Lulu Risya Salsabila - Editor Naskah
Lulu Risya Salsabila - Editor Naskah
Umur : 19
Username IG : @scndlissa
(*) Mohon dibaca baik-baik dan teliti dalam melakukan editing, karena satu kata atau tanda
baja saja yang tidak sesuai dengan penilaian, maka tentu akan mengurangi poin.
(*) Jangan segan-segan untuk menambahkan atau mengurangi narasi, dialog, tanda baca, dsb.
___________________________________________________________________________
Aku sangat membenci kehidupanku, juga dunia yang tidak adil ini. Aku hidup sendiri,
tanpa orang tua, maupun rumah yang sering disebut sebagai tempat untuk pulang. Selama ini,
aku berkelana ke berbagai tempat. Orang tuaku bukannya sudah tiada, tetapi mereka
membuangku, karena menganggapku hanya sebagai beban belaka.
Diiringi ujaran kebencian, mereka dengan tidak berperasaan mengusirku dari rumah.
Jangankan mereka, aku saja membenci dan mengutuk diriku sendiri. Kemana pun aku pergi,
aku selalu saja mendapat hinaan, cacian, bahkan tatapan tidak suka dari semua orang yang
kulewati.
Sampai saat itu, terlintas di benakku untuk menghilangkan nyawa ini, karena tiada
gunanya lagi aku hidup. Di tepi jurang yang kutemui di perjalanan, aku memutuskan untuk
mengakhirinya di sini. Hanya tinggal satu langkah lagi, maka semua akan berakhir. Aku
menutup mata dan melompat. Namun—
Perlahan, aku membuka mata. Seseorang menahanku agar tidak jatuh, dan menarik
diriku kembali ke atas.
Pertemuanku dengannya hari ini telah merubah seluruh hidupku. Pandanganku pada
dunia pun berubah. Aku sudah tidak membenci diriku lagi, dan sekarang, aku telah memiliki
tempat untuk pulang.
***
Ruth membeku, menyaksikan seluruh keluarganya telah terkulai tak bernyawa. Ingin
ia menangis, tetapi air mata menolak untuk jatuh. Napasnya memburu. Nyeri di dada kian
menyesakkan. Kepala gadis itu berdenyut, sakit rasanya dihantam kenyataan seperti ini.
Setidaknya itulah yang ada di pikiran Ruth. Namun, semua ini nyata.
Jelas nyata!
Di hadapan Ruth sekarang, orang yang memiliki tempat spesial di hatinya telah
terbaring di lantai. Seketika ia teringat ucapan Abian tiga hari yang lalu, “Ada yang ingin
kukatakan, tapi nanti saja, saat kau sudah kembali.”
Sekarang apa?
Dia sudah kembali, tetapi kini malah lelaki itu yang pergi. Serangan kenyataan ini
begitu menyesakkan. Ruth tidak tahan, ia ingin mengakhiri hidupnya lagi sekarang. Baru saja
ia hendak menggapai katana yang berada di depan sana, tiba-tiba pandangan gadis itu
memburam. Sepertinya tubuh ini sudah kelelahan.