Anda di halaman 1dari 18

Setelah Rumah Runtuh

(Tapi ini bukan tentang rumah....)


Pernah ada seseorang yang bercerita, rumah yang sudah
dibangun kini sedang hancur, tiba tiba rumah itu didatangi
tamu dari tetangga sebelah yang sering bertemu layaknya
teman, awalnya hanya bertamu saja sebentar, akan tetapi
lama kelamaan sang pemilik rumah merasa bahwa tamu
tersebut menarik dan membuatnya nyaman karena tamu
tersebut membantu merapihkan rumah dan membangun
sedikit demi sedikit rumah yang hampir hancur itu. Si pemilik
rumahpun senang dan membiarkan sang tamu
membantunya. Setelah sekian lama sang tamu ada dirumah
itu dan rumah hampir rapih, sang pemilik rumah tidak
sengaja menjatuhkan guci yang sudah dirapihkan oleh si
tamu. Si tamu pun marah dan menghancurkan rumah yang
sudah hampir rapih itu, setelah rumah itu hancur sang tamu
pergi menghilang dari desa itu dan tidak tinggal bersebelahan
lagi, mungkin tamu itu datang ke rumah lainnya dan ke desa
lainnya. Kini rumah pun kembali berantakan. Tapi ini bukan
soal rumah ....
Hai, ini buku kedua ku. Semoga buku kedua kali ini bisa
mewakilkan beberapa perasaan dari kamu yang sedang
membaca, tapi kali ini aku menulis buku ini dengan berbeda
semoga buku ini bisa lebih mewakilkan perasaanmu
dibanding buku pertamaku. Kali ini aku tidak akan
menjelaskan panjang lebar perasaan atau pengalaman
seperti buku pertamaku, kali ini aku hanya sedikit sharing
tentang apa yang terjadi setelah rumah hancur.

Bukan soal rumah sebagai bangunan yang melindungi kamu


dari panasnya matahari dan dingin nya hujan, akan tetapi
rumah adalah diri kamu sendiri. Apa yang kamu tata dan
bagaimana cara kamu membangun adalah keputusan mu
sendiri karena yang akan menempati adalah dirimu sendiri.

Bahkan siapa yang boleh masuk yang menentukan juga


dirimu sendiri, akan ada 2 kemungkinan yang terjadi ketika
rumah diterpa masalah, hancur atau tetap berdiri kokoh,
kalau hancur ya tidak apa apa, karena mau tidak mau akan
ada proses untuk kembali membangun rumah yang hancur.

Dan aku harap buku ini bisa menjadi pedomanmu dalam


kembali membangun rumah mu yang kini hancur, aku tahu
tak akan mudah tapi aku berharap sedikit banyak buku ini
berpengarih positif untuk hidupmu, atau bahkan dapat
mepercepat pembangunan rumahmu.

Karena tanpa rumah yang dibangunm aku takut kami


kehilangan arah...
Saat Rumah Hancur

Setiap orang akan merasakan hal ini, ketika rumah


yang sudah dibangun rapih dan susah-susah malah hancur
berkeping keping begitu saja, akan ada banyak cara orang
dalam menghadapinya. Menangis atau bersedih adalah salah
satu rasa yang akan muncul. Apa yang telah diusahakan kini
hanya menjadi bongkahan reruntuhan yang harus dimulai
ulang lagi untuk kembali dibangun.

Rasanya berat untuk menerima kenyataan bahwa


rumah yang selama ini ditempati dan dibangun harus runtuh,
belum lagi saat membangun akan banyak kenangan yang
juga ikut menjadi reruntuhan yang tidak ada artinya lagi,
memandang dengan tatapan kosong akan menjadi awalan
dari drama hidup mu selanjutnya, aku pastikan pada saat itu
kamu akan merasa jantungmu berdegup begitu kencang tak
terkendali, lama kelamaan jantungmu tiba tiba akan
merasakan sakit yang masih bisa kamu tahan sebenarnya tapi
sayangnya air yang ada di mata yang tidak bisa ditahan.

Sebagai penghuninya apa yang akan kamu lakukan?


Aku yakin kamu benar benar akan hilang arah dan akan
bingung harus apa, apalagi ketika kamu sedang sendiri mau
tidak mau kamu akan harus membereskan itu sendiri bukan?
Aku merasakan hari hari yang berat ketika rumah yang telah
ku bangun lama hancur.
Setelah Rumah Hancur,

Aku menatap kosong tak tahu apa yang harus dilakukan

Kaki rasanya tak mampu menopang badan

Yang melihat nanar reruntuhan

Yang telah ku usahakan kini hanya menjadi puing kenangan


Terlepas tentang rumah, sebenarnya rumah adalah
diri kita masing masing, diri yang selama ini kita jaga, yang
selama ini kita usahakan agar selalu tegar berdiri dengan kaki
kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Ketika kamu merasa
hidup hampir sempurna dengan kesendirian mu datanglah
tamu yang berdiri depan hatimu. Kamu mempersilahkan
tamu itu masuk.

Kamu memberikan peluang hubungan dengan orang


itu, entah orang baru yang sudah kamu kenal atau teman mu.
Dan sayangnya aku membukakan pintu itu untuk teman ku,
yang biasanya menjadi tempat keluh kesah ku, yang biasanya
menjadi orang yang ku hubungi saat aku sedang merasakan
sedih bahkan ketika aku membutuhkan saran. Ini menjadi
kesalahan besar menurutku dalam hidupku. Ketika aku sudah
berani mengambil risiko untuk membukakan pintu dan
mempersilahkan teman ku masuk, akan ada 2 risiko yang
pasti aku terima. Aku dan dia bertahan sampai ada kata
pernikahan dan kami akan bersama sebagai teman hidup,
atau aku dan dia berpisah dan kami tidak lagi menjadi teman
malah menjadi orang asing. Dan sayangnya aku malah
mendapatkan point yang kedua. Bagaiaman dengan mu ?

Sebenarnya tidak akan ada yang salah dengan


perpisahan, bukankah apabila memulai suatu hubungan
dengan baik harus diselesaikan secara baik juga? Tidak
menjadi orang asing. Tapi aku bingung kenapa setiap
perpisahan malah menjadikan kita orang asing, sedihku jadi
combo, kehilangannya sebagai pasangan dan kehilangan
sosoknya yang benar-benar tak akan aku jumpai lagi
dimanapun. Kennapa setelah perpisahan rasanya ia seperti
hilang ditelan bumi, padahal aku rindu...

Setelah Rumah Hancur

Tamu akan pergi ketika dirasa sudah tidak nyaman

Sang penghuni rumah harus siap tidak siap

Merelakan apabila tamu itu pergi

Berpamitan atau tiba tiba keluar tanpa berpamitan...


Akan ada banyak perasaan yang berkecamuk ketika
memori kembali mengingatkan bahwa dirumah itu pernah
ada tamu yang berkunjung cukup lama, bukan hanya
menghiasi rumah tapi menjadi peneman sepiku bahkan kamu
akan merasa sangat sedih sekali apabila tamu itu berpamitan
untuk hanya keluar sebentar rindu yang menggebu rasanya
tidak bisa tertahan lagi kan, haha.

Aku merasa rumah ini memiliki banyak kenangan


yang membuatku berat untuk meninggalkan rumah ini, dan
kamu sebagai tamu ku kini mulai menjadi peran utama di
rumah ini, jadi cerita ini benar benar lengkap apabila ada
kamu dirumah ini sebagai tokoh utamanya, aku sangat
bersyukur dia bertamu dan merasa nyaman dirumah kecilku
ini, bahkan dia juga membantu untuk membangun rumah ku,
bukan main aku sangat senang sekali menerima bantuannya
yang ku lihat sangat tulus dari tatap matanya, seolah benar-
benar ingin membantuku untuk membangun masa-masa
terpurukku.

Dia menjadi orang terbaik yang kali ini aku kenal, aku
berharap semoga segala sifat dan sikapnya tidak berubah,
bahkan besar harapanku rasa diperasaanya terhadapku juga
tidak berubah, aku harap dia tidak bosan untuk tinggal
dirumahku, aku akan selalu memberikan apapun yang
tamuku ini mau, makanan, barang atau sikap apapun yang dia
mau dari ku, aku akan menjadikan dia raja dalam rumahku.
Begitu istimewanya tamuku kali ini, akan ku jaga dan
akan ku buat dia nayaman. Walaupun setelah berjalannya
waktu, dia memilih untuk pergi meninggalkan rumahku yang
sudah dia bangun, walaupun juga pada akhirnya dia juga
orang yang menghancurkan rumah yang sudah dibangun.

Setelah Rumah Hancur

Walaupun sang tamu aku telah rajakan

Aku berkan seluruh makanan terenak ku

Aku tawarkan seluruh barang terbagus ku

Dia tetap memilih pergi rupanya.


5 Tahap Kesedihan saat Rumah Hancur

1. Denial

Kali ini aku akan sedikit menceritakan kurang lebih


perjalanan perpisahan ku dengan orang yang waktu itu
menjadi tamu spesial dirumahku, karena tamu ini aku
ceritakan sangat istimewa, sangat baik dan dia adalah sosok
yang aku tunggu selama 3 tahun, dan dia aku ceritakan
dibuku pertamaku “Semoga yaa”, ya mungkin dari kalian ada
yang tidak membaca bukuku, buku ku diangkat dari kisah
nyataku, meberitakan sosok tamuku yang begitu berarti.

Tapi rasanya buku itu malah menjadi fiksi bagiku, karena


apa yang aku ceritakan rasanya pada akhirmya tidak benar,
mimpi dan harap indah yang telah ku bangun dibuku itu, yang
sangat besar aku harapkan kini malah jadi perpisahan, dan
aku menceritakan perpisahan itu dibuku ini, aku harap
semoga buku kesdihan ini tidak berlanjut di buku buku ku
salanjutnya.

Aku ditinggalkan oleh tamuku yang spesial, yang sangat


ku nanti bahkan sampai 3 tahun lamanya, tamu ku ini
membantu membangun rumahku yang hancur, tapi karena
salah satu kesalahanku yang dia rasa menjadi bumerang
dalam hubungan ini, dia memilih untuk pergi meninggalkan
ku, rasanya rumah yang sudah dia bangun malah menjadi sia-
sia karena pada akhirnya dia juga yang menghancurkan
rumah ku ini, aku tahu aku salah, tapi sepertinya dia tidak
mau lagi mempertahankan hubungan yang sudah susah
payah untuk dibangun dan malah memilih untuk pergi dan
menyerah.

Setelah Rumah Hancur

Menulis adalah hal yang aku sukai

Aku menulis harapan untuk membangun rumah yang nyaman

Tuhan kabulkan didatangkan orang yang membangun rumah

Tapi kenapa dia juga yang menghancurkan?


Setelah perdebatan sengit, aku mencoba untuk
meredakan emosi ku dengan diam tanpa mengeluarkan
sepatah kata apapun, bahkan tidak berkomunikasi
dengannya, tapi aku rasa itu adalah langkah yang menjadi
kesalahan besar sampai sekarang, karena harapanku dia yang
meminta maaf atau bertanya bagaimana keadaan ku, malah
menjadi bumerang untukku, dia ikut diam dan tidak
berkomunikasi denganku.

3 hari berlalu tanpa komunikasi, aku merasa mungkin


kami yang masih menginginkan jeda untuk kami sama sama
berpikir untuk bagaimana cara kembali membangun rumah
ini bersama. Walaupun rasanya rindu dan khawatir sangat
menyesakan dadaku, aku sendirian dirumahku, dan aku
benar benar memenjarakan rasa ku yang mengegebu untuk
bertemu dengannya.

Lama kelamaan aku sudah mulai menurunkan egoku,


dan mulai mencoba menghubunginya, tapi sayangnya tak ada
satupun pesanku yang dibalas, tak ada telfonku yang dia
angkat. Aku tahu hp nya aktif, tapi aku merasa dia benar-
benar sudah mencampakkan ku. Aku menunggu dirumah ini
benar-benar sendiri kali ini, sambil menatap rumah yang
hampir jadi ini.
Rasa pensaran dan rjnduku semakin berkecamuk,
ditambah aku bingung kenapa dia benar benar tak perduli
kepadaku, dia benar-benar telah menggapku tiada dari
hidupnya, padahal dia yang menjanjikan kepadaku untuk
membangun rumahku sampai benar-benar jadi dan layak
untuk ku tempati, tapi mengapa malah dia yang sekarang
mengingkari janjinya ?

Setelah Rumah Hancur

Aku benci ada dirumah sendirian

Aku benci ketika rumah ini menjadi sepi

Tak ada tawa mu yang ku dengar

Tak ada hadirmu yang ku lihat


Selama dia menghilang aku benar-benar merasa
diriku masuk kedalam fase overthinking yang terparahku, dan
aku selalu mencoba untuk kembali lagi meluruskan fikiranku,
padahal dia menghilang saat ini, aku dighosting oleh nya saat
ini, tapi aku memaksakan otak ku untuk berpikir bahwa dia
tak ada kabar hanya karena dia butuh waktu untuk sendiri,
sedang memberikan jeda pada hubungan ini, dan tak lama
lagi dia pasti akan kembali dan kembali berhubungan seperti
biasa karena dia tak kuat melawan rindunya kepadaku.

Inilah yang kusebut masa denial ku, aku menyangkal


semua hal yang seharusnya aku terima dan aku fikirkan
secara sadar saat itu. Ketika dia telah mengambil langkah
untuk mencampak kan ku dan hilang tak ada kabar harusnya
aku sudah bisa menyimpulkan bahwa ia tidak lagi sayang
kepadaku.

Tapi saat itu adalah fase denialku, aku menyangkal


semua hal yang seharusnya menjadi pertanda hubungan kami
akan segera usai, tapi aku selalu meyakinkan diriku saat itu
bahwa kami akan kembali berhubungan kembali, bahwa dia
menyayangiku, dia tidak akan tiba-tiba pergi meninggalkan
rumah yang sudah susah payah dia bangun.
Rumah yang sudah memiliki banyak kenangan
baginya, jadi menurutku itu adalah hal tersulit untuknya,
walaupun saat itu aku sangat kecewa, sedih bahkan hampir
setiap malam aku menangis karena rasa overthinkingku yang
mulai merusak fase denialku saat itu, dan seharusnya aku
lebih percaya pada overthinkingku saat itu bukan malah
terus-terusan menerima egoku.

Setelah Rumah Hancur

Aku tahu dia pergi

Aku tahu dia tidak perduli

Aku tahu dia menyakitiku

Tapi aku pura-pura tidak tahu.


2 minggu telah berlau, dia benar benar tidak
membalas satupun pesan dariku, tidak juga mengangkat
telfonku, padahal aku sudah mencoba berbagai macam cara
menghubungi dia, bahkan aku sampai bertanya pada teman
terdekatnya, tapi sayangnya temannya juga tidka tahu
keberadaanya pesannya juga belum dibalas katanya. Entah
dia bisa kupercaya atau tidak tapi kali itu aku percaya dengan
perkataan temannya.

Aku sudah bingung harus cara apalagi untuk dapat


berkomunikasi dengan dia, sampai suatu ketika aku melihat
dia membuat cerita di instagra (Snapgram) yang jelas
langsung ku balas, akhirnya dia membalas pesanku di
instagram itu, setelah beberapa kali aku menanyakan dia
dimana dan kenapa aku baru tahu kalau dia sekarang sedang
diluar kota. Dia pergi tanpa memberitahuku.

Bagaimana bisa dia tenang pergi keluar kota,


menikmati suasana disana sedangkan disini aku terengah
engah untuk menjalani hidupku karena aku memikirkan
hubungan ini, bahkan dikantor saja aku sempat menangis
ketika ada teman kantor ku yang bertanya mengapa aku
sudah jarang bertemu dengan dia.

Bisa bisanya dia tidak memiliki rasa sedih atau


bagaimana aku tidak mengerti dengannya pada saat itu. Tapi
sudahlah, akhirmya aku bisa berkomunikasi dengan dia, aku
meminta maaf atas semua kesalahanku, dan mengaku bahwa
selama ini aku yang salah, aku berbicara seperti itu karena
kau ingin menyelamatkan hubunganku, walaupun aku tahu
saat itu dia juga salah dalam hubungan ini, tapi kali itu aku
benar benar tidak memperdulikan egoku.

Setelah Rumah Hancur

Ada di ambang akhir hubungan

Bukan tentang salah siapa

Karena pasti dua duanya punya peran salah yang sama

Tapi tentang bagaimana dua duanya mengalahkan ego


2. Anger

Setelah semua ego yang sudah kuturunkan dan dia


menjelaskan kesalahanku, kini dia bilang kalau dia lelah
dengan hubungan kita, aku yang merasa sudah cukup sabar
menunggunya menghilang selama hampir 2 minggu lebih
bahkan telah menerima semua yang dia salahkan kepadaku

Anda mungkin juga menyukai