Anda di halaman 1dari 59

PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA

KAMPUNG HERITAGE KAYUTANGAN


PROPOSAL SKRIPSI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

I GEDE RAEYANA ARI KRISNANDA


NIM. 175060600111038

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERITAS BRAWIJAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................................6
1.4 Tujuan dan Manfaat.................................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup..........................................................................................................7
1.6 Sistematika Pembahasan..........................................................................................8
1.7 Kerangka Pemikiran.................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................11
Tinjauan Pustaka...................................................................................................................11
2.1 Pariwisata.................................................................................................................11
2.2 Stakeholder..............................................................................................................13
2.3 Social Network Analysis..........................................................................................17
2.4 Balanced Scorecard.................................................................................................20
BAB III....................................................................................................................................23
METODE PENELITIAN......................................................................................................23
3.1 Definisi Operasional................................................................................................23
3.2 Jenis Penelitian........................................................................................................25
3.3 Lokasi Penelititan....................................................................................................25
3.4 Variabel Penelitian..................................................................................................27
3.5 Teknik Sampling......................................................................................................30
3.6 Metode Pengumpulan Data....................................................................................30
3.7 Metode Analisis Data..............................................................................................31
3.8 Kerangka Analisa....................................................................................................45
3.9 Desain Survei...........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................51
LAMPIRAN............................................................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Heritage adalah sebuah konsep yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai kultural yang
dianggap penting oleh suatu masyarakat, kelompok, atau individu (Byrne, 2019). Heritage
tidak hanya terkait dengan suatu objek atau tempat, tetapi berkaitan langsung dengan
perasaan dan identtias manusia. Oleh karena itu, heritage seringkali dianggap sebagai
pembawa nilai-nilai budaya dari masa lalu. Hal ini menjelaskan pentingnya heritage dalam
kehidupan sosial budaya masyarakat. Sedangkan pariwisata, di sisi lain, merupakan salah
satu bentuk kehidupan modern. Pariwisata bersifat dinamis, dan keterkaitannya dengan
heritage seringkali menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda (Nuryanti, 1996). Hubungan
antara heritage dan pariwisata ini dapat disejajarkan dengan perdebatan yang terjadi antara
tradisi dan modernitas dalam masyarakat. Hal ini juga memiliki potensi untuk menimbulkan
konflik, sehingga pendekatan dalam pengembangannya perlu memperhatikan nilai-nilai
budaya dan banyak stakeholder.
Konflik merupakan hal yang biasa terjadi dalam kegiatan perencanaan, terutama
dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan heritage (Byrne, 2019). Beberapa konflik dapat
diselesaikan dengan mudah, sedangkan beberapa konflik yang terlalu kuat sulit diselesaikan
karena kurangnya koordinasi dan pemahaman antar masing-masing stakeholder, sehingga
memperlambat atau menghentikan suatu proses dan mengurangi pengertian dan kepercayaan
antar masing-masing stakeholder. Konflik seperti ini sering muncul dalam perencanaan
kawasan wisata di Indonesia, karena umumnya implementasi nilai-nilai budaya masyarakat
lokal dilakukan dengan perencanaan top-down (Nugraha et al., 2018).
Keberhasilan pembangunan pariwisata memerlukan hubungan yang baik antara
masyarakat lokal, wisatawan, pemerintah serta industri pariwisata swasta [ CITATION Zha06 \l
1057 ]. Sikap masyarakat lokal terhadap pembangunan pariwisata juga tidak semuanya
mendukung, bahkan ada pula yang menolaknya. Sehingga pemahaman terhadap nilai-nilai
budaya dan adat istiadat serta keikutsertaan masyarakat menjadi suatu hal yang penting.
Mempelajari sikap masyarakat lokal dan reaksinya terhadap kepariwisataan akan membantu
dalam proses pengelolaan kawasan wisata. Salah satu contoh kawasan wisata heritage
berbasis masyarakat adalah Kampung Heritage Kayutangan.
Kampung Heritage Kayutangan adalah kampung wisata budaya dan sejarah yang ada
di Kota Malang. Kampung Kayutangan telah ditetapkan sebagai kawasan sejarah dan budaya
oleh pemerintah Kota Malang (Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang). Kampung yang terletak di Jl. Jendral Basuki Rachmat Gg. VI
Malang ini memang dapat dikatakan sebagai kawasan bersejarah, dibuktikan dengan adanya
bangunan asli pada masa penjajahan Belanda, terutama rumah-rumah pada
perkampungannya. Dalam upaya pelestariannya, Kampung Heritage Kayutangan seharusnya
telah dilindungi oleh Undang-Undang no 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Upaya
pelestarian ini perlu dilakukan untuk menjaga nilai dan aspek sejarah, kondisi fisik serta
kondisi sosial budaya yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. Upaya dalam
melestarikan kampung ini juga tidak melupakan salah satu komponen dari suatu
perkampungan, yaitu masyarakatnya.
Setelah diresmikan pada tanggal 22 April 2018 menjadi kawasan cagar budaya,
Kampung Heritage Kayutangan mulai melakukan berbagai macam pembenahan dari segi
penataan di sekitar kawasan tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara memunculkan kembali
atmosfir dari bangunan – bangunan kolonial serta menambah berbagai macam ornamen –
ornamen dan lukisan dinding agar memunculkan kesan lawas dari kampung tersebut dan
mampu menjadikan kegiatan pariwisata tersebut sebuah peluang ekonomi bagi masyarakat
sekitar. Kemudian, dalam pengelolaannya, dibentuklah sebuah Kelompok Sadar Wisata atau
POKDARWIS. Dengan adanya POKDARWIS ini, Kampung Kayutangan diharapkan dapat
menjelma menjadi sebuah kawasan wisata yang berada di tengah – tengah Kota Malang.
Menurut hasil penelitian dari Soewarni (2020) yang berupa hasil observasi dan
wawancara bersama POKDARWIS, masih banyak kekurangan yang ada di Kampung
Heritage Kayutangan. Permasalahan ini berupa kurangnya beberapa sarana dan prasaran
pendukung wisata dan juga aspek pendukung pariwsata lainnya seperti papan informasi dan
pemandu wisata. Masalah lainnya adalah kurangnya daya tarik pada objek Kampung
Kayutangan yang disebabkan tidak adanya landmark yang menandai kawasan wisata
tersebut, sehingga walaupun letaknya terletak di tengah kota, Kampung Kayutangan masih
kurang dikenal oleh para wisatawan. Permasalahan lainnya adalah minimnya lahan parkir
serta rute perjalanan yang kurang membingungkan karena minimnya papan informasi di
kawasan tersebut.
Permasalahan utama dalam di Kampung Heritage Kayutangan adalah ketidakjelasan
dalam kegiatan pengelolaannya serta masyarakat sekitar tidak terlalu terlibat didalamnya
(Khakim et al., 2019). Kemudian, minimnya hubungan kerjasama antara pemerintah,
akademisi, masyarakat dan stakeholder lainnya juga menjadi faktor kurang berkembangnya
Kampung Heritage Kayutangan.
Masing-masing stakeholder yang terlibat belum mampu memaksimalkan perannya
masing-masing, terutama dalam proses kolaborasi yang berkaitan dengan penentuan prinsip,
dan motivasi bersama (Nurulwahida et al., 2020). Permasalahan ini muncul karena para
stakeholder tidak selalu berpartisipasi aktif dalam setiap dialog. Nurulwahida (2020)
menyebutkan bahwa kapasitas prosedural, kepemimpinan, pengetahuan serta sumber daya
yang dimiliki masing-masing stakeholder tidak seimbang karena kurangnya kerjasama
prosedural oleh Pemerintah Kota Malang yang juga tidak didukung oleh sumber daya,
fasilitas serta anggaran pemerintah.
Dalam proses implementasinya, Nurulwahida (2020) juga menambahkan bahwa tidak
semua stakeholder yang ada terlibat dalam prosesnya. Hanya beberapa stakeholder saja yang
memiliki minat dalam kegiatan pariwsata tersebut. Beberapa event atau kegiatan juga
dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing stakeholder dan tidak direncanakan oleh
Pemerintah Kota Malang. Beberapa hal tersebut menunjukkan kurangnya koordinasi antar
stakeholder dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan sehingga hanya beberapa
stakeholder saja yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Permasalahan pengelolaan ini yang kemudian berdampak pada permasalahan yang
telah disebutkan di atas seperti minimnya fasilitas pendukung yang membuat Kampung
Heritage Kayutangan menjadi kurang menarik di mata wisatawan. Lalu, tidak adanya
pemandu wisata serta kurangnya pembinaan untuk warga mengenai nilai sejarah dari
Kampung Heritage Kayutangan itu sendiri.
Dengan adanya permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana hubungan antar stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Kampung Heritage
Kayutangan, serta menentukan arahan dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
secara kualitatif dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara terhadap stakehodler, dan studi pustaka. Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling, sehingga sampel yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian
analisa yang digunakan adalah analisa stakeholder dan Social Network Analysis (SNA).
Dengan mengetahui bagaimana tiap-tiap stakeholder berperan serta berkolaborasi
dalam upaya pengelolaan Kampung Heritage Kayutangangan, diharapkan akan memudahkan
dalam upaya pengembangan kegiatan wisata di kawasan tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan terkait pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan di Kota Malang


antara lain:
1. Tidak jelasnya pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan yang berdampak pada
minimnya fasilitas bagi wisatawan (Khakim et al., 2019);
2. Minimnya hubungan kerjasama antara pemerintah, akademisi, masyarakat dan
stakeholder lainnya dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan (Khakim et
al., 2019);
3. Masing-masing stakeholder yang terlibat belum mampu memaksimalkan perannya
masing-masing, terutama dalam proses kolaborasi yang berkaitan dengan penentuan
prinsip, dan motivasi bersama (Nurulwahida et al., 2020);
4. Kapasitas prosedural, kepemimpinan, pengetahuan serta sumber daya yang dimiliki
masing-masing stakeholder tidak seimbang karena kurangnya kerjasama prosedural
oleh Pemerintah Kota Malang yang juga tidak didukung oleh sumber daya, fasilitas
serta anggaran pemerintah (Nurulwahida et al., 2020);
5. Dalam proses implementasi program, hanya beberapa stakeholder yang menunjukkan
minat saja yang ikut berpartisipasi karena kurangnya koordinasi antar stakeholder
dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan (Nurulwahida et al., 2020);
6. Kurangnya sarana prasana yang mendukung dalam kegiatan pariwisata dan juga
aspek pendukung pariwsata lainnya seperti papan informasi dan pemandu wisata
(Soewarni, 2020);
7. Kurangnya daya tarik pada objek Kampung Kayutangan yang disebabkan tidak
adanya landmark yang menandai kawasan wisata tersebut, sehingga walaupun
letaknya terletak di tengah kota, Kampung Kayutangan masih kurang dikenal oleh
para wisatawan (Soewarni, 2020).

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang disusun dari
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran masing-masing stakeholder dalam pengelolaan kegiatan wisata
Kampung Heritage Kayutangan di Kota Malang?
2. Bagaimana hubungan antar stakeholder dalam pengelolaan kegiatan wisata Kampung
Heritage Kayutangan?
3. Bagaimana arahan mengenai pengelolaan kegiatan wisata Kampung Heritage
Kayutangan di Kota Malang?

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan memetakan komponen-komponen pariwisata di Kampung
Heritage Kayutangan;
2. Mengetahui peran dan hubungan antar stakeholder dalam pengelolaan pariwisata
Kampung Heritage Kayutangan;
3. Menentukan arahan mengenai pengelolaan pariwisata Kampung Heritage
Kayutangan.
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini bagi pemerintah, masyarakat dan akademisi adalah:
A. Pemerintah
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kegiatan
penyusunan dokumen rencana mengenai pengelolaan kawasan cagar budaya, terutama pada
Kampung Heritage Kayutangan
B. Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai arahan dan penambah wawasan
masyarakat dalam pengelolaan kegiatan wisata. Manfaat lainnya adalah sebagai panduan
masyarakat dalam upaya kerjasama dengan stakeholder lainnya.
C. Akademisi
Manfaat yang dapat diterima oleh civitas akademikan dari penelitian ini adalah
bertambahnya pengetahuan terkait pengaruh stakeholder dalam pengelolaan kawasan wisata.
Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitan selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Materi


1. Identifikasi komponen pariwisata serta peran stakeholder dalam pengelolaannya.
Peran stakeholder didasari oleh kepentingan dan pengaruh masing-masing
stakeholder terhadap komponen-komponen pariwisata yang diidentifikasi di
Kampung Heritage Kayutangan.
2. Hubungan antar stakeholder. Hubungan antar stakeholder diketahui berdasarkan
perhitungan nilai sentralitas yaitu degree, closeness, dan betweeness. Ketiga nilai
tersebut akan menentukan bagaimana posisi serta peran stakeholder dalam suatu
jaringan.
3. Pengelolaan kawasan wisata heritage. Pengelolaan kawasan wisata disusun
berdasarkan potensi dan masalah yang diketahui melalui kajian peran dan
hubungan stakeholder. Potensi dan masalah tersebut kemudian dikaitkan dengan
kebutuhan berdasarkan komponen-komponen kawsan wisata.
4. Perspektif balanced scorecard. Keempat perspektif dalam balanced scorecard
yaitu perspektif customers & stakeholders, perspektis finansial, perspektif
internal business process, dan perspektif sumberdaya manusia akan menjadi
batasan dari output penelitian ini yang digunakan sebagai strategi dalam
mengatasi permasalahan di Kampung Kayutangan.
1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wialyah dalam penelitian ini adalah Kampung Heritage Kayutangan di
Jalan Jendral Basuki Rachmat Gg. VI, Kauman, Klojen, Kota Malang. Untuk deliniasi
wilayah penelitian meliputi RW 02, RW 09 dan RW 10 Kelurahan Kauman, Kecamatan
Klojen Kota Malang.

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan berisi mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan


masalah, tujaun dan manfaat penelitian. Pendahuluan juga berisi tentang ruang lingkup, baik
materi maupun wilayah, sistematika pembahasan serta kerangka pemikiran.

BAB II Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka berisi tentang teori dan konsep yang digunakan untuk mengetahui
peran dan hubungan stakeholder serta mengenai pengelolaan kawasan wisata heritage.
Tinjauan pustaka juga berisi kerangka teori dan studi terdahulu.

BAB III Metode Penelitian

Metode penelitian berisi tentang pendekatan, teknk pengumpulan dan analisis data
yang digunakan serta desain survei yang berfungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan
survei. Pengumpulan data dilakukan melalui survei primer berupa observasi dan wawancara
serta survei sekunder berupa kajian literatur.

1.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran berisi mengenai skema proses penelitan dari latar belakang,
permasalahan, tujuan hingga proses analisis untuk menjawab rumusan masalah dan tujaun.
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.1.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata didefinisikan sebagai proses, aktivitas, dan hasil dari interaksi di antara
wisatawan, supplier pariwisata, pemerintah dan masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar
yang dilibatkan dalam menarik dan menerima pengunjung (Marysya & Amanah, 2018).
Kemudian kepariwisataan diartikan sebagai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan wisata
dan dilakukan oleh para wisatawan (Khusnul Khotimah Wilopo, 2017). Kegiatan ini
didukung oleh fasilitas wisata dan infrastruktur pendukung lainnya yang semuanya
disediakan atau difasilitasi dan dikelola oleh stakeholder pariwisata. Dalam pengembangan
kawasan wisata, unsur yang paling penting dan utama adalah unsur daya tarik wisata.

Menurut Wydiatmaja (2010) dalam Pangestuti (2019), komponen-komponen penting


yang harus dimiliki oleh destinasi wisata yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan fasilitas
tambahan.

A. Atraksi
Atraksi adalah komponen yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata yang bertujuan
untuk menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut [ CITATION Nyo02 \l
1057 ]. Atraksi yang ditampilkan kepada wisatawan harus dapat menggugah perasaan mereka
atau menarik minat mereka untuk melihat dan menikmatinya. Atraksi dapat berupa wisata
alam, kebudayaan masyarakat sekitar, serta atraksi-atraksi buatan seperti taman rekreasi dan
hiburan. Atraksi wisata haruslah mempunyai nilai keunikan yang tinggi dan berbeda dari
daerah atau wilayah lain. Atraksi wisata yang ada pada suatu wilayah biasanya memiliki ciri
khas tersendiri dan tidak dapat ditemukan di wilayah lainnya.

B. Aksesibilitas
Menurut Sunaryo (2013) dalam Khusnul Khotimah Wilopo (2017) aksesibilitas
pariwisata dimaksudkan sebagai segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada
wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait. Aksesibilitas juga
dimaksud sebagai kemudahan bagi seseorang dalam melakukan perpindahan dari satu tempat
ke tempat lainnya. Kemudahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu kemudahan
akses informasi, akses kondisi jalan menuju tempat wisata dan ketersediaan titik transit
angkutan umum.
C. Amenitas
Amenitas diartikan sebagai segala fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam kegiatan berwisata (Pangestuti, 2019). Hal-hal yang termasuk dalam
amenitas berupa ketersediaan akomodasi untuk menginap, restoran atau warung untuk makan
dan minum. Ketersediaan toilet, tempat beristirahat, sarana peribadatan dan juga tempat
parkir juga diperlukan di destinasi wisata.
D. Fasilitas Tambahan
Menurut Pangestuti (2019) fasilitas tambahan yang ada mencangkup organisasi
pariwisata, pelayanan pelengkap serta ketersediaan fasilitas umum di sekitar kawasan wisata.
Organisasi atau kelembagaan wisata ini yang berfungsi untuk memfasilitasi, mengembangkan
serta mengelola segala kegiatan yang berkaitan dengan objek wisata. Kemudian pelayanan
pelengkap ini berupa pemandu wisata atau jasa penyedia informasi. Adanya pemandu dan
penyedia informasi ini akan membantu wisatawan dalam memahami atraksi wisata yang ada.
Kemudian ketersediaan fasilitas umum dapat berupa sarana telekomunikasi, bank, rumah
sakit dan sebagainya.

2.1.2 Heritage Tourism


Heritage adalah sebuah konsep yang terbentuk dari hal-hal yang dianggap penting
secara kultural oleh masyarakat, suatu kelompok, keluarga atau individu (Byrne, 2019).
Heritage itu sendiri tidak hanya mengenai objek material atau tempat, melainkan juga
melibatkan perasaan dan identitas manusia, sehingga nilai-nilai warisannya dapat berubah
seiring berjalannya waktu. Kemudian pariwisata didefinisikan sebagai proses, aktivitas, dan
hasil dari interaksi di antara wisatawan, supplier pariwisata, pemerintah dan masyarakat
setempat, dan lingkungan sekitar yang dilibatkan dalam menarik dan menerima pengunjung
[ CITATION JRB03 \l 1057 ].
Industri pariwisata dan heritage telah mengembangkan daya tarik yang terus
meningkat untuk mengubah peninggalan masa lalu menjadi atraksi untuk turis (Park, 2009).
Hal ini akan mengangkat nilai-nilai budaya sebagai komponen penting untuk industri
pariwisata baik untuk skala regional maupun nasional. Stebbins (1996) mendefinisikan wisata
budaya sebagai wisata minat khusus yang penekanannya pada aktivitas eksplorasi dan
partisipasi dalam pengalaman budaya yang baru dan mendalam baik dari aspek estetika,
intelektual, emosional dan psikologis.
2.1.3 Pengembangan Kampung Wisata
Kampung wisata merupakan suatu bentuk keterkaitan dan integarasi antara atraksi,
akomodasi dan fasilitas pendukung dan diimplementasikan kedalam kehidupan masyarakat di
tempat tersebut dan terikat dengan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1996). Kemudian menurut
Hadiwijoyo (2012) dalam Pariwisata Inti Rakyat (PIR), kampung wisata adalah kampung
yang menonjolkan keasliannya baik secara sosial budaya, ekonomi, adat istiadat dan berupa
arsitektur dan tata ruangnya yang khas. Atmoko (2014) juga menjelaskan bahwa kampung
wisata haruslah memiliki potensi daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik
maupun sosial budaya masyarakat yang dikemas secara menarik dan didukung dengan
fasilitas penunjang wisata. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas ekonomi dan juga
pemberdayaaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Berdasarkan
penjelasan diatas, aspek-aspek dari kampung wisata apabila dikaitkan dengan komponen-
komponen wisata yang telah dijelaskan diatas, maka komponen dari kampung wisata adalah:
a. Atraksi, atraksi wisata yang ada di kampung wisata dapat berupa bangunan-bangunan
bersejarah, kegiatan sosial budaya masyarakat setempat serta bentuk tata ruangnya
yang khas.
b. Amenitas, dapat dilihat dari ketersediaan sarana beristirahat, penyedia makanan dan
minuman, tempat hiburan serta perbelanjaan suvenir bagi para wisatawan.
c. Aksesibilitas, meliputi akses informasi, akses menuju lokasi wisata serta ketersediaan
titik transit
d. Fasilitas tambahan terkait dengan adanya organisasi wisata baik dari pemerintah,
swasta maupun masyarakat, adanya jasa pemandu wisata serta ketersediaan fasilitas
umum di sekitar lokasi wisata.

2.2 Stakeholder

2.2.1 Pengertian Stakeholder

Secara umum stakeholder dapat diartikan sebagai seseorang yang berkaitan dengan
suatu program atau kegiatan (Byrne, 2019). Dalam suatu program, stakeholder dibedakan
secara lebih khusus untuk membantu dalam penentuan tujuan dan pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan ini didasari oleh peran serta tanggung jawab masing-masing
stakeholder dalam suatu kegiatan, pada penelitian ini, kegiatan tersebut adalah pengelolaan
Kampung Heritage Kayutangan. Secara spesifik, stakeholder adalah individu, kelompok atau
organisasi yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memiliki minat atau kepedulian dalam suatu situasi, masalah atau konflik, atau hasil
akhir dari suatu kegiatan
b. Memiliki kekuatan atau wewenang untuk mengimplementasikan solusi atau hasil
c. Memiliki kecenderungan untuk mengganggu suatu proses atau suatu kegiatan apabila
tidak dilibatkan secara mendalam
d. Memiliki sumberdaya untuk berkontribusi dalam suatu proses atau dapat memberikan
solusi dalam suatu permasalahan.
Stakeholder juga dapat diartikan sebagai semua pihak baik individu maupun kelompok
yang dapat dipengaruhi atau mempengaruhi kegiatan pengambilan keputusan serta
pencapaian suatu tujuan, baik berpengaruh baik atau buruk (Wakka, 2014). Pihak yang
dipengaruhi dan mempengaruhi dapat disebut juga sebagai pihak yang akan menerima
dampak dari setiap keputusan yang diambil.
Dalam kepariwisataan, stakeholder yang dilibatkan umumnya terdiri dari pemerintah,
masyarakat dan swasta (Handayani & Warsono, 2017). Pemerintah umumnya berperan dalam
membuat kebijakan serta perencanaan yang terstruktur dan sistematis. Bentuk nyata dari
peran pemerintah berupa ketersediaan sarana prasarana pendukung pariwisata, pelatihan dan
penyuluhan guna meningkatkan sumberdaya manusia, dan lain-lain. Dalam upaya untuk
menyediakan sarana dan prasarana pendukung, pemerintah umumnya menggandeng pihak
swasta. Pihak swasta dapat menyediakan akomodasi, restoran, paket wisata, biro perjalanan
serta transportasi. Kemudian masyarakat yang berada di area wisata berperan sebagai
pengelola serta pemilik. Selain itu masyarakat juga dapat menjadi bagian dari atraksi wisata
budaya dengan menunjukkan tradisi dan kebudayaan yang ada di objek wisata.
Dalam penelitian ini, stakeholder yang diidentifikasi adalah stakeholder pariwisata.
Peran dari masing-masing stakeholder tersebut akan dilihat dari komponen-komponen
pariwisata yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas serta fasilitas tambahan. Untuk dapat
mengukur peran, maka harus diketahui peran serta pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder.
Kepentingan atau interest adalah suatu keinginan atau kebutuhan mendasar yang ingin
dicapai oleh suatu stakeholder. Interests dapat berupa hal yang nyata seperti luas wilayah dan
daerah kekuasaan, atau hal yang tidak nyata seperti tingkat resiko dan ketidakpastian serta
jumlah suara dalam suatu pengambilan keputusan (Byrne, 2019).
Sedangkan pengaruh atau power adalah kemampuan stakeholder dalam mempengaruhi
keputusan dalam suatu kegiatan (Byrne, 2019). Penggunaan power dalam pengambilan
keputusan akan tepat apabila suatu stakeholder memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang tersebut. Power dapat berupa posisi atau jabatan, kemampuan pendanaan, serta
bagaimana suatu stakeholder berpengaruh bagi stakeholder lainnya.

2.2.2 Identifikasi Stakeholder

Menurut Maryono (2005) dalam (Handayani & Warsono, 2017) stakeholder dibagi
menjadi tiga jenis kelompok, yaitu

a. Stakeholder primer
Stakeholder primer adalah pihak yang memiliki pengaruh atau dipengaruhi (terkena
dampak) secara langsung dalam suatu kegiatan. Pengaruh atau dampak ini bisa
bersifat positif maupun negatif. Karena memiliki kaitan atau kepentingan langsung,
maka stakeholder primer harus selalu dilibatkan secara penuh dalam setiap tahapan
kegiatan. Biasanya, stakeholder primer adalah masyarakat dan tokoh masyarakat
yang diidentifikasi akan mendapatkan keuntungan atau manfaat maupun akan
terdampak kerugian dalam suatu kegiatan.
b. Stakeholder kunci
Stakeholder kunci adalah pihak-pihak yang memiliki kekuatan atau kewenangan
secara resmi dalam menentukan serta mengambil keputusan. Stakeholder kunci ini
adalah unsur eksekutif, legislatif dan instansi yang umumnya berada di
pemerintahan.
c. Stakeholder sekunder atau pendukung
Stakeholder pendukung merupakan stakeholder yang tidak terkena dampak atau
memiliki kepentingan secara langsung dalam suatu kegiatan. Stakeholder ini ikut
memiliki peran karena memiliki kepedulian atau keprihatinan (concern) dalam
proses pengembangan. Stakeholder ini biasanya berperan sebagai fasilitator dalam
kegiatan yang akan memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan. Stakeholder
ini meliputi investor atau swasta, LSM, dan akademisi atau peneliti.

2.2.3 Pemetaan Stakeholder


Dalam setiap program kegiatan, stakeholder memiliki kepentingan (interest) dan
pengaruh (power) yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan dan pengaruh ini harus dapat
dipetakan dengan jelas. Pemetaan stakeholder berfungsi untuk membantu pengelola dalam
mengatur serta melibatkan stakeholder dalam menjalankan kegiatan serta pencapaian tujuan.
(Reed et al., 2009 dalam Wakka, 2014). Pemetaan stakeholder ini dilakukan dengan
menggunakan matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder terhadap pengelolaan pariwsata
Kampung Heritage Kayutangan. Penyusunan matriks stakeholder berdasarkan kepentingan
serta pengaruh tersebut didasari oleh deskripsi pertanyaan responden mengenai komponen-
komponen pariwsata dan dinyatakan dalam ukuran kuantitafi (skor) yang kemudian dibagi
sesuai dengan kriteria kepentingan dan pengaruh.

Selanjutnya klasifikasi stakeholder dilakukan dengan membandingkan hasil skoring


dengan tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder ke dalam bentuk matriks menggunakan
stakeholder grid. Matriks tersebut akan dibagi berdasarkan jenis stakeholder. Berdasarkan
kepentingan dan pengaruhnya, stakeholder dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :

a. Subyek
Stakeholder ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, tetapi pengaruhnya dalam
kegiatan rendah. Karena memiliki pengaruh yang rendah, maka stakeholder ini
memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian tujuan, sehingga agar dapat
berpengaruh dalam suatu kegiatan, stakeholder ini dapat membentuk aliansi dengan
stakeholder lainnya. Oleh karena itu, hubungan baik dengan stakeholder ini harus
dijaga dengan baik.
b. Pemain Kunci
Stakeholder yang termasuk dalam kategori pemain kunci adalah stakeholder yang
memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Stakeholder dari kategori ini
umumnya adalah lembaga-lembaga yang berperan penting terhadap kegiatan,
sehingga harus dilibatkan secara penuh dalam setiap proses maupun dalam
penerapan kebijakan.
c. Pengikut Lain
Pengikut lain adalah stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dan kepentingan
yang rendah. Kepentingan dan pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder dalam
kategori ini biasanya berubah seiring berjalannya waktu dan keadaan, sehingga
diperlukan sedikit pertimbangan dalam melibatkan stakeholder ini dalam jalannya
kegiatan. Tetapi meski memiliki pengaruh dan kepentingan yang rendah, stakeholder
ini harus tetap diperhatikan dan hubungan yang baik harus tetap dijalin.
d. Pendukung
e. Stakeholder pendukung memiliki tingkat kepentingan yang rendah tetapi
pengaruhnya tinggi. Karena memiliki tingkat kepentingan yang rendah, maka
dimungkinkan apabila stakeholder ini dapat mendatangkan resiko. Oleh karena itu
stakeholder ini harus dapat dipantau dan dikelola dengan baik. Selain itu,
stakeholder pendukung dapat berubah menjadi pemain kunci karena suatu hal yang
dapat meningkatkan pengaruhnya. Oleh karena itu informasi yang dibutuhkan harus
tetap diberikan sehingga stakeholder ini dapat terus berperan aktif dalam pencapaian

tujuan.

2.3 Social Network Analysis

Social network adalah struktur sosial yang terdiri dari individu atau organisasi yang
disebut “node”, yang diikat (terhubung) oleh satu atau lebih jenis ikatan tertentu, seperti
persahabatan, kekerabatan, kepentingan bersama, pertukaran keuangan, ketidaksukaan,
hubungan seksual, kepercayaan, pengetahuan ataupun prestige (Kosorukoff, 2011).
Social network analysis adalah cara untuk memandang/menganalisa hubungan sosial
dalam konteks teori jaringan yang terdiri dari simpul (nodes) dan ikatan (ties atau links atau
connections). Simpul adalah aktor atau stakeholder dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah
hubungan antar stakeholder tersebut. Simpul-simpul yang saling terhubung tersebut akan
membentuk social contact dari masing-masing simpul. Jaringan yang ada juga bisa digunakan
untuk mengukur nilai yang didapat seseorang dari social network tersebut. Bentuk social
network tersebut ditampilkan dalam diagram social network, dimana simpul berupa titik dan
ikatan berupa garis.

Dalam social network analysis, ada berbagai ukuran sentralitas suatu simpul dalam
grafik yang menentukan kepentingan relatif suatu simpul dalam jaringan (seperti seberapa
penting seseorang dalam suatu jaringan). Ada tiga ukuran sentralitas yang banyak digunakan
dalam social network analysis : degree centrality, closeness centrality, betweenness
centrality.

2.3.1 Visualisasi Social Network


Penggambaran visual dalam social network analysis sangat penting untuk memahami
data jaringan dan hasil analisa. Eksplorasi data dilakukan dengan cara menampilkan simpul
dan ikatan pada berbagai macam tata letak, ukuran, dan variabel lainnya. Representasi umum
dari data suatu network adalah dalam bentuk grafik yang terdiri dari simpul dan ikatan
(nodes and ties). Tetapi penggambaran seperti ini tidak memungkinkan untuk interpretasi
intuitif.
Penggambaran atau pemetaan secara partisipatif bermanfaat ketika digunakan untuk
memfasilitasi perubahan. Peneliti memberikan gambaran atau peta dari jaringan selama sesi
pengumpulan data, sehingga peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif lainnya ketika
mengumpulkan data terkait social network analysis.

2.3.2 Degree Centrality

Degree centrality didefinisikan sebagai jumlah ikatan yang dimiliki oleh suatu simpul.
Degree centrality sering ditafsirkan dalam kaitannya dengna resiko langsung yang akan
dihadapi oleh suatu simpul dalam suatu jaringan (seperti virus atau informasi).
Keterangan :

CD(i) : Bobot node i

d(i) : jumlah link node i

n : jumlah node di jaringan

Tujuan dari perhitungan degree centrality adalah untuk mengetahui jumlah link yang
dimiliki oleh suatu stakeholder. Secara sederhana degree centrality digunakan untuk
mengetahui “orang yang populer atau orang yang punya banyak teman”.

2.3.3 Closeness Centrality

Dalam social network analysis, closeness centrality diartikan sebagai jalur terpendek,
karena memberikan nilai lebih tinggi pada simpul yang paling sentral dalam suatu jaringan.
Closeness centrality didefinisikan sebagai jarak geodesi rata-rata (jalur terpendek) antara
simpul yang satu dengan yang lainnya.

CC(i) : Bobot node i

d(i,j) : jarak antara node i dan j

n : jumlah node di jaringan


Tujuan dari perhitungan closeness centrality adalah untuk mengetahui stakeholder
yang paling efisien dalam memperoleh informasi dari stakeholder lainnya. Sederhananya,
seseorang akan mudah untuk memperoleh informasi dari teman dekatnya dibandingkan
dengan orang asing.

2.3.4 Betweeness Centrality

Betweeness centrality adalah ukuran sentralitas yang berguna untuk mengetahui


suatu simpul yang terletak pada jalur terpendek di antara simpul-simpul lain. Beetweeness
Centrality menggambarkan bagaimana suatu stakeholder berperan sebagai penghubung atau
‘jembatan’ antar dua stakeholder.

pjk(i) : jumlah jalur terpendek antara j dan k yang melewati i

Pjk : jumlah jalur terpendek antara j dan k

n : jumlah node dalam jaringan

Tujuan dari perhitungan beeteeness centrality adalah untuk mengetahui bagaimana


suatu stakeholder berperan dalam alur pertukaran informasi dalam suatu jaringan dan
memiliki kontrol dalam alur tersebut. Umumnya stakeholder yang memiliki bobot paling
tinggi adalah makelar atau pedagang perantara.

2.4 Balanced Scorecard

2.4.1 Pengertian Balanced Scorecard


Model Balanced Scorecard dikembangkan sebagai alat untuk menangani proses
pengembangan strategi dan pemantauan pencapaian strategi dan pengukuran kinerja secara
terus menerus (Flak & Dertz, 2005). Tujuan dan pengukuran tersebut kemudian ditentukan
berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif finansial, pelanggan (customers), proses bisnis
internal (internal business process), serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning and
growth). Implementasi dari balanced scorecard ini dapat dilakukan dalam empat langkah
yaitu:
1. Menerjemahkan dan memberikan kesepahaman atas tujuan dan memperoleh
konsensus;
2. Mengkomunikasikan tujuan, menetapkan tujuan, dan menghubungkan strategi;
3. Menetapkan target, mengalokasikan sumber daya, dan menetapkan pencapaian;
4. Memberikan tanggapan atau respon sebagai umpan balik dan pembelajaran.

Menurut Yee-Chin (2004) dalam Flak & Dertz (2005), dapat membantu dalam
berbagai aspek perencanaan strategi serta fungsi kontrol seperti berikut:
 Memperjelas dan mendapatkan kesepahaman mengenai strategi yang ditentukan;
 Menyebarkan informasi mengenai strategi ke seluruh organisasi;
 Menyelaraskan berbagai tujuan dengan strategi;
 Menghubungkan strategis dengan target dan anggaran;
 Mengidentifikasi dan menyelaraskan inisiatif strategis;
 Melakukan tinjauan strategis secara berkala dan sistematis;
 Memperoleh respon dan umpan balik serta meningkatkan strategi.

Penggunaan balanced scorecard umumnya digunakan dalam suatu organisasi bisnis


yang bertujuan untuk mencari keuntungan atau profit. Sehingga untuk menggunakan
balanced scorecard dalam kegiatan publik, dalam hal ini yaitu untuk pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan, maka perlu dilakukan sedikit modifikasi yang harus diterapkan
terhadap perspektif pada konsep balanced scorecard (Imelda, 2004). Dalam kegiatan publik,
terjadi perubahan dalam penggerak atau misi dari balanced scorecard itu sendiri yang
awalnya untuk mencari keuntungan (profit) menjadi berfokus kepada melayani masyarakat
atau kepentingan publik. Persepektif dari pelanggan atau customers menjadi perspektif
stakeholder. Kemudian perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menjadi persepektif
sumberdaya manusia.

Perspektif customers & stakeholder menjelaskan mengenai pelayanan yang


berkualitas kepada masyarakat serta manfaat yang diperoleh oleh stakeholder. Perspektif
finansial menggambarkan efisiensi dalam pelayanan yang diberikan. Perspektif internal
business process menunjukkan proses-proses yang harus dikerjakan oleh suatu organisasi
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kemudian persepektif sumberdaya manusia
menggambarkan kompetensi serta kemampuan seluruh anggota organisasi, dalam hal ini
yaitu stakeholder itu sendiri.

2.4.2 Membangun Balanced Scorecard


Menurut Rohm (2003) dalam Imelda (2004) untuk membangun balanced scorecard,
terdapat 6 tahapan yang harus dilaksanakan. Tahap pertama yaitu menilai pondasi organisasi.
Penilaian pondasi ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi potensi dan masalah dalam
suatu organisasi. Potensi masalah ini dapat diketahui dari hasil analisa sebelumnya yaitu
analisa stakeholder dan SNA.
Tahap kedua adalah menyusun strategi. Strategi ini didapatkan dari hasil analisa
mengenai potensi dan permasalahan yang digunakan untuk menilai pondasi organisasi.
Strategi yang disusun dapat menggunakan berbagai macam pendekatan dengan
menyesuaikan potensi masalah yang ada. Ketiga adalah membuat tujuan organisasi. Tujuan
ini menggambarkan kegiatan yang harus dilakukan organisasi berdasarkan strategi yang
ditentukan. Tujuan didasari oleh keempat perspektif yang telah disebutkan diatas yaitu
perspektif customers & stakeholders, perspektis finansial, perspektif internal business
process, dan perspektif sumberdaya manusia.
Tahapan keempat adalah menyusun peta strategi. Peta strategi ini berfungsi untuk
mampu memetakan seluruh strategi dan tujuan yang telah disusun. Strategi dan tujuan yang
disusun untuk berbagai macam aspek akan dihubungkan dengan menggunakan hubungan
sebab akibat. Hal ini bertujuan agar strategi yang disusun dapat dihubungkan kedalam empat
perspektif scorecard dan menunjukkan faktor-faktor yang mendukung kesuksesan organisasi.
Kelima adalah mengukur kinerja. Pengukuran kinerja juga disesuaikan dengan strategi yang
telah disusun. Sehingga pengukuran kinerja juga disesuaikan dengan keempat perspektif dari
balanced scorecard.
Terakhir adalah tahap menyusun inisiatif. Inisiatif ditentukan dengan cara
menentukan target agar dapat menentukan tingkat kinerja yang diinginkan. Target ini
digunakan untuk menguji program-program yang dijalankan sehingga dapat diketahui apakah
program tersebut membawa dampak yang baik atau buruk bagi organisasi.

2.4.4 Menentukan Arahan Pengelolaan


Berdasarkan penjelasan diatas, menentukan arahan dengan menggunakan balanced
scorecard dilakukan berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif customers & stakeholders,
perspektis finansial, perspektif internal business process, dan perspektif sumberdaya
manusia. Arahan pengelolaan tersebut didasari oleh potensi dan masalah yang diperoleh dari
hasil analisa stakeholder dan SNA. Potensi dan permasalahan tersebut kemudian
dikelompokkan berdasarkan empat perspektif tersebut yang kemudian dihubungkan dalam
suatu peta strategi yang memiliki hubungan sebab akibat. Strategi tersebut yang kemudian
akan menjadi arahan dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 Definisi Operasional

Penelitian ini membahas mengenai peran stakeholder dalam pengelolaan kegiatan


kampung wisata menggunakan Social Network Analysis (SNA). Penggunaan SNA ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan kerjasama atau kolaborasi antar
stakeholder dalam menjalankan suatu program atau kegiatan berkaitan dengan kampung
wisata. Adapun istilah yang akan dibahas dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut
1. Stakeholder
Secara umum stakeholder dapat diartikan sebagai seseorang yang berkaitan dengan
suatu program atau kegiatan (Byrne, 2019). Secara spesifik, stakeholder adalah
individu, kelompok atau organisasi yang memiliki karakteristik yaitu memiliki minat,
wewenang dan sumberdaya dalam menjalankan suatu kegiatan.
2. Kepentingan (Interest)
Interest adalah suatu keinginan atau kebutuhan mendasar yang ingin dicapai oleh
suatu stakeholder. Interests dapat berupa hal yang nyata seperti luas wilayah dan
daerah kekuasaan, atau hal yang tidak nyata seperti tingkat resiko dan ketidakpastian
serta jumlah suara dalam suatu pengambilan keputusan (Byrne, 2019).
3. Pengaruh (Power)
Power adalah kemampuan stakeholder dalam mempengaruhi keputusan dalam suatu
kegiatan (Byrne, 2019). Penggunaan power dalam pengambilan keputusan akan tepat
apabila suatu stakeholder memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
tersebut. Power dapat berupa posisi atau jabatan, kemampuan pendanaan, serta
bagaimana suatu stakeholder berpengaruh bagi stakeholder lainnya.
4. Pariwisata
Pariwisata didefinisikan sebagai proses, aktivitas, dan hasil dari interaksi di antara
wisatawan, supplier pariwisata, pemerintah dan masyarakat setempat, dan lingkungan
sekitar yang dilibatkan dalam menarik dan menerima pengunjung (Marysya &
Amanah, 2018). Kemudian kepariwisataan diartikan sebagai seluruh kegiatan yang
berkaitan dengan wisata dan dilakukan oleh para wisatawan (Khusnul Khotimah
Wilopo, 2017).
5. Atraksi Wisata
Atraksi adalah komponen yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata yang bertujuan
untuk menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut [ CITATION
Nyo02 \l 1057 ]. Atraksi yang ditampilkan kepada wisatawan harus dapat menggugah
perasaan mereka atau menarik minat mereka untuk melihat dan menikmatinya.
6. Amenitas Wisata
Amenitas diartikan sebagai segala fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam kegiatan berwisata (Pangestuti, 2019). Hal-hal yang termasuk dalam
amenitas berupa ketersediaan akomodasi untuk menginap, restoran atau warung untuk
makan dan minum. Ketersediaan toilet, tempat beristirahat, sarana peribadatan dan
juga tempat parkir juga diperlukan di destinasi wisata.
7. Aksesibilitas Wisata
Aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai segenap sarana yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata
terkait. Dalam aspek aksesibilias, terdapat banyak faktor-faktor penting seperti
petunjuk arah, titik pemberhentian transportasi umum, biaya perjalanan, jalur-jalur
yang menuju ke dalam dan luar lokasi wisata dan perangkat lainnya (Khusnul
Khotimah Wilopo, 2017).
8. Fasilitas Tambahan
Menurut Pangestuti (2019) fasilitas tambahan yang ada mencangkup organisasi
pariwisata, pelayanan pelengkap serta ketersediaan fasilitas umum di sekitar kawasan
wisata. Organisasi atau kelembagaan wisata ini yang berfungsi untuk memfasilitasi,
mengembangkan serta mengelola segala kegiatan yang berkaitan dengan objek wisata.
Kemudian pelayanan pelengkap ini berupa pemandu wisata atau jasa penyedia
informasi. Lalu ketersediaan fasilitas umum dapat berupa sarana telekomunikasi,
bank, rumah sakit dan sebagainya..
9. Degree Centrality
Degree centrality didefinisikan sebagai jumlah ikatan yang dimiliki oleh suatu simpul.
Degree centrality sering ditafsirkan dalam kaitannya dengna resiko langsung yang
akan dihadapi oleh suatu simpul dalam suatu jaringan (seperti virus atau informasi).
10. Closeness Centrality
Closeness centrality diartikan sebagai jalur terpendek, karena memberikan nilai lebih
tinggi pada simpul yang paling sentral dalam suatu jaringan. Closeness centrality
didefinisikan sebagai jarak geodesi rata-rata (jalur terpendek) antara simpul yang satu
dengan yang lainnya.
11. Betweeness Centrality
Betweeness centrality adalah ukuran sentralitas yang berguna untuk mengetahui suatu
simpul yang terletak pada jalur terpendek di antara simpul-simpul lain. Beetweeness
centrality menggambarkan bagaimana suatu stakeholder berperan sebagai
penghubung atau ‘jembatan’ antar dua stakeholder.

4.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan
sifatnya deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfokus pada data berupa
kata-kata baik lisan maupun tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati
[CITATION SJT84 \l 1057 ]. Penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui peran dan
hubungan antar stakeholder dalam mengelola kegiatan wisata di Kampung Kayutangan
dengan menggunakan Social Network Analysis.

4.3 Lokasi Penelititan

Lokasi penelitian berada pada Kampung Heritage Kayutangan, Kelurahan Kauman


Kecamatan Klojen, Kota Malang. Secara spesifik, lokasi Kampung Heritage Kayutangan
terletak pada RW 2 dan RW 10 Kelurahan Kauman. Untuk deliniasi kawasan dapat dilihat
pada Peta 3.1.
4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran untuk menjawab tujuan dari suatu penelitian. Variabel
ditentukan berdasarkan kajian literatur berupa buku dan penelitian atau terdahulu. Untuk
gambaran rinci mengenai variabel serta outputnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Tujuan Analisa Komponen Analisa Indikator Sumber


 Jumlah serta letak bangunan –
bangunan bersejarah yang menjadi
Atraksi daya tarik wisata
 Kegiatan masyarakat yang menjadi
daya tarik wisata
 Ketersediaan sarana beristirahat
 Ketersediaan penyedia makanan dan
Amenitas minuman
Mengidentifikasi dan  Ketersediaan tempat hiburan
memetakan (Nuryanti, 1996)
 Ketersediaan tempat perbelanjaan
komponen pariwisata - (Atmoko, 2014)
di Kampung Heritage  Ketersediaan akses informasi (Pangestuti, 2019)
Kayutangan  Kondisi akses jalan menuju objek
Aksesibilitas
wisata
 Ketersediaan terminal atau titik transit

 Keberadaan organisasi wisata


 Ketersediaan jasa pemandu wisata
Fasilitas Tambahan
 Ketersediaan fasilitas umum di sekitar
lokasi wisata
Mengetahui peran Stakeholder
dan hubungan antar  Keterlibatan stakeholder
stakeholder dalam (Mahfud, 2015)
Kepentingan  Ketergantungan stakeholder
pengelolaan (Wakka, 2014)
 Manfaat yang diperoleh stakeholder
Kampung Heritage
Kayutangan
Pengaruh  Posisi stakeholder dalam pembuatan (Mahfud, 2015)
keputusan (Wakka, 2014)
 Kemampuan pendanaan dan (Byrne, 2019)
manajemen
 Pengaruh dengan stakeholder lain
 Jumlah koneksi/ikatan stakeholder
Degree Centrality
 Nilai kepentingan stakeholder
 Jarak kedekatan dalam penerimaan dan (Kosorukoff, 2011)
Social Network Analysis Closeness Centrality pemberiaan informasi antar stakeholder (Susanto et al., 2012)
(Wasserman, 1994)
 Jumlah jalur informasi terpendek yang
Betweeness Centrality
melewati stakeholder
 Potensi dan masalah yang dirumuskan
Perspektif stakeholder dan dalam analisa stakeholder terkait
pelanggan dengan stakeholder serta pelayanan
terhadap masyarakat
 Potensi dan masalah yang dirumuskan
Perspektif finansial dalam analisa stakeholder terkait
Menentukan arahan
efisiensi pengelolaan wisata
pengelolaan (Imelda, 2004)
Balanced Scorecard  Potensi dan masalah yang dirumuskan
Kampung Heritage (Flak & Dertz, 2005)
Kayutangan dalam analisa stakeholder terkait
Perspektif proses internal
dengan proses untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat
 Potensi dan masalah yang dirumuskan
Perspektif sumberdaya dalam analisa stakeholder terkait
manusia dengan kompetensi pengelola kawasan
wisata
4.5 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan
snowball. Tujuan pemilihan teknik sampling tersebut karena sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini akan dipilih secara khusus dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini
digunakan untuk mengetahui stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan. Menurut Brugha & Varvasovszky (2000) kriteria subjek yang
berpotensi sebagai stakeholder adalah:
1. Memiliki kepentingan (interest) dalam pengelolaan kawasan wisata Kampung
Heritage Kayutangan. Kepentingan ini berupa keterlibatannya dalam pengelolaan
wisata, ketergantungannya terhadap objek wisata, serta menerima dampak dan
manfaat dari objek wisata tersebut;
2. Memiliki pengaruh (power) terhadap pengelolaan kawasan wisata Kampung Heritage
Kayutangan. Pengaruh ini dilihat berdasarkan posisi dari suatu stakeholder dalam
pengambilan keputusan, kemampuan manajemen serta pendanaan stakeholder
tersebut, serta bagaimana stakeholder tersebut mempengaruhi stakeholder yang lain.
3. Termasuk dalam suatu jaringan atau golongan yang memiliki hubungan terkait
pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.
4. Memiliki pemahaman terhadap kondisi dan permasalahan yang ada di Kampung
Heritage Kayutangan

Berdasarkan kriteria tersebut, stakeholder awal yang telah teridentifikasi adalah:

1. Ketua dan/atau perwakilan dari Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Kampung


Heritage Kayutangan. POKDARWIS dianggap memiliki kepentingan dan pengaruh
secara langsung dalam kegiatan wisata yang ada di Kampung Heritage Kayutangan
dan dianggap sebagai penghubung antara masyarakat dengan pihak lainnya
(pemerintah dan swasta).
2. Malang Heritage Community. Stakeholder ini dianggap memiliki pemahaman
terhadap permasalahan dan kondisi yang ada di Kampung Heritage Kayutangan.
Selain itu, komunitas ini memiliki interest yang besar dalam pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan.
3. Camat Kecamatan Klojen dan Lurah Kelurahan Kauman. Stakeholder ini memiliki
pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan wisata di
Kampung Kayutangan. Selain itu, camat serta lurah juga memahami bagaimana
kondisi serta permasalahan yang ada di Kampung Kayutangan.
4. Ketua RW 1, 2, 9 dan 10. Ketua RW dianggap sebagai wakil dari masyarakat
Kampung Kayutangan. Oleh karena itu maka ketua RW memiliki interest yang tinggi
karena keterlibatan serta pengaruh yang ada di Kampung Kayutangan mempengaruhi
masyarakat yang tinggal disana. Ketua RW juga dianggap paling mengerti kondisi dan
permasalahan yang ada di Kampung Kayutangan.
5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. Stakeholder ini dianggap memiliki
power yang tinggi dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata memiliki kemampuan pendanaan serta manajemen
terhadap Kampung Kayutangan. Selain itu dinas ini memiliki posisi yang penting
dalam pengambilan keputusan terkait Kampung Kayutangan.

4.6 Metode Pengumpulan Data

A. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan dalam untuk memperoleh data atau informasi melalui
pertanyaan pada responden secara langsung serta dilakukan secara lisan [ CITATION PJS10 \l
1057 ]. Wawancara mendalam (depth interview) dilakukan pada stakeholder guna mengetahui
perannya serta hubungannya dalam pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.
Berdasarkan survei pendahuluan, stakeholder yang menjadi subyek penelitian yaitu :
1. Ketua dan pihak management POKDARWIS Kampung Heritage Kayutangan (Bapak
Rizal dan Ibu Mila);
2. Malang Heritage Community (Drs. Tjandra Purnama Edhi);
3. Camat Kecamatan Klojen;
4. Lurah Kelurahan Kauman;
5. Ketua RW 1, 2, 9, dan 10 di Kelurahan Kauman;
6. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang.

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang akan diolah pada analisis
stakeholder. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan berkaitan dengan kepentingan
(interest) dan pengaruh (power) masing-masing stakeholder. Metode wawancara ini
digunakan agar mampu menggali informasi secara mendalam dari stakeholder sehingga
kondisi serta permasalahan yang ada di Kampung Heritage Kayutangan dapat diketahui
secara mendetail.
B. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati objek
penelitian secara langsung. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai
kegiatan wisata yang ada di Kampung Heritage Kayutangan. Data ini berkaitan dengan
berbagai komponen wisata yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas dan fasilitas tambahan. Data-
data yang perlu diobservasi yaitu:
 Data atraksi wisata seperti kegiatan seni budaya, bangunan bersejarah, hiburan dan
jasa
 Data lokasi sarana beristirahat
 Data lokasi penyedia makanan dan minuman
 Data lokasi tempat hiburan
 Data lokasi tempat perbelanjaan
 Data mengenai akses informasi terkait objek wisata
 Data mengenai kondisi akses jalan menuju objek wisata
 Data mengenai lokasi terminal atau titik transit
 Data mengenai organisasi atau kelembagaan wisata
 Data mengenai ketersediaan jasa pemandu wisata
 Data mengenai lokasi fasilitas umum di sekitar lokasi wisata

4.7 Metode Analisis Data

4.7.1 Identifikasi dan Pemetaan Komponen Wisata


Pariwisata didefinisikan sebagai proses, aktivitas, dan hasil dari interaksi di antara
wisatawan, supplier pariwisata, pemerintah dan masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar
yang dilibatkan dalam menarik dan menerima pengunjung (Marysya & Amanah, 2018).
Kegiatan ini didukung oleh fasilitas wisata dan infrastruktur pendukung lainnya yang
semuanya disediakan atau difasilitasi dan dikelola oleh stakeholder pariwisata.

1. Komponen Wisata
Kegiatan wisata yang ada di Kampung Heritage Kayutangan dibagi berdasarkan
komponen-komponen pariwisata. Menurut Wydiatmaja (2010) dalam Pangestuti (2019),
komponen-komponen penting yang harus dimiliki oleh destinasi wisata yaitu atraksi,
aksesibilitas, amenitas dan fasilitas tambahan.
Atraksi adalah komponen yang dimiliki oleh suatu destinasi wisata yang bertujuan
untuk menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut (Pendit, 2002).
Atraksi wisata yang ada di kampung wisata dapat berupa bangunan-bangunan bersejarah,
kegiatan sosial budaya masyarakat setempat serta bentuk tata ruangnya yang khas.
Aksesibilitas pariwisata dimaksudkan sebagai segenap sarana yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait
(Khusnul Khotimah Wilopo, 2017). Kemudahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu kemudahan akses informasi, akses kondisi jalan menuju tempat wisata dan ketersediaan
titik transit angkutan umum.
Amenitas diartikan sebagai segala fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam kegiatan berwisata (Pangestuti, 2019). Hal-hal yang termasuk dalam
amenitas berupa ketersediaan akomodasi untuk menginap, restoran atau warung untuk makan
dan minum. Ketersediaan toilet, tempat beristirahat, sarana peribadatan dan juga tempat
parkir juga diperlukan di destinasi wisata.
Fasilitas tambahan yang ada mencangkup organisasi pariwisata, pelayanan pelengkap
serta ketersediaan fasilitas umum di sekitar kawasan wisata (Pangestuti, 2019). Organisasi
wisata yang dimaksud dapat berupa organisasi dari pemerintah, swasta maupun masyarakat.
2. Bentuk Data dalam Identifikasi Komponen Wisata
Data potensi wisata yang akan diidentifikasi berkaitan dengan komponen pariwisata
yang ada di kawasan Kampung Heritage Kayutangan. Data tersebut antara lain:
 Data atraksi wisata seperti kegiatan seni budaya, bangunan bersejarah, hiburan dan
jasa
 Data lokasi sarana beristirahat
 Data lokasi penyedia makanan dan minuman
 Data lokasi tempat hiburan
 Data lokasi tempat perbelanjaan
 Data mengenai akses informasi terkait objek wisata
 Data mengenai kondisi akses jalan menuju objek wisata
 Data mengenai lokasi terminal atau titik transit
 Data mengenai organisasi atau kelembagaan wisata
 Data mengenai ketersediaan jasa pemandu wisata
 Data mengenai lokasi fasilitas umum di sekitar lokasi wisata
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung menuju wilayah
studi serta wawancara kepada pengurus atau anggota kelompok wisata di Kampung
Kayutangan. Data-data komponen wisata ini kemudian dikelompokkan berdasarkan
pengelolanya yaitu pemerintah, masyarakat atau swasta. Pengelompokkan ini diarahkan
untuk penentuan kepentingan dan pengaruh di analisa selanjutnya.

3. Cara Pemetaan Potensi Wisata


Pemetaan potensi wisata ini dibagi berdasarkan komponen-komponen wisata yang ada
sebelumnya yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas dan fasilitas tambahan. Data yang diperoleh
dari survei primer dan sekunder akan dipetakan berdasarkan komponennya secara spasial.
Skala dalam tahap pemetaan ini adalah skala RW.
Pemetaan atraksi wisata dilakukan dengan menunjukkan titik-titik bangunan
bersejarah yang menjadi daya tarik di Kampung Heritage Kayutangan. Untuk atraksi berupa
kegiatan kesenian atau budaya dapat dilakukan dengan menunjukkan lokasi sanggar atau
lokasi pertunjukkannya. Titik-titik ini akan dilengkapi dengan foto untuk memberikan
informasi secara rinci. Komponen amenitas dipetakan dengan menunjukkan lokasi tempat
yang fasilitas pendukung yang memenuhi kebutuhan wisatawan. Kemudian pemetaan aspek
aksesibilitas menunjukkan kondisi akses jalan yang ada di dalam kawasan wisata. Selain itu
pemetaan aspek aksesibilitas juga menunjukkan titik-titik terminal atau transit yang ada di
sekitar kawasan wisata. Pemetaan fasilitas tambahan dilakukan dengan menunjukkan titik-
titik lokasi fasilitas umum terdekat. Pemetaan ini juga dibedakan berdasarkan pengelola dari
masing-masing komponen wisata yang telah teridentifikasi.
4. Hasil Pemetaan Komponen Wisata
Hasil pemetaan potensi wisata ini berupa peta yang menunjukkan titik-titik terkait
komponen wisata yang telah diidentifikasi di Kampung Heritage Kayutangan. Hasil
pemetaan ini kemudian akan digunakan dalam analisis stakeholder untuk mengetahui
kepentingan serta pengaruh masing-masing stakeholder terhadap masing-masing komponen
wisata yang telah teridentifikasi.

3.7.2 Analisis Stakeholder


Analisis stakeholder adalah suatu pendekatan, alat atau serangkaian alat untuk
mengetahui tentang perilaku, niat, hubungan dan kepentingan aktor, baik individu maupun
organisasi (Brugha & Varvasovszky, 2000). Analisa ini juga berguna untuk menilai pengaruh
dan sumber daya yang mereka bawa pada proses pengambilan keputusan atau implementasi
suatu kegiatan. Analisis stakeholder telah banyak digunakan sebagai alat manajemen dan
statistik untuk mengidentifikasi strategi optimal untuk mengelola stakeholder lainnya,
mengidentifikasi peluang dan ancaman, dan strategi untuk menanganinya. Untuk
menganalisis stakeholder, maka kredibilitas suatu stakeholder perlu diidentifikasi untuk dapat
menentukan peran yang tepat dalam suatu proses kolaboratif.

1. Komponen Analisis Stakeholder


Untuk mengetahui peran masing-masing stakeholder dalam pengelolaan Kampung
Kayutangan, maka perlu diketahui pengaruh serta kepentingan dari masing-masing
stakeholder pada aspek-aspek pengelolaan pariwisata yang ada (Wakka, 2014). Aspek-aspek
pariwisata yang diidentifikasi dalam analisa stakeholder adalah aspek atraksi, amenitas,
aksesibilitas dan fasilias tambahannya.
Kepentingan stakeholder dapat diketahui dengan melihat bagaimana suatu stakeholder
terlibat dalam suatu program atau kegiatan. Selain itu kepentingan stakeholder juga dapat
dilihat dari ketergantungan suatu stakeholder terhadap suatu kegiatan atau objek wisata serta
bagaimana peran yang diperoleh stakeholder tersebut. Semakin tinggi keterlibatan,
ketergantungan dan juga manfaat yang diperoleh suatu stakeholder, maka semakin tinggi pula
kepentingan yang dimilikinya.
Pengaruh yang dimiliki oleh stakeholder dilihat dari posisi stakeholder dalam
pengambilan keputusan terkait pelaksanaan suatu kebijakan. Semakin tinggi posisi
stakeholder maka pengaruh yang dimilikinya juga semakin besar. Kemampuan pendanaan
serta manajemen juga menjadi pertimbangan dalam mengukur pengaruh suatu stakeholder.
Kedua hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana hubungan suatu stakeholder dengan
stakeholder lainnya. Hubungan suatu stakeholder akan dipengaruhi oleh posisinya dalam
suatu kegiatan serta bagaimana kemampuan finansial dan manajemennya.
Kepentingan dan pengaruh dari masing-masing stakeholder akan diukur dalam empat
aspek pengelolaan pariwisata yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas dan fasilitas tambahan.
Atraksi dilihat dari jumlah daya tarik yang ada pada suatu kawasan wisata, pada kasus
Kampung Heritage Kayutangan, atraksi dapat berupa bangunan-bangunan bersejarah.
Amenitas dilihat dari ketersediaan fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata seperti tempat
beristirahat, toilet, akomodasi dan sejenisnya. Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan
dalam mencapai kawasan wisata tersebut. Selain itu aksesibilitas juga berkaitan dengan
kemudahan akses didalam suatu kawasan wisata. Kemudian fasilitas tambahn berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya manusia, operasional, regulasi dan ketersediaan fasilitas
umum berkaitan dengan kawasan wisata tersebut.

2. Bentuk Data Analisis Stakeholder


Data yang diperlukan untuk analisa stakeholder adalah data yang mampu menjelaskan
mengenai peran stakeholder dalam pengelolaan pariwisata. Data tersebut antara lain:

• Data kelembagaan dalam pengelolaan kawasan wisata


• Data mengenai manfaat yang diterima oleh stakeholder dalam kegiatan wisata
• Data keterlibatan stakeholder dalam kegiatan pengelolaan kawasan wisata
• Data mengenai posisi stakeholder dalam pembuatan keputusan
• Data mengenai hubungan suatu stakeholder dengan stakeholder yang lainnya

3. Cara Melakukan Analisis Stakeholder


Dalam melakukan analisis stakeholder, terdapat empat tahapan yang harus
dilaksanakan oleh peneliti, tahap pertama adalah identifikasi serta pemetaan stakeholder yang
terlibat serta mengetahui kapasitasnya. Selain itu perlu diidentifikasi pula dukungan dari
peraturan atau kebijakan terkait yang menjadi pedoman dalam pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan. Tahap kedua adalah menilai bagaimana kepentingan serta pengaruh
masing-masing stakeholder. Hasil dari penilaian ini akan digunakan dalam pemetaan
stakeholder. Ketiga adalah pemetaan stakeholder. Pemetaan stakeholder dalam suatu jaringan
bertujuan untuk dapat menentukan jenis-jenis stakeholder yang ada dalam pengelolaan
Kampung Heritage Kayutangan. Tahap terakhir adalah menyusun potensi dan masalah yang
didasarkan dari hasil analisa mengenai kepentingan, pengaruh, konflik serta peranan
stakeholder dalam jaringan.
A. Identifikasi Stakeholder
Langkah awal dalam melaksanakan analisis stakeholder adalah dengan
mengidentifikasi siapa saja aktor yang berperan dalam suatu kegiatan. Stakeholder yang
diidentifikasi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu stakeholder primer, stakeholder kunci, dan
stakeholder sekunder atau pendukung. Pembagian kelompok tersebut didasari oleh dampak
yang diterima dan/atau diberikan dalam suatu kegiatan. Kemudian, stakeholder yang telah
dikelompokkan akan ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya.
Penentuan stakeholder ini didasari oleh komponen-komponen dalam fokus penelitian, yaitu
komponen pengelolaan Kawasan Kampung Wisata Kayutangan.
Analisa ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi dampak yang diterima dan
diberikan oleh stakeholder terhadap komponen-komponen pariwisata yang ada di Kampung
Wisata Kayutangan. Hasil identifikasi tersebut akan disajikan dalam contoh tabel seperti
berikut.

Peran dalam Pengelolaan


Stakeholder
Atraksi Amenitas Aksesibilitas
Stakeholder A
Stakeholder B
Stakeholder C
.....

B. Pemetaan Stakeholder
Dalam setiap program kegiatan, stakeholder memiliki kepentingan (interest) dan
pengaruh (power) yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan dan pengaruh ini harus dapat
dipetakan dengan jelas. Pemetaan stakeholder berfungsi untuk membantu pengelola dalam
mengatur serta melibatkan stakeholder dalam menjalankan kegiatan serta pencapaian tujuan.
(Reed et al., 2009 dalam Wakka, 2014).
Pemetaan stakeholder ini dilakukan dengan menggunakan matriks kepentingan dan
pengaruh stakeholder terhadap pengelolaan pariwsata Kampung Heritage Kayutangan.
Penyusunan matriks stakeholder berdasarkan kepentingan serta pengaruh tersebut didasari
oleh deskripsi pertanyaan responden mengenai komponen-komponen pariwsata dan
dinyatakan dalam ukuran kuantitafi (skor) yang kemudian dibagi sesuai dengan kriteria
kepentingan dan pengaruh. Untuk skor pengukuran terhadap kepentingan dan pengaruh
stakeholder dapat dilihat pada tabel berikut.

Skor Nilai Kriteria Keterangan


Kepentingan
5 17-20 Sangat tinggi Sangat bergantung atau mendukung pengelolaan wisata
4 13-16 Tinggi Bergantung atau mendukung pengelolaan wisata
3 9-12 Cukup Cukup bergantung atau mendukung pengelolaan wisata
2 5-8 Rendah Kurang bergantung atau mendukung pengelolaan wisata
1 0-4 Sangat rendah Tidak bergantung atau mendukung pengelolaan wisata
Pengaruh
5 17-20 Sangat tinggi Sangat mempengaruhi pengelolaan wisata
4 13-16 Tinggi Mempengaruhi pengelolaan wisata
3 9-12 Cukup Cukup mempengaruhi pengelolaan wisata
2 5-8 Rendah Kurang mempengaruhi pengelolaan wisata
1 0-4 Sangat rendah Tidak mempengaruhi pengelolaan wisata

Kemudian pengukuran kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder akan


disajikan dalam contoh tabel seperti berikut.
Skor Pengaruh
No Stakeholder
P1 P2 P3 P4 Jumlah
1 Stakeholder A
2 Stakeholder B
3 Stakeholder C

Selanjutnya klasifikasi stakeholder dilakukan dengan membandingkan hasil skoring


dengan tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder ke dalam bentuk matriks menggunakan
stakeholder grid. Matriks tersebut akan dibagi berdasarkan jenis stakeholder. Berdasarkan
kepentingan dan pengaruhnya, stakeholder dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :

a. Subyek (Subjects). Stakeholders dengan tingkat kepentingan yang tinggi tetapi


memiliki pengaruh yang rendah.
b. Pemain Kunci (Key Players). Stakeholders dengan tingkat kepentingan dan pengaruh
yang tinggi.
c. Pengikut Lain (Crowd). Stakeholders dengan tingkat kepentingan dan pengaruh yang
rendah.
d. Pendukung (Contest setters). Stakeholders dengan tingkat kepentingan yang rendah
tetapi memiliki pengaruh yang tinggi.

Pemetaan berdasarkan kepentingan dan pengaruh ini ditentukan berdasarkan dampak


yang diberikan pada stakeholder pada tahap identifikasi. Stakeholder yang memiliki pengaruh
dan kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan Kampung Wisata Kayutangan akan
dipetakan sebagai Key Player. Kemudian stakeholder yang memiliki pengaruh dan
kepentingan yang rendah dikategorikan sebagai Crowd dan seterusnya.

C. Identifikasi Konflik dan Permasalahan


Setelah matriks/peta stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruhnya
terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi permasalahan yang timbul dari
perbedaan tingkat pengaruh dan kepentingannya. Untuk mengatasi permasalahan ini, maka
diperlukan proses kolaboratif untuk mencapai atau membangun sebuah kesepakatan. Karena
adanya perbedaan kepentingan dan pengaruh dari masing-masing stakeholder, maka dalam
setiap tahapannya harus mempertimbangkan tujuan, kebutuhan dan permasalahan dari setiap
stakeholder yang terlibat (Byrne, 2019). Dalam menyusun suatu proses kolaborasi, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu tujuan dari masing-masing stakeholder,
permasalahan utama dalam kegiatan, dampak yang ditimbulkan dari setiap keputusan,
pembagian peran dan tanggungjawab dari setiap stakeholder yang terlibat. Langkah-langkah
dalam menyusun suatu proses kolaboratif menurut Byrne (2019) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dan hasil.
Penentuan tujuan ini dibutuhkan untuk menentukan arah pengembangan serta
outcome yang diinginkan dari proses kolaborasi. Tujuan, sasaran dan hasil yang
diinginkan harus tersampaikan dengan jelas, transparan dan bisa diterima oleh seluruh
stakeholder yang terlibat.
2. Menentukan tingkat keterlibatan stakeholder dalam kegiatan.
Untuk menentukan keterlibatan stakeholder, maka perlu diketahui bagaimana
kepedulian stakeholder tersebut dalam suatu kegiatan, kemudian bagaimana hubungan
stakeholder satu dengan yang lain, dan seberapa besar pengaruh yang dimiliki oleh
suatu stakeholder dalam menentukan hasil dari suatu kegiatan.
3. Menentukan peran dan tanggungjawab.
Tahapan ini bertujuan untuk memperjelas bagaimana peran dan tanggungjawab
stakeholder dalam suatu kegiatan, menentukan bagaimana suatu kebijakan akan dibuat
serta menentukan aturan atau prosedur dalam pelaksanaan agar kegiatan dapat
berjalan dengan lancar dan efektif.

4. Hasil Analisis
Hasil dari analisis stakeholder berupa pemetaan peran masing-masing stakeholder
serta identifikasi potensi serta permasalahan antar stakeholder dalam suatu proses kegiatan
atau program pengelolaan kawasan wisata Kampung Heritage Kayutangan. Hasil dari
pemetaan ini akan mempermudah proses pengelolaan terkait bagaimana cara untuk
melibatkan masing-masing stakeholder dalam mencapai tujuan atau menemukan
permasalahan. Hasil analisis ini kemudian akan menjadi dasar dalam menentukan arahan
mengenai pengelolaan kawasan wisata Kampung Kayutangan, terutama dalam pembagian
peran serta tanggung jawab dari masing-masing stakeholder yang terlibat (Wakka et al.,
2013).
Kemudian potensi dan masalah yang telah teridenfikasi akan diarahkan menuju
balanced scorecard untuk penyusunan strategi dan solusi dalam mengatasi permasalahannya.
Lalu pemetaan stakeholder digunakan sebagai dasar untuk membentuk jejaring stakeholder
yang akan menggambarkan hubungan antar stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
Kampung Heritage Kayutangan.

3.7.3 Social Network Analysis


Social Network Analysis dilakukan ketika seluruh stakeholder telah teridentifikasi.
Social Network Analysis adalah cara untuk memandang/menganalisa hubungan sosial dalam
konteks teori jaringan yang terdiri dari simpul (nodes) dan ikatan (ties atau links atau
connections). Sebelum memulai analisa, pemetaan mengenai jaringan stakeholder perlu
dibuat agar hasil analisa dapat dipahami.

1. Komponen Social Network Analysis


Social Network Analysis dibagi menjadi tiga ukuran sentralitas yaitu degree
centrality, closeness centrality dan betweeness centrality. Degree centrality berkaitan dengan
banyaknya jaringan atau hubungan yang dimiliki suatu stakeholder dengan stakeholder
lainnya. Semakin banyak jaringan yang dimiliki oleh suatu stakeholder maka semakin tinggi
pula ‘derajat’-nya (degree) dalam suatu jaringan. Stakeholder dengan nilai degree yang tinggi
harus dianggap sebagai saluran utama informasi dan memiliki peran penting sebagai roda
penggerak dalam jaringan (Wasserman & Faust, 1994).
Closeness centrality menjelaskan mengenai kedekatan suatu stakeholder terhadap
seluruh stakeholder lain dalam sautu jaringan. Stakeholder akan memiliki nilai ‘kedekatan’
(closeness) yang tinggi apabila stakeholder tersebut mampu berkomunikasi, berinteraksi atau
berhubungan dengan cepat ke stakeholder lainnya. Stakeholder dengan closeness tinggi akan
sangat produktif dalam mengkomunikasikan informasi kepada stakeholder lainnya.
Stakeholder ini akan sangat berperan penting dalam penyelesaian masalah yang berfokus
pada hubungan komunikasi (Wasserman & Faust, 1994).
Betweeness centrality mengukur sentralitas suatu stakeholder berdasarkan
kemampuannya dalam mengontrol interaksi antara suatu pasangan stakeholder lain dalam
jaringan. Hal ini muncul karena adanya dua atau lebih stakeholder yang tidak berdekatan dan
bergantung kepada stakeholder lainnya untuk berkomunikasi. Stakeholder yang berperan
sebagai penghubung ini akan berpotensi memiliki kendali atas interaksi dua stakeholder yang
tidak berdekatan dalam suatu jaringan. Nilai sentralitas suatu stakeholder akan semakin tinggi
apabila stakeholder tersebut memiliki posisi yang menghubungkan atau mengontrol
hubungan banyak stakeholder yang lain. Stakeholder dengan nilai betweeness yang tinggi
akan memiliki pengaruh interpersonal yang lebih tinggi pada stakeholder lainnya.

2. Bentuk Data Social Network Analysis


Data social network analysis setidaknya terdiri dari satu variabel struktural yang
diukur pada sekumpulan stakeholder. Data dalam analisis ini berupa siapa saja stakeholder
yang ada di suatu jaringan (composition) serta bagaimana bentuk dari jaringan tersebut
(structural). Sehingga untuk dapat membentuk suatu struktur serta komposisi dalam jaringan,
maka diperlukan data-data kelembagaan yang berkaitan dengan pengelolaan Kampung
Heritage Kayutangan. Selain itu, data mengenai bagaimana peran, posisi serta interaksi antar
stakeholder juga diperlukan sehingga struktur jaringan stakeholder yang ada dapat terbentuk
dengan jelas.

3. Cara Melakukan Social Network Analysis


Social Network Analysis diawali dengan menggambarkan bentuk jaringan yang ada
terkait dengan objek penelitian. Bentuk jaringan yang dibentuk didasari oleh data hasil
analisa stakeholder sebelumnya dan data-data terkait kelembagaan yang didapatkan ketika
survei sekunder. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan sentralitas pada
jaringan berdasarkan tiga aspek sentralitas yaitu degree centrality, closeness centrality dan
betweeness centrality.

A. Degree Centrality
Degree centrality didefinisikan sebagai jumlah ikatan yang dimiliki oleh suatu
simpul. Tujuan dari perhitungan degree centrality adalah untuk mengetahui tingkatan
sentralitas suatu stakeholder dalam jaringan berdasarkan jumlah ikatan atau hubungan yang
dimilikinya dengan stakeholder lain. Rumus untuk menghitung degree centrality adalah:

Keterangan :

CD(i) : Bobot node i

d(i) : Jumlah link node i

n : Jumlah node di seluruh jaringan

B. Closeness Centrality
Closeness centrality didefinisikan sebagai jarak geodesi rata-rata (jalur terpendek)
antara simpul yang satu dengan yang lainnya. Tujuan dari perhitungan closeness centrality
adalah untuk mengetahui stakeholder yang paling efisien dalam memperoleh informasi dari
stakeholder lainnya. Rumus perhitungan closeness centrality adalah:

Keterangan :

CC(i) : Bobot node i

d(i,j) : jarak antara node i dan j

n : jumlah node di jaringan

C. Betweeness Centrality
Betweeness centrality adalah ukuran sentralitas yang berguna untuk mengetahui
suatu simpul yang terletak pada jalur terpendek di antara simpul-simpul lain. Tujuan dari
perhitungan beeteeness centrality adalah untuk mengetahui bagaimana suatu stakeholder
berperan dalam alur pertukaran informasi dalam suatu jaringan dan memiliki kontrol dalam
alur tersebut. Rumus untuk menghitung betweeness centrality adalah:

Keterangan :

pjk(i) : jumlah jalur terpendek antara j dan k yang melewati i

Pjk : jumlah jalur terpendek antara j dan k

n : jumlah node dalam jaringan

4. Hasil Social Network Analysis


Hasil dari Social Network Analysis berupa ukuran sentralitas dari berbagai aspek
mulai dari degree, closeness, dan betweeness. Hasil dari perhitungan degree centrality akan
menunjukkan bahwa stakeholder yang memiliki ikatan atau keterkaitan paling banyak dengan
stakeholder lainnya merupakan stakeholder yang paling aktif dalam suatu jaringan. Selain itu
degree centrality juga dapat digunakan untuk mengetahui stakeholder yang kurang berperan
dalam proses relasional. Hasil perhitungan closeness centrality berkaitan dengan kedekatan,
kecepatan serta kemudahan suatu stakeholder dalam berinteraksi dengan stakeholder lain
dalam suatu jaringan. Hal ini akan menunjukkan siapa saja stakeholder yang memiliki peran
dalam menyebarkan informasi serta berinteraksi dengan efisien dalam suatu jaringan.
Kemudian hasil dari perhitungan betweeness centrality dapat digunakan untuk mengetahui
stakeholder mana saja yang memiliki posisi untuk mengendalikan interaksi antar stakeholder
lainnya. Hasil dari masing-masing perhitungan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pembagian peran serta tanggung jawab untuk masing-masing stakeholder berdasarkan nilai
sentralitasnya.
Hasil perhitungan sentralitas tersebut akan di crosscheck dengan hasil analisa
stakeholder sebelumnya sehingga dapat diketahui nilai sentralitas masing-masing stakeholder
pada suatu jaringan terhadap tingkat kepentingan (interest) dan pengaruhnya (power). Dari
analisa tersebut akan diketahui potensi serta permasalahan dari analisa stakeholder beserta
jaringannya yang akan diarahkan ke balanced scorecard agar solusi serta strategi yang
sesuai dapat disusun.
3.7.4 Balanced Scorecard
Balanced scorecard digunakan untuk dapat menentukan arahan atau strategi mengenai
pengelolaan Kampung Kayutangan. Analisis balanced scorecard dikembangkan sebagai alat
untuk menangani proses pengembangan strategi dan pemantauan pencapaian strategi dan
pengukuran kinerja secara terus menerus berdasarkan potensi dan permasalahan yang telah
teridentifikasi (Flak & Dertz, 2005). Dalam kegiatan publik, terjadi perubahan dalam
penggerak atau misi dari balanced scorecard itu sendiri yang awalnya untuk mencari
keuntungan (profit) menjadi berfokus kepada melayani masyarakat atau kepentingan publik.
Persepektif dari pelanggan atau customers menjadi perspektif stakeholder. Kemudian
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menjadi persepektif sumberdaya manusia.
1. Komponen Balanced Scorecard
Balanced scorecard terdiri dari empat komponen atau perspektif yaitu perspektif
customers & stakeholders, perspektis finansial, perspektif internal business process, dan
perspektif sumberdaya manusia.
Perspektif customers & stakeholders menjelaskan mengenai pelayanan yang
berkualitas kepada masyarakat serta manfaat yang diperoleh oleh stakeholder. Dalam
perspektif ini, strategi atau arahan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
juga stakeholder.
Perspektif finansial menjelaskan mengenai efisiensi dalam pelayanan yang diberikan
dalam kegiatan wisata. Perspektif finansial menggambarkan apakah strategi yang diberikan
dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan dalam pengelolaan wisata.
Perspektif internal business process menunjukkan proses-proses yang harus
dikerjakan oleh suatu organisasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Proses ini
meliputi inovasi, operasional serta pelayanan dalam pengelolaan Kampung Wisata
Kayutangan.
Perspektif sumberdaya manusia menggambarkan kompetensi serta kemampuan
seluruh anggota organisasi, dalam hal ini yaitu stakeholder itu sendiri. Perspektif sumberdaya
menyediakan dasar bagi seluruh perspektif yang ada, karena keberhasilan dari ketiga
perspektif yang lain didasari oleh sumberdaya manusia.
2. Bentuk Data Balanced Scorecard
Dalam membentuk strategi dengan menggunakan balanced scorecard, data yang
dibutuhkan berupa potensi masalah terkait dengan penelitian yang dikerjakan. Potensi
masalah tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan keempat perspektif yang ada dalam
analisa balanced scorecard. Potensi ini diperoleh dari hasil analisa stakeholder dan social
network analysis yang kemudian akan dikaitkan dengan perspektif pelanggan, finansial,
internal business process, dan sumberdaya manusia.
3. Cara Menyusun Balanced Scorecard
Dalam penyusunan balanced scorecard, potensi masalah yang telah disusun harus
dikelompokkan berdasarkan empat perspektif yang telah disebutkan diatas. Keempat
perspektif ini akan disusun menjadi strategi untuk menyelesaikan permasalahan terkait
pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan.
Terdapat empat tahapan dalam membangun balanced scorecard. Tahapan tersebut
antara lain menilai fondasi organisasi; membangun strategi; membuat tujuan organisasi;
membuat strategic map bagi strategi bisnis organisasi.
A. Menilai fondasi organisasi
Penilaian pondasi ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi potensi dan masalah
dalam suatu organisasi. Potensi masalah ini dapat diketahui dari hasil analisa sebelumnya
yaitu analisa stakeholder dan SNA. Selain merumuskan potensi dan permasalahan, dapat pula
dirumuskan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dalam pengelolaan Kampung
Wisata Kayutangan.
B. Membangun strategi
Strategi ini didapatkan dari hasil mengenai potensi dan permasalahan yang digunakan
untuk menilai pondasi organisasi. Dalam menyusun strategi juga perlu dipertimbangkan
mengenai sumberdaya yang dibutuhkan dan dimiliki. Selain itu juga perlu diketahui apakah
strategi tersebut bisa mendukung tujuan atau persepektif dari suatu kegiatan.
C. Membuat tujuan organisasi
Tujuan ini menggambarkan kegiatan yang harus dilakukan organisasi berdasarkan
strategi yang ditentukan. Tujuan didasari oleh keempat perspektif yang telah disebutkan
diatas yaitu perspektif customers & stakeholders, perspektis finansial, perspektif internal
business process, dan perspektif sumberdaya manusia.
D. Menyusun peta strategi
Peta strategi ini berfungsi untuk mampu memetakan seluruh strategi dan tujuan yang
telah disusun. Strategi dan tujuan yang disusun untuk berbagai macam aspek akan
dihubungkan dengan menggunakan hubungan sebab akibat. Hal ini bertujuan agar strategi
yang disusun dapat dihubungkan kedalam empat perspektif scorecard dan menunjukkan
faktor-faktor yang mendukung kesuksesan organisasi.
4. Hasil Balanced Scorecard
Arahan pengelolaan berdasarkan balanced scorecard akan dibagi menjadi empat
perspektif yaitu perspektif customers & stakeholders, perspektis finansial, perspektif internal
business process, dan perspektif sumberdaya manusia. Arahan pengelolaan tersebut didasari
oleh potensi dan masalah yang diperoleh dari hasil analisa stakeholder dan SNA. Potensi dan
permasalahan tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan empat perspektif tersebut yang
kemudian dihubungkan dalam suatu peta strategi yang memiliki hubungan sebab akibat.
Strategi tersebut yang kemudian akan menjadi arahan dalam pengelolaan Kampung Heritage
Kayutangan.
3.8 Kerangka Analisa
3.9 Desain Survei

Jenis Data yang Metode


Tujuan Komponen Analisa Sumber Data Metode Analisa Output
Diperlukan Pengumpulan Data
Mengidentifikasi dan  Data atraksi wisata  Survei primer  Hasil observasi Identifikasi
memetakan seperti kegiatan seni berupa observasi  Hasil wawancara komponen-
komponen- budaya, bangunan langsung di dengan komponen
komponen pariwisata bersejarah, hiburan kawasan wisata stakeholder yang pariwisata di
di Kampung Heritage dan jasa  Survei primer melaksanakan Kampung Heritage
Kayutangan berupa wawancara kegiatan Kayutangan
dengan perwakilan pengelolaan
Atraksi dari lembaga kawasan wisata
terkait dan juga  Data sekunder dari
tokoh masyarakat stakeholder yang
 Survei sekunder melaksanakan
mengenai data- kegiatan
data atraksi yang pengelolaan
ada di kawasan kawasan wisata
wisata
 Data lokasi sarana  Survei primer  Hasil observasi
beristirahat berupa observasi  Hasil wawancara
 Data lokasi penyedia langsung di dengan
makanan dan kawasan wisata stakeholder yang
minuman  Survei primer melaksanakan
 Data lokasi tempat berupa wawancara kegiatan
hiburan dengan perwakilan pengelolaan
Amenitas  Data lokasi tempat dari lembaga kawasan wisata
perbelanjaan terkait dan juga  Data sekunder dari
tokoh masyarakat stakeholder yang
 Survei sekunder melaksanakan
mengenai data- kegiatan
data amenitas yang pengelolaan
ada di kawasan kawasan wisata
wisata
Aksesibilitas  Data mengenai akses  Survei primer  Hasil observasi
informasi terkait berupa observasi  Hasil wawancara
objek wisata langsung di dengan
 Data mengenai kawasan wisata stakeholder yang
kondisi akses jalan  Survei primer melaksanakan
menuju objek wisata berupa wawancara kegiatan
 Data mengenai lokasi dengan perwakilan pengelolaan
terminal atau titik dari lembaga kawasan wisata
transit terkait dan juga  Data sekunder dari
tokoh masyarakat stakeholder yang
 Survei sekunder melaksanakan
mengenai data- kegiatan
data akesibilitas pengelolaan
yang ada di kawasan wisata
kawasan wisata
 Data mengenai  Survei primer  Hasil observasi
organisasi atau berupa observasi  Hasil wawancara
kelembagaan wisata langsung di dengan
 Data mengenai kawasan wisata stakeholder yang
ketersediaan jasa  Survei primer melaksanakan
pemandu wisata berupa wawancara kegiatan
 Data mengenai lokasi dengan perwakilan pengelolaan
fasilitas umum di dari lembaga kawasan wisata
Fasilitas Tambahan
sekitar lokasi wisata terkait dan juga  Data sekunder dari
tokoh masyarakat stakeholder yang
 Survei sekunder melaksanakan
mengenai data- kegiatan
data fasilitas pengelolaan
tambahan yang kawasan wisata
ada di kawasan
wisata
Mengetahui peran Kepentingan  Data kelembagaan  Survei sekunder  Hasil wawancara Analisa Stakeholder Peran masing-
dan hubungan antar dalam pengelolaan mengenai data dengan masing
stakeholder dalam kawasan wisata kelembagaan stakeholder yang stakeholder dalam
pengelolaan  Data mengenai wisata melaksanakan pengelolaan
Kampung Heritage manfaat yang diterima  Survei primer kegiatan Kampung
Kayutangan oleh stakeholder dalam berupa pengelolaan Heritage
kegiatan wisata wawancara kawasan wisata Kayutangan
 Data keterlibatan dengan  Data sekunder dari
stakeholder dalam perwakilan dari stakeholder yang
kegiatan pengelolaan lembaga terkait melaksanakan
kawasan wisata  Survei primer kegiatan
berupa pengelolaan
wawancara kawasan wisata
dengan tokoh
atau perwakilan
masyarakat
 Data kelembagaan  Survei sekunder  Hasil wawancara
dalam pengelolaan mengenai data dengan
kawasan wisata kelembagaan stakeholder yang
 Data mengenai posisi wisata melaksanakan
stakeholder dalam  Survei primer kegiatan
pembuatan keputusan berupa wawancara pengelolaan
 Data mengenai dengan perwakilan kawasan wisata
Pengaruh
hubungan suatu dari lembaga  Data sekunder dari
stakeholder dengan terkait stakeholder yang
stakeholder yang  Survei primer melaksanakan
lainnya berupa wawancara kegiatan
dengan tokoh atau pengelolaan
perwakilan kawasan wisata
masyarakat
 Data kelembagaan  Survei sekunder  Hasil wawancara Social Network Hubungan dan
dalam pengelolaan mengenai data dengan Analysis jejaring stakeholder
kawasan wisata kelembagaan stakeholder yang dalam pengelolaan
 Data mengenai wisata melaksanakan Kampung Heritage
keikutsertaan dan  Survei primer kegiatan Kayutangan
posisi stakeholder berupa wawancara pengelolaan
dalam pengelolaan dengan perwakilan kawasan wisata
Degree Centrality kawasan wisata dari lembaga  Data sekunder dari
terkait stakeholder yang
 Survei primer melaksanakan
berupa wawancara kegiatan
dengan tokoh atau pengelolaan
perwakilan kawasan wisata
masyarakat  Hasil analisa
stakeholder
Closeness Centrality  Data kelembagaan  Survei sekunder  Hasil wawancara
dalam pengelolaan mengenai data dengan
kawasan wisata kelembagaan stakeholder yang
 Data mengenai wisata melaksanakan
keikutsertaan dan  Survei primer kegiatan
posisi stakeholder berupa wawancara pengelolaan
dalam pengelolaan dengan perwakilan kawasan wisata
kawasan wisata dari lembaga  Data sekunder dari
terkait stakeholder yang
 Survei primer melaksanakan
berupa wawancara kegiatan
dengan tokoh atau pengelolaan
perwakilan kawasan wisata
masyarakat  Hasil analisa
stakeholder
 Data kelembagaan  Survei sekunder  Hasil wawancara
dalam pengelolaan mengenai data dengan
kawasan wisata kelembagaan stakeholder yang
 Data mengenai wisata melaksanakan
keikutsertaan dan  Survei primer kegiatan
posisi stakeholder berupa wawancara pengelolaan
dalam pengelolaan dengan perwakilan kawasan wisata
Betweeness
kawasan wisata dari lembaga  Data sekunder dari
Centrality
terkait stakeholder yang
 Survei primer melaksanakan
berupa wawancara kegiatan
dengan tokoh atau pengelolaan
perwakilan kawasan wisata
masyarakat  Hasil analisa
stakeholder
Menentukan arahan  Survei primer  Hasil analisa Balanced Scorecard Arahan pengelolaan
pengelolaan  Data potensi dan berupa stakeholder dan Kampung Heritage
Kampung Heritage masalah yang wawancara SNA Kayutangan
Kayutangan dirumuskan dalam dengan  Hasil wawancara
Perspektif stakeholder analisa stakeholder perwakilan dari dengan
dan pelanggan terkait dengan lembaga terkait stakeholder yang
stakeholder serta dan juga tokoh melaksanakan
pelayanan terhadap masyarakat kegiatan
masyarakat pengelolaan
kawasan wisata
Perspektif finansial  Data potensi dan  Survei primer  Hasil analisa
berupa stakeholder dan
wawancara SNA
masalah yang dengan  Hasil wawancara
dirumuskan dalam perwakilan dari dengan
analisa stakeholder lembaga terkait stakeholder yang
terkait efisiensi dan juga tokoh melaksanakan
pengelolaan wisata masyarakat kegiatan
pengelolaan
kawasan wisata
 Survei primer  Hasil analisa
 Data potensi dan berupa stakeholder dan
masalah yang wawancara SNA
dirumuskan dalam dengan  Hasil wawancara
Perspektif proses analisa stakeholder perwakilan dari dengan
internal terkait dengan proses lembaga terkait stakeholder yang
untuk meningkatkan dan juga tokoh melaksanakan
kualitas hidup masyarakat kegiatan
masyarakat pengelolaan
kawasan wisata
 Survei primer  Hasil analisa
berupa stakeholder dan
 Data potensi dan
wawancara SNA
masalah yang
dengan  Hasil wawancara
dirumuskan dalam
Perspektif perwakilan dari dengan
analisa stakeholder
sumberdaya manusia lembaga terkait stakeholder yang
terkait dengan
dan juga tokoh melaksanakan
kompetensi pengelola
masyarakat kegiatan
kawasan wisata
pengelolaan
kawasan wisata
DAFTAR PUSTAKA

Atmoko, T. P. H. (2014). Strategi Pengembangan Potensi Desa Wisata Brajan Kabupaten


Sleman. Jurnal Media Wisata, 12(2), 146–154.
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/view/87

Brugha, R., & Varvasovszky, Z. (2000). Stakeholder analysis: a review. Health Policy and
Planning, 15(3), 239–246. https://doi.org/10.1093/heapol/15.3.239

Byrne, D. (2019). Consensus building, negotiation, and conflict resolution for heritage place
management. In International Journal of Heritage Studies (Vol. 25, Issue 6).
https://doi.org/10.1080/13527258.2018.1534258

Flak, L. S., & Dertz, W. (2005). Stakeholder Theory and Balanced Scorecard to Improve IS
Strategy Development in Public Sector. Proceedings of the 28th Seminar on Information
Systems Research in Scandinavia, Kristiansand, Norway.

Handayani, F., & Warsono, H. (2017). Analisis Peran Stakeholders Dalam Pengembangan
Objek Wisata Pantai Karang Jahe Di Kabupaten Rembang. Journal of Public Policy and
Management UNDIP, 6(1), 1–13.

Imelda. (2004). Implementasi Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, 6(2), 106-122–122. https://doi.org/10.9744/jak.6.2.pp.106-122

Khakim, M. N. L., Putri, M. U. U., Suktianto, W., & Budi, N. A. (2019). Urgensi pengelolaan
pariwisata Kampung Heritage Kajoetangan Malang. Jurnal Teori Dan Praksis
Pembelajaran IPS, 4(1), 15–22. https://doi.org/10.17977/um022v4i12019p015

Khusnul Khotimah Wilopo, L. H. (2017). Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata


Budaya. 41(1), 10.

Kosorukoff, A. (2011). Social Network Analysis: Theory and Applications (D. L. Passmore
(ed.)). Passmore, D. L.

Mahfud, M. (2015). Peran Dan Koordinasi Stakeholder Dalam Pengembangan Kawasan


Minapolitan Di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Jurnal Administrasi Publik
Mahasiswa Universitas Brawijaya, 3(12), 2070–2076.

Marysya, P., & Amanah, S. (2018). Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Wisata Berbasis Potensi Desa Di Kampung Wisata Situ Gede Bogor. 2(1), 59–70.

Nugraha, A., Baiquni, M., Ahimsa-Putra, H. S., & Priyambodo, T. K. (2018). Terhadap
Pembangunan Pariwisata Di Desa Neglasari , Kecamatan Salawu , the Response of the
Kampung Naga Community To Tourism Development in Neglasari Village ,. 10, 203–
2018.

Nurulwahida, S., Syafrieyana, Y., & Sukmana, O. (2020). Collaboration with pentahelix
model in developing Kajoetangan Heritage tourism in Malang city. Journal of Local
Government Issues, 3(1), 1–17.

Nuryanti, W. (1996). Heritage and postmodern tourism. Annals of Tourism Research, 23(2),
249–260. https://doi.org/10.1016/0160-7383(95)00062-3

Pangestuti, I. S. E. (2019). Pengaruh Komponen Destinasi Wisata (4A) terhadap Kepuasan


Pengunjung Pantai Gemah Tulungagung. Jurnal Administrasi Bisnis, 72(1), 157–167.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/2850

Park, H. Y. (2009). “A Criti-cal Analysis of the Symbolic Significance of Heritage Tourism”


(2007) and Heritage Tourism and Symbolic Representations of National Identity
(forthcoming in 2010). Heritage, Tourism, and National Identity: An Ethnographic
Study of Changdeokgung P. 2007.

Soewarni, I. (2020). KAUMAN KOTA MALANG Studi Kasus di Kampung Kayutangan , Kota
Malang.

Susanto, B., Lina, H., & Chrismanto, A. R. (2012). Penerapan Social Network Analysis
dalam Penentuan Centrality Studi Kasus Social Network Twitter. Jurnal Informatika,
8(1). https://doi.org/10.21460/inf.2012.81.111

Wakka, A. K. (2014). ANALISIS STAKEHOLDERS PENGELOLAAN KAWASAN


HUTAN DENGAN TUJUAN SULAWESI SELATAN ( Stakeholders Analysis of the
Management Mengekendek Forest for Special Purpose ( KHDTK Mengkendek ), Tana
Toraja District , South Sulawesi Province ). Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
3(1), 47–56.

Wakka, A. K., Awang, S. A., Purwanto, R. H., & Poedjirahajoe, E. (2013). ANALISIS
STAKEHOLDER PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG
BULUSARAUNG, PROPVINSI SULAWESI SELATAN (Stakeholder Analysis of
Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province).
Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 20(1), 11–21. https://doi.org/10.22146/jml.18470

Wasserman, S. (1994). Social Network Analysis in the Social and Behavioral Sciences.
Social Network Analysis: Methods and Aplications, 1–27.

Wasserman, S., & Faust, K. (1994). Social Network Analysis: Methods and Applications. In
Cambridge University Press.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.201
6.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016
/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi
.o
LAMPIRAN

1. Daftar pertanyaan depth interview


No Pertanyaan Jawaban
1 Kapan mulai terlibat dalam pengelolaan wisata
Kampung Heritage Kayutangan?
2 Bagaimana keterlibatan dalam suatu proses
perencanaan (terlibat dalam bidang apa saja dan
dalam bentuk apa) di Kampung Heritage
Kayutangan? (Atraksi, amenitas, aksesibilitas,
fasilitas tambahan)
3 Bagaimana pendapat mengenai pengelolaan
wisata Kampung Heritage Kayutangan? Dan
bagaimana seharusnya? (Atraksi, amenitas,
aksesibilitas, fasilitas tambahan)
4 Bagaimana kendala mengenai pengelolaan wisata
di Kampung Heritage Kayutangan? (Atraksi,
amenitas, aksesibilitas, fasilitas tambahan)
5 Bagaimana hubungan dengan stakeholder lain?
6 Bagaimana posisi dan pengaruh dalam
pengelolaan Kampung Heritage Kayutangan?
7 Bagaimana kepentingan terhadap kegiatan
pengelolaan wisata Kampung Heritage
Kayutangan?
8 Apa saja manfaat yang diperoleh dalam kegiatan
ini?
9 Bagaimana hubungan anda dengan pengelola lainnya
dalam kegaitan wisata Kampung Heritage
Kayutangan? (Berhubungan dengan siapa dan bentuk
hubungannya)

2. Daftar pertanyaan pengelompokan stakeholder (kepentingan)


Skor
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4 5
1 Apa latar belakang untuk terlibat
dalam pengelolaan wisata Kampung
Heritage Kayutangan?
2 Bagaimana keterlibatan dalam suatu
proses perencanaan (terlibat dalam
bidang apa saja dan dalam bentuk
apa) di Kampung Heritage
Kayutangan?
3 Apa dampak yang diperoleh
(keuntungan dan kerugian) dari
kegiatan Kampung Heritage
Kayutangan? Mana yang lebih
banyak?
4 Bagaimana ketergantungan terhadap
kegiatan Kampung Heritage
Kayutangan?
Total

3. Daftar pertanyaan pengelompokan stakeholder (pengaruh)


Skor
No Pertanyaan Jawaban
1 2 3 4 5
1 Apa peran atau posisi dalam
pengelolaan wisata Kampung
Heritage Kayutangan? (sebagai apa)
2 Bagaimana peranan dalam
pengambilan keputusan di Kampung
Heritage Kayutangan? Apa
kontribusi yang telah diberikan?
3 Apa kekuatan anda dalam
pengelolaan Kampung Heritage
Kayutangan?
4 Bagaimana hubungan anda dengan
pengelola lainnya dalam kegaitan
wisata Kampung Heritage
Kayutangan?
Total

4. Form identifikasi komponen-komponen wisata


Komponen
No Keterangan
(Atraksi/Amenitas/Aksesibilitas/Fasilitas)
1
2
3
4
5
... ... ...

Anda mungkin juga menyukai