Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS DEPARTEMEN

SATU KASUS BENDA ASING


BATU BATERAI DI ESOFAGUS
PADA ANAK USIA 2 TAHUN

Oleh:
Rikha Liemiyah

Pembimbing:
Dr. Farokah, Sp.THT-KL (K), MSi.Med

BAGIAN IKTHT-KL FK UNDIP / KSM K THT-KL


RSUP DR. KARIADI
SEMARANG
2021
7

BAB I
PENDAHULUAN

Tertelan Benda Asing (BA) di esofagus merupakan salah satu masalah


umum di kalangan anak-anak, karena meningkatnya rasa ingin tahu dan aktivitas
tangan ke mulut.1 BA Gastrointestinal (GI) yang sering dijumpai antara lain uang
logam, tulang ikan, peniti, batu baterai, magnet, barang-barang rumah tangga, dan
lain-lain.1 Batu baterai merupakan kejadian yang jarang, mewakili kurang dari 2%
BA yang tertelan oleh anak-anak, tetapi dalam dua dekade terakhir, frekuensinya
terus meningkat.2
BA batu baterai yang dimasukkan ke dalam rongga mulut, hidung,
maupun liang telinga menjadi masalah serius. Batu baterai di esofagus
memerlukan tindakan segera, karena dapat menyebabkan ulserasi pada mukosa,
cedera korosif, bahkan perforasi dalam beberapa jam setelah tertelan. 2 Batu
baterai yang terisi penuh di saluran cerna dapat menyebabkan luka bakar mukosa
dimulai dalam waktu 15 menit setelah kontak dengan mukosa esofagus dan dapat
mengalami perforasi dalam 6-7 jam. Tingkat keparahan kerusakan saluran cerna
tergantung pada ukuran dan muatan listrik baterai dan lamanya di mukosa. Proses
lisis terjadi lebih lama pada batu baterai yang habis daripada batu baterai yang
terisi daya. Luka bakar mukosa yang disebabkan oleh batu baterai dapat
dijelaskan melalui tiga mekanisme: 1) pembentukan arus elektrolit eksternal yang
menghidrolisis cairan jaringan dan menghasilkan hidroksida pada kutub negatif
baterai, 2) kebocoran isi baterai, terutama elektrolit alkali dan 3) tekanan fisik
pada jaringan yang berdekatan.1,3
BA yang tertelan dapat terhenti/ menempel di mana saja di saluran GI,
termasuk esofagus proksimal, esofagus distal, dan lambung. Keragaman dan
posisi BA dapat menyebabkan tingkat komplikasi yang berbeda.1
Kami melaporkan pasien berusia dua tahun yang datang dengan curiga
menelan BA setelah 8 jam. Pasien datang dengan membawa pemeriksaan
radiologis tampak BA (koin) esofagus distal. Laporan kasus ini dibuat dengan
tujuan untuk menambah pengetahuan mengenai anatomi esofagus, patofisiologi,
8

diagnosis terhadap BA batu baterai di esofagus sehingga dapat dilakukan


tatalaksana tepat.4
9

BAB II
LAPORAN KASUS

Gambar 1. Profil Pasien

Seorang anak berusia 2 tahun rujukan dari RS Swasta Kudus datang ke


RSUP Dr. Kariadi (RSDK) dengan keluhan sejak 6 jam yang lalu muntah dan
rewel. Muntah dirasakan beberapa menit setelah minum (tidak dicoba makan).
Pasien juga terdapat keluhan mengeces. Pasien menjadi tidak aktif dan lebih
banyak diam. Sebelumnya anak bermain sendiri saat ibu pasien sedang beribadah.
Keluhan rasa tercekik, serak, sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri telan, sulit
telan, nyeri dada disangkal. Anak kemudian dibawa ke RS swasta dan dilakukan
rontgen, dikatakan terdapat BA berbentuk bulat menyerupai koin di saluran cerna.
Karena keterbatasan alat pasien kemudian dirujuk ke RSDK.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah,
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 118/59 mmHg, respirasi 20 kali/menit,
suhu 36,50C, SaO2 99%. Pemeriksaan telinga Canalis Auditorius Eksternus
(CAE) baik kanan dan kiri tidak didapatkan hiperemis, serumen, maupun
granulasi, membran timpani intak, dan terdapat refleks cahaya. Pemeriksaan
hidung didapatkan konka eutrofi, tidak tampak mukosa udem, discharge, maupun
septum deviasi. Pemeriksaan tenggorok arkus faring simetris, tonsil T1/T1, tidak
tampak hiperemis, kripte melebar, detritus, maupun palatum bombans. Tes
minum, pasien dapat minum sedikit dan tidak dimuntahkan.
Pada pemeriksaan rontgen servikothorakal di RS Swasta Kudus
didapatkan kesan cor tak membesar, aspek tenang, benda asing (koin) esofagus
10

distal. Pasien kemudian diprogramkan pemeriksaan laboratorium, rontgen


servikothorakal ulang.

Gambar 2. Rontgen Servikothorakal di RS Swasta Kudus.


Tampak BA (Koin) di Esofagus.

Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Rontgen


servikothorakal di RSDK didapatkan hasil cor tak membesar, pulmo tak tampak
infiltrate, opasitas berbentuk bulat superposisi Vertebra Thorakal (VT) 8-9
(cenderung pada esofagus).

Gambar 3. Rontgen Servikothorakal di RSDK. Tampak


Opasitas Berbentuk Bulat Superposisi VT 8-9 (cenderung pada esofagus).

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien


didiagnosis dengan BA curiga uang koin di esofagus. Kemudian pasien
diprogramkan esofagoskopi dan ekstraksi BA cito, konsul TS Anestesi, swab
antigen, diberikan terapi Infus RL 20 tpm, dan diit cair.
Pasien dilakukan esofagoskopi dan ekstraksi BA. Laporan Operasi: 1)
Dilakukan Esofagoskopi, 2) Pada 20 cm dari incisivus tampak pada ulkus pada
mukosa esofagus dan jaringan nekrotik, 3) Terdapat BA berwarna silver
11

berbentuk bulat dengan permukaan mulai lisis/ korosif, 4) Dilakukan ekstraksi


menggunakan forcep, didapatkan BA batu baterai diameter 2 cm, dengan
permukaan lisis bagian pinggir dan perubahan warna kecoklatan pada salah satu
sisinya, 5) Evaluasi : ulkus dan nekrosis pada mukosa esofagus, laserasi dinding
esofagus (-), 6) Dilakukan pemasangan NGT, 7) Tindakan selesai.

a) b) c)

Gambar 3. Durante Operasi: a) Pada Esofagoskopi Rigid tampak 20 cm dari Incisivus


Terlihat Ulkus dan Jaringan Nekrotik pada Mukosa Esofagus, dan Terdapat BA Berwarna Silver
Berbentuk Bulat. b) Dilakukan Pengambilan BA dengan Forsep. c) Batu Baterai
dengan Ukuran 2 cm, Permukaan Lisis Bagian Pinggir dan Perubahan
Warna Kecoklatan pada Salah Satu Sisinya.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang pasien


didiagnosis dengan BA batu baterai di esofagus.
Evaluasi hari pertama, keluhan mual, muntah, nyeri perut, nyeri dada
disangkal. Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
Terpasang NGT pada cavum nasi kanan, tenggorok arkus faring simetris, tonsil
T1-T1, tidak didapatkan hiperemis, dan laserasi. Talaksana awasi keadaan umum,
tanda vital, tanda perdarahan saluran cerna dan perforasi, diit via NGT, konsul
gizi klinik. Terapi infus RL 20 tpm, injeksi sefotaksim 500 mg/12 jam iv,
metilprednisolon 10 mg/12 jam iv, madu 3x1 sendok makan.
Evaluasi kontrol 1 Minggu paska operasi, saat ini pasien tidak didapatkan
keluhan mual, muntah, nyeri perut, nyeri dada. Keluarga masih memberikan
makanan lunak. Pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan arkus faring simetris, tonsil T1-T1, tidak
didapatkan hiperemis, dan laserasi. Talaksana terdiri dari awasi keadaan umum,
tanda perforasi/ stenosis esofagus, diit lunak, terapi madu 3x1 sendok makan.
12

A BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Definisi
Benda Asing (BA) berasal dari bahasa Latin corpus alienum. BA
mengacu pada benda apapun yang berasal dari luar tubuh. Sebagian besar
referensi BA melibatkan masuknya mereka melalui lubang alami ke organ
berongga, sehingga salah satu lokasi paling umum untuk BA adalah saluran
pencernaan.5

3.2. Anatomi
Esofagus adalah saluran antara faring dan lambung berukuran panjang
sekitar 23-25 cm dimulai dari terbukanya faring pada tingkat Vertebra
Servikalis (VS) ke enam, melewati diafragma pada tingkat Vertebra
Thorakalis (VT) ke sepuluh, dan membuka ke perut. Esofagus berdasarkan
lokasinya dibagi menjadi tiga segmen, serviks, toraks, dan perut. Bagian
serviks memanjang dari cricopharyngeus ke penonjolan suprasternal, bagian
toraks memanjang dari penonjolan suprasternal ke diafragma, dan bagian
perut berlanjut ke kardia lambung. Saat istirahat diameternya kira-kira 2 cm,
dan bila digembungkan dengan bolus makanan bisa mencapai 3 cm ke
samping.6
Esofagus pada anak setinggi VS IV-V sampai VT IX. Panjang
bervariasi antara 8-10 cm. Pertumbuhan panjang esofagus umur 1 tahun 12
cm, umur 5 tahun sepanjang 16 cm dan setelah itu pertumbuhannya melambat,
pada umur 15 tahun hanya mencapai 19 cm. Ukuran panjang esofagus diukur
dari gigi seri atas bayi sepanjang 18 cm, anak (1 tahun) sepanjang 18 cm, anak
3 tahun sepanjang 22 cm, 6 tahun sepanjang 25 cm, 10 tahun sepanjang 27
cm, 14 tahun sepanjang 34 cm, dewasa sepanjang 40 cm.7
Pada kasus ini, pemeriksaan rontgen servikothorakal tampak opasitas
berbentuk bulat superposisi VT VIII-IX (cenderung pada esofagus),
13

menunjukkan BA berada di bagian distal, sesuai dengan durante operasi yaitu


sekitar 20 cm dari incisivus.
Esofagus terdiri dari empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis
propria, dan adventitia. Muskularis propria dibagi lagi menjadi lapisan
longitudinal luar yang tipis dan lapisan sirkular dalam yang lebih tebal.
Sepertiga proksimal esofagus terdiri dari otot lurik sedangkan sepertiga distal
terdiri dari otot polos, dengan zona transisi bertahap di antaranya.6

Gambar 4. Anatomi neuromuskular esofagus. Esofagus terdiri dari lapisan otot


longitudinal luar dan lapisan otot sirkular dalam, yang diberi nama sesuai dengan
orientasi aksial sel otot penyusunnya. Di antara lapisan otot ini terdapat pleksus
neuron datar yang disebut pleksus mienterikus. Pada antarmuka lapisan otot
submukosa dan sirkular terdapat pleksus datar lain yang disebut pleksus submukosa.
Saraf vagus berjalan ke kaudal di sepanjang kerongkongan. Ini mengeluarkan cabang
yang menembus dinding esofagus untuk menginervasi elemen seluler esofagus. 6

Terdapat tiga area penyempitan di esofagus yang dapat


divisualisasikan pada fluoroskopi dan endoskopi. Krikofaringeus adalah
bagian pertama dan tersempit dari esofagus, terletak di sekitar vertebra serviks
keenam. Penyempitan kedua kira-kira 25 cm dari gigi seri dimana lengkung
aorta dan bronkus batang utama kiri melintasi esofagus. Area penyempitan
ketiga adalah di Lower Esophageal Sphincter (LES). Ketiga penyempitan
esofagus alami ini adalah tempat yang paling umum dari impaksi BA.8
14

Gambar 5. Bagian dari Esofagus.8

Persarafan motorik esofagus oleh neuron motorik somatik pada otot


lurik, berjalan di vagus. Neurotransmiter yang dilepaskan dari neuron ini
adalah asetil kolin. Otot polos esofagus dipersarafi oleh neuron vagal
preganglionik yang muncul dari nukleus motorik dorsal vagus, dan bersinaps
pada neuron postganglionik di pleksus mienterikus. Neuron mienterikus ini
adalah persarafan motorik terminal esofagus otot polos. Ada dua jenis neuron
mienterik postganglionik: 1) neuron yang melepaskan asetilkolin, dan 2)
neuron penghambat yang mengandung nitrit oksida sintase dan polipeptida
usus vasoaktif.6
Vaskularisasi esofagus disuplai melalui cabang dari a. tiroid inferior di
sepertiga proksimal, aorta toraks di sepertiga tengah, dan arteri lambung kiri
di sepertiga distal. Drainase vena secara proksimal melalui cabang vena
azygos dan hemiazygos dan akhirnya ke vena cava superior di rongga dada.
Esofagus distal mengalir ke vena lambung kiri.6

3.3. Epidemiologi
Kejadian BA pada esofagus 16 per 100.000 orang/tahun. Mayoritas
kasus 75% terjadi sebelum usia 4 tahun. Setiap tahun diperkirakan 1.500
15

kematian terjadi karena BA pada esofagus. Meskipun sebagian besar BA yang


tertelan akan melintasi esofagus dengan lancar, tetapi 10-20% memerlukan
intervensi.3,9 BA batu baterai mewakili 2% dari seluruh BA yang tertelan oleh
anak-anak, tetapi dalam dua dekade terakhir frekuensinya terus meningkat.
Insidensi konsumsi batu baterai sekitar 10 kasus per juta orang setiap tahun.
Sebanyak 15% BA tersangkut di pertengahan esofagus pada lengkung aorta
dan karina tumpang tindih dengan esofagus, hal tersebut terkonfirmasi pada
pemeriksaan rontgen thoraks. Sisanya, 15% tersangkut di Lower Esophageal
Sphincter (LES) pada persimpangan gastroesofageal.3

3.4. Patofiosiologi
Batu baterai memiliki terminal negatif dan terminal positif. Terminal
negatif terbuat dari seng dan litium dan terminal positif terbuat dari litium,
mangan, mangan dioksida, oksigen, oksida perak, atau oksida merkuri.
Mukosa menjembatani ujung positif dan negatif, sehingga melengkapi sirkuit
yang memungkinkan arus lstrik mengalir dan menghasilkan generasi radikal
hidroksida. Batu baterai lithium memberikan tegangan yang lebih tinggi dan
memiliki daya yang lebih lama daripada baterai lainnya. Oleh karena itu,
mereka lebih umum digunakan pada banyak alat rumah tangga. Batu baterai
memiliki diameter 6-25 mm. Batu baterai yang lebih besar dari 12 mm lebih
mungkin tersangkut di kerongkongan anak kecil.2,3
Mekanisme BA batu baterai meliputi: 1) Pembangkitan arus elektrolit
eksternal yang menghidrolisis cairan jaringan dan menghasilkan hidroksida
pada kutub negatif baterai, 2) Kebocoran isi baterai, terutama elektrolit
alkalin, dan 3) Tekanan fisik pada jaringan yang berdekatan. 3 Mukosa menjadi
edema dan batu baterai dapat menyatu dengan mukosa menyebabkan ulserasi
dan perforasi. Batu baterai yang kosong juga berpotensi menyebabkan
kerusakan jaringan, karena baterai tersebut memiliki tegangan yang cukup
untuk menghasilkan arus listrik eksternal.2
Dalam studi eksperimental pada anjing, dilakukan pembedahan pada
kerongkongan atas, dan kemudian diperiksa patologi jaringan. Kerusakan
16

jaringan dimulai dalam waktu 2 jam dan ulserasi terlihat dalam 4 jam, tetapi
tidak ada bukti bahwa baterai lisis sampai di kerongkongan selama lebih dari
48 jam (satu baterai akan mengalami kebocoran setelah 72 jam).3

3.5. Diagnosis
3.5.1. Anamnesis
Pada orang dewasa yang komunikatif, riwayat menelan BA dapat
memberikan detail yang lebih akurat mengenai waktu dan jenis BA. Tetapi
berbeda dengan anak-anak, biasanya bermain tanpa didampingi orang
yang lebih dewasa. Gejala obstruksi esofagus parsial atau total tergantung
pada lokasi BA. Banyak pasien tanpa gejala, tetapi mungkin terdapat
gejala batuk, muntah, air liur (drolling), demam, nyeri dada, diare, nyeri
epigastrium, atau sakit perut setelah menelan batu baterai. Jika terjadi
perforasi esofagus atau fistula trakeo-esofagus, gejalanya adalah sesak
nafas, muntah setelah makan/ minum, drolling, hematemesis, dan
gangguan pernapasan.2
Pada kasus ini pasien mengeluh jika minum beberapa saat
dimuntahkan. Keluhan lain terdapat droling. Tidak terdapat demam, nyeri
dada, sesak nafas, diare, maupun sakit perut.

3.5.2. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik baik pada anak-anak maupun orang dewasa,
tidak banyak membantu dalam diagnosis, tetapi penting untuk
mengidentifikasi komplikasi. Pada BA esofagus didapatkan rasa nyeri/
rasa tidak nyaman substernal dengan onset akut dan kesulitan menelan.
Jika benturan terjadi di proksimal esofagus dan kompresi trakea,
ditemukan gejala mengi, stridor dan krepitus di leher. Pada pemeriksaan
penelanan, terjadi regurgitasi beberapa saat setelah dicoba tes makan atau
minum.10
Pada kasus ini, pemeriksaan pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan
umum tampak lemah, kesadaran compos mentis. Tes minum dapat
17

dilakukan (pasien tidak muntah). Pemeriksaan tenggorok dalam batas


normal.
3.5.3. Pemeriksaan Penunjang
Pendekatan diagnostik untuk menyelidiki BA yang tertelan
menggunakan rontgen thoraks dan abdomen polos AP dan lateral untuk
melokalisasi dan mengidentifikasi objek. BA logam bersifat radiopak dan
biasanya dapat dikenali. Seperti koin, batu baterai yang terletak di
kerongkongan juga akan tampak opasitas berbentuk tegas pada potongan
rontgen AP. Pada potongan lateral tampak persimpangan anoda-katoda
atau bayangan cincin ganda (halo sign) yang membedakan BA batu baterai
dengan koin.2,3 Endoskopi memberikan metode diagnosis yang paling
akurat pada kasus curiga BA.5,10,11

Tabel 1. Perbedaan BA koin dengan batu baterai


BA KOIN12 BA BATU BATERAI

Rontgen Servicothorakal lateral Bayangan cincin ganda (halo sign)2


menunjukkan BA dengan gambaran
hiperdensitas berbentuk bulat.

Pada kasus ini, rontgen servikothorakal di RSDK didapatkan hasil


cor tak membesar, pulmo tak tampak infiltrat, opasitas berbentuk bulat
superposisi VT 8-9 (cenderung pada esofagus).

3.6. Stadium
Stadium kerusakan mukosa berdasarkan klasifikasi Zargar (Tabel 1).
Stadium 1 jika pada pemeriksaan endoskopi mukosa edema dan hiperemis,
stadium 2a terdapat ulkus superfisial, stadium 2b ulkus sirkuler dan dalam,
18

stadium 3a ulkus multipel dan dalam, stadium 3b nekrosis, stadium 4 telah


terjadi perforasi.

Tabel 2. Stadium kerusakan mukosa berdasarkan klasifikasi zargar. 13


STADIUM DESKRIPSI ENDOSKOPI

I Mukosa edema dan hiperemis

II a Terdapat ulkus superficial

II b Ulkus sirkuler dan dalam

III a Ulkus multiple dan dalam

III b Nekrosis

IV Perforasi

Pada kasus ini dari tindakan esofagoskopi terlihat mukosa esofagus


terdapat ulkus multiple dan nekrosis (stadium IIIb).

3.7. Diagnosis Banding


Diagnosis banding BA pada saluran cerna adalah :4
1. Esofagitis
2. Sensasi globus
3. Ruptur esofagus

Tabel 3. Diagnosis Banding Benda Asing


RUPTUR
ESOFAGITIS14 SENSASI GLOBUS15
ESOFAGUS16
19

Insidensi 1% dari populasi 4% dari pasien THT 1:6000


Onset: mendadak
Etiologi GERD, radiasi, infeksi, Tidak diketahui Trauma, iatrogenik,
obat, dll GERD, LPR, stress, benda asing, Stenosis
tumor esofagus, barrett’s
esofagus
Patofiologi Etiologi  luka pada - Iritasi langsung
mukosa mukosa akibat
aliran retrograde
isi lambung
- Gejala muncul jika
stress
Gejala Nyeri punggung, nyeri Mengganjal di Mual, muntah, nyeri
ulu hati, odinofagia, tenggorok, sering dada dan punggung
disfagia berdehem, susah sedang-berat, rasa
menelan tercekik, sesak nafas
Pemeriksaan Tergantung etiologi Langingoskopi BGA, hitung darah,
Penunjang esofagitis eosinofilik: fleksible, esofagogram CRP, Rontgen thoraks
endoskopi eksudat (mengeliminasi AP/Lateral,
putih atau papula, alur penyebab lain) esofagoskopi, CT non
merah, cincin kontras
konsentris
bergelombang, dan
striktur, esofagitis
kandidiasis : plak kecil,
difus, linier, kuning-
putih "seperti keju"
yang menempel pada
mukosa. Esofagitis
CMV ditandai dengan
beberapa ulserasi besar,
dangkal, dan
superfisial. Esofagitis
HSV menghasilkan
beberapa ulserasi kecil
dan dalam.
Histologi esofagitis
eosinofilik : infiltrasi
eosinofilik yang khas
(>15 eosinofil per
bidang daya tinggi).
esofagitis HSV : Sel
raksasa berinti banyak
dengan balon dan
degenerasi sel
skuamosa Esofagitis
CMV : Sel besar
dengan inklusi
intracytoplasmic dan
inklusi intranuklear
amfofilik
Tatalaksana Tergantung etiologi Antidepresan, terapi Operatif
perilaku kognitif
20

3.8. Penatalaksanaan
Operasi pengangkatan BA merupakan pengobatan pilihan utama. Batu
baterai yang terisi penuh di kerongkongan dapat menyebabkan luka bakar
mukosa dimulai dalam waktu 15 menit setelah kontak batu baterai. Pelepasan
segera BA batu baterai sangat penting karena dapat hancur sendiri dalam 6-7
jam dan dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi fatal. Intervensi
endoskopik dianggap perlu dalam BA pada esofagus. Secara umum, semua
dampak BA dan makanan memerlukan intervensi darurat segera.1,3,5
Pengambilan BA batu baterai berdasaran ukuran dan untuk evaluasi
kondisi mukosa GI harus dilakukan di bawah visualisasi langsung terutama
dengan endoskopi rigid.3
National Capital Poison Center (NCPC) merekomendasikan
penggunaan madu (dosis 10 mL setiap 10 menit) tatalaksana segera sebelum
dibawa ke rumah sakit dapat diberikan madu atau sukralfat (dosis 10 mL
setiap 10 menit) dalam tatalaksana sebelum di Rumah Sakit, telah disarankan
untuk melapisi baterai dan menunda pembentukan dan paparan hidroksida.
Namun perlu diperhatikan, madu tidak boleh diberikan kepada anak di bawah
usia 1 tahun karena risiko botulisme infantil.10
Pada pasien ini dilakukan ekstraksi BA sesuai dengan literatur yaitu
esofagoskopi rigid.

3.9. Komplikasi
Anak-anak dengan kelainan GI yang sudah ada sebelumnya (misalnya,
fistula trakeoesofageal, lesi stenosis, operasi GI sebelumnya) mempunyai
resiko yang lebih tinggi.3 Komplikasi yang dapat terjadi setelah BA batu
baterai dapat diambil adalah fistula trakeoesofageal, perforasi esofagus,
stenosis esofagus, parese plika vokalis, pneumotoraks, pneumonia aspirasi,
spondilositis, fistula esofagus-aorta, dan kegagalan pernapasan. Komplikasi
jangka menengah seperti perdarahan, dan komplikasi sisa jangka panjang
seperti pembentukan striktur, bahkan kematian. Dengan demikian, perawatan
lanjutan untuk pasien setelah batu baterai dapat dievakuasi dianggap penting
21

untuk menilai komplikasi.2,9,11 Komplikasi tersebut sering terjadi pada


penyempitan esofagus dan terkait dengan morbiditas yang lebih tinggi pada
konsumsi yang disengaja dibandingkan dengan konsumsi yang tidak
disengaja.9
Pada pasien ini setelah evaluasi 1 minggu, 2 minggu, dan 1 bulan tidak
didapatkan gejala nyeri perut maupun muntah setelah beberapa saat diberikan
asupan oral.

3.10. Prognosis
BA batu baterai adalah kondisi serius dengan risiko tinggi komplikasi
yang mengancam jiwa di masa kanak-kanak. Diagnosis dini dan pengangkatan
dengan endoskopi segera dapat mencegah komplikasi. Riwayat konsumsi
tidak selalu dilaporkan, oleh karena itu klinisi harus meningkatkan kecurigaan
BA batu baterai pada pasien dengan gejala pernapasan atau GI yang persisten,
dan rontgen thoraks harus diperoleh jika gejala tetap ada meskipun ada terapi
medis. Pencegahan BA batu baterai tentu saja merupakan manajemen terbaik,
orang tua dan pengasuh harus menyadari bahaya menelan batu baterai dan
pentingnya tatalaksana segera. Batu baterai harus dijauhkan dari jangkauan
anak-anak dan kompartemen baterai pada produk rumah tangga harus
dirancang dengan lebih aman. Segera setelah BA tertelan tatalaksana
endoskopi adalah pengobatan terbaik untuk mengurangi risiko morbiditas dan
mortalitas. Tatalaksana yang cepat dan tepat berbanding lurus dengan
prognosis.9
22

BAB IV
SIMPULAN

Seorang anak usia 2 tahun rujukan dr RS Swasta Kudus datang ke RSDK


dengan keluhan sejak 8 jam yang lalu pasien muntah dan rewel. Muntah dirasakan
beberapa menit setelah minum, keluhan lain terdapat mengeces. Pasien menjadi
tidak aktif dan lebih banyak diam. Pemeriksaan rontgen servikothorakal di RS
Swasta Kudus didapatkan BA (koin) esofagus distal. Rontgen servikothorakal
ulang di RSDK tampak opasitas berbentuk bulat superposisi VT 8-9 (cenderung
pada esofagus). Pasien didiagnosis dengan BA curiga koin di esofagus. Pasien
dilakukan esofagoskopi dan ekstraksi BA, pada 20 cm dari incisivus tampak pada
ulkus pada mukosa esofagus dan jaringan nekrotik, BA sebuah batu baterai
diameter 2 cm berhasil diekstraksi. Pasien didiagnosis dengan BA batu baterai di
esofagus dengan nekrosis stadium IIIb. Evaluasi 1 Minggu paska tindakan pasien
tidak ditemukan tanda-tanda perforasi esofagus maupun stenosis esofagus.
Pengawasan terjadinya komplikasi jangka panjang seperti stenosis esofagus
memerlukan evaluasi berkala hingga 4 bulan paska operasi.
23

DAFTAR PUSTAKA

1. Khorana J, Tantivit Y, Phiuphong C, Pattapong S, Siripan S. Foreign body ingestion in pediatrics:


Distribution, management and complications. Medicina [Internet]. 2019;55(10):686. Available
from: https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Foreign_-
2. Şencan A, Genişol İ, Hoşgör M. Esophageal button battery ingestion in children. Ulusal Travma
ve Acil Cerrahi Dergisi. 2017 Jul 1;23(4):306–10.
3. Chouhan M, Yadav JS, Bakshi J. Foreign body button battery in esophagus-Time for intervention?
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology Extra. 2011;6(4):329–30.
4. Conners G, Mohseni M. Pediatric foreign body ingestion article. StatPearls Publishing LLC. 2021;
5. Magalhães-Costa P, Carvalho L, Rodrigues JP, Túlio MA, Marques S, Carmo J, et al. Endoscopic
Management of Foreign Bodies in the Upper Gastrointestinal Tract: An Evidence-Based Review
Article. Vol. 23, GE Portuguese Journal of Gastroenterology. Sociedade Portuguesa de
Gastrenterologia; 2016. p. 142–52.
6. Su A, Parker CH, Conklin JL. Esophageal anatomy and physiology. In: Clinical and Basic
Neurogastroenterology and Motility. Elsevier; 2019. p. 79–88.
7. Kolegium ilmu kesehatan telinga hidung, tenggorok bedah kepala. Benda asing esofagus . In:
Program pendidikan spesialis ilmu Kesehatan telinga hidung, tenggorok, bedah kepala dan leher
dan leher I, editor. Modul utama endoskopi bronkoesofagologi. 2015.
8. Ferhatoglu MF, Kıvılcım T. Anatomy of esophagus. Sao SSC, Lee YYL, Ghoshal UC, editors.
Esophageal Abnormalities. InTech; 2017. 79–88.
9. Fung BM, Sweetser S, Song LMWK, Tabibian JH. Foreign object ingestion and esophageal food
impaction: An update and review on endoscopic management. World Journal of Gastrointestinal
Endoscopy. 2019 Mar 16;11(3):174–92.
10. Magalhães-Costa P, Carvalho L, Rodrigues JP, Túlio MA, Marques S, Carmo J, et al. Endoscopic
management of foreign bodies in the upper gastrointestinal tract: An evidence-based review
article. Vol. 23, GE Portuguese Journal of Gastroenterology. Sociedade Portuguesa de
Gastrenterologia; 2016. p. 142–52.
11. Dörterler ME. Clinical Profile and Outcome of Esophageal Button Battery Ingestion in Children:
An 8-Year Retrospective Case Series. Emergency Medicine International. 2019 Dec 1;2019:1–7.
12. Gwalani R. Ingested coin in esophagus: Radiology case. Radiopaedia [Internet]. 2021 [cited 2021
Oct 1]; Available from: https://radiopaedia.org/cases/89992
13. Yanowsky-Reyes G, Monrroy-Martin YF, Trujillo-Ponce SA, Orozco-Pérez J, Santana-Ortiz R,
Duque-Zepeda F, et al. Concordance between observers for the diagnosis and endoscopic
classification of esophageal lesions due to caustic ingestion in children corresponding author.
Journal of Gastroenterology & Digestive Systems. 2018;2(33):1–7.
14. Antunes C, Sharma A. Esophagitis. StatPearls Publishing LLC [Internet]. 2021;8(5). Available
from: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Multi_ring_esophagus.jpg
15. Sharma S. Globus Pharyngeus. Global Journal of Otolaryngology [Internet]. 2017 Jul 10;8(5).
Available from: https://juniperpublishers.com/gjo/GJO.MS.ID.555746.php
24

16. Riva CG, Toti FAT, Siboni S, Bonavina L. Unusual foreign body impacted in the upper
oesophagus: Original technique for transoral extraction. BMJ Case Reports. 2018;2018.
 

Anda mungkin juga menyukai