Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ANALISA KASUS UNITRON CORPORATION


Penentuan Biaya per Unit: Alokasi Biaya Departemen
Penunjang & Alokasi Joint Cost

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen dan Biaya

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ria Nelly Sari, SE., MBA., Ak., CA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Ahmad Hidayat T 2010241835

Amellia Jamil 2010241979

Putri Ayu Solihat 2010241827

Fakhri 2010242018

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Perusahaan 1
1.2. Permasalahan Pada Unitron Corporation 3
1.3. Tujuan 3

BAB II LANDASAN TEORI 4


2.1. Sistem Akumulasi Biaya 4
2.2. Alokasi Biaya Departemen Penunjang 4
2.2.1. Tujuan Alokasi Biaya ke Departemen Penunjang 6
2.2.2. Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen
Lainnya 7
2.3. Alokasi Biaya Gabungan (Joint Cost) 11
2.3.1. Pentingnya Alokasi Biaya Gabungan (Joint Cost) 11
2.3.2. Kendala Dalam Alokasi Biaya Gabungan (Joint Cost) 12

BAB III PEMBAHASAN 16


3.1. Analisa Kasus Unitron Corporation 16
3.2. Permasalahan Dalam Bisnis 18
3.3. Alternatif Solusi Yang Diambil 19
3.4. Penyelesaian Kasus 20

BAB IV PENUTUP 27
4.1. Kesimpulan 27

DAFTAR PUSTAKA iv

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Exhibit 2 – Bagan Produksi Retrifiers 17

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Exhibit 3 – Product Cost Data 400 Series Retrifiers 18

Tabel 3.2 Exhibit 4 – Series 400 Retrifiers 18

Tabel 3.3 Matriks produced as / sold as 20

Tabel 3.4 Average Costing Method 21

Tabel 3.5 Relative Sales Value Method 21

Tabel 3.6 Current Profit Margin 25

Tabel 3.7 Bidding Scenario 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN

Unitron Corporation adalah perusahaan yang telah sukses menjadi produsen

komponen elektronik berkualitas tinggi yang telah berjalan selama 20 tahun pada

tahun 1974. Produk yang telah dihasilkan antara lain rectifiers, thyristors, zeners,

diodes, dan peralatan bertegangan tinggi lainnya. Dari seluruh produk yang

dihasilkan, rectifiers merupakan produk yang signifikan bagi Unitron

Corporation. Rectifiers berfungsi untuk memungkinkan arus listrik melewati satu

arah sambil mencegah gerakan pada arah sebaliknya. Nilai dari produk ini untuk

pemakai terakhir, terutama ditentukan kedalam dua karakter yaitu kecepatan

respon dalam menghalangi current reversals dan surge capacity atau tingkat

tegangan maksimum rectifier dapat tahan.

Sekitar 60% dari 100,000 chip dalam satu batch mencapai akhir tahap 3 dan

hanya sebesar sepertiga dari presentase jumlah unit yang dijual sebagai bagian

dari lini produk regular. 5,000 unit lainnya berada di level paling bawah dari

distribusi yang memiliki keterbatasan pasar dan tidak dapat diperbaiki. Walaupun

Unitron menyarankan 5,000 unit tersebut sebagai bagian dari lini produksi

regular, Unitron menawarkannya sebagai produk kualitas kedua yang biasanya

untuk keperluan konsumen yang relatif murah dan dipakai pada mainan atau

peralatan rumah tangga yang kecil.

Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas membebankan biaya pada

objek biaya. Seperti produk, pelanggan, pemasok bahan baku, dan jalur

pemasaran. Ketika biaya dibebankan pada objek biaya, biaya per unit dihitung

1
dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan dengan jumlah unit dan objek

biaya tertentu. Biaya per Unit (Unit Cost) adalah jumlah biaya yang berkaitan

dengan unit produksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Alokasi biaya

merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi manajemen. Bagaimana biaya-

biaya yang terjadi dialokasikan ke objek biaya seperti produk kelompok

pelanggan, aktifitas dan divisi.

Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi

(operating departement) dan depatemen jasa (supporting departement).

Departemen operasi merupakan departemen yang secara langsung memberikan

nilai tambah kepada produk atau jasa. Sementara departemen jasa merupakan

departemen yang memberikan jasa yang membantu departemen internal lainnya

baik departemen operasi maupun departemen jasa yang lain.

Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di

departemen jasa (supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya

dialokasikan ke produk atau jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini

memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost driver) yang tepat.

Jika produk diperoleh melalui beberapa tahap proses produksi, biasanya

perusahaan membentuk lebih dari satu departemen produksi. Disamping

departemen produksi tersebut, perusahaan biasanya membentuk beberapa

departemen penunjang untuk melayani berbagai kebutuhan departemen

produksi.

Joint Cost adalah biaya produksi yang dikeluarkan untuk membiayai produk

secara bersama-sama. Biaya gabungan ini akan menjadi tidak matching kalau

hanya dibebankan pada biaya satu jenis produk saja, padahal biaya tersebut

2
dinikmati secara bersama-sama. Maka dengan demikian cocoknya biaya

gabungan ini harus dialokasikan kesemua produk yang ada berdasarkan jumlah

unit yang diproduksi. Cuma bedanya dengan adanya pembobotan yang diberikan

pada setiap produk yang mencerminkan kepentingan perusahaan terhadap produk-

produk tersebut.

Isu dasar yang terjadi didalam Unitron Corporation ini adalah dilema klasik

joint cost. Sayangnya untuk semua perusahaan manufaktur termasuk Unitron,

tidak ada metode yang diketahui dapat mengendalikan prosedur produksi untuk

mendapat karakteristik listrik yang sama. Setiap satu batch produksi berbeda dari

batch lainnya walaupun diproses dalam satu kondisi yang sama. Ditambah lagi,

dalam setiap batch, satu unit tidak memiliki karakteristik yang persis sama dari

setiap produksi yang berjalan, distribusi dari karakteristik unit hampir sama

dengan standar ‘bell curve’.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pokok pembahasan

dalam makalah ini ialah : Bagaimana Unitron Corporation menentukan biaya per

unit untuk tiap produk yang dihasilkan?

1.3. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah bagaimana dalam menentukan

biaya per unit untuk tiap produk yang diproduksi oleh Unitron Corporation.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. SISTEM AKUMULASI BIAYA

Salah satu peran fundamental dari sistem biaya adalah akumulasi biaya yang

terdiri atas identifikasi, pengukuran, dan pencatatan informasi biaya dalam

kategori-kategori atau klasifikasi yang relevan. Sistem akuntansi biaya

manufaktur memiliki tujuan pengukuran dan pembedaan biaya sehingga biaya per

unit dari suatu produk dapat ditentukan. Informasi biaya per unit sangat penting

bagi perusahaan manufaktur untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak pesanan khusus.

Akumulasi atau perhitungan biaya sesuai dengan sistem biaya pada

umumnya dilakukan dengan metode alokasi biaya berdasarkan biaya departemen

penunjang dan alokasi biaya gabungan (joint cost).

2.2. ALOKASI DEPARTEMEN BIAYA PENUNJANG

Umumnya perusahaan memiliki dua macam departemen: Departemen

Produksi, yang secara langsung memproduksi atau mendistribusikan output

perusahaan, dan Departemen Jasa/Pendukung, yang output utamanya adalah

menyediakan jasa kepada departemen lain. Contoh departemen produksi: pusat

permesinan, departemen penggabungan, transport data, dan pengecekan proses.

Contoh departemen jasa: departemen tenaga listrik, utilitas, pemeliharaan,

pengawasan produksi, dan sistem informasi.

Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung. Oleh sebab itu, biaya

departemen penunjang ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor

4
penyebab adalah variabel atau aktivitas dalam departmen produksi yang

menyebabkan timbulnya biaya jasa penunjang.

Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen penunjang, dilakukan

identifikasi faktor penyebab yang sesuai. Menggunakan faktor penyebab akan

menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selain itu, jika faktor penyebab

diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi pendukung secara lebih

baik. Untuk mengilustrasikan jenis penggerak biaya yang digunakan, ambil

contoh penggunaan listrik pada suatu perusahaan. Dasar alokasi yang logis

untuk biaya listrik adalah penggunaan listrik yang dapat diukur dengan

menggunakan meteran terpisah untuk tiap departemen atau jika meteran tidak

ada jam mesin tiap departemen mungkin bisa digunakan.

Terkadang pada kenyaataan di lapangan faktor penyebab yang mudah

diukur tidak dapat ditemukan. Jika hal ini terjadi, akuntan

mencari proxy  (faktor yang mendekati) contoh, biaya bersama penyusutan

luas pabrik mungkin dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan luas

ruang.

Langkah-langkah dalam pengalokasian biaya departemen penunjang ke

departemen produksi :

1. Membagi perusahaan kedalam departemen-departemen

2. Mengklasifikasikan tiap departemen sebagai penunjang atau

departemen produksi

3. Menelusuri semua biaya overhead perusahaan di departemen

penunjang atau departemen produksi

5
4. Mengalokasikan biaya departemen penunjang ke departemen produksi

5. Menghitung tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu untuk

departemen produksi

6. Mengalokasikan biaya overhead ke tiap unit produk melalui tarif

overhead yang ditentukan terlebih dahulu.

2.2.1. Tujuan Alokasi Biaya ke Departemen Penunjang

Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya

departemen pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk

tertentu:

a. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan

b. Untuk menghitung profibilitas lini produk

c. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan

pengendalian

d. Untuk meniai persedian

e. Untuk memotivasi para manajer

Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa jasa dapat

terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan

hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan

mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat

dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa,

seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk

menentukan laba.

6
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya

departemen pendukung tidak dialokasikan ke departemen produksi, para

manajer dapat memperlakukan jasa ini seakan-akan jasa tersebut gratis.

Tentu saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah jasa lebih besar dari

nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manajer departemen

produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu

organisasi dapat memastikan bahwa para manajer akan menggunakan

suatu jasa hingga manfaat marginal suatu jasa sama dengan biaya

marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya jasa membantu tiap departemen

produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

2.2.2. Pengalokasian Biaya Satu Departemen Ke Departemen Lainnya

Seringkali, biaya departemen pendukung dialokasikan ke departemen

lain dengan menggunakan satu tarif pembebanan. Sebagai contoh,

departemen pemrosesan data perusahaan melayani berbagai departemen

lainnya. Biaya pengoperasian departemen pemrosesan data kemudian

dialokasikan ke departemen pengguna. Walaupun ini kelihatannya

sederhana dan langsung, namun bebereapa pertimbangan terlibat adalah

memilih tarif tunggal atau tarif berganda, dan penggunaan biaya

departemen pendukung aktual versus yang dianggarkan.

Jenis - jenis tarif pembebanan adalah :

1. Tarif Pembebanan Tunggal

Penggunaan tarif tunggal mengakibatkan biaya tetap

diperlakukan seakan-akan biaya tersebut merupakan biaya variabel.

7
Kelemahan tarif pembebanan tunggal dapat menyamarkan berbagai

faktor penyebab yang menimbulkan biaya total departemen

pendukung.

2. Tarif Pembebanan Ganda

Dengan tarif pembebanan ganda, setiap tarif pembebanan

didasarkan pada jumlah yang sebenarnya yang ditimbulkan

departemen pendukung sehingga perhitungan biaya berdasarkan

aktivitas dengan mempertimbangkan biaya dan mafaatnya.

Contoh tarif pembebanan ganda pada departemen foto kopi adalah :

a. Tarif pertama adalah tarif variabel untuk tinta dan kertas.

b. Tarif kedua adalah tarif untuk biaya tetap sewa peralatan dan

upah.

3. Membandingkan Biaya Aktual dengan yang Dianggarkan

Prinsip umum evaluasi kinerja adalah para manajer seharusnya

tidak bertanggungjawab atas biaya atau aktivitas yang tidak mereka

kendalikan. Kemampuan mengendalikan biaya merupakan fakktor

penting dalam evaluasi kinerja. Evaluasi ini biasanya diukur

dengan membandingkan biaya aktual dengan biaya yang

direncanakan. Jika biaya aktual melebihi biaya yang dianggarkan

maka departemen tersebut mungkin beroperasi secara tidak efisien

dengan perbedan antara dua biaya tersebut sebagai ukuran

ketidakefisiensian. Jika biaya aktual lebih kecil dari biaya yang

dianggarkan unit tersebut mungkin dioperasikan secara efisien.

8
Biaya aktual departemen pendukung tidak seharusnya

dialokasikan pada departemen produksi karena dalam biaya

tersebut tercakup efisiensi atau ketidakefisiensian yang dicapai

departemen pendukung. Dalam sebuah pabrik manufaktur, alokasi

biaya departemen pendukung yang dianggarkan ke departemen

produksi akan mendahului perhitungan tariff overhead yang

ditentukan terlebih dahulu. Keputusan untuk memakai penggunaan

yang dianggarkan atau penggunaan aktual bergantung pada tujuan

alokasi. Untuk perhitungan harga pokok produk, alokasi dilakukan

pada awal tahun dengan dasar penggunaan yang dianggarkan

sehingga tarif overhead  yang ditentukan terlebih dahulu dapat

dihitung. Jika tujuannya adalah evaluasi kerja, alokasi dilakukan

pada akhir periode dan didasarkan pada penggunaan aktual.

Saat biaya dari departemen pendukung dialokasikan pada departemen

lain, tarif pembebanan harus dikembangkan. Tarif tunggal

mengkombinasikan biaya variabel dan tetap dari departemen pendukung

untuk menentukan tarif pembebaban. Tarif ganda memisahkan biaya tetap

dan variabel. Biaya tetap departemen pendukung dialokasikan pada basis

kapasitas awal, dan tarif variabel dikembangkan berdasarkan penggunaan

anggaran.

Terdapat tiga metode alokasi biaya departemen pendukung, metode

alokasi langsung, metode alokasi berurutan, dan metode alokasi timbal

balik.

9
1. Metode alokasi langsung adalah metode yang paling sederhana dan

paling langsung untuk mengalokasikan biaya departemen pendukung.

Ketika perusahaan mengalokasikan biaya departemen pendukung

hanya ke departemen produksi, mereka menggunakan metode alokasi

langsung. Biaya jasa variabel dialokasikan secara langsung ke

departemen produksi sesuai proporsi penggunaan jasa departemen

tersebut. Biaya tetap juga dialokasikan secara langsung ke departemen

produksi tetapi sesuai proporsi kapasitas normal atau praktis

departemen produksi. 

2. Metode alokasi berurutan, mengakui adanya interaksi antar

departemen pendukung. Akan tetapi, metode berurutan tidak

sepenuhnya mengakui interaksi tersebut. Alokasi biaya dilakukan

dengan cara menurun, mengikuti prosedur rangking yang telah

ditetapkan terlebih dahulu. Urutannya biasanya dilakukan dengan

mengurutkan departemen pendukung sesuai jumlah pelayanan

terbanyak hingga tersedikit. Tingkat pelayanannya diukur dengan

biaya langsung tiap departemen pendukung. Departemen dengan biaya

tertinggi dianggap sebagai pemberi layanan terbanyak. 

3. Metode alokasi timbal balik (reciprokal) mengakui semua interaksi

antar departemen pendukung. Dalam metode alokasi timbal balik ini,

pemakaian suatu departemen pendukung oleh departemen menentukan

biaya total tiap departemen pendukung yang biaya totalnya

mencerminkan interaksi antar departemen pendukung. Kemudian,

biaya total departemen pendukung didefinisikan sebagai jumlah biaya

10
langsung departemen ditambah proporsi jasa yang diterima dari

departemen pendukung lainnya. 

Setelah mengalokasikan semua biaya pendukung ke departemen

produksi, tarif overhead dapat dihitung untuk tiap departemen. Tarif ini

dihitung dengan menambahkan biaya departemen pendukung yang

dialokasikan dengan biaya overhead yang secara langsung dapat ditelusuri

ke departemen produksi dan membagi jumlah total ini dengan beberapa

ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja lansung atau jam mesin. 

2.3. ALOKASI BIAYA GABUNGAN (JOINT COST)

Joint Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sejak pertama kali bahan

baku diolah sampai saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.

Joint Product dan by Product merupakan produk-produk berbeda yang dihasilkan

secara simultan melalui joint cost dari serangkaian proses produksi.

2.3.1. Pentingnya Alokasi Biaya Gabungan (Joint Cost)

Dibawah ini merupakan alasan mengapa joint cost dianggap perlu

dilakukan, karena :

1. Biaya bersama dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan

dan perhitungan harga pokok produk untuk pelaporan eksternal

menurut standar akuntansi keuangan.

2. Biaya bersama bermanfaat dalam penentuan nilai persediaan untuk

keperluan asuransi.

11
2.3.2. Kendala Dalam Alokasi Biaya Gabungan (Joint Cost)

Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk

bersama adalah karena sifatnya yang indivisible artinya biaya produk

bersama tidak dapat diidentifikasikan secara spesifik dengan setiap jenis

produk yang dihasilkan secara simultan melalui proses produksinya. Oleh

karena itu metode alokasi yang tepat harus dipakai sebagai dasar dalam

mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk.

Terdapat tiga alternatif pendekatan yang dipakai sebagai dasar untuk

mengalokasikan biaya bersama kepada setiap jenis produk yang dihasilkan

yaitu:

a. Pendekatan Harga Jual

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling populer.

Asumsi dari pendekatan ini bahwa ada korelasi positif antara harga

jual setiap produk dengan harga pokoknya. Metode ini dikenal juga

sebagai nilai bersih yang dapat direalisasi. Nilai bersih yang dapat

direalisasi ini merupakan estimasi nilai jual setiap produk pada titik

pisah (split off). Menurut pendekatan ini pengalokasian biaya bersama

dapat menimbulkan situasi :

(1) Harga Jual sudah diketahui saat split off.

Menurut pendekatan ini biaya bersama dialokasikan ke tiap-

tiap produk dengan cara membagi total nilai harga jual setiap

produk dengan total nilai harga jual produk yang diproduksi,

kemudian hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama.

12
Pembebana Jumlah nilai jual masing-masing produk
= x Biaya Bersama
n Jumlah nilai jual keseluruhan produk

(2) Harga Jual belum diketahui saat split off.

Harga jual produk bersama pada saat split off sangat mungkin

tidak diketahui terutama sekali bila produk tersebut masih

memerlukan proses lebih lanjut. Dalam keadaan ini harga jual

produk pada saat menjadi produk selesai (setelah diproses

lebih lanjut) tetap harus diketahui. Harga jual produk bersama

dalam hal ini disebut harga jual hipotetis. Harga jual hipotetis

adalah harga jual produk selesai setelah diproses lebih lanjut

dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih

lanjut produk bersama yang telah terpisah (split off).

Jumlah nilai jual hipotesis masing-


Pembebana masing produk setelah titik pisah
= x Biaya Bersama
n Jumlah nilai jual hipotesis seluruh
produk setelah titik pisah

b. Pendekatan Satuan atau Unit Fisik

Menurut pendekatan ini dasar alokasi dari biaya bersama adalah

jumlah kuantitas yang diproduksi untuk masing-masing produk.

Persyaratan dalam pendekatan ini satuan unit kuantitas harus sama

seperti unit, ton, kilogram, meter, dsb. Metode ini digunakan bila harga

produk keluaran sangat cepat berubah atau banyak pemrosesan yang

terjadi antara titik pisah dan titik terawal suatu produk dapat dijual atau

bila harga produk tidak tersedia di pasar. Cara perhitungan alokasi

biaya bersama yaitu dengan membagi jumlah kuantitas masing-masing

13
produk dengan jumlah total kuantitas produk dan hasilnya dikalikan

dengan total biaya bersama. Bila produk yang dihasilkan tidak diproses

lebih lanjut, maka perhitungan harga pokok per unit akan diperoleh

hasil yang sama.

Pembebana Jumlah nilai jual masing-masing produk


= x Biaya Bersama
n Jumlah nilai jual keseluruhan produk

c. Pendekatan Harga Pokok Per Unit

Ada dua cara untuk menghitung harga pokok per unit yaitu :

(1) Rata-Rata Sederhana

Harga pokok per unit dihitung dengan membagi total biaya

bersama dengan total kuantitas yang diproduksi. Alokasi biaya

bersama diperoleh dari harga pokok per unit dikalikan jumlah

kuantitas masing-masing produk.

Pembebanan = Biaya per unit x Jumlah unit masing-masing produk


Jumlah biaya bersama
Biaya per Unit =
Jumlah unit keseluruhan produk

(2) Rata-Rata Tertimbang

Metode rata-rata tertimbang dipakai untuk produksi bersama

yang memiliki nilai yang berbeda dari masing-masing jenis

produksinya. Dasar perhitungan dalam metode ini adalah

jumlah kuantitas dari masing-masing produk dikalikan dengan

faktor penimbangnya. Faktor penimbang dapat ditetapkan atas

dasar jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk,

waktu pembuatan produk dan tenaga kerja yang diperlukan.

14
Berdasarkan faktor penimbang tersebut, maka setiap produk

diberi bobot tertentu yang menunjukkan peringkat produk.

Pembebana Jumlah penimbang rata-rata setiap produk


= x Biaya Bersama
n Jumlah penimbang rata-rata seluruh produk

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. ANALISA KASUS UNITRON CORPORATION

Unitron Corporation adalah sebuah perusahaan yang memproduksi

komponen elektronik berkualitas tinggi. Dengan penjualan sebesar $30 juta.

Beberapa produk yang dikeluarkan oleh Unitron adalah rectifiers, thyristors,

zeners, diodes, dan produk lainnya. Produk ini pada umumnya akan dijadikan

dasar komponen elektronik seperti minikomputer, proses kontrol, sistem

keamanan, dan peralatan komunikasi. Dalam perkembangannya perusahaan

Unitron Corporation lebih kecil dibandingkan industri ‘Big Three’ seperti Texas

Instruments, Motorola, dan Fairchild yang merupakan industri yang besar dalam

memproduksi komponen elektronik, namun dengan memusatkan pemilihan

segmen pasar yang baik Unitron Corporation berhasil menjadi market leader di

banyak komponen elektronik.

Produk yang signifikan bagi Unitron adalah rectifiers.Nilai utama dari

produk ini untuk pemakai akhir ditentukan oleh dua karakteristik, yaitu kecepatan

respon di blocking current reversals dan “surge capacity” atau maximum voltage

level rectifiers itu bisa bertahan. Sayangnya, untuk semua manufatur termasuk

Unitron, tidak ada methode untuk mengatur prosedur produksi. Fungsi rectifier

adalah untuk mengalirkan arus listrik dalam satu arah dan mencegah arah dari

sebaliknya. Proses produksi rectifier dimulai dengan menempatkan 50 wafer

silikon (dibeli dari pemasok luar) ke dalam tungku. Setelah meninggalkan tungku,

setiap wafer dipotong menjadi sekitar 2,000 chip silikon, masing-masing kira-kira

seukuran titik ujung pena. Chip pertama adalah leburan antara dua silinder logam

16
yang membuat "sandwich". Pada langkah 2 ini "sandwichChip" terbungkus dalam

lengan kaca. Pada langkah 3 lengan ini dipanaskan. Perak atau tembagakabel yang

kemudian dilampirkan pada langkah 4. Pada langkah 5, produk jadi dicat sesuai

dengan kode warna.

Sekitar 60,000 unit dari 100,000 chip yang diproduksi akan mengalir ke

proses berikutnya dan hanya 20,000 unit dari jumlah tersebut berhasil menjadi

produk akhir dan terjual. 5,000 unit lainnya mempunyai kualitas yang lebih

rendah dan mempunyai pasar yang terbatas. Walaupun Unitron tidak

mempertimbangkan produk tersebut sebagai produk reguler, Unitron tetap

menawarkan penjualan barang kualitas kedua tersebut untuk digunakan sebagai

komponen yang tidak mahal dan biasanya untuk produk sejenis mainan atau

peralatan rumah tangga. Berikut ini bagan produksi rectifiers dalam Unitron:
Dipanggang pada suhu 1200° C dengan gas khusus

Gambar 3.1 Exhibit 2 – Bagan Produksi Rectifiers


60.000 chips berhasil diproduksi, 40.000 hilang

Dipotong menjadi 100.000 chip kecil

50 silicon Wafers
35.000 unit
Scrap
5.000 unit seri #400
By-product (ke-2)

Rata-Rata Hasil Produksi


4.500
#401
6.000
#402

Produk regular
20.000 unit
4.500
#403

17
3.000
#404
2.000
#405
Tabel 3.1 Exhibit 3
EXHIBIT 3
PRODUCT COST DATA FOR 400 SERIES RECTIFIERS
Batch Costs Annual Costs

Direct Material $ 2.500


Direct Labor $ 1.600
Variabel Overhead $ 2.300
1
Total $ 6.400 x 20 $ 128.000
Non Variable Rectifier Manufacturing Costs $ 32.000
2
General Factory Overhead Costs $ 40.000
Total Manufacturing Costs $ 200.000

1 Production of 400 Series rectifiers was running at about 20 batches per year.
2 Allocated to 400 Series rectifiers based on direct labor cost.

Tabel 3.2 Exhibit 4


EXHIBIT 4
Series 400 Rectifiers
Maximum Annual Sales Current Annual
Sales Price/unit
Product Blockage Voltage Orders Inventory Production
(volts) (units) (USD) (units) (units)
401 .25-.74 300 100.000 0,40 3.000 90.000
402 .75-1.24 400 140.000 0,60 10.000 120.000
403 1.25-1.74 500 100.000 0,70 9.000 90.000
404 1.75-2.24 600 40.000 0,80 8.000 60.000
405 2.25-2.75 700 20.000 1,00 5.000 40.000
400.000 35.000 400.000

3.2. PERMASALAHAN DALAM BISNIS

Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Unitron Corporation

terkait proses produksi sehari-hari, yaitu:

1. Perusahaan menggunakan metode joint cost. Dengan kata lain masing-

masing biaya dari komponen yang diproduksi dalam satu batch tidak dapat

ditentukan. Biaya produksi tidak dapat secara langsung ditetapkan untuk

18
unit tertentu karena sistem akuntansi biaya bergantung pada peraturan

alokasi biaya ke tiap unit. Exhibit 3 meninjukkan permasalahan joint cost

dan contoh menggunakan dua metode akuntansi.

2. Tidak ada metode yang diketahui dapat mengendalikan prosedur produksi

rectifiers guna mendapatkan karakteristik istrik yang persis sama. Dari

setiap produk yang berjalan, distribusi karakter unit hampir sama dengan

standard “bell curve” .

3. Orderan yang diterima oleh Unitron berupa 6,000 unit rectifier seri 401.

Saat ini hanya sedikit 401 yang tersedia di persediaan. Pelanggan bersedia

menerima rectifier yang paling tidak memenuhi minimum standard,

namun mereka tidak bersedia membayar lebih untuk kualitas yang lebih

baik. Exhibit 4 menjelaskan mengenai harga penjualan dan tingkat

persediaan sekarang untuk Rectifiers seri 400, terkait dengan penjualan

dan transaksi rutin.

3.3. ALTERNATIF SOLUSI YANG DIAMBIL

Terdapat beberapa alternatif solusi yang diminta oleh sales manajer Unitron

Corporation, Jim Jacoby, untuk direview oleh karyawan baru yang merupakan

lulusan MBA, Helen Barnes, diantaranya yaitu:

 Memenuhi orderan tersebut dengan rectifiers 402.

 Men-tigger produksi agar bisa memenuhi order dengan 401.

 Menolak order karna kondisi kehabisan barang (out of stock).

 Menerima tawaran dari perusahaan lokal untuk membeli 4,000 unit

seconds seri 400 tiap bulannya dengan harga $0.15 per unit.

19
3.4. PENYELESAIAN KASUS

1. Pada periode yang dimulai dengan persediaan nol, bagaimana Unitron

seharusnya menerapkan output produksi (400,000 unit) dari 20 batch untuk

pesanan penjualan (400,000 unit)? Idenya adalah untuk membangun

sebuah matriks “diproduksi sebagai/dijual sebagai”.

Tabel 3.3 Matriks produced as / sold as :

Annual Sales Units Annual Productions


Order

100,000 401 90,000 90,000 401


402 10,000
140,000 402 110,000 120,000 402
403 30,000
100,000 403 60,000 90,000 403
404 40,000
40,000 404 20,000 60,000 404
405 20,000
20,000 405 20,000 40,000 405

400,000 400,000

Sehingga dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa produksi untuk produk
401, 402, 403 tidak dapat menutupi seluruh annual sales order yang ada,
namun untuk produk 404 dan 405 mengalami kelebihan produksi. Manajemen
dapat memenuhi pesanan yang kurang dengan produk yang over stock,
sehingga jumlah barang yang diproduksi sama dengan jumlah barang yang
dipesan.

- Kekurangan 10,000 unit 401 dapat ditutupi dengan 402.


- Kekurangan 30,000 unit 402 dapat ditutupi dengan 403.
- Kekurangan 40,000 unit 403 dapat ditutupi dengan 404.

20
- Kekurangan 20,000 unit 404 dapat ditutupi dengan 405.
2. Hitunglah biaya per unit untuk rectifiers dalam seri 400 dibawah sistem

biaya rata-rata dan dibawah sistem nilai penjualan relatif!

Average Costing Method :


Cost per Unit = Total Manufacturing Cost ÷ Total Output Produced
= $ 200,000 ÷ 400,000 unit
= $ 0.50 per unit

Tabel 3.4. Average Costing Method


Cost per
Product Unit ($)
401 0.50
402 0.50
403 0.50
404 0.50
405 0.50

Tabel
3.5.
Relativ
E=D/ F = E x Total Cost
e Sales B C D=BxC
Total D ($ 200,000)
Value
Metho
d :XA
Produc Unit Price/Unit % Sales
Sales Value Cost Allocation
t Overhead ($) Value
401 100,000 0.40 $ 40,000 16% $ 32,520
402 140,000 0.60 $ 84,000 34% $ 68,293
403 100,000 0.70 $ 70,000 28% $ 56,911
404 40,000 0.80 $ 32,000 13% $ 26,016
405 20,000 1.00 $ 20,000 8% $ 16,260
400,000 $ 246,000 100% $ 200,000

XA G H I=G÷H
Produc Cost Unit
Cost/unit
t Allocation Produced
401 $ 32,520 90,000 $ 0.36
402 $ 68,293 120,000 $ 0.57
403 $ 56,911 90,000 $ 0.63
404 $ 26,016 60,000 $ 0.43
405 $ 16,260 40,000 $ 0.41
$ 200,000 400,000 21
3. A. Berapakah pendapatan, biaya, dan laba jika pesanan untuk 6,000 unit

produk 401 diterima untuk pengiriman secepatnya:

Jika menerima order untuk produk 401 sebanyak 6,000, maka

perusahaan akan mengambil 3,000 unit dari current inventory dan

3,000 unit sisanya diambil dari inventory produk 402. Konsekuensinya

pemesan produk tidak mau membayar lebih untuk kualitas ekstra.

Physical Unit Costing System :

Sales = Sales Price Seri 401 × Unit Overhead


= $ 0.40 × 6,000 unit
= $ 2,400

(Untuk cost 3,000 unit pertama berasal dari current inventory on hand)
Cost = Cost per Unit × Current Inventory
= $ 0.50 × 3,000
= $ 1,500

Cost = (Order Unit – Current Inventory) × Cost per Unit


= (6,000 – 3,000) × $ 0.36
= $ 1,080

Total Cost = $ 1,500 + $ 1,080


= $ 2,580

Profit(Loss) = Sales – Cost


= $ 2,400 – $ 2,580
= ($ 180)

22
Relative Sales Value Costing System :

Sales = Price per Unit × Unit Overhead


= $ 0.40 × 6,000
= $ 2,400

Cost = Cost per Unit × Unit Overhead


= $ 0.36 × 6,000
= $ 2,160

Profit(Loss) = Sales – Cost


= $ 2,400 – $ 2,160
= $ 240

Dari hasil perhitungan menggunakan metode Physical Unit


Costing System perusahaan memperoleh perhitungan biaya lebih besar
dibandingkan dengan nilai penjualan, dimana nilai penjualan (sales)
sebesar $2,400 dikurangi dengan biaya (cost) sebesar $2,580 adalah
($180) yang merupakan kerugian (Loss) yang harus diterima perusahaan.
Sedangkan apabila perusahaan menggunakan metode Relative Sales
Value Costing System, maka perusahaan akan memperoleh perhitungan
biaya lebih kecil dengan nilai keuntungan (Profit) sebesar $ 240 yang
diperoleh dari penjualan (sales) $ 2,400 dikurangi biaya (cost) $ 2,160.

3. B. Apa yang harus direkomendasikan oleh Helen Barnes kepada Jim

Jacoby sehubungan dengan pesanan ini? Mengapa?

Helen Barens sebaiknya merekomendasikan kepada Jim Jacoby untuk

menggunakan Relative Sales Value dalam menghitung profit dari pesanan

6,000 unit seri 401 ini. Relative sales method mengalokasikan cost secara

23
lebih proper karena mempertimbangkan presentase penjualan relatif

(kontribusi dari suatu produk) ketika mengaloakasikan costnya, sehingga

didapatkan hasil yang jauh berbeda dengan menggunakan physical unit.

Jika menggunakan physical method, maka didapatkan profit minus (rugi)

sehingga akan membawa perusahaan pada keputusan yang salah yaitu

menolak project ini (karena rugi).

Selain itu dari alternatif yang tersedia, Helen Barens sebaiknya

menyarankan untuk mendorong produksi agar tetap memproduksi 401

lebih banyak dibandingkan dengan menggantikannya dengan seri 402.

Karena seri 401 memiliki profit/unit yang lebih baik ($0.04 = $0.40–

$0.36) dibandingkan seri 402 ($0.03 = $0.60–$0.57), sehingga dengan

memproduksi seri 401 akan lebih menguntungkan.

4. Apa yang harus direkomendasikannya sehubungan dengan tawaran dari

perusahaan mainan?

Terhadap tawaran dari perusahaan mainan, Helen Barnes sebaiknya

merekomendasikan untuk menerimanya. Dengan harga $ 0.15 per unit lebih

rendah dari cost/unit jika memproduksi sendiri baik dengan metode physical

maupun relative sales value. Namun perlu diperhatikan disini bahwa produk

yang dibeli adalah second class, perlu diteliti kembali apakah kualitas yang

ditawarkan jauh berbeda degan barang yang biasanay diproduksi sendiri. Jika

kualitasnya tidak jauh berbeda, maka perusahaan dapat menerima tawaran

tersebut. Namun jika jauh berbeda, dikhawatirkan konsumen akan kecewa

dengan kualitas barang dan tidak melakukan repurchase lagi. Jika terjadi

24
demikian, maka cost saving yang sudah dilakukan perusahaan akan menjadi

tidak berarti (kehilangan penjualan).

5. Metode alokasi joint costs apa yang seharusnya digunakan oleh Unitron?

Metode apa yang yang memiliki data lebih baik untuk pembuatan

keputusan? Pertimbangkan implikasi perilaku kedua pendekatan tersebut.

Metode alokasi biaya yang sebaiknya digunakan Unitron adalah motode

relative sales value. Karena metode ini mempertimbangkan kontribusi sales

dari masing-masing seri, sedangkan metode physical unit tidak

mempertimbangkan demikian. Dengan metode physical unit, cost per unit

menjadi sama untuk semua seri sehingga alokasi menjadi kurang akurat.

6. Seorang agen pembelian pemerintah baru saja meminta (lagi) kontrak

pembelian “cost plus” untuk 100,000 404’s. pihak kontrak telah

menyatakan bahwa margin profit 10% bisa saja dibolehkan, jika harganya

benar ($ 0.75). berapa banyak “biaya”nya? Bagaimana menurut anda

mengenai harga dan stragegi manufaktur untuk kontrak ini? Anggaplah

kelebihan kapasitas manufaktur tersedia, apakah anda akan

merekomendasikan penawaran terhadap kontrak ini? Jika iya, pada harga

berapa?

Agen pembelian pemerintah menawarkan “Cost plus Purchase Contract”

untuk 100,000 unit seri 404. Kontraknya menyatakan margin laba 10%

diperbolehkan jika harganya ‘benar’ ($ 0.75).

Tabel 3.6. Current Profit Margin

CURRENT
A B C=B–A
Cost/unit Current Price/unit Current Profit Margin

25
Physical Unit $ 0.50 $ 0.75 $ 0.25
Relatives Sales $ 0.43 $ 0.75 $ 0.32

Tabel 3.7. Bidding Scenario

BIDDING SCENARIO
E=A+
D F=E-A G=C-F H = G/C
(AxD)
Profit Profit
Profit Allowed Reduction
Margin Margin
Margin Price %
Become Reduce by
Physical Unit 10% $ 0.55 $ 0.05 $ 0.20 80%
Relatives Sales 10% $ 0.47 $ 0.04 $ 0.28 87%

Dengan menerima penawaran (bidding) tersebut, maka profit margin

betambah sebesar 80–87% dari profit margin sebelumnya (dengan harga

sebelumnya yaitu $ 0.75 per unit). Hal ini juga berlaku jika perusahaan ingin

memanfaatkan excess kapasitas yang dimiliki. Jika perusahaan menerima

project tersebut maka perusahaan akan mendapatkan tambahan income

walaupun dengan profit yang jauh lebih kecil. Harga yang dapat dipakai

sebaiknya $ 0.55 per unit (menggunakan physical unit karena unit cost nya

lebih besar dari relative sales – $0.50 > $0.43, sehingga lebih menguntungkan

menggunakan physical unit.)

26
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

1. Alokasi biaya departemen penunjang dan alokasi joint cost dilakukan agar

penentuan biaya per unit dilakukan secara tepat, karena hal ini akan

menentuan harga pokok produk dan harga jual produk dan pada akhirnya

menentukan laba yang akan dicapai perusahaan. Kesalahan dalam

pengalokasian biaya departemen penunjang maupun alokasi joint cost

menyebabkan penentuan harga produk menjadi tinggi dan pada akhirnya

membuat laba yang diperoleh menjadi kecil.

2. Dalam kasus unitron ini ada dua pendekatan yang digunakan yakni physical

unit dan metode relative sales. Dalam metode physical unit kita dapat melihat

bahwa biaya per unit dari setiap produk adalah sama yakni $ 0.50. ini

mengakibatkan kita tidak bisa membedakan produk mana yang menggunakan

biaya yang lebih besar,dan produk mana yang berkualitas lebih tinggi.

Sedangkan jika menggunakan metode relative sales kita dapat membedakan

biaya yang dikeluarkan untuk setiap produknya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hilton, Ronald. 2009. Managerial Accounting : Creating Value in a Dynamic


Business Environtment, 8th Edition. Mc Graw-Hill: USA.
Hansen, and Mowen. 2008. Cost Management : Accounting and Control, 6th
Edition. Thomson: South Western.

iv

Anda mungkin juga menyukai