Laporan Proposal (Revised by Istri Cantik)
Laporan Proposal (Revised by Istri Cantik)
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................................6
1.4 Tujuan dan Manfaat.................................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup..........................................................................................................7
1.6 Sistematika Pembahasan..........................................................................................8
1.7 Kerangka Pemikiran.................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................11
Tinjauan Pustaka...................................................................................................................11
2.1 Pariwisata.................................................................................................................11
2.2 Stakeholder..............................................................................................................13
2.3 Social Network Analysis..........................................................................................17
2.4 Balanced Scorecard.................................................................................................20
BAB III....................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN......................................................................................................23
3.1 Definisi Operasional................................................................................................23
3.2 Jenis Penelitian........................................................................................................25
3.3 Lokasi Penelititan....................................................................................................25
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................................27
3.5 Teknik Sampling......................................................................................................30
3.6 Metode Pengumpulan Data....................................................................................30
3.7 Metode Analisis Data..............................................................................................31
3.8 Kerangka Analisa....................................................................................................45
3.9 Desain Survei...........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................51
LAMPIRAN............................................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
Heritage adalah sebuah konsep yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai kultural yang
dianggap penting oleh suatu masyarakat, kelompok, atau individu (Byrne, 2019). Heritage
tidak hanya terkait dengan suatu objek atau tempat, tetapi berkaitan langsung dengan
perasaan dan identtias manusia. Oleh karena itu, heritage seringkali dianggap sebagai
pembawa nilai-nilai budaya dari masa lalu. Hal ini menjelaskan pentingnya heritage dalam
kehidupan sosial budaya masyarakat. Sedangkan pariwisata, di sisi lain, merupakan salah
satu bentuk kehidupan modern. Pariwisata bersifat dinamis, dan keterkaitannya dengan
heritage seringkali menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda (Nuryanti, 1996). Hubungan
antara heritage dan pariwisata ini dapat disejajarkan dengan perdebatan yang terjadi antara
tradisi dan modernitas dalam masyarakat. Hal ini juga memiliki potensi untuk menimbulkan
konflik, sehingga pendekatan dalam pengembangannya perlu memperhatikan nilai-nilai
budaya dan banyak stakeholder.
Konflik merupakan hal yang biasa terjadi dalam kegiatan perencanaan, terutama
dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan heritage (Byrne, 2019). Beberapa konflik dapat
diselesaikan dengan mudah, sedangkan beberapa konflik yang terlalu kuat sulit diselesaikan
karena kurangnya koordinasi dan pemahaman antar masing-masing stakeholder, sehingga
memperlambat atau menghentikan suatu proses dan mengurangi pengertian dan kepercayaan
antar masing-masing stakeholder. Konflik seperti ini sering muncul dalam perencanaan
kawasan wisata di Indonesia, karena umumnya implementasi nilai-nilai budaya masyarakat
lokal dilakukan dengan perencanaan top-down (Nugraha et al., 2018).
Keberhasilan pembangunan pariwisata memerlukan hubungan yang baik antara
masyarakat lokal, wisatawan, pemerintah serta industri pariwisata swasta [ CITATION Zha06 \l
1057 ]. Sikap masyarakat lokal terhadap pembangunan pariwisata juga tidak semuanya
mendukung, bahkan ada pula yang menolaknya. Sehingga pemahaman terhadap nilai-nilai
budaya dan adat istiadat serta keikutsertaan masyarakat menjadi suatu hal yang penting.
Mempelajari sikap masyarakat lokal dan reaksinya terhadap kepariwisataan akan membantu
dalam proses pengelolaan kawasan wisata. Salah satu contoh kawasan wisata heritage
berbasis masyarakat adalah Kampung Heritage Kayutangan.
Kampung Heritage Kayutangan adalah kampung wisata budaya dan sejarah yang ada
di Kota Malang. Kampung Kayutangan telah ditetapkan sebagai kawasan sejarah dan budaya
oleh pemerintah Kota Malang (Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang). Kampung yang terletak di Jl. Jendral Basuki Rachmat Gg. VI
Malang ini memang dapat dikatakan sebagai kawasan bersejarah, dibuktikan dengan adanya
bangunan asli pada masa penjajahan Belanda, terutama rumah-rumah pada
perkampungannya. Dalam upaya pelestariannya, Kampung Heritage Kayutangan seharusnya
telah dilindungi oleh Undang-Undang no 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Upaya
pelestarian ini perlu dilakukan untuk menjaga nilai dan aspek sejarah, kondisi fisik serta
kondisi sosial budaya yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. Upaya dalam
melestarikan kampung ini juga tidak melupakan salah satu komponen dari suatu
perkampungan, yaitu masyarakatnya.
Setelah diresmikan pada tanggal 22 April 2018 menjadi kawasan cagar budaya,
Kampung Heritage Kayutangan mulai melakukan berbagai macam pembenahan dari segi
penataan di sekitar kawasan tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara memunculkan kembali
atmosfir dari bangunan – bangunan kolonial serta menambah berbagai macam ornamen –
ornamen dan lukisan dinding agar memunculkan kesan lawas dari kampung tersebut dan
mampu menjadikan kegiatan pariwisata tersebut sebuah peluang ekonomi bagi masyarakat
sekitar. Kemudian, dalam pengelolaannya, dibentuklah sebuah Kelompok Sadar Wisata atau
POKDARWIS. Dengan adanya POKDARWIS ini, Kampung Kayutangan diharapkan dapat
menjelma menjadi sebuah kawasan wisata yang berada di tengah – tengah Kota Malang.
Menurut hasil penelitian dari Soewarni (2020) yang berupa hasil observasi dan
wawancara bersama POKDARWIS, masih banyak kekurangan yang ada di Kampung
Heritage Kayutangan. Permasalahan ini berupa kurangnya beberapa sarana dan prasaran
pendukung wisata dan juga aspek pendukung pariwsata lainnya seperti papan informasi dan
pemandu wisata. Masalah lainnya adalah kurangnya daya tarik pada objek Kampung
Kayutangan yang disebabkan tidak adanya landmark yang menandai kawasan wisata
tersebut, sehingga walaupun letaknya terletak di tengah kota, Kampung Kayutangan masih
kurang dikenal oleh para wisatawan. Permasalahan lainnya adalah minimnya lahan parkir
serta rute perjalanan yang kurang membingungkan karena minimnya papan informasi di
kawasan tersebut.
Permasalahan utama dalam di Kampung Heritage Kayutangan adalah ketidakjelasan
dalam kegiatan pengelolaannya serta masyarakat sekitar tidak terlalu terlibat didalamnya
(Khakim et al., 2019). Kemudian, minimnya hubungan kerjasama antara pemerintah,
akademisi, masyarakat dan stakeholder lainnya juga menjadi faktor kurang berkembangnya
Kampung Heritage Kayutangan.
Masing-masing stakeholder yang terlibat belum mampu memaksimalkan perannya
masing-masing, terutama dalam proses kolaborasi yang berkaitan dengan penentuan prinsip,
dan motivasi bersama (Nurulwahida et al., 2020). Permasalahan ini muncul karena para
stakeholder tidak selalu berpartisipasi aktif dalam setiap dialog. Nurulwahida (2020)
menyebutkan bahwa kapasitas prosedural, kepemimpinan, pengetahuan serta sumber daya
yang dimiliki masing-masing stakeholder tidak seimbang karena kurangnya kerjasama
prosedural oleh Pemerintah Kota Malang yang juga tidak didukung oleh sumber daya,
fasilitas serta anggaran pemerintah.
Dalam proses implementasinya, Nurulwahida (2020) juga menambahkan bahwa tidak
semua stakeholder yang ada terlibat dalam prosesnya. Hanya beberapa stakeholder saja yang
memiliki minat dalam kegiatan pariwsata tersebut. Beberapa event atau kegiatan juga
dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing stakeholder dan tidak direncanakan oleh
Pemerintah Kota Malang. Beberapa hal tersebut menunjukkan kurangnya koordinasi antar
stakeholder dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan sehingga hanya beberapa
stakeholder saja yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Permasalahan pengelolaan ini yang kemudian berdampak pada permasalahan yang
telah disebutkan di atas seperti minimnya fasilitas pendukung yang membuat Kampung
Heritage Kayutangan menjadi kurang menarik di mata wisatawan. Lalu, tidak adanya
pemandu wisata serta kurangnya pembinaan untuk warga mengenai nilai sejarah dari
Kampung Heritage Kayutangan itu sendiri.
Dengan adanya permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana hubungan antar stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Kampung Heritage
Kayutangan, serta menentukan arahan dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
secara kualitatif dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara terhadap stakehodler, dan studi pustaka. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling, sehingga sampel yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian
analisa yang digunakan adalah analisa stakeholder dan Social Network Analysis (SNA).
Dengan mengetahui bagaimana tiap-tiap stakeholder berperan serta berkolaborasi
dalam upaya pengelolaan Kampung Heritage Kayutangangan, diharapkan akan memudahkan
dalam upaya pengembangan kegiatan wisata di kawasan tersebut.
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan memetakan komponen-komponen pariwisata di Kampung
Heritage Kayutangan;
2. Mengetahui peran dan hubungan antar stakeholder dalam pengelolaan pariwisata
Kampung Heritage Kayutangan;
3. Menentukan arahan mengenai pengelolaan pariwisata Kampung Heritage
Kayutangan.
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini bagi pemerintah, masyarakat dan akademisi adalah:
A. Pemerintah
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan
penyusunan dokumen rencana mengenai pengelolaan kawasan cagar budaya, terutama pada
Kampung Heritage Kayutangan
B. Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai arahan dan penambah wawasan
masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata. Manfaat lainnya adalah sebagai panduan
masyarakat dalam upaya kerjasama dengan stakeholder lainnya.
C. Akademisi
Manfaat yang dapat diterima oleh civitas akademikan dari penelitian ini adalah
bertambahnya pengetahuan terkait pengaruh stakeholder dalam pengelolaan kawasan wisata.
Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitan selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
BAB I Pendahuluan
Metode penelitian berisi tentang pendekatan, teknk pengumpulan dan analisis data
yang digunakan serta desain survei yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan
survei. Pengumpulan data dilakukan melalui survei primer berupa observasi dan wawancara
serta survei sekunder berupa kajian literatur.
Kerangka pemikiran berisi mengenai skema proses penelitan dari latar belakang,
permasalahan, tujuan hingga proses analisis untuk menjawab rumusan masalah dan tujaun.
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Pariwisata didefinisikan sebagai proses, aktivitas, dan hasil dari interaksi di antara
wisatawan, supplier pariwisata, pemerintah dan masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar
yang dilibatkan dalam menarik dan menerima pengunjung (Marysya & Amanah, 2018).
Kemudian kepariwisataan diartikan sebagai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan wisata
dan dilakukan oleh para wisatawan (Khusnul Khotimah Wilopo, 2017). Kegiatan ini
didukung oleh fasilitas wisata dan infrastruktur pendukung lainnya yang semuanya
disediakan atau difasilitasi dan dikelola oleh stakeholder pariwisata. Dalam pengembangan
kawasan wisata, unsur yang paling penting dan utama adalah unsur daya tarik wisata.
A. Atraksi
Atraksi adalah komponen yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata yang bertujuan
untuk menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut [ CITATION Nyo02 \l
1057 ]. Atraksi yang ditampilkan kepada wisatawan harus dapat menggugah perasaan mereka
atau menarik minat mereka untuk melihat dan menikmatinya. Atraksi dapat berupa wisata
alam, kebudayaan masyarakat sekitar, serta atraksi-atraksi buatan seperti taman rekreasi dan
hiburan. Atraksi wisata haruslah mempunyai nilai keunikan yang tinggi dan berbeda dari
daerah atau wilayah lain. Atraksi wisata yang ada pada suatu wilayah biasanya memiliki ciri
khas tersendiri dan tidak dapat ditemukan di wilayah lainnya.
B. Aksesibilitas
Menurut Sunaryo (2013) dalam Khusnul Khotimah Wilopo (2017) aksesibilitas
pariwisata dimaksudkan sebagai segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada
wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait. Aksesibilitas juga
dimaksud sebagai kemudahan bagi seseorang dalam melakukan perpindahan dari satu tempat
ke tempat lainnya. Kemudahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kemudahan
akses informasi, akses kondisi jalan menuju tempat wisata dan ketersediaan titik transit
angkutan umum.
C. Amenitas
Amenitas diartikan sebagai segala fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam kegiatan berwisata (Pangestuti, 2019). Hal-hal yang termasuk dalam
amenitas berupa ketersediaan akomodasi untuk menginap, restoran atau warung untuk makan
dan minum. Ketersediaan toilet, tempat beristirahat, sarana peribadatan dan juga tempat
parkir juga diperlukan di destinasi wisata.
D. Fasilitas Tambahan
Menurut Pangestuti (2019) fasilitas tambahan yang ada mencangkup organisasi
pariwisata, pelayanan pelengkap serta ketersediaan fasilitas umum di sekitar kawasan wisata.
Organisasi atau kelembagaan wisata ini yang berfungsi untuk memfasilitasi, mengembangkan
serta mengelola segala kegiatan yang berkaitan dengan objek wisata. Kemudian pelayanan
pelengkap ini berupa pemandu wisata atau jasa penyedia informasi. Adanya pemandu dan
penyedia informasi ini akan membantu wisatawan dalam memahami atraksi wisata yang ada.
Kemudian ketersediaan fasilitas umum dapat berupa sarana telekomunikasi, bank, rumah
sakit dan sebagainya.
2.2 Stakeholder
Secara umum stakeholder dapat diartikan sebagai seseorang yang berkaitan dengan
suatu program atau kegiatan (Byrne, 2019). Dalam suatu program, stakeholder dibedakan
secara lebih khusus untuk membantu dalam penentuan tujuan dan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan ini didasari oleh peran serta tanggung jawab masing-masing
stakeholder dalam suatu kegiatan, pada penelitian ini, kegiatan tersebut adalah pengelolaan
Kampung Heritage Kayutangan. Secara spesifik, stakeholder adalah individu, kelompok atau
organisasi yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki minat atau kepedulian dalam suatu situasi, masalah atau konflik, atau hasil
akhir dari suatu kegiatan
b. Memiliki kekuatan atau wewenang untuk mengimplementasikan solusi atau hasil
c. Memiliki kecenderungan untuk mengganggu suatu proses atau suatu kegiatan apabila
tidak dilibatkan secara mendalam
d. Memiliki sumberdaya untuk berkontribusi dalam suatu proses atau dapat memberikan
solusi dalam suatu permasalahan.
Stakeholder juga dapat diartikan sebagai semua pihak baik individu maupun kelompok
yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi kegiatan pengambilan keputusan serta
pencapaian suatu tujuan, baik berpengaruh baik atau buruk (Wakka, 2014). Pihak yang
dipengaruhi dan mempengaruhi dapat disebut juga sebagai pihak yang akan menerima
dampak dari setiap keputusan yang diambil.
Dalam kepariwisataan, stakeholder yang dilibatkan umumnya terdiri dari pemerintah,
masyarakat dan swasta (Handayani & Warsono, 2017). Pemerintah umumnya berperan dalam
membuat kebijakan serta perencanaan yang terstruktur dan sistematis. Bentuk nyata dari
peran pemerintah berupa ketersediaan sarana prasarana pendukung pariwisata, pelatihan dan
penyuluhan guna meningkatkan sumberdaya manusia, dan lain-lain. Dalam upaya untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendukung, pemerintah umumnya menggandeng pihak
swasta. Pihak swasta dapat menyediakan akomodasi, restoran, paket wisata, biro perjalanan
serta transportasi. Kemudian masyarakat yang berada di area wisata berperan sebagai
pengelola serta pemilik. Selain itu masyarakat juga dapat menjadi bagian dari atraksi wisata
budaya dengan menunjukkan tradisi dan kebudayaan yang ada di objek wisata.
Dalam penelitian ini, stakeholder yang diidentifikasi adalah stakeholder pariwisata.
Peran dari masing-masing stakeholder tersebut akan dilihat dari komponen-komponen
pariwisata yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas serta fasilitas tambahan. Untuk dapat
mengukur peran, maka harus diketahui peran serta pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder.
Kepentingan atau interest adalah suatu keinginan atau kebutuhan mendasar yang ingin
dicapai oleh suatu stakeholder. Interests dapat berupa hal yang nyata seperti luas wilayah dan
daerah kekuasaan, atau hal yang tidak nyata seperti tingkat resiko dan ketidakpastian serta
jumlah suara dalam suatu pengambilan keputusan (Byrne, 2019).
Sedangkan pengaruh atau power adalah kemampuan stakeholder dalam mempengaruhi
keputusan dalam suatu kegiatan (Byrne, 2019). Penggunaan power dalam pengambilan
keputusan akan tepat apabila suatu stakeholder memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang tersebut. Power dapat berupa posisi atau jabatan, kemampuan pendanaan, serta
bagaimana suatu stakeholder berpengaruh bagi stakeholder lainnya.
Menurut Maryono (2005) dalam (Handayani & Warsono, 2017) stakeholder dibagi
menjadi tiga jenis kelompok, yaitu
a. Stakeholder primer
Stakeholder primer adalah pihak yang memiliki pengaruh atau dipengaruhi (terkena
dampak) secara langsung dalam suatu kegiatan. Pengaruh atau dampak ini bisa
bersifat positif maupun negatif. Karena memiliki kaitan atau kepentingan langsung,
maka stakeholder primer harus selalu dilibatkan secara penuh dalam setiap tahapan
kegiatan. Biasanya, stakeholder primer adalah masyarakat dan tokoh masyarakat
yang diidentifikasi akan mendapatkan keuntungan atau manfaat maupun akan
terdampak kerugian dalam suatu kegiatan.
b. Stakeholder kunci
Stakeholder kunci adalah pihak-pihak yang memiliki kekuatan atau kewenangan
secara resmi dalam menentukan serta mengambil keputusan. Stakeholder kunci ini
adalah unsur eksekutif, legislatif dan instansi yang umumnya berada di
pemerintahan.
c. Stakeholder sekunder atau pendukung
Stakeholder pendukung merupakan stakeholder yang tidak terkena dampak atau
memiliki kepentingan secara langsung dalam suatu kegiatan. Stakeholder ini ikut
memiliki peran karena memiliki kepedulian atau keprihatinan (concern) dalam
proses pengembangan. Stakeholder ini biasanya berperan sebagai fasilitator dalam
kegiatan yang akan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan. Stakeholder
ini meliputi investor atau swasta, LSM, dan akademisi atau peneliti.
a. Subyek
Stakeholder ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, tetapi pengaruhnya dalam
kegiatan rendah. Karena memiliki pengaruh yang rendah, maka stakeholder ini
memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian tujuan, sehingga agar dapat
berpengaruh dalam suatu kegiatan, stakeholder ini dapat membentuk aliansi dengan
stakeholder lainnya. Oleh karena itu, hubungan baik dengan stakeholder ini harus
dijaga dengan baik.
b. Pemain Kunci
Stakeholder yang termasuk dalam kategori pemain kunci adalah stakeholder yang
memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Stakeholder dari kategori ini
umumnya adalah lembaga-lembaga yang berperan penting terhadap kegiatan,
sehingga harus dilibatkan secara penuh dalam setiap proses maupun dalam
penerapan kebijakan.
c. Pengikut Lain
Pengikut lain adalah stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan
yang rendah. Kepentingan dan pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder dalam
kategori ini biasanya berubah seiring berjalannya waktu dan keadaan, sehingga
diperlukan sedikit pertimbangan dalam melibatkan stakeholder ini dalam jalannya
kegiatan. Tetapi meski memiliki pengaruh dan kepentingan yang rendah, stakeholder
ini harus tetap diperhatikan dan hubungan yang baik harus tetap dijalin.
d. Pendukung
e. Stakeholder pendukung memiliki tingkat kepentingan yang rendah tetapi
pengaruhnya tinggi. Karena memiliki tingkat kepentingan yang rendah, maka
dimungkinkan apabila stakeholder ini dapat mendatangkan resiko. Oleh karena itu
stakeholder ini harus dapat dipantau dan dikelola dengan baik. Selain itu,
stakeholder pendukung dapat berubah menjadi pemain kunci karena suatu hal yang
dapat meningkatkan pengaruhnya. Oleh karena itu informasi yang dibutuhkan harus
tetap diberikan sehingga stakeholder ini dapat terus berperan aktif dalam pencapaian
tujuan.
Social network adalah struktur sosial yang terdiri dari individu atau organisasi yang
disebut “node”, yang diikat (terhubung) oleh satu atau lebih jenis ikatan tertentu, seperti
persahabatan, kekerabatan, kepentingan bersama, pertukaran keuangan, ketidaksukaan,
hubungan seksual, kepercayaan, pengetahuan ataupun prestige (Kosorukoff, 2011).
Social network analysis adalah cara untuk memandang/menganalisa hubungan sosial
dalam konteks teori jaringan yang terdiri dari simpul (nodes) dan ikatan (ties atau links atau
connections). Simpul adalah aktor atau stakeholder dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah
hubungan antar stakeholder tersebut. Simpul-simpul yang saling terhubung tersebut akan
membentuk social contact dari masing-masing simpul. Jaringan yang ada juga bisa digunakan
untuk mengukur nilai yang didapat seseorang dari social network tersebut. Bentuk social
network tersebut ditampilkan dalam diagram social network, dimana simpul berupa titik dan
ikatan berupa garis.
Dalam social network analysis, ada berbagai ukuran sentralitas suatu simpul dalam
grafik yang menentukan kepentingan relatif suatu simpul dalam jaringan (seperti seberapa
penting seseorang dalam suatu jaringan). Ada tiga ukuran sentralitas yang banyak digunakan
dalam social network analysis : degree centrality, closeness centrality, betweenness
centrality.
Degree centrality didefinisikan sebagai jumlah ikatan yang dimiliki oleh suatu simpul.
Degree centrality sering ditafsirkan dalam kaitannya dengna resiko langsung yang akan
dihadapi oleh suatu simpul dalam suatu jaringan (seperti virus atau informasi).
Keterangan :
Tujuan dari perhitungan degree centrality adalah untuk mengetahui jumlah link yang
dimiliki oleh suatu stakeholder. Secara sederhana degree centrality digunakan untuk
mengetahui “orang yang populer atau orang yang punya banyak teman”.
Dalam social network analysis, closeness centrality diartikan sebagai jalur terpendek,
karena memberikan nilai lebih tinggi pada simpul yang paling sentral dalam suatu jaringan.
Closeness centrality didefinisikan sebagai jarak geodesi rata-rata (jalur terpendek) antara
simpul yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Yee-Chin (2004) dalam Flak & Dertz (2005), dapat membantu dalam
berbagai aspek perencanaan strategi serta fungsi kontrol seperti berikut:
Memperjelas dan mendapatkan kesepahaman mengenai strategi yang ditentukan;
Menyebarkan informasi mengenai strategi ke seluruh organisasi;
Menyelaraskan berbagai tujuan dengan strategi;
Menghubungkan strategis dengan target dan anggaran;
Mengidentifikasi dan menyelaraskan inisiatif strategis;
Melakukan tinjauan strategis secara berkala dan sistematis;
Memperoleh respon dan umpan balik serta meningkatkan strategi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan
sifatnya deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada data berupa
kata-kata baik lisan maupun tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati
[CITATION SJT84 \l 1057 ]. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui peran dan
hubungan antar stakeholder dalam mengelola kegiatan wisata di Kampung Kayutangan
dengan menggunakan Social Network Analysis.
Variabel adalah ukuran untuk menjawab tujuan dari suatu penelitian. Variabel
ditentukan berdasarkan kajian literatur berupa buku dan penelitian atau terdahulu. Untuk
gambaran rinci mengenai variabel serta outputnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan
snowball. Tujuan pemilihan teknik sampling tersebut karena sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini akan dipilih secara khusus dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini
digunakan untuk mengetahui stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan. Menurut Brugha & Varvasovszky (2000) kriteria subjek yang
berpotensi sebagai stakeholder adalah:
1. Memiliki kepentingan (interest) dalam pengelolaan kawasan wisata Kampung
Heritage Kayutangan. Kepentingan ini berupa keterlibatannya dalam pengelolaan
wisata, ketergantungannya terhadap objek wisata, serta menerima dampak dan
manfaat dari objek wisata tersebut;
2. Memiliki pengaruh (power) terhadap pengelolaan kawasan wisata Kampung Heritage
Kayutangan. Pengaruh ini dilihat berdasarkan posisi dari suatu stakeholder dalam
pengambilan keputusan, kemampuan manajemen serta pendanaan stakeholder
tersebut, serta bagaimana stakeholder tersebut mempengaruhi stakeholder yang lain.
3. Termasuk dalam suatu jaringan atau golongan yang memiliki hubungan terkait
pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.
4. Memiliki pemahaman terhadap kondisi dan permasalahan yang ada di Kampung
Heritage Kayutangan
A. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan dalam untuk memperoleh data atau informasi melalui
pertanyaan pada responden secara langsung serta dilakukan secara lisan [ CITATION PJS10 \l
1057 ]. Wawancara mendalam (depth interview) dilakukan pada stakeholder guna mengetahui
perannya serta hubungannya dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.
Berdasarkan survei pendahuluan, stakeholder yang menjadi subyek penelitian yaitu :
1. Ketua dan pihak management POKDARWIS Kampung Heritage Kayutangan (Bapak
Rizal dan Ibu Mila);
2. Malang Heritage Community (Drs. Tjandra Purnama Edhi);
3. Camat Kecamatan Klojen;
4. Lurah Kelurahan Kauman;
5. Ketua RW 1, 2, 9, dan 10 di Kelurahan Kauman;
6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diolah pada analisis
stakeholder. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan berkaitan dengan kepentingan
(interest) dan pengaruh (power) masing-masing stakeholder. Metode wawancara ini
digunakan agar mampu menggali informasi secara mendalam dari stakeholder sehingga
kondisi serta permasalahan yang ada di Kampung Heritage Kayutangan dapat diketahui
secara mendetail.
B. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati objek
penelitian secara langsung. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
kegiatan wisata yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. Data ini berkaitan dengan
berbagai komponen wisata yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas dan fasilitas tambahan. Data-
data yang perlu diobservasi yaitu:
Data atraksi wisata seperti kegiatan seni budaya, bangunan bersejarah, hiburan dan
jasa
Data lokasi sarana beristirahat
Data lokasi penyedia makanan dan minuman
Data lokasi tempat hiburan
Data lokasi tempat perbelanjaan
Data mengenai akses informasi terkait objek wisata
Data mengenai kondisi akses jalan menuju objek wisata
Data mengenai lokasi terminal atau titik transit
Data mengenai organisasi atau kelembagaan wisata
Data mengenai ketersediaan jasa pemandu wisata
Data mengenai lokasi fasilitas umum di sekitar lokasi wisata
1. Komponen Wisata
Kegiatan wisata yang ada di Kampung Heritage Kayutangan dibagi berdasarkan
komponen-komponen pariwisata. Menurut Wydiatmaja (2010) dalam Pangestuti (2019),
komponen-komponen penting yang harus dimiliki oleh destinasi wisata yaitu atraksi,
aksesibilitas, amenitas dan fasilitas tambahan.
Atraksi adalah komponen yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata yang bertujuan
untuk menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut (Pendit, 2002).
Atraksi wisata yang ada di kampung wisata dapat berupa bangunan-bangunan bersejarah,
kegiatan sosial budaya masyarakat setempat serta bentuk tata ruangnya yang khas.
Aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai segenap sarana yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait
(Khusnul Khotimah Wilopo, 2017). Kemudahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu kemudahan akses informasi, akses kondisi jalan menuju tempat wisata dan ketersediaan
titik transit angkutan umum.
Amenitas diartikan sebagai segala fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam kegiatan berwisata (Pangestuti, 2019). Hal-hal yang termasuk dalam
amenitas berupa ketersediaan akomodasi untuk menginap, restoran atau warung untuk makan
dan minum. Ketersediaan toilet, tempat beristirahat, sarana peribadatan dan juga tempat
parkir juga diperlukan di destinasi wisata.
Fasilitas tambahan yang ada mencangkup organisasi pariwisata, pelayanan pelengkap
serta ketersediaan fasilitas umum di sekitar kawasan wisata (Pangestuti, 2019). Organisasi
wisata yang dimaksud dapat berupa organisasi dari pemerintah, swasta maupun masyarakat.
2. Bentuk Data dalam Identifikasi Komponen Wisata
Data potensi wisata yang akan diidentifikasi berkaitan dengan komponen pariwisata
yang ada di kawasan Kampung Heritage Kayutangan. Data tersebut antara lain:
Data atraksi wisata seperti kegiatan seni budaya, bangunan bersejarah, hiburan dan
jasa
Data lokasi sarana beristirahat
Data lokasi penyedia makanan dan minuman
Data lokasi tempat hiburan
Data lokasi tempat perbelanjaan
Data mengenai akses informasi terkait objek wisata
Data mengenai kondisi akses jalan menuju objek wisata
Data mengenai lokasi terminal atau titik transit
Data mengenai organisasi atau kelembagaan wisata
Data mengenai ketersediaan jasa pemandu wisata
Data mengenai lokasi fasilitas umum di sekitar lokasi wisata
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung menuju wilayah
studi serta wawancara kepada pengurus atau anggota kelompok wisata di Kampung
Kayutangan. Data-data komponen wisata ini kemudian dikelompokkan berdasarkan
pengelolanya yaitu pemerintah, masyarakat atau swasta. Pengelompokkan ini diarahkan
untuk penentuan kepentingan dan pengaruh di analisa selanjutnya.
B. Pemetaan Stakeholder
Dalam setiap program kegiatan, stakeholder memiliki kepentingan (interest) dan
pengaruh (power) yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan dan pengaruh ini harus dapat
dipetakan dengan jelas. Pemetaan stakeholder berfungsi untuk membantu pengelola dalam
mengatur serta melibatkan stakeholder dalam menjalankan kegiatan serta pencapaian tujuan.
(Reed et al., 2009 dalam Wakka, 2014).
Pemetaan stakeholder ini dilakukan dengan menggunakan matriks kepentingan dan
pengaruh stakeholder terhadap pengelolaan pariwsata Kampung Heritage Kayutangan.
Penyusunan matriks stakeholder berdasarkan kepentingan serta pengaruh tersebut didasari
oleh deskripsi pertanyaan responden mengenai komponen-komponen pariwsata dan
dinyatakan dalam ukuran kuantitafi (skor) yang kemudian dibagi sesuai dengan kriteria
kepentingan dan pengaruh. Untuk skor pengukuran terhadap kepentingan dan pengaruh
stakeholder dapat dilihat pada tabel berikut.
4. Hasil Analisis
Hasil dari analisis stakeholder berupa pemetaan peran masing-masing stakeholder
serta identifikasi potensi serta permasalahan antar stakeholder dalam suatu proses kegiatan
atau program pengelolaan kawasan wisata Kampung Heritage Kayutangan. Hasil dari
pemetaan ini akan mempermudah proses pengelolaan terkait bagaimana cara untuk
melibatkan masing-masing stakeholder dalam mencapai tujuan atau menemukan
permasalahan. Hasil analisis ini kemudian akan menjadi dasar dalam menentukan arahan
mengenai pengelolaan kawasan wisata Kampung Kayutangan, terutama dalam pembagian
peran serta tanggung jawab dari masing-masing stakeholder yang terlibat (Wakka et al.,
2013).
Kemudian potensi dan masalah yang telah teridenfikasi akan diarahkan menuju
balanced scorecard untuk penyusunan strategi dan solusi dalam mengatasi permasalahannya.
Lalu pemetaan stakeholder digunakan sebagai dasar untuk membentuk jejaring stakeholder
yang akan menggambarkan hubungan antar stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
Kampung Heritage Kayutangan.
A. Degree Centrality
Degree centrality didefinisikan sebagai jumlah ikatan yang dimiliki oleh suatu
simpul. Tujuan dari perhitungan degree centrality adalah untuk mengetahui tingkatan
sentralitas suatu stakeholder dalam jaringan berdasarkan jumlah ikatan atau hubungan yang
dimilikinya dengan stakeholder lain. Rumus untuk menghitung degree centrality adalah:
Keterangan :
B. Closeness Centrality
Closeness centrality didefinisikan sebagai jarak geodesi rata-rata (jalur terpendek)
antara simpul yang satu dengan yang lainnya. Tujuan dari perhitungan closeness centrality
adalah untuk mengetahui stakeholder yang paling efisien dalam memperoleh informasi dari
stakeholder lainnya. Rumus perhitungan closeness centrality adalah:
Keterangan :
C. Betweeness Centrality
Betweeness centrality adalah ukuran sentralitas yang berguna untuk mengetahui
suatu simpul yang terletak pada jalur terpendek di antara simpul-simpul lain. Tujuan dari
perhitungan beeteeness centrality adalah untuk mengetahui bagaimana suatu stakeholder
berperan dalam alur pertukaran informasi dalam suatu jaringan dan memiliki kontrol dalam
alur tersebut. Rumus untuk menghitung betweeness centrality adalah:
Keterangan :
Brugha, R., & Varvasovszky, Z. (2000). Stakeholder analysis: a review. Health Policy and
Planning, 15(3), 239–246. https://doi.org/10.1093/heapol/15.3.239
Byrne, D. (2019). Consensus building, negotiation, and conflict resolution for heritage place
management. In International Journal of Heritage Studies (Vol. 25, Issue 6).
https://doi.org/10.1080/13527258.2018.1534258
Flak, L. S., & Dertz, W. (2005). Stakeholder Theory and Balanced Scorecard to Improve IS
Strategy Development in Public Sector. Proceedings of the 28th Seminar on Information
Systems Research in Scandinavia, Kristiansand, Norway.
Handayani, F., & Warsono, H. (2017). Analisis Peran Stakeholders Dalam Pengembangan
Objek Wisata Pantai Karang Jahe Di Kabupaten Rembang. Journal of Public Policy and
Management UNDIP, 6(1), 1–13.
Imelda. (2004). Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 6(2), 106-122–122. https://doi.org/10.9744/jak.6.2.pp.106-122
Khakim, M. N. L., Putri, M. U. U., Suktianto, W., & Budi, N. A. (2019). Urgensi pengelolaan
pariwisata Kampung Heritage Kajoetangan Malang. Jurnal Teori Dan Praksis
Pembelajaran IPS, 4(1), 15–22. https://doi.org/10.17977/um022v4i12019p015
Kosorukoff, A. (2011). Social Network Analysis: Theory and Applications (D. L. Passmore
(ed.)). Passmore, D. L.
Marysya, P., & Amanah, S. (2018). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Wisata Berbasis Potensi Desa Di Kampung Wisata Situ Gede Bogor. 2(1), 59–70.
Nugraha, A., Baiquni, M., Ahimsa-Putra, H. S., & Priyambodo, T. K. (2018). Terhadap
Pembangunan Pariwisata Di Desa Neglasari , Kecamatan Salawu , the Response of the
Kampung Naga Community To Tourism Development in Neglasari Village ,. 10, 203–
2018.
Nurulwahida, S., Syafrieyana, Y., & Sukmana, O. (2020). Collaboration with pentahelix
model in developing Kajoetangan Heritage tourism in Malang city. Journal of Local
Government Issues, 3(1), 1–17.
Nuryanti, W. (1996). Heritage and postmodern tourism. Annals of Tourism Research, 23(2),
249–260. https://doi.org/10.1016/0160-7383(95)00062-3
Soewarni, I. (2020). KAUMAN KOTA MALANG Studi Kasus di Kampung Kayutangan , Kota
Malang.
Susanto, B., Lina, H., & Chrismanto, A. R. (2012). Penerapan Social Network Analysis
dalam Penentuan Centrality Studi Kasus Social Network Twitter. Jurnal Informatika,
8(1). https://doi.org/10.21460/inf.2012.81.111
Wakka, A. K., Awang, S. A., Purwanto, R. H., & Poedjirahajoe, E. (2013). ANALISIS
STAKEHOLDER PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG
BULUSARAUNG, PROPVINSI SULAWESI SELATAN (Stakeholder Analysis of
Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province).
Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 20(1), 11–21. https://doi.org/10.22146/jml.18470
Wasserman, S. (1994). Social Network Analysis in the Social and Behavioral Sciences.
Social Network Analysis: Methods and Aplications, 1–27.
Wasserman, S., & Faust, K. (1994). Social Network Analysis: Methods and Applications. In
Cambridge University Press.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.201
6.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016
/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi
.o
LAMPIRAN