Anda di halaman 1dari 9

5.

5 HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


5.5.1 Hasil Percobaan
Tabel V-1
Tabulasi Pengujian Thickening time

PLU Air Semen Aditif Thickening time


G (ml) (gr) pada 50 menit (UC)
NaCl (gr) CMC (gr)
A 276 600 0 - 40
B 276 600 1 - 41
C 276 600 2 - 42
D 276 600 3 - 42
E 276 600 4 - 47
F 276 600 5 - 51
G 276 600 - 1 37,5
H 276 600 - 2 34
I 276 600 - 3 31
J 276 600 - 4 28
K 276 600 - 5 27
L 276 600 - 6 24
5.5.2 Perhitungan
Diketahui
Semen Kelas = A
Berat Semen = 600 gram
Additive yang digunakan = NaCl
Berat Additive = 3 gram
Wair
Vol. Air yang digunakan = ρair
= (WCR x Berat Semen) / air
= (46 % x 600) gr / 1 gr/cc
= 276 ml
Thickening time pada menit ke-50 = 27 UC
5.5.
3.
Thickening Time vs Additive
Gr
60 afi
k

50

40
Thickening Time, UC

NaCl
Linear (NaCl)
30
CMC
Linear (CMC)

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Additive, gr

Grafik 5.1 Thickening Time Vs Additive


5.6. PEMBAHASAN
Praktikum ini yaitu tentang penguujian thickening time dalam suspensi
semen. Thickening time merupakan waktu yang diperlukan suspensi semen untuk
mencapai konsistensi sebesar 100 UC (Unit of Consistency). Dimana konsistensi
sebesar 100 UC merupakan batasan bagi suspensi semen agar masih dapat
dipompa, sebab bila lebih dari itu semen akan berbentuk ‘corn’ sehingga sulit
untuk dipompa dan bila dipaksakan maka akan merusak pompa semen. Tujuan
dalam praktikum ini yaitu mengetahui thickening time dari suatu suspensi semen
selama waktu tertentu dan mengetahui efek penambahan additive terhadap
thickening time suatu suspensi semen.
Pada percobaan thickening time alat yang digunakan adalah atmospheric
consistometer yang mana mempunyai prinsip kerja pemberian tekanan dan
temperatur yang tinggi. Namun dalam pengujian kali ini alat tersebut tidak dipakai
dikarenakan apabila menguji thickening time pada semen, akan membutuhkan
daya listrik yang besar dan mengakibatkan seluruh UPN mati lampu, oleh karena
itu hanya mengacu pada teori saja. Prosedur pertama yang harus dilakukan yaitu
menyiapkan suspensi semen dengan komposisi 600 gram semen, 5 gram additive
CMC dan 276 ml air. Kemudian menyiapkan peralatan dan stopwatch, sebelum
dilakukan pengujian mengkalibrasi terlebih dahulu peralatan yang akan
digunakan. Lalu menghidupkan switch master dan set temperatur pada skala yang
diinginkan. Setelah itu, menuangkan suspensi semen kedalam slurry container
sampai ketinggian yang ditunjukkan oleh garis batas. Paddle yang telah dilapisi
grease dipasang pada lid, kemudian memasang lid yang telah terpasang paddle
pada slurry container dan dimasukkan ke dalam atmospheric consistometer.
Terakhir menghidupkan motor dan stopwatch dan baca skala penunjuk selama 50
menit, mencatat skala pada 50 menit. Hasil yang diperoleh dari percobaan yaitu
sebesar 27 UC.
Aditif yang dapat digunakan untuk merubah thickening time adalah
accelerator dan retarder. Accelerator adalah aditif yang dapat mempercepat
thickening time dari suspensi semen. Contoh dari accelerator adalah kalsium
klorida, sodium klorida, gipsum, sodium silikat dan air laut. Sedangkan retarder
adalah aditif yang dapat memperlambat thickening time dari suspensi semen.
Contoh dari retarder adalah lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik dan
Carboxymethyl Hydroxyetyl Cellulose (CMHEC).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh grafik hubungan
penambahan zat aditif terhadapa thickening time pada suspensi semen. Zat aditif
yang ditambahkan adalah NaCL sebagai accelerator dan CMC sebagai retarder.
Dari grafik diperoleh semakin bertambahnya aditif NaCL menunjukan tickening
time yang semakain cepat sedangkan untuk penambahan zat aditif CMC
menunjukan thickening yang semakin lambat. Hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori bahwa accelerator dapat mempercepat thickening time sedangkan retarder
mampu memperlambat thickening time.
Aplikasi lapangan dari pengujian thickening time suspensi semen adalah
untuk mendesain semen mengenai thickening time-nya. Waktu pemompaan harus
lebih kecil dari thickening time, karena jika tidak, maka akan menyebabkan
suspensi semen mengeras lebih dahulu. Safety factor dalam pemompaan semen
yaitu sekitar 2 jam lebih lambat dibanding thickening time. Perencanaan besarnya
thickening time juga bergantung pada kedalaman sumur dan waktu untuk
mencapai daerah target yang akan disemen. Pada sumur-sumur yang dangkal,
diperlukan thickening time yang tidak lama karena selain target yang akan dicapai
tidak terlalu panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Sehingga pada sumur
dangkal biasanya menambahkan aditif accelerator pada suspensi semen.
Sedangkan pada sumur-sumur yang dalam dan untuk kolom penyemenan yang
panjang, diperlukan waktu pemompaan yang lama, sehingga thickening time harus
diperpanjang.
Problem yang mungkin terjadi pada saat penyemenan anatara lain flash set
dan free pipe. Flash set yaitu mengerasnya semen sebelum tercapai target yang
diinginkan, sedangkan free pipe yaitu bagian casing yang tidak tersemen yang
dikarenakan adanya flash set. Apabila problem penyemenan terjadi seperti flash
set dan free pipe maka dapat diperbaiki dengan cara re-cementing. Mekanisme
re-cementing pertama yaitu menurunkan alat log seperti CBL dan VBL untuk
mendeteksi titik dimana casing belum tersemen dengan dinding lubang bor.
Setelah itu dilakukan perforasi pada bagian titik casing yang belum tersemen
dengan dinding lubang bor tersebut. Perforasi dilakukan guna mengalirkan semen
dari dalam casing ke dinding lubang bor. Langkah selanjutnya diturunkan packer
pada titik perforasi dan dilakukan pumping washer dan spacer lagi untuk
membersihkan displacement fluid pada casing. Kemudian langkah terakhir yaitu
injeksi semen kembali dan aliran semen ini akan melewati lubang perforasi.
5.7. KESIMPULAN
1. Hasil yang diperoleh dari percobaan tickening time ini yaitu sebesar 27
UC.
2. Tujuan dalam praktikum ini yaitu menentukan thickening time dari suatu
suspensi semen dengan menggunakan alat atmospheric consistometer dan
engetahui efek penambahan additive terhadap thickening time suatu
suspensi semen.
3. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah atmospheric
consistometer yang mana mempunyai prinsip kerja pemberian tekanan dan
temperatur yang tinggi.
4. Accelerator adalah aditif yang dapat mempercepat thickening time dari
suspensi semen. Contoh dari accelerator adalah kalsium klorida, sodium
klorida, gipsum, sodium silikat dan air laut. Sedangkan retarder adalah
aditif yang dapat memperlambat thickening time dari suspensi semen.
Contoh dari retarder adalah lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik
dan Carboxymethyl Hydroxyetyl Cellulose (CMHEC).
5. Berdasarkan percobaan diperoleh grafik hubungan penambahan zat aditif
terhadapa tickening time pada suspensi semen. Penambahan NaCL sebagai
acceleration menyebabkan semakin cepat pula tickening time sedangkan
penambahan CMC sebagai retarder menghasilkan semakin lama tickening
time.
6. Aplikasi lapangan dari pengujian thickening time suspensi semen adalah
untuk mendesain semen mengenai thickening time-nya. Waktu
pemompaan harus lebih kecil dari thickening time, karena jika tidak, maka
akan menyebabkan suspensi semen mengeras lebih dahulu.
7. Faktor yang mempengaruhi thickening time: Kedalaman sumur / formasi,
temperature serta tekanan sumur dan additive yang digunakan.
8. Apabila problem penyemenan terjadi seperti flash set dan free pipe maka
dapat diperbaiki dengan cara re-cementing.

Anda mungkin juga menyukai