016). Dari penelitian ini, keterbatasan yang dialami peneliti adalah faktor adanya

pandemi Covid -19 sehingga penelitian yang semulanya dilakukan di Puskesmas

Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak diubah menjadi door to door

dikarenakan untuk mengurangi penyebaran Covid-19.


BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian

Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak

Kabupaten Tuban Tahun 2021” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 memiliki gaya

hidup yang tidak sehat.

2. Sebagian besar pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu

Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021 terjadi Diabetes

Mellitus.

3. Ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kejadian

Diabetes Mellitus pada pasien rawat jalan di Puskesmas Pembantu Desa

Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021.

7.2 Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini

dengan menggunakan variabel atau masalah seperti pola hidup, pola

makan, aktifitas fisik dan sebagainya.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat dijadikan untuk pengembangan pembelajaran. Bagi

institusi Pendidikan supaya terus dapat memperbanyak sumber bacaan baik

71
72

buku, jurnal, maupun literatur lainnya mengenai keperawatan medikal

bedah terutama pada penyakit Diabetes Mellitus.

3. Bagi Responden

Diharapkan kepada responden untuk dapat menerapkan gaya hidup sehat

untuk menghindari kejadian Diabetes Mellitus.


DAFTAR PUSTAKA

2013 RKD. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2013.
Abdi Pangestu, B. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan, Pola Makan, dan
Asupan Serat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).
Anny, 2017. Gaya Hidup Buruk Dongkrak Jumlah Diabetes Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170209210654-255-
192512/gaya-hidup-buruk-dongkrak-jumlah-diabetesi-indonesia
Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 2(1), 105–114.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i1.52
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakara EGC.
Dafriani, P. (2018). Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian
Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang.
NERS Jurnal Keperawatan, 13(2), 70. https://doi.org/10.25077/njk.13.2.70-
77.2017
Dahniar, Tasa, H., & Junaidi. (2014). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
diabetes mellitus di RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 4, 775–780.
Dauvin, J. C., Iglesias, A., & Lorgere, J. C. (1994). Circalittoral suprabenthic coarse
sand community from the western English Channel. Journal of the Marine
Biological Association of the United Kingdom, 74(3), 543-562.
Deputy, N. P., Kim, S. Y., Conrey, E. J., & Bullard, K. M. (2018). Prevalence and
changes in preexisting diabetes and gestational diabetes among women who
had a live birth—United States, 2012–2016. Morbidity and Mortality
Weekly Report, 67(43), 1201.
Dinkes Kabupaten Tuban. (2020). SPM Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes
Mellitus Tahun 2020.
Hariawan, H., Fathoni, A., & Purnamawati, D. (2019). Hubungan Gaya Hidup (Pola
Makan dan Aktivitas Fisik) Dengan Kejadian Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Umum Provinsi NTB. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing
Journal), 1(1), 1. https://doi.org/10.32807/jkt.v1i1.16
Hidayat, A. (2007). Strategi six sigma+ CD. Elex Media Komputindo.
Hidup, G., & Darah, K. G. (2014). Hubungan Gaya Hidup dengan Kadar Gula
Darah pada Pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur
Relationship Between Lifestyle And Blood Sugar Levels in Diabetes Mellitus
Patients At Djatinegara Sub-District Public Health Centre , East Jakarta .
Irawan I. Makrovaskuler dan mikrovaskuler reduction type diabetes mellitus. 2010.
Isnaini, N., & Ratnasari, R. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes
mellitus tipe dua. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 14(1), 59-
68.

73
74

Jacobsen, R., Lorenzen, J. K., Toubro, S., Krog-Mikkelsen, I., & Astrup, A. (2005).
Effect of short-term high dietary calcium intake on 24-h energy expenditure,
fat oxidation, and fecal fat excretion. International journal of obesity, 29(3),
292-301.
Kanserina, D., Haris, I. A., & Nuridja, I. M. (2015). pengaruh literasi ekonomi dan
gaya hidup terhadap perilaku konsumtif mahasiswa jurusan pendidikan
ekonomi universitas pendidikan ganesha tahun 2015. Jurnal Pendidikan
Ekonomi Undiksha, 5(1).
Kemenkes RI. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI, 1–8.
Kemenkes RI. (n.d.). Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf.
Lutfiansyah, M. (2019). Gaya Hidup Hypebeast di Kalangan Remaja Kota
Bandung(Doctoral dissertation, Perpustakaan).
Mochamad Joni Pranata,Hidayatun Nufus, D. P. (2018). Hubungan Gaya Hidup
Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pada Lansia. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nursalam, N. I. D. N. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika.
Perkumpulan Endrokinologi Indonesia (PERKENI). 2011. Konsesus Pengelolaan
dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Praja, A.N. (2018, July 23). Teori HL Blum. Diambil kembali dari Jurusan
Kesehatan Masyarakat:
http://jurusankesehatanmasyarakat.blogspot.com/2018/07/teori-hl-
blum.html?m=1
Pudjiadi, A., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N. S., Gandaputra, E. P., &
Harmoniati, E. D. (2009). Pedoman pelayanan medis. Volume, 2, 215-23.
Putra, Y., Kasrin, R., & Sari, Y. K. (2015). Hubungan Gaya Hidup dengan
Kejadian Hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan, 6(1).
Sani, F. N. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan sehat-sakit dengan sikap
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang perilaku hidup
bersih dan sehat. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada.
Serli Wijaya Adi Putra, S. W. A. P. (2020). Hubungan Gaya Hidup (Pola Makan
dan Aktivitas Fisik) dengan Kejadian Diabetes Melitus: Sebuah Tinjauan
Sistematis (Doctoral dissertation, STIK Bina Husada Palembang).
Soetiarto, F., Roselinda, R., & Suhardi, S. (2011). Hubungan diabetes mellitus
dengan obesitas berdasarkan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang data
riskesdas 2007. Buletin penelitian kesehatan, 38(1).
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
75

Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor risiko Kejadian diabetes melitus
tipe II di puskesmas kecamatan cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6-11.
Wardhani, E. K. (2012). Manajemen Diabetes Pada Wanita Dewasa Madya
Penderita Diabetes Mellitus (TIPE 2) Ditinjau Dari Teori Health Belief
Model (HBM) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban
Tahun 2021

2020 2021
No Tahapan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
Masalah
2 Survei Awal
3 Penyusunan
BAB 1
4 Penyusunan
BAB 2
5 Penyusunan
BAB 3
6 Penyusunan
BAB 4
7 Penyusunan
Lampiran
8 Ujian Proposal
9 Revisi Proposal
10 Ujian Etik
11 Mengurus
Surat Ijin
Penelitian
12 Pelaksanaan
Penelitian
13 Penyusunan
Laporan Hasil
Penelitian
14 Penyusunan
BAB 5
15 Penyusunan
BAB 6
16 Penyusunan
BAB 7
17 Penyusunan
Lampiran
18 Abstrak
19 Seminar Hasil
20 Ujian Skripsi
21 Revisi Skripsi
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Indriani Sahara Nura Zenina
NIM : 17.10.2.149.109

Adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan IIKNU Tuban, akan


mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Diabetes Mellitus di Puskesmas Pembantu Desa Tahulu Kecamatan
Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021”.
Untuk itu saya mengharapkan saudara berkenan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan bersedia mengisi kuesioner yang telah disiapkan, dengan
sejujur-jujurnya. Kerahasiaan informasi ini akan dijamin. Untuk itu, dalam
pengisian kuesioner ini tidak perlu mencantumkan alamat.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan saudara menandatangani persetujuan yang telah saya sediakan.
Partisipasi saudara menjadi responden dalam penelitian ini sangat saya hargai dan
sebelumnya saya ucapkan terimakasih.

Tuban, Agustus 2021

Indriani Sahara Nura Zenina


Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini, maka saya


menyatakan bersedia menjadi responden dari penelitian saudara Indriani Sahara
Nura Zenina yang berjudul:
“Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas
Pembantu Desa Tahulu Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban Tahun 2021”.

Persetujuan ini saya buat dengan sadar tanpa paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tuban, Agustus 2021


Responden

....................................
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN

1. Gaya Hidup
Nama Responden : ...............................................................
Umur : ................ tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Pekerjaan : ...............................................................
Petunjuk Pengisian :
1. Silahkan membaca setiap kalimat pernyataan dibawah ini dengan teliti
2. Berilah tanda ceklis (√) pada kolom “Selalu” atau
“Sering” atau “Jarang” atau “Tidak Pernah” jika menurut
saudara dilakukan atau tidak dilakukan
Jawaban
No Pertanyaan
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
(4) (3) (2) (1)
Apakah anda mengikuti anjuran petugas
1.
kesehatan untuk mengatur jadwal makan?
Apakah pola makan (sarapan, makan siang,
2
makan malam) anda berjalan secara teratur?
Apakah anda mengurangi mengkonsumsi
makanan yang mengandung minyak/ tinggi lemak
3
dan makanan instan (Misalnya : Mie instan,
makanan kaleng, gorengan)
Apakah anda membatasi mengkonsumsi
4
minuman bersoda
Apakah anda setiap harinya mengkonsumsi
5
sayuran dan buah buahan
Apakah anda setiap harinya mengkonsumsi
6. makanan yang banyak mengandung protein
(Misalnya: Telur dan daging)
Apakah anda melakukan olahraga pada hari
7.
minggu seperti mengikuti senam dan lari pagi?
Apakah anda rutin berolahraga kecil dirumah
8.
seperti jalan jalan pagi disekitar rumah?
Apakah anda melakukan olahraga minimal 10-20
9.
menit setiap hari?
Apakah anda sering melakukan pekerjaan rumah
10.
(seperti menyapu, mengepel, mencuci pakaian)
Apakah anda suka melakukan pekerjaan yang
11.
cukup berat (seperti : dikebun, di sawah)
Apakah anda tidur secara teratur (6 – 8 jam
12.
sehari)
Jumlah Nilai

Skor :
Selalu :4
Sering :3
Jarang :2
Tidak Pernah : 1

Gaya Hidup Sehat = 36 - 48


Gaya Hidup Cukup Sehat = 24 - 35
Gaya Hidup Tidak Sehat = 12 – 23

2. Diabetes Mellitus
1. Cek Gula Darah Sewaktu = ……… mg/dl
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Hasil Tabulasi Akhir Gaya Hidup
Pertanyaan Kategori Kd
Nama
No JK Total Cukup Tidak
Inisial 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sehat
Sehat Sehat
1 Ny JM P 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 3 19 √ 3
2 Ny KM P 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 17 √ 3
3 Tn WS L 2 3 2 1 2 2 1 1 1 3 4 2 24 √ 2
4 Tn TM L 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 3 18 √ 3
5 Ny TN P 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 20 √ 3
6 Ny RP P 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 2 4 24 √ 2
7 Ny KF P 3 3 2 2 3 3 1 2 1 4 3 4 31 √ 2
8 Ny KN P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 3 1 2 22 √ 3
9 Ny SJ P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 3 22 √ 3
10 Tn KM L 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 3 2 22 √ 3
11 Ny SP P 2 3 3 3 3 3 1 2 1 3 3 2 29 √ 2
12 Tn T0 L 2 3 3 2 4 3 1 3 1 2 4 3 31 √ 2
13 Tn SJ L 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 3 22 √ 3
14 Ny KT P 3 3 4 3 4 3 2 3 1 4 3 4 37 √ 1
15 Ny WN P 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 1 2 22 √ 3
16 Ny SM P 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 1 4 23 √ 3
17 Tn SY L 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 4 4 38 √ 1
18 Ny KR P 2 2 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 19 √ 3
19 Tn SP L 3 4 3 2 4 4 2 3 2 2 2 4 35 √ 2
20 Ny SH P 3 3 4 3 4 4 2 3 2 4 3 4 39 √ 1
21 Ny JR P 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 33 √ 2
22 Ny DN P 3 3 3 3 4 4 2 3 1 4 1 4 35 √ 2
23 Ny TT P 1 4 3 3 4 3 2 3 2 3 1 4 33 √ 2
24 Tn KS L 3 3 2 3 4 4 2 3 1 2 4 4 35 √ 2
25 Ny KN P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 3 22 √ 3
26 Ny SM P 3 3 3 3 4 4 2 3 2 4 4 4 39 √ 1
27 Ny TR P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 2 21 √ 3
28 Tn SL L 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 3 22 √ 3
29 Tn HT L 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 22 √ 3
30 Ny MS P 3 3 3 3 4 4 2 3 1 3 4 4 37 √ 1
31 Ny SJ P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 1 3 22 √ 3
32 Tn PJ L 2 2 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 23 √ 3
33 Tn KD L 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 3 2 20 √ 3
34 Ny PS P 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 1 4 36 √ 1
35 Ny WS P 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1 4 22 √ 3
36 Tn SM L 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 22 √ 3
37 Ny SP P 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 36 √ 1
38 Ny KT P 2 2 2 2 3 2 1 1 1 3 1 2 22 √ 3
39 Ny GM P 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 21 √ 3
40 Tn SY L 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 3 1 22 √ 3
41 Tn AR L 1 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 4 34 √ 2
42 Tn WT L 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 3 2 22 √ 3
43 Tn SY L 2 3 3 3 4 4 2 3 2 4 2 4 36 √ 1
44 Ny ST P 2 2 2 2 2 3 1 1 1 4 1 2 23 √ 3
45 Ny NR P 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 21 √ 3
Hasil Tabulasi Akhir Kejadian Diabetes Mellitus

Kategori
Nama Jenis Hasil Cek Tidak
No Terjadi Kode
Inisial Kelamin GDS Terjadi
DM
DM
1 Ny JM P 185 √ 1
2 Ny KM P 181 √ 1
3 Tn WS L 123 √ 2
4 Tn TM L 186 √ 1
5 Ny TN P 181 √ 1
6 Ny RP P 175 √ 2
7 Ny KF P 121 √ 2
8 Ny KN P 199 √ 1
9 Ny SJ P 190 √ 1
10 Tn KM L 189 √ 1
11 Ny SP P 143 √ 2
12 Tn T0 L 102 √ 2
13 Tn SJ L 220 √ 1
14 Ny KT P 92 √ 2
15 Ny WN P 215 √ 1
16 Ny SM P 193 √ 1
17 Tn SY L 82 √ 2
18 Ny KR P 183 √ 1
19 Tn SP L 140 √ 2
20 Ny SH P 155 √ 2
21 Ny JR P 171 √ 2
22 Ny DN P 132 √ 2
23 Ny TT P 142 √ 2
24 Tn KS L 146 √ 2
25 Ny KN P 256 √ 1
26 Ny SM P 72 √ 2
27 Ny TR P 302 √ 1
28 Tn SL L 215 √ 1
29 Tn HT L 190 √ 1
30 Ny MS P 116 √ 2
31 Ny SJ P 189 √ 1
32 Tn PJ L 269 √ 1
33 Tn KD L 208 √ 1
34 Ny PS P 91 √ 2
35 Ny WS P 221 √ 1
36 Tn SM L 323 √ 1
37 Ny SP P 174 √ 2
38 Ny KT P 191 √ 1
39 Ny GM P 243 √ 1
40 Tn SY L 199 √ 1
41 Tn AR L 138 √ 2
42 Tn WT L 224 √ 1
43 Tn SY L 80 √ 2
44 Ny ST P 223 √ 1
45 Ny NR P 197 √ 1
Lampiran 11

Frequencies
Statistics
JENIS PEKERJA USIA GAYA KEJADIAN
KELAMIN AN HIDUP DM
N Valid 45 45 45 45 45
Missin 0 0 0 0 0
g

Frequency Table
JENIS KELAMIN
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
Vali Laki-laki 17 37.8 37.8 37.8
d Perempuan 28 62.2 62.2 100.0
Total 45 100.0 100.0

PEKERJAAN
Frequen Percen Valid Cumulative
cy t Percent Percent
Val Petani 11 24.4 24.4 24.4
id Buruh 5 11.1 11.1 35.6
Pedagang 10 22.2 22.2 57.8
Tidak 19 42.2 42.2 100.0
Bekerja
Total 45 100.0 100.0

USIA
Frequen Percen Valid Cumulative
cy t Percent Percent
Val 40- 21 46.7 46.7 46.7
id 54
55- 21 46.7 46.7 93.3
69
70- 3 6.7 6.7 100.0
84
Tota 45 100.0 100.0
l

GAYA HIDUP
Frequen Percen Valid Cumulative
cy t Percent Percent
Val Sehat 8 17.8 17.8 17.8
id Cukup 11 24.4 24.4 42.2
Sehat
Tidak 26 57.8 57.8 100.0
Sehat
Total 45 100.0 100.0

KEJADIAN DM
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Val Terjadi DM 26 57.8 57.8 57.8
id Tidak 19 42.2 42.2 100.0
Terjadi DM
Total 45 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JENIS KELAMIN * 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
GAYA HIDUP
USIA * GAYA HIDUP 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
PEKERJAAN * GAYA 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
HIDUP
JENIS KELAMIN * GAYA HIDUP Crosstabulation
Count
GAYA HIDUP Total
Sehat Cukup Tidak
Sehat Sehat
JENIS Laki-laki 2 5 10 17
KELAMIN Perempuan 6 6 16 28
Total 8 11 26 45

USIA * GAYA HIDUP Crosstabulation


Count
GAYA HIDUP Total
Sehat Cukup Tidak
Sehat Sehat
USI 40- 6 9 6 21
A 54
55- 2 1 18 21
69
70- 0 1 2 3
84
Total 8 11 26 45

PEKERJAAN * GAYA HIDUP Crosstabulation


Count
GAYA HIDUP Total
Sehat Cukup Tidak
Sehat Sehat
PEKERJA Petani 2 5 4 11
AN Buruh 3 2 0 5
Pedagang 3 3 4 10
Tidak 0 1 18 19
Bekerja
Total 8 11 26 45
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JENIS KELAMIN * 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
KEJADIAN DM
USIA * KEJADIAN 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
DM
PEKERJAAN * 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
KEJADIAN DM

JENIS KELAMIN * KEJADIAN DM Crosstabulation


Count
KEJADIAN DM Total
Terjadi Tidak
DM Terjadi DM
JENIS Laki-laki 10 7 17
KELAMIN Perempuan 16 12 28
Total 26 19 45

USIA * KEJADIAN DM Crosstabulation


Count
KEJADIAN DM Total
Terjadi Tidak
DM Terjadi DM
USI 40- 6 15 21
A 54
55- 18 3 21
69
70- 2 1 3
84
Total 26 19 45
PEKERJAAN * KEJADIAN DM Crosstabulation
Count
KEJADIAN DM Total
Terjadi Tidak
DM Terjadi DM
PEKERJA Petani 4 7 11
AN Buruh 0 5 5
Pedagang 4 6 10
Tidak 18 1 19
Bekerja
Total 26 19 45

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
GAYA HIDUP * 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
KEJADIAN DM

GAYA HIDUP * KEJADIAN DM Crosstabulation


KEJADIAN DM Total
Terjadi Tidak
DM Terjadi DM
GAYA Sehat Count 0 8 8
HIDUP % within GAYA 0.0% 100.0% 100.0%
HIDUP
% within KEJADIAN 0.0% 42.1% 17.8%
DM
% of Total 0.0% 17.8% 17.8%
Cukup Count 0 11 11
Sehat % within GAYA 0.0% 100.0% 100.0%
HIDUP
% within KEJADIAN 0.0% 57.9% 24.4%
DM
% of Total 0.0% 24.4% 24.4%
Tidak Sehat Count 26 0 26
% within GAYA 100.0% 0.0% 100.0%
HIDUP
% within KEJADIAN 100.0% 0.0% 57.8%
DM
% of Total 57.8% 0.0% 57.8%
Total Count 26 19 45
% within GAYA 57.8% 42.2% 100.0%
HIDUP
% within KEJADIAN 100.0% 100.0% 100.0%
DM
% of Total 57.8% 42.2% 100.0%

Symmetric Measures
Value Approximate
Significance
Nominal by Contingency .707 .000
Nominal Coefficient
N of Valid Cases 45
Lampiran 12

Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu


Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu


Memberikan pertanyaan kuesioner pada responden

Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu


Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu

Pemeriksaan Cek Gula Darah Sewaktu


Lampiran 13

Anda mungkin juga menyukai