2019
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13
JAWABAN PERTANYAAN............................................................................................................14
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GRAFIK
iv
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
1
BAB II
2
BAB III
DATA PERCOBAAN
o o
API API Rata-Rata
Sampel
1 2 3
36.13
Crude Oil 36,1 36,1 36,2
3
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
t2 2 t2 2
SG¿=
()
t1
+0.627
W
P+ p−W [( ) ]
t1
−1
Dengan asumsi :
Tekanan uap kering, W = 0.028mmHg
Tekanan ruang, P = 760mmHg
Tekanan rata-rata, p = 12mmHg
Suhu ruang, T = 25oC
a. Percobaan 1 dan 2
54.93 2 0.028 54.93 2
SG ¿= ( 50.59) + 0.627
760+12−0.028 [( ) ]
50.59
−1 = 1.1789
b. Percobaan 1 dan 3
54.93 2 0.028 54.93 2
SG¿= ( 52.26) +0.627
760+ 12−0.028 [( ) ]
52.26
−1 = 1.1048
c. Percobaan 2 dan 1
50.59 2 0.028 50.59 2
¿
SG = (
54.93 )
+ 0.627
760+12−0.028 [( ) ]
54.93
−1 = 0.8482
d. Percobaan 2 dan 3
50.59 2 0.028 50.59 2
SG¿= ( 52.26) +0.627
760+ 12−0.028 [( ) ]
52.26
−1 = 0.9371
e. Percobaan 3 dan 1
4
52.26 2 0.028 52.26 2
SG ¿= ( 54.93) +0.627
760+ 12−0.028 [( ) ]
54.93
−1 = 0.9051
f. Percobaan 3 dan 2
52.26 2 0.028 52.26 2
SG¿= ( 50.59) +0.627
760+ 12−0.028 [( ) ]
50.59
−1 = 1.0671
t2 2 t2 2
¿
SG =
t1() +0.627
W
P+ p−W [( ) ]
t1
−1
Dengan asumsi :
Tekanan uap kering, W = 0.028mmHg
Tekanan ruang, P = 760mmHg
Tekanan rata-rata, p = 12mmHg
Suhu ruang, T = 25oC
a. Percobaan 1 dan 2
43.19 2 0.028 43.19 2
SG ¿= ( 45.46) +0.627
760+12−0.028 [( ) ]
45.46
−1 = 0.9026
b. Percobaan 1 dan 3
43.19 2 0.028 43.19 2
SG¿= ( 47.82) +0.627
760+12−0.028 [( ) ]
47.82
−1 = 0.816
c. Percobaan 2 dan 1
45.46 2 0.028 45.46 2
¿
SG = (
43.19 )
+0.627
760+12−0.028 [( ) ]
43.19
−1 = 1.1079
d. Percobaan 2 dan 3
5
45.46 2 0.028 45.46 2
SG ¿= ( 47.82) +0.627
760+12−0.028 [( ) ]
47.82
−1 = 0.9037
e. Percobaan 3 dan 1
47.82 2 0.028 47.82 2
SG¿= ( 43.19) +0.627
760+12−0.028 [( ) ]
43.19
−1 = 1.2259
f. Percobaan 3 dan 2
47.82 2 0.028 47.82 2
SG ¿= ( 45.46) +0.627
760+12−0.028 [( ) ]
45.46
−1 = 1.1065
141.5
SG=
131.5+ ❑o API
Percobaan SG
I 0.8443
II 0.8443
III 0.8438
Rata-rata 0.8498
Tabel 4. Hasil Perhitungan SG sampel crude oil
6
Menentukan specific gravity crude oil dengan menggunakan piknometer
Volume piknometer 10 ml
ρcrude oil
SG=
ρair
0.968
SG= = 0.8295
1.167
0.973
SG= = 0.8338
1.167
0.985
SG= = 0.8440
1.167
Suhu (oC) SG
38 0,8440
46 0,8338
7
50 0,8295
Tabel 5. Pengaruh Suhu terhadap SG sampel crude oil
0.8450
0.8400
0.8350
SG
0.8300
0.8250
0.8200
36 38 40 42 44 46 48 50 52
Suhu
8
BAB V
1. ASUMSI
Ada beberapa asumsi yang dilakukan dalam percobaan kali ini, yakni
Tekanan uap kering pada ruangan laboratorium adalah 0,028 mmHg (konstan).
Tekanan ruang laboratorium adalah 760 mmHg (konstan).
Tekanan rata-rata pada ruangan laboratorium adalah 12 mmHg (konstan).
Suhu ruang laboratorium adalah 25oC (konstan).
Tidak terjadi kebocoran atau kerusakan pada effusiometer.
Tekanan dan laju gas gas kering, gas CO2, gas N2 dianggap konstan.
Gas tidak dapat dimampatkan.
Hidrometer berfungsi dengan baik.
Tidak terdapat kebocoran pada picnometer.
Sampel crude oil tidak terkontaminasi (murni).
Arus listrik mengalir konstan.
Tidak ada pengaruh gaya antara fluida dengan dinding gelas ukur.
2. ANALISIS ALAT
Air pada effusiometer harus berada kurang lebih 1 cm di bawah batas agar air tidak
tumpah selama percobaan.
Pada bagian atas effusiometer, harus terdapat rongga yang terbuka agar tekanan
pada effusiometer tidak terlalu besar. Sebab ketika terlalu besar dapat menyebabkan
kerusakan pada alat.
Semua selang udara/gas yang terpasang dipastikan kencang dan tidak bocor.
Penaruhan hidrometer pada crude oil tegak lurus dan jangan sampai menyentuh
dasar gelas sehingga angka oAPI yang ditunjukkan sesuai.
Pengisian air dan crude oil sesuai dengan ukuran volume piknometer.
Timbangan harus dimulai dari angka 0.
9
3. ANALISIS DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Berdasarkan percobaan pertama kami dalam menentukan SG gas N 2 didapat data
yang telah kami olah. Data tersebut dihasilkan SG dengan mencari rata-rata SG
dari 3 kali percobaan menggunakan SG* (SG dengan faktor koreksi), rata-rata SG
dari gas N2 yang didapat adalah 1.0067. sedangkan berdasarkan SG dari referensi
(Specific Gravity Table-Expotech USA) SG gas N2 pada kondisi standar adalah
0.972. Percobaan ini memiliki galat sebesar 3.57%. Galat ini disebabkan oleh
beberapa kesalahan seperti, kurangnya presisi penghitungan waktu saat percobaan
menggunakan effusiometer, proses bleed-off yang masih belum optimum dan
kesalahan lain dalam pengasumsian kondisi laboratorium.
Berdasarkan percobaan kedua kami dalam menentukan SG dengan mencari rata-
rata SG dari 3 kali percobaan menggunakan SG* (SG dengan faktor koreksi),
rata-rata SG dari gas CO2 yang didapat adalah 1.0104. Sedangkan berdasarkan SG
dari referensi (Specific Gravity Table-Expotech USA) SG gas N 2 pada kondisi
standar adalah 1.528. Percobaan ini memiliki galat sebesar 33.87%. Galat ini
disebabkan oleh beberapa kesalahan seperti, kurangnya presisi penghitungan
waktu saat percobaan menggunakan effusiometer, proses bleed-off yang masih
belum optimum dan kesalahan lain dalam pengasumsian kondisi laboratorium.
Berdasarkan percobaan ketiga kami dalam menentukan specific gravity sampel
crude oil menggunakan hydrometer dengan mencari rata-rata dari 3 kali
percobaan adalah 0.8441 namun, berdasarkan referensi (Engineering Tool Box)
SG dari sampel crude oil ini yang dilihat dari oAPI nya, SG crude oil adalah
0.8498. Hasil percobaan ini sudah mirip namun masih ditemukan galat sebesar
0.67%. Galat ini disebabkan oleh beberapa kesalahan seperti, kurangnya presisi
pembacaan dan peletakkan hydrometer dalam gelas ukur dan kesalahan lain
dalam pengasumsian kondisi laboratorium.
Berdasarkan percobaan keempat kami dalam menentukan specific gravity sampel
crude oil menggunakan piknometer dengan melakukan 3 kali percobaan dengan
tiga suhu berbeda didapat data berupa grafik penurunan nilai SG jika dipengaruhi
oleh kenaikan suhu (Grafik 1). Secara teoritis, ketika suhu mengalami kenaikan
maka akan berbanding terbalik dengan densitas. Hal ini terjadi karena saat
10
temperatur meningkat, laju partikel dalam molekul meningkat sehingga
partikelpartikel menempati volume yang lebih besar. Saat volume membesar,
densitas menurun. Sehingga, percobaan kami berhasil membuktikan bahwa
semakin tinggi suhu maka semakin rendah spesific gravity nya.
4. ANALISIS KEBERJALANAN PRAKTIKUM
Persiapan kelompok kami dalam menjalankan praktikum modul 1 ini masih belum
maksimal sehingga nilai tes awal dan tes alat kami masih buruk serta hampir di-
kick.
Pada saat bleed off, harus dipastikan bahwa gas yang terdapat di effusiometer dan
selang sudah habis. Jika masih tersisa, maka perhitungan tidak valid akibat
pengaruh gas lain masih ada dalam perhitungan.
Dalam proses pemanasan, harus dipastikan bahwa terdapat pemerataan panas
dengan cara pengadukan dengan baik.
Dalam melihat angka oAPI pada hidrometer, praktikan harus sejajar dengan
hidrometer sehingga angka yang dilihat sesuai.
Dibutuhkan ketelitian dan kejelian dalam memerhatikan proses yang mengamati
waktu karena harus tepat dalam pemencetan stopwatch.
Stopwatch yang disediakan tidak dapat bekerja optimum sehingga saat pengambilan
data stopwatch mati.
11
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Spesific gravity dari gas dapat diukur dengan alat effusiometer.
2. Spesific gas dari N2 sebesar 1.0067 dan CO2 sebesar 1.0104.
3. Sifat-sifat fisik fluida gas antara lain specific gravity, densitas, viskositas, dan
faktor kompresibilitas gas.
4. Kegunaan specific gravity dalam industri perminyakan untuk mengetahui laju
alir fluida, mengetahui jenis fluida reservoir, dan langkah yang harus
digunakan untuk memproduksi minyak dan gas.
5. Specific gravity sampel crude oil jika diukur menggunakan hydrometer
sebesar 0.8441.
6. Pengaruh temperatur pada specific gravity adalah ketika temperatur
meningkat specific gravity mengalami penurunan (berbanding terbalik)
dengan rincian pada 38o SG sampel crude oil sebesar 0.8440, pada 46oC SG
sampel crude oil sebesar 0.8338, dan pada 50oC SG sampel crude oil sebesar
0.8295.
SARAN
1. Percobaan sebaiknya dilakukan oleh setiap orang dalam kelompok untuk
memaksimalkan pengetahuan dalam praktikum tidak hanya dari belajar secara
teoritis dan menonton video.
12
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
13
JAWAB PERTANYAAN
Injeksi nitrogen adalah proses recovery untuk reservoir kondensat gas. Proses ini
dilakukan untuk mempertahankan kondensat gas yang terbentuk di dalam reservoir agar
tidak menguap ke luar sumur. Kerugian proses ini adalah cairan yang terlibat dapat hilang
saat di zona pencampuran injeksi nitrogen dan kondensat gas. Proses ini biasanya
dilakukan pada reservoir retrograde gas dikarenakan banyak cairan yang terperangkap
oleh permeabilitas yang rendah. Retrograde dapat dicegah dengan cara mempertahankan
tekanan di atas dew-point nya melalui injeksi gas. Nitrogen digunakan karena harganya
murah, aman, non-korosif, non-polusi, dan tersedia di mana saja.
Prototipe gas kondensat dibantu dengan PVT simulator yang terdiri dari : metana 0.799
mol, butana 0.150 mol, tetradekana 0.050 mol, dan nitrogen 0.001 mol. Pemodelan
reservoir untuk penginjeksian gas nitrogen ini diharuskan untuk tersusun dari banyak
blok besar yang memiliki peremabilitas seragam untuk mengoptimumkan pada proses
hilangnya kondensat pada mixing-zone.
Pada saat simulasi tidak hanya adanya dispersi yang dapat memengaruhi prosesnya
melainkan perbedaan densitas kondensat gas dengan gas yang diinjeksikan menyebabkan
adanya lintas-aliran(crossflow). Viscous crossflow merupakan hasil dari perbandingan
mobilitas aliran fluida yang mengalir dalam lapisan permeable. Kondensat gas memiliki
kekentalan yang lebih daripada gas yang diinjeksikan.
14
Black oil memiliki beberapa sifat atau karakteristik. Pertama, ada specific gravity.
Specific gravity adalah perbandingan densitas fluida uji dengan densitas air murni. dalam
pengukuran standar nya SG diukur pada kondisi ruangan saat T = 60oF. Dalam dunia
perminyakan digunakan juga standar lain dalam kondisi gravity, yaitu oAPI.
o 141.5
API ¿ −131.5
SG
Kedua, formation volume factor (FVF). Volume minyak yang masuk ke dalam stock-tank
saat di permukaan lebih sedikit dibandingkan dengan volume yang mengalir ke sumur.
Perbedaan volume ini dipengaruhi oleh tiga faktor. Tekanan yang menurun dari dalam
reservoir ke permukaan karena menyebabkan terbentuknya gas, juga membuat minyak
terekspansi yang juga dipengaruhi oleh penuruna suhu. Jadi, definisi dari FVF adalah
volume minyak dalam reservoir yang mampu memproduksi satu barrel minyak dalam
stock-tank. Namun, saat tekanan menurun menjadi tekanan bubble-point FVF akan
meningkat kembali karena ekspansi fluida dalam reservoir.
Volume oil+Volume gas yang meninggalkan reservoir pada kondisi reservoir
Bo ¿
Volume minyak yang masuk ke stock−tank pada kondisi standar
Grafik Bo terhadap P
Ketiga, larutan gas-oil ratio (GOR). Black oil tersaturasi ketika tekanan menurun dan
terjadi pembentukan gas. Namun, saat tekanan di atas tekanan bubble-point nya black oil
15
tidak tersaturasi lagi. Jadi, GOR adalah volume gas terlarut yang terbentuk dari minyak
saat kondisi reservoir.
Volume gas yang terbentuk di permukaan saat kondisi standar
Rs ¿
Volume minyak yang masuk ke stock−tank pada kondisi standar
Saat tekanan turun, Rs akan tetap konstan sampai di
tekanan bubble-point nya karena tidak ada gas yang
terbentuk namun setelah melewati tekanan bubble-
point nya gas mulai terbentuk dan Rs pun menurun
Grafik Rs terhadap P
Keempat, total formation volume factor (Bt). Ketika sebenarnya volume minyak
berkurang, tetapi volume total meningkat dikarenakan ada volume gas yang terbentuk.
Bt = Bo + Bg (Rsb - Rs)
Di mana, Bg adalah gas FVF, Rsb adalah volume di saat tekanan bubble-point nya.
Awalnya grafik Bt sama dengan grafik Bo namun saat
tekanan menurun dibahas tekanan bubble-pointnya Bt
meningkat karena volume meningkat akibat
terbentuknya gas.
Grafik Bt terhadap P
16
isothermal minyak adalah perubahan fraksional dari volume minyak ketika tekanan
berubah pada temperature konstan. Saat P > Pb maka :
Keenam, koefisien viskositas minyak. Untuk mengukur resistansi aliran fluida. Biasanya
satuannya centipoise. Ketika suhu naik, viskositas menurun ini dikarenakan fluida nya
mengalami gaya kohesi. Ketika tekanan turun, viskositas juga ikut turun karena fluida
nya tidak termampatkan.
17
Kesembilan, volatile oils. Volatile oils pada black oil memiliki definisi yang sama seperti
aslinya. Memiliki kompresibilitas yang lebih tinggi disbanding black oil. Namun,
viskositasnya lebih rendah disbanding black oil.
18