Anda di halaman 1dari 220

Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas

Departemen Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

I. Tujuan Pengujian
1. Untuk mengatur akurasi pengujian.
2. Untuk mengetahui karakteristik udara dalam kondisi normal.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap karakteristik
udara dalam kondisi normal.

1
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

II. Prosedur Pengujian

2
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

[ ]
'
(P−P v )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
Pv = Pv’− (mmHg)
2800−1,3(1,8 t db +32)
Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv
4. Kelembaban relative (RH)
Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t db
υ= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)
6. Densitas udara (ρ)
1
ρ= (kg/m3)
υ
7. Kecepatan aliran udara (Vud)

Vud =
√ 2 × Pn
ρ
(m/s)

8. Debit aliran udara (Qud)


Qud = Vud × A (m3/s)

3
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

Di mana :
A = 0,1050 m2
9. Faktor kalibrasi (K)
V1
K1 =
V2
V2 V3
K2 = ; K3 =
V3 V4

4
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

IV. Analisa Data


IV.1. Tabel Data Pengamatan
Section 1 Section 2 Section 3 Section 4
N P
P Tw P Tw P Tw P Tw
O K Tdb Tdb Tdb Tdb
n b n b n b n b
5 26,566 24, 5 26,248 24, 5 5 26,210 24,
1 1 26,192 24
2 4 4 3 9 1 2 3 1 1
5 26,631 24, 5 26,321 24, 5 24, 5 26,238 24,
2 2 26,211
1 7 5 3 3 2 2 1 1 4 1
5 26,678 24, 5 26,410 24, 4 26,281 24, 4 26,317 24,
3 3
0 1 5 0 7 3 8 3 1 8 2 2
5 26,686 24, 4 26,515 24, 4 24, 4 26,390 24,
4 4 26,383
0 7 5 8 7 4 6 2 6 9 3
4 26,718 24, 4 26,593 24, 4 26,462 24, 4 26,460 24,
5 5
9 5 6 4 2 4 4 9 3 6 6 3
4 26,757 24, 4 26,611 24, 4 26,571 24, 4 26,558 24,
6 6
8 7 6 2 9 5 1 7 4 3 9 4
4 26,779 24, 3 26,796 24, 3 26,714 24, 4 26,680 24,
7 7
8 7 6 9 4 7 5 4 6 1 8 5
4 26,799 24, 3 26,825 24, 3 26,788 24, 3 26,760 24,
8 8
7 1 7 5 3 7 0 8 6 8 5 6

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

5
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

IV.2.1 Analisa Data dan Contoh Perhitungan Kalibrasi


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,5%, dan 75% dengan data sebagai berikut :
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2
IV.2.1.1 Untuk Section I
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5 %:
- Tekanan terukur (P1) = 52 mmHg
- Temperatur bola basah (twb) = 24,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,5664 o
C

Pembukaan 75%:
- Tekanan terukur (P1) = 48 mmHg
- Temperatur bola basah (twb) = 24,6 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,7577 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

' 752
P v 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,05676
100,2584
¿ 22,9276 mmHg
' 752
P v 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M_4 ¿ , ¿ ¿ 3,0935
100,2584
¿ 23,2035 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
6
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

¿ 22,9276−
[ (752−22,9276 ) ( 26,5664−24,4 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 26,5664+32 ) ]
¿ 21,8731 mmHg

P v 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ MERGEFIELD M_5 ¿ ,¿ ¿ 23,2035−
[ ( 752−MERGEFIELD M_5 ¿ ,¿¿ 23,2035 )( MERGEFIE
2800−1,3 (

¿ 22,1535 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
21,8731
¿ 0,622
752−21,8731
¿ 0,0186 kgv/kgda

Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿ ¿ 22,1535 ¿ ¿ 22,1535¿


752−MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
21,8731
¿ ×100 %
26,0755
¿ 83,8839%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿22,1535 ¿ ¿ 26,3682¿ ×100 %


MERGEFIELD M 9 ¿ ,¿

7
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(26,5664+ 273)
¿
100,2584−2,91618
¿ 0,8835 m3/kg

Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M_2 ¿ ,¿¿ 26,7577+273)
¿
100,2584−2.9535
¿ 0,8835 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,88354
¿ 1,13181 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8844 ¿
0 MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿
¿ 1,1306 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (V ud )

V ud 12,5=
√ 2× Pn
ρ

¿
√ 2 ×52
1,13181
¿ 9.5858 m/s

V ud 75=
√ 2× Pn
ρ

8
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

¿ √ 2× MERGEFIELD M_1 ¿ , ¿ ¿ 48 ¿ ¿
1,1306
¿ 9,2144 m/s

8. Debit Aliran Udara (Qud )

Qud 12,5=V ud × A
¿ 9. 58582× 0,105
¿ 1,0065 m3/s
Qud 75=V ud × A
¿ MERGEFIELD M_13 ¿ ,¿ ¿ 9,2144 × 0,105
¿ 0,9675 m3/s
IV.2.1.2 Untuk Section II
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Tekanan terukur (P1) = 53 mmHg
- Temperatur bola basah (twb) = 24,1 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,2489 o
C

Pembukaan 75%:

- Tekanan terukur (P1) = 42 mmHg


- Temperatur bola basah (twb) = 24,5 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,6119 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,05676
100,2584
¿ 22,9276 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M_4 ¿ , ¿ ¿ 3,0751
100,2584

9
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

¿ 23,0655 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 2 2,9276− [ ( 752−2 2,9276 ) ( 26,2489−24,1 ) ( 1,8 )
2800−1,3 (1,8. 26,2489+32 ) ]
¿ 21,8820 mmHg

P v 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ MERGEFIELD M_5 ¿ ,¿ ¿ 23,0655−
[ ( 752−MERGEFIELD M_5 ¿ ,¿¿ 22,0655 )( MERGEFIE
2800−1,3 (

¿ 22,0378 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
21,882
¿ 0,622
752−21,882
¿ 0,01864 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿ ¿ 22,0378 ¿ ¿ 22,0378¿


752−MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps

10
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

2 1,882
¿ ×100 %
25,5897
¿ 85,5109%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿22,0378 ¿ ¿ 26,1451¿ ×100 %


MERGEFIELD M 9 ¿ ,¿

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(26,2489+273)
¿
100,2584−2,91735
¿ 0,8826 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M_2 ¿ ,¿¿ 26,6119+ 273)
¿
100,2584−2,9381
¿ 0,8838 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8826
¿ 1,1330 kg/m3

1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8838 ¿
MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿
¿ 1,1313 kg/m3

11
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

7. Kecepatan aliran udara (V ud )

V ud 12,5=
√ 2× P
ρ

¿
√ 2 ×53
1,133
¿ 9,67248 m/s

V ud 75=
√ 2× Pn
ρ
¿ √ 2× MERGEFIELD M_1 ¿ , ¿ ¿ 42 ¿ ¿
1,13181
¿ 8,6156 m/s

8. Debit Aliran Udara (Qud )

Qud 12,5=V ud × A
¿ 9,67248 ×0,105
¿ 1,01561 m3/s
Qud 75=V ud × A
¿ MERGEFIELD M_13 ¿ ,¿ ¿ 8,615 6 × 0,105
¿ 0,9047 m3/s

9. Faktor Kalibrasi

V1
K 1 12,5=
V2
0,88261
¿ ¿ 1,0010
0,88354

V1
K 1 75=
V2

¿ 0 MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ , 8844 ¿ ¿ 0,8838 ¿=MERGEFIELD M 3 ¿


MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿
0,8853
¿
0,8858

12
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

¿ 0,9994

IV.2.1.3 Untuk Section III


Data yang diperoleh :
Untuk Pembukaan 12,5%
- Tekanan terukur (P1) = 52 mmHg
- Temperatur bola basah (twb) = 24 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,192 o
C

Untuk Pembukaan 75%

- Tekanan terukur (P1) = 41 mmHg


- Temperatur bola basah (twb) = 24,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,5717 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 2,9832
100,2584
¿ 22,3758 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M_4 ¿ , ¿ ¿ 3,0567
100,2584
¿ 22,9276 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 2 2, 3 758−
[ ( 752−22 , 3758 )( 26,192−24,0 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 26,192+32 ) ]
¿ 21,3085 mmHg

13
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

P v 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 22,9276−
[ (752−MERGEFIELD M_5 ¿ ,¿ ¿21,8705 )( MERGEFIELD M_2 ¿ ,¿¿ 26,5717−M
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 26,5717+3

¿ 21,8706 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
21,3085
¿ 0,622
752−21,3085
¿ 0,0181 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿ ¿ 21,8706 ¿ ¿ 21,8706 ¿


752−MERGEFIELD M_7 ¿ ,¿

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
R H 12,5= × 100 %
Ps
21,3085
¿ × 100 %
25,5026
¿ 85,5541 %
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿21,8706 ¿ ¿ 26,0836 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv

14
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

0,2871×(26,192+273)
¿
100,2584−32,9173
¿ 0,8817 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M_2 ¿ ,¿¿ 26,5717+273)
¿
100,2584−2,9158
¿ 0,8835m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8824
¿ 1,1341 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8835 ¿
0 MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿
¿ 1,1318 kg/m3

7. Kecepatan aliran udara (V ud )

V ud 12,5=
√ 2× P
ρ

¿
√ 2 ×52
1,13 18
¿ 9,5798 m/s

V ud 75=
√ 2× Pn
ρ
¿ √ 2× MERGEFIELD M_1 ¿ , ¿ ¿ 41 ¿ ¿
1,13181
¿ 8,5118 m/s

8. Debit Aliran Udara (Qud )

15
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

Qud 12,5=V ud × A
¿ 9,5761 ×0,105
¿ 1,0054 m3/s
Qud 75=V ud × A
¿ MERGEFIELD M_13 ¿ ,¿ ¿ 8,5127 × 0,105
¿ 0,89374 m3/s

9. Faktor Kalibrasi

V2
K 2 12,5=
V3
0,8826
¿ =1,0009
0,8817

V2
K 2 75=
V3

¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 0,8838 ¿ ¿ 0,8835¿=MERGEFIELD M 3 ¿


MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿
IV.2.1.4 Untuk Section IV
Data yang diperoleh :
Pembukan 12,5%:
- Tekanan terukur (P1) = 53 mmHg
- Temperatur bola basah (twb) = 24,1 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,2101 o
C

Pembukaan 75%

- Tekanan terukur (P1) = 43 mmHg


- Temperatur bola basah (twb) = 24,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,5589 o
C

16
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,0015
100,2584
¿ 22,5138 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M_4 ¿ , ¿ ¿ 3,0567
100,2584
¿ 22,9276 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v −
'
[ ( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 2 2,5138−
[ ( 752−2 2,5138 ) ( 26,2101−2 4,1 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 2 6,2101+32 ) ]
¿ 21,4865 mmHg

P v 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 22,9276−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 22,9276 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 21,8768 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
21 , 48 6 5
¿ 0,622
752−21 , 48 6 5
¿ 0,01829 kgv/kgda

17
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿ 21,8768 ¿ ¿ 2,9166 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0186 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
21 , 48 6 5
¿ × 100 %
25,5303
¿ 84,1607%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿21,8768 ¿ ¿ 26,064 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 9 ¿ ,¿
¿ 83,9349%

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv

0,2871×(26,2101+273)
¿
100,2584−2,8646
¿ 0,8820 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 26,5589+273)
¿ ¿ 2,9166 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,8835 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )

18
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8820
¿ 1,1337 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿ ¿
0,8835
¿ 1,1318 kg/m3
7. Kecepatan aliran udara (V ud )

V ud 12,5=
√ 2× Pn
ρ

¿
√ 2 ×53
1,1337
¿ 9,6692 m/s

V ud 75=
√ 2× Pn
ρ
¿ √ 2× MERGEFIELD M_1 ¿ , ¿ ¿ 43 , ¿ ¿
1,13181
¿ 8,7168m/s

8. Debit Aliran Udara (Qud )

Qud 12,5=V ud × A
¿ 9,6692 ×0,105
¿ 1,0152 m3/s
Qud 75=V ud × A
¿ MERGEFIELD M_13 ¿ ,¿ ¿ 8,7168 × 0,105
¿ 0,9152 m3/s

9. Faktor Kalibrasi

V3
K 3 12,5=
V4

19
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

0,8818
¿
0,8820
¿ 0,9997

V3
K 3 75=
V4

¿ 0 MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ , 8835 5 ¿ ¿ , 88352 ¿


0 MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M 3 ¿ ,¿ ¿ 1,0003

TABEL HASIL PERHITUNGAN


SECTION 1
Pv' Pv ω v ρ
N RH
(mmHg (kgv/kgda (m3/ (kg/ Vud Qud
O mmHg kPa (%)
) ) kg) m3)
1 22,9276 21,8731 2,9162 0,0186 83,8839 0,8835 1,1318 9,5858 1,0065
2 23,0655 22,0281 2,9368 0,0188 84,1557 0,8839 1,1313 9,4952 0,9970
3 23,0655 22,0055 2,9338 0,0188 83,8419 0,8840 1,1312 9,4023 0,9872
4 23,0655 22,0013 2,9333 0,0187 83,7839 0,8840 1,1312 9,4024 0,9872
5 23,2035 22,1726 2,9561 0,0189 84,2801 0,8843 1,1308 9,3095 0,9775
6 23,2035 22,1535 2,9536 0,0189 84,0159 0,8844 1,1307 9,2145 0,9675
7 23,2035 22,1427 2,9521 0,0189 83,8681 0,8845 1,1306 9,2147 0,9675
8 23,3414 22,3201 2,9758 0,0190 84,5398 0,8848 1,1302 9,1196 0,9576
SECTION 2

N Pv' Pv ω RH v ρ
Vud Qud K1
O (mmHg) MmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 22,9276 21,8820 2,917 0,0186 85,5109 0,8826 1,1330 9,6725 1,0156 1,0010
4
2 22,6517 21,6191 2,882 0,0184 84,1193 0,8825 1,1331 9,6719 1,0156 1,0016
3
3 22,7896 21,7623 2,901 0,0185 84,2282 0,8829 1,1326 9,3965 0,9866 1,0012
4
4 22,9276 21,8979 2,919 0,0187 84,2293 0,8834 1,1320 9,2091 0,9670 1,0007
5

20
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

5 22,9276 21,8601 2,914 0,0186 83,7022 0,8836 1,1317 8,8180 0,9259 1,0008
4
6 23,0655 22,0378 2,938 0,0188 84,2902 0,8839 1,1314 8,6166 0,9047 1,0006
1
7 23,3414 22,3214 2,975 0,0190 84,4630 0,8848 1,1303 8,3073 0,8723 0,9997
9
8 23,3414 22,3073 2,974 0,0190 84,2687 0,8848 1,1302 7,8701 0,8264 0,9999
1
SECTION 3

N Pv' Pv Ω RH v Ρ
Vud Qud K3
O (mmHg) MmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 22,3758 21,3085 2,840 0,0181 83,5541 0,8818 1,1341 9,5761 1,0055 1,0010
9
2 22,5138 21,4860 2,864 0,0183 84,1544 0,8820 1,1338 9,5776 1,0056 1,0006
6
3 22,5138 21,4517 2,860 0,0183 83,6676 0,8822 1,1335 9,2027 0,9663 1,0009
0
4 22,6517 21,5890 2,878 0,0184 83,6948 0,8827 1,1329 9,0113 0,9462 1,0009
3
5 22,7896 21,7368 2,898 0,0185 83,8704 0,8831 1,1324 8,8153 0,9256 1,0006
0
6 22,9276 21,8706 2,915 0,0186 83,8479 0,8835 1,1318 8,5118 0,8937 1,0004
8
7 23,2035 22,1746 2,956 0,0189 84,3078 0,8843 1,1308 7,8679 0,8261 1,0005
4
8 23,2035 22,1383 2,951 0,0189 83,8071 0,8845 1,1306 7,2850 0,7649 1,0004
5

SECTION 4

N Pv' Pv ω RH v Ρ
Vud Qud K2
O (mmHg) MmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 22,5138 21,4865 2,864 0,0183 84,1606 0,8820 1,1338 9,6692 1,0153 0,9997
6
2 22,5138 21,4727 2,862 0,0183 83,9642 0,8821 1,1337 9,4854 0,9960 0,9999
8
3 22,6517 21,6210 2,882 0,0184 84,1476 0,8825 1,1331 9,2043 0,9665 0,9996
6
4 22,7896 21,7719 2,902 0,0185 84,3645 0,8829 1,1326 9,0126 0,9463 0,9997
7
5 22,7896 21,7379 2,898 0,0185 83,8862 0,8831 1,1324 9,0134 0,9464 1,0000
2
6 22,9276 21,8768 2,916 0,0186 83,9349 0,8835 1,1318 8,7168 0,9153 1,0000
7

21
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

7 23,0655 22,0042 2,933 0,0187 83,8237 0,8840 1,1312 8,5141 0,8940 1,0003
6
8 23,2035 22,1521 2,953 0,0189 83,9970 0,8844 1,1306 8,1987 0,8609 1,0001
4
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

22
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

V. Pembahasan
V.1. Pembahasan Umum

Pengujian Kalibrasi adalah pengujian yang dilakukan untuk


melihat kondisi udara pada masing-masing section, yaitu section 1, section
2, section 3 dan section 4. Dimana praktikan melakukan pengambilan data
yan berupa nilai Temperatur Bola Basah(Twb) dan Temperatur Bola
Kering(Tdb) untuk ditinjau variasi nilainya seiring dengan meningkatnya
pembukaan katup.
Kalibrasi dapat diartikan sebagai proses verifikasi terkait akurasi
dari sebuah alat ukur yang digunakan dalam laboratorium. Hal ini penting,
guna memastikan bahwa hasil pengukuran yang dilakukan oleh satu
laboratorium telah setara dan sesuai dengan standar secara nasional
maupun internasional. Karena bagaimanapun, kesetaraan ini merupakan
pra-syarat agar hasil laboratorium dapat diakui dan diterima. Dari
pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa baik di dunia penelitian
maupun industri, kalibrasi merupakan hal penting guna mendukung sistem
mutu. Semua alat dan bahan ukur yang terdapat di laboratorium harus telah
melalui proses kalibrasi, karena hal tersebut akan menjadi tolak ukur
sekaligus berpengaruh terhadap kualitas mutu sebuah produk ataupun hasil
penelitian.
Pengertian kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk
hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem
pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai
yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam
kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk
menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang
mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran
dan/atau internasional.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat
ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan

23
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional


maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran. Sedangkan manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada
peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan
(penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh
alat ukur.
Pada kegiatan industri dan penelitian peranan kalibrasi merupakan
salah satu tolok ukur jaminan mutu suatu produk/penelitian, sehingga
semua alat ukut (instrumentasi) dan bahan ukur harus dilakukan kalibrasi
secara periodik, sesuai dengan persyaratan standar atau spesifikasi teknis
yang berlaku.
Tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar
yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional),
melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus. Kalibrasi diperlukan
untuk:
a. Perangkat baru
b. Suatu perangkat setiap waktu tertentu
c. Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
d. Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi
mengubah kalibrasi
e. Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan
keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya,
termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi
dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga
termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam

24
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

celcius pada titik-titik tertentu di skala. Di beberapa negara, termasuk


Indonesia, terdapat direktorat metrologi yang memiliki standar pengukuran
(dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai
acuan bagi perangkat yang dikalibrasi. Direktorat metrologi juga
mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara (dan, seringkali, negara
lain) dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat
tinggi/internasional dengan perangkat yang digunakan. Hasil kalibrasi
harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan
tingkat kepercayaan yang dievaluasi dengan seksama dengan analisa
ketidakpastian. Tujuan Kalibrasi:
1. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional
penunjukan suatu instrument ukur.
2. Menjamin hasil – hasil pengukuran sesuai dengan standar – standar
nasional maupun internasional.
3. Untuk mencapai ketertelusuran pengukuran melalui rangkaian
perbandingan tak terputus – putus.
4. Menentukan apakah peralatan masih layak digunakan sesuai
dengan fungsinya. Deteksi, korelasi, melaporkan dan
mengeliminasi setiap variasi keakuratan alat uji.
Ketentuan – Ketentuan Pokok Kalibrasi:
a) Sifat Umum Alat Ukur Alat ukur merupakan alat yang dibuat
manusia sehingga ketidaksempurnaan adalah ciri utama.
Ketidaksempurnaan dapat diketahui melalui istilah rantai kalibrasi.
b) Kepekaan (Sensitivity) Kemampuan alat ukur menerima,
mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke
bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran).
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,
sesuai denagn prinsip kerja yang diterapkan.
c) Histerisis (Histerysis) Perbedaan atau penyimpangan yang timbul
sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua
arah yang berlawanan (mulai dariskala nolsampaiskala maksimum

25
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

kemudian diulangi dariskala maksimum sampai skala nol).


Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah
alat ukur.
Dalam proses pengukuran paling tidak ada tiga faktor yang terlibat
yaitu alat ukur, benda ukur dan orang yang melakukan pengukuran. Hasil
pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut karena
keterbatasan dari bermacam faktor. Yang diperoleh dari pengukuran
adanya hasil yang dianggap paling mendekati dengan harga geometris
objek ukur. Meskipun hasil pengukuran itu merupakan hasil yang
dianggap benar, masih juga terjadi penyimpangan hasil pengukuran. Masih
ada faktor-faktor lain lagi yang juga sering menimbulkan penyimpangan
pengukuran yaitu lingkungan. Lingkungan yang kurang tepat akan
mengganggu jalannya proses pengukuran. Unsur-unsur Kalibrasi:
1) Ketelitian (presisi) Ketelitian adalah kesesuaian diantara
beberapa data pengukuran yang sama yang dilakukan secara berulang.
Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil suatu pengukuran dapat dilihat
dari harga deviasi hasil pengukuran. 2) Ketepatan (akurasi) Ketetapan
adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka
atau data yang sebenarnya (true value/correct result)
3) Kecermatan Kecermatan adalah kedekatan hasil uji antara hasil
yang diperoleh dengan nilai yang sebenarnya (true value) atau dengan nilai
referensinya.
Berdasarkan pemaparan mengenai kalibrasi di atas, bahwasanya
kalibrasi merupakan kegiatan yang memiliki berbagai manfaat sebagai
penguji ketepatan alat ukur serta untuk menjaga kualitas produk atau
bahan baku. Dengan proses tersebut dapat dipastikan bahwa pengukuran
akan lebih akurat sehingga operasi dapat berjalan dengan aman dan
efisien.

26
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

PK vs Pv'
23.6000
23.4000
23.2000
23.0000
22.8000
Pv' (mmHg)

22.6000
22.4000
22.2000
22.0000
21.8000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada section 1 pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun
adalah 22,9276 mmHg, 23,0655 mmHg, mmHg 23,0655 mmHg,
23,0655 mmHg, 23,2035 mmHg, 23,2035 mmHg, 23,2035 mmHg,
dan 23,3414 mmHg. Pada section 2 dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun adalah
22,9276 mmHg, 22,6517 mmHg, 22,7896 mmHg 22,9276 mmHg,
22,9276 mmHg, 23,0655 mmHg, 23,3414 mmHg, dan 23,3414
mmHg. Pada section 3 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4,
5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun adalah 22,3758 mmHg,

27
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

22,5138 mmHg, 22,5138 mmHg, 22,6517 mmHg, 22,7896 mmHg,


22,9276 mmHg, 23,2035 mmHg, dan 23,2035 mmHg. Pada section
4 dapat dilihat pada katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8, nilai Pv’ secara
beruntun adalah 22,5138 mmHg, 22,5138 mmHg, 22,6517 mmHg,
22,7896 mmHg, 22,7896 mmHg, 22,9276 mmHg, 23,0655 mmHg,
dan 23,2035 mmHg.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv’ meningkat seiring


dengan meningkat pembukaan, kecuali section 3 yang dimana pada
pembukaan 2 mengalami penurunan drastis dari pembukaan 1
sebelum akhirnya meningkat secara signifikan kembali yang
mungkin disebabkan pada saat kesalahan pengambilan data. Akan
tetapi dapat kita lihat bahwa hubungan antara PK dan Pv’ adalah
berbanding lurus.

b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
22.4000

22.2000

22.0000

21.8000
Pv (mmHg)

21.6000

21.4000

21.2000

21.0000

20.8000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada section 1 pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun

28
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

adalah 21,8731 mmHg, 22,0281 mmHg, 22,0055 mmHg, 22,0013


mmHg, 22,1726 mmHg, 22,1535 mmHg, 22,1427 mmHg, 22,3201
mmHg. Pada section 2 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4,
5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 21,8820 mmHg, 21,6191
mmHg, 21,7623 mmHg, 21,8979 mmHg, 21,8601 mmHg, 22,0378
mmHg, 22,3214 mmHg, 22,3073 mmHg. Pada section 3 dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara
beruntun 21,3085 mmHg, 21,4860 mmHg, 21,4517 mmHg, 21,5890
mmHg, 21,7368 mmHg, 21,8706 mmHg, 22,1746 mmHg, 22,1383
mmHg. Pada section 4 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4,
5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 21,4865 mmHg, 21,4727
mmHg, 21,6210 mmHg, 21,7719 mmHg, 21,7379 mmHg, 21,8768
mmHg, 22,0042 mmHg, 22,1521 mmHg.

Dapat dilihat pada grafik nilai dati Pv mingkat secara


signifikan seiring dengan meinigkatnya pembukaan katup. Terkecuali
pada section 2 pada pembukaan yang dimana nilai Pv menurun drastis
dari pembukaan 1 ke 2 yang dimana hal ini masiih berhubungan
dengan nilai Pv’ yang tadi dimana nilai Pv dipengaruhi oleh nilai Pv’.
Maka Hubungan antara pembukaan katup dengan dengan tekanan uap
air parsial ialah berbanding lurus.

c. Pembukaan Katup vs ω

29
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

PK vs ω
0.0192

0.0190

0.0188

0.0186

0.0184
ω

0.0182

0.0180

0.0178

0.0176
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada section 1 pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai ω secara 0,0186
kgv/kgda, 0,0188 kgv/kgda, 0,0188 kgv/kgda, 0,0187 kgv/kgda,
0,0189 kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda, 0,0190
kgv/kgda. Pada section 2 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3,
4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara beruntun adalah 0,0186 kgv/kgda,
0,0184 kgv/kgda, 0,0185 kgv/kgda, 0,0187 kgv/kgda, 0,0186
kgv/kgda, 0,0188 kgv/kgda, 0,0190 kgv/kgda, 0,0190 kgv/kgda.
Pada section 3 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7
dan 8 nilai ω secara beruntun 0,0181 kgv/kgda, 0,0183 kgv/kgda,
0,0183 kgv/kgda, 0,0184 kgv/kgda, 0,0185 kgv/kgda, 0,0186
kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda. Pada section 4 dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara
beruntun adalah 0,0183 kgv/kgda, 0,0183 kgv/kgda, 0,0184

30
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

kgv/kgda, 0,0185 kgv/kgda, 0,0185 kgv/kgda, 0,0186 kgv/kgda,


0,0187 kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda.

Dapat dilihat pada grafik bahwa nilai Rasio Kelembapan


mengalami peningkatan sseiring dengan meningkatnya pembukaan
katup. Walaupun pada tiap section mengalami beberapa penurunan
yang dimana nilai Rasio Kelembaman ini dipengaruhi oleh nilai Pv.
Maka, Hubungan dari Pembukaan Katup dan Rasio Kelembapan ini
dapat dikatakan berbanding lurus

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
86.0000

85.5000

85.0000

84.5000
RH

84.0000

83.5000

83.0000

82.5000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

31
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada section 1 pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 83,8839 %, 84,1557 %, 83,8419 %, 83,7839 %, 84,2801 %,
84,0159 %, 83,8681 %, 84,5398 %. Pada section 2 dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 85,5109 %, 84,1193 %, 84,2282 %, 84,2293 %, 83,7022 %,
84,2902 %, 84,4630%, 84,2687 %. Pada section 3 dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 83,5541 %, 84,1544 %, 83,6676 %, 83,6948 %, 83,8704%,
83,8479 %, 84,3078 %, 83,8071 %. Pada section 4 dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 84,1606%, 83,9642%, 84,1476%, 84,3645%, 83,8862%,
83,9349%, 83,8237%, 83,9970%.

Dapat Kita lihat dari grafik pembukaan katup terhadap


kelembapan relatif . Nilai RH ini tidak dapat kita lihat jelas
hubungannya dengan Pembukaan katup. Ini dikarenakan nilai RH
sendiri merupakan perbandingan dari Nilai Pv dan Nilai Ps yang
dimana tentu saja nilai dari RH ini akan bervariasi besar kecilnya
tergantung dari bagaimana variasi nilai dari Pv dan Ps yang
didapatkan dari percobaan ini. Maka untuk hubungan dari RH dan
Pembukaan Katup ini tidak dapat kita tentukan secara langsung akan
tetapi harus melalui perbandingan nilai Pv dan Ps ini sendiri.

e. Pembukaan Katup vs v

32
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

PK vs v
0.8855
0.8850
0.8845
0.8840
0.8835
0.8830
0.8825
v

0.8820
0.8815
0.8810
0.8805
0.8800
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada section 1 pada pembukaan


katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,8835
m3/kg, 0,8839 m3/kg, 0,8840 m3/kg, 0,8840 m3/kg, 0,8843 m3/kg,
0,8844 m3/kg, 0,8845 m3/kg, 0,8848 m3/kg. Pada section 2 dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara
beruntun adalah 0,8826 m3/kg, 0,8825 m3/kg, 0,8829 m3/kg, 0,8834
m3/kg, 0,8836 m3/kg, 0,8839 m3/kg, 0,8848 m3/kg, 0,8848 m3/kg.
Pada section 3 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7
dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,8818 m3/kg, 0,8820 m3/kg,
0,8822 m3/kg, 0,8827 m3/kg, 0,8831 m3/kg, 0,8835 m3/kg, 0,8843
m3/kg, 0,8845 m3/kg. Pada section 4 dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v’ secara beruntun adalah 0,8820
m3/kg, 0,8821 m3/kg, 0,8825 m3/kg, 0,8829 m3/kg, 0,8831 m3/kg,
0,8835 m3/kg, 0,8840 m3/kg, 0,8844 m3/kg.

Pada Grafik Pembukaan Katup Terhadap Volume Spesifik dapat


dilihat nilai Volume Spesifik meningkat seiring dengan meningkatnya

33
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

atau bertambahya pembukaan katup. Maka hubungan antara


Pembukaan Katup dan Volume Spesifik sendiri dapat dikatakan
berbanding lurus.

f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs rho
1.131

1.13

1.129

1.128 Section 1
rho (kg/m3)

Section 2
1.127 Section 3
Section 4
1.126

1.125

1.124
12.5 25 37.5 50 62.5 75 87.5 100
PK (%)

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada section 1 pada pembukaan


katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 1,1318
kg/m3, 1,1313 kg/m3, 1,1312 kg/m3, 1,1312 kg/m3, 1,1308 kg/m3,
1,1307 kg/m3, 1,1306 kg/m3, 1,1302 kg/m3. Pada section 2 dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara
beruntun 1,1330 kg/m3, 1,1331 kg/m3, 1,1326 kg/m3, 1,1320 kg/m3,
1,1317 kg/m3, 1,1314 kg/m3, 1,1303 kg/m3, 1,1302 kg/m3. Pada
section 3 dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai ρ secara beruntun adalah 1,1341 kg/m3, 1,1338 kg/m3, 1,1335
kg/m3, 1,1329 kg/m3, 1,1324 kg/m3, 1,1318 kg/m3, 1,1308 kg/m3,
1,1306 kg/m3. Pada section 4 dapat dilihat pada pembukaan katup 1,
2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 1,1338 kg/m3,

34
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

1,1337 kg/m3, 1,1331 kg/m3, 1,1326 kg/m3, 1,1324 kg/m3, 1,1318


kg/m3, 1,1312 kg/m3, 1,1306 kg/m3.

Pada grafik pembukaan katup terhadap massa jenis ini


dapat dilihat seiring dengan meningkatnya pembukaan katup, nilai
dari massa jenis semakin menurun hal ini dikarenakan nilai dari massa
jenis dipengaruhi oleh nilai volume spesifik. Yang massa jenis sendiri
adalah hasil dari nilai satu dibagi dengan volume spesifik. Maka
hubungan dari massa jenis dan Pembukaan katup dapat dikatakn
berbanding terbalik.

g. Pembukaan Katup vs Vud

PK vs Vud
10.0000

9.5000

9.0000
Vud(m/s)

8.5000

8.0000

7.5000

7.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kecepatan


Aliran Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada section 1 pada pembukaan


katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun adalah 9,5858
m/s, 9,4952 kg/m3, 9,4023 m/s, 9,4024 m/s, 9,3095 m/s, 9,2145 m/s,
9,2147 m/s, 9,1196 m/s. Pada section 2 dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun 9,6725 m/s,
9,6719 m/s, 9,3965 m/s, 9,2091 m/s, 8,8180 m/s, 8,6166 m/s, 8,3073

35
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

m/s, 7,8701 m/s. Pada section 3 dapat dilihat pada pembukaan katup
1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun adalah 9,5761 m/s,
9,5776 m/s, 9,2027 m/s, 9,0113 m/s, 8,8153 m/s, 8,5118 m/s, 7,8679
m/s, 7,2850 m/s. Pada section 4 dapat dilihat pada pembukaan katup
1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun adalah 9,6692 m/s,
9,4854 m/s, 9,2043 m/s, 9,0126 m/s, 9,0134 m/s, 8,7168 m/s, 8,5141
m/s, 8,1987 m/s

Dapat dilihat dari grafik Pembukaan Katup Kecepatan


Aliran udara nilai dari Kecepatan Aliran Udara Semakin Menurun
seiring dengan meningkatnya pembukaan katup. Hal ini dapat dilihat
yang dimana Kecepatan Aliran udara dipengaruhi Oleh nilai Pn secara
berbanding lurus yang dimana nilai Pn ini semakin kecil seiring
dengan bertambahnya pembukaan katup. Maka hubungan Antara
kecepatan udara dengan pembukaan katup dapat dikatakan
Berbanding Terbalik.

h. Pembukaan Katup vs Qud

36
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

PK vs Qud
1.0500

1.0000

0.9500

0.9000
Qud

0.8500

0.8000

0.7500

0.7000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Section 1 Section 2 Section 3 Section 4

Grafik 5.8 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Debit Aliran
Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada section 1 pada pembukaan


katup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun adalah 1,0065
m3/s, 0,9970 m3/s, 0,9872 m3/s, 0,9872 m3/s, 0,9775 m3/s, 0,9675
m3/s, 0,9675 m3/s, 0,9576 m3/s. Pada section 2 dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara beruntun
1,0156 m3/s, 1,0156 m3/s, 0,9866 m3/s, 0,9670 m3/s, 0,9259 m3/s,
0,9047 m3/s, 0,8723 m3/s, 0,8264 m3/s. Pada section 3 dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara
beruntun adalah 1,0055 m3/s, 1,0056 m3/s, 0,9663 m3/s, 0,9462 m3/s,
0,9256 m3/s, 0,8937 m3/s, 0,8261 m3/s, 0,7649. Pada section 4 dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Vud secara
beruntun adalah 1,0153 m3/s, 0,9960 m3/s, 0,9665 m3/s, 0,9463 m3/s,
0,9464 m3/s, 0,9153 m3/s, 0,8940 m3/s, 0,8609 m3/s.
Dapat dilihat dari grafik Pembukaan Katup vs Debit
Aliran udara nilai dari Debit Aliran Udara Semakin Menurun seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Hal ini dapat dilihat dari
rumus yang dimana Debit Aliran udara dipengaruhi Oleh nilai

37
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

Kecepatan Aliran secara berbanding lurus yang dimana nilai Vud


sendiri berbanding secara terbalik terhadap pembukaan katup. Maka
hubungan Antara kecepatan udara dengan pembukaan katup dapat
dikatakan Berbanding Terbalik

38
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Kalibrasi

VI. Kesimpulan

1. Tekanan uap jenuh meningkat seiring dengan meningkatnya pembukaan


katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan katup saling
berbanding lurus.
2. Tekanan uap air parsial meningkat seiring dengan meningkatnya
pembukaan katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
3. Rasio kelembapan meningkat seiring dengan meningkatnya pembukaan
katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan katup saling
berbanding lurus.
4. Nilai Kelembaman Relatif mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang
pembukaan katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps
5. Volume spesifik meningkat seiring dengan meningkatnya pembukaan
katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan katup saling
berbanding lurus
6. Massa Jenis Udara menurun seiring dengan meningkatnya pembukaan
katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan katup saling
berbanding terbalik
7. Kecepatan Aliran Udara menurun seiring dengan meningkatnya
pembukaan katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik
8. Debit Aliran Udara menurun seiring dengan meningkatnya pembukaan
katup. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan katup saling
berbanding terbalik

39
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

I. Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui karakteristik udara dalam kondisi pemanasan udara
atmosfir
2. Untuk mengetahui pengaruh pembukaan katup terhadap karakteristik
udara dalam kondisi pemanasan udara atmosfir

40
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv = Pv’−
[ (P−P v ' )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
2800−1,3(1,8 t db +32) ] (mmHg)

Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
υ= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
υ

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

41
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

Perhitungan Karakteristik Pemanasan


1. Laju aliran massa udara (m)
ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (h4 – h3) (kW)
Di mana :
h3 = Entalphi sebelum heater
h4 = Entalphi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)


Qudara
E= (%)
Qheater
Di mana :
Qheater = 0,5 kW dan 1 kW

42
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

IV. Analisis Data


IV. 1. Tabel Data Pengamatan
Watt Kondisi Ruangan Sebelum Pemanas Setelah Heater
NO PK
Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 500 24,6 26,7474 24,6 26,7474 24,9 27,0663
2 2 500 24,6 26,7675 24,6 26,7675 26,2 28,3174
3 3 500 24,6 26,7709 24,6 26,7709 26,7 28,8643
4 4 500 24,7 26,8182 24,7 26,8182 26,9 29,0175
5 5 500 24,7 26,8798 24,7 26,8798 26,9 29,0424
6 6 500 24,8 26,9481 24,8 26,9481 26,9 29,0173
7 7 500 24,9 26,9477 24,9 26,9477 26,9 29,0163
8 8 500 24,8 26,9863 24,8 26,9863 26,9 29,0463

Ket:
PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

43
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

IV.2.2 Analisa Data dan Contoh Perhitungan Pemanasan Atmosfir


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 25% dan 12,5%, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg

- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.2.2.1. Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 24,6 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,7474 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 24,8 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,9481 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,09354
100,2584
¿ 23,2035 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,1303
100,2584
¿ 23,4793 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 23,2035−
[ ( 752−23,3025 )( 26,7474−24,6 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.26,7474 +32 ) ]
44
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

¿ 22,1585 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 23,4793−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 23,4793 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 22,4342 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
22,1585
¿ 0,622
752−22,1585
¿ 0,0188 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 22,4342 ¿ ¿ 22,4342¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0191 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
R H 12,5= × 100 %
Ps
22,1585
¿ × 100 %
26,3524
¿ 84,0852%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿22,4342 ¿ ¿ 26,6595 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,1509%
5. Volume spesifik udara (v)

45
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(26,7474+ 273)
¿
100,2584−2,95422
¿ 0,8411 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 3 26,9481+273)


¿ ¿ 2,991 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8850 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8411
¿ 1,1310 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 885¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1299 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×26,7474+ 0,0188× ( 2500+1,88 ×26,7474 )
¿ 75,0416 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 26,9481+0 MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ , 0191× ( 2500+1,88


¿ 75,8683 kJ/kg
IV.2.2.2. Kondisi Sebelum Heater
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:

46
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

- Temperatur bola basah (twb) = 24,6 o


C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,7474 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 24,8 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,9481 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,09354
100,2584
¿ 23,2035 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,1303
100,2584
¿ 23,4793 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 23,2035−
[ ( 752−23,3025 )( 26,7474−24,6 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.26,7474 +32 ) ]
¿ 22,1585 mmHg

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 23,4793−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 23,4793 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 22,4342 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)

47
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
22,1585
¿ 0,622
752−22,1585
¿ 0,0188 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 22,4342 ¿ ¿ 22,4342¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0191 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
R H 12,5= × 100 %
Ps
22,1585
¿ × 100 %
26,3524
¿ 84,0852%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿22,4342 ¿ ¿ 26,6595 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,1509%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(26,7474+ 273)
¿
100,2584−2,95422
¿ 0,8411 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 3 26,9481+273)


¿ ¿ 2,991 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿

48
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

¿ 0,8850 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8411
¿ 1,1310 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8850¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1299 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×26,7474+ 0,0188× ( 2500+1,88 ×26,7474 )
¿ 75,0416 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 26,9481+0 MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ , 0191× ( 2500+1,88


¿ 75,8683 kJ/kg
IV.2.2.3. Kondisi Setelah Heater
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
o
- Temperatur bola basah (twb) = 24,9 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,0663 C
Pembukaan 75%:
o
- Temperatur bola basah (twb) = 26,9 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 29,0173 C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

49
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,1487
100,2584
¿ 23,6137 mmHg
752
Pv ' =P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,5445
100,2584
¿ 26,5859 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 2 3 ,6137−
[ ( 752−2 3 , 6137 ) (27,0663−24,9 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 27,0663+32 ) ]
¿ 22,5634 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 26,5859−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 26,5859 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 25,5584 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
2 2,5634
¿ 0,622
752−22,5634
¿ 0,0192 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 25,5584 ¿ ¿ 25,5584 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿

50
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

¿ 0,0219 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
R H 12,5= × 100 %
Ps
22,5634
¿ × 100 %
26,8458
¿ 84,0483%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿25,5584 ¿ ¿ 30,0746 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿
¿ 84,9834%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,0663+273)
¿
100,2584−3,0082
¿ 0,8854 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 29,0172+ 273)
¿ ¿3,4075 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8950 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8854
¿ 1,1292 kg/m3
1
ρ 75=
v

51
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

1
¿ ¿ 0,895¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1174 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×27,0663+0,0192 × ( 2500+1,88 ×27,0663 )
¿ 76,2809 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 29,0172+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,0219× ( 2500+1,88


¿ 85,0657 kJ/kg

IV.2.2.4. Perhitungan Karakteristik Udara


1. Laju aliran massa udara (ma)
Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv12,5 =
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,00048
¿
2
¿ 1,01092 m3/s
ma 12,5=Qv × ρ

¿ 1,0109 ×1,13017
¿ 1,14251 kg/s
Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

ma 75=Qv × ρ
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 1,1236
¿ 1,0165

52
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ
1
¿ 1 ,14251 × × 60
1,13017
¿ 60,6551 m3/s
1
cmm 75=ma × ×60
ρ

1
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239× ¿ 1,1126 ¿ ×60
MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)
Qud 12,5=ma×(h 4−h3 )
¿ 1 ,14511 ×
( MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ 76,2809−MERGEFIELD M 11 ¿ ,¿ ¿75,0416)
¿ 1,4159
Qud 75=ma ×(h 4−h3 )
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239×(MERGEFIELD M 11 ¿ ,¿ ¿ 85,0657−75,8683)
¿ 9,3499
4. Efektifitas Heater (E)
Q udara
E12,5 =
Qheater
1,4159
¿
0,5
¿ 2,8318 %
Q udara
E75 =
Q heater

¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿ 9,3499 ¿ ¿ 0,5¿


MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿ ¿ 18,6999

53
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

IV.3 Tabel Hasil Perhitungan


1) KONDISI RUANGAN

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 23,2035 22,1585 2,9542 0,0189 84,0852 0,8841 1,1311 75,0416
2 23,2035 22,1487 2,9529 0,0189 83,9500 0,8842 1,1310 75,0406
3 23,2035 22,1470 2,9527 0,0189 83,9272 0,8842 1,1310 75,0404
4 23,3414 22,3108 2,9745 0,0190 84,3164 0,8845 1,1306 75,4564
5 23,3414 22,2807 2,9705 0,0190 83,9040 0,8846 1,1304 75,4532
6 23,4793 22,4342 2,9910 0,0191 84,1509 0,8850 1,1299 75,8683
7 23,6173 22,6212 3,0159 0,0193 84,8542 0,8853 1,1296 76,2871
8 23,4793 22,4156 2,9885 0,0191 83,8971 0,8851 1,1298 75,8663

2) SEBELUM PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO 3 (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m /kg) (kg/m3)
1 23,2035 22,1585 2,9542 0,0189 84,0852 0,8841 1,1311 75,0416

54
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

2 23,2035 22,1487 2,9529 0,0189 83,9500 0,8842 1,1310 75,0406


3 23,2035 22,1470 2,9527 0,0189 83,9272 0,8842 1,1310 75,0404
4 23,3414 22,3108 2,9745 0,0190 84,3164 0,8845 1,1306 75,4564
5 23,3414 22,2807 2,9705 0,0190 83,9040 0,8846 1,1304 75,4532
6 23,4793 22,4342 2,9910 0,0191 84,1509 0,8850 1,1299 75,8683
7 23,6173 22,6212 3,0159 0,0193 84,8542 0,8853 1,1296 76,2871
8 23,4793 22,4156 2,9885 0,0191 83,8971 0,8851 1,1298 75,8663

3) SETELAH PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 23,6173 22,5634 3,0082 0,0192 84,0483 0,8855 1,1293 76,2809
2 25,5149 24,4864 3,2646 0,0209 84,7641 0,8916 1,1216 81,9110
3 26,2799 25,2292 3,3636 0,0216 84,6224 0,8941 1,1184 84,1609
4 26,5859 25,5583 3,4075 0,0219 84,9821 0,8950 1,1174 85,0657
5 26,5859 25,5462 3,4059 0,0219 84,8167 0,8950 1,1173 85,0644
6 26,5859 25,5584 3,4075 0,0219 84,9834 0,8950 1,1174 85,0657
7 26,5859 25,5589 3,4076 0,0219 84,9900 0,8950 1,1174 85,0658
8 26,5859 25,5443 3,4056 0,0219 84,7908 0,8950 1,1173 85,0641

4) KARAKTERISTIK PEMANASAN
N ma Cmm Qv E
o
1 1,1425 60,6551 1,4159 2,8319
2 1,1275 60,0655 7,7467 15,4934

55
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

3 1,0873 58,0030 9,9165 19,8330


4 10,224
1,0640 56,7981 20,4483
2
5 10,113
1,0523 56,1799 20,2273
6
6 1,0166 54,2841 9,3500 18,6999
7 0,9667 51,6274 8,4865 16,9729
8 0,9136 48,7868 8,4027 16,8054

Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

56
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

VI. Pembahasan
V.1. Pembahasan Umum
Pengujian Pemanasan Udara Atmosfer merupakan salah satu jenis
percobaan yang di praktikkan di Laboratorium Mesin Pendingin dan
Pemanas. Pada pengujian ini praktikan melakukan percobaan
menggunakan alat uji dengan menggunakan Udara Kering sebagai objek
uji coba dengan peningkatan pembukaan katup untuk mendapatkan data
percobaan berupa nilai-nilai dari Temperatur Bola Basah(Twb) dan
Temperatur Bola (Tdb) dari tiap pembukaan dan tiap Kondisi Ruangan,
Sebelum Heater dan Setelah Heater seiring dengan dilakukannya
peningkatan pada pembukaan katup.
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai
karakteristik pendinginan yaitu nilai Ql, Qs, Qth dan SHF pada tiap
pembukaan katup terhadap udara atmosfer. Proses perubahan air menjadi
uap air di sebut penguapan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul
air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-
gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air
diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik
bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik,
maka laju penguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di
atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air.
Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses
sebagai berikut:
1) Proses absorbsi adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya
sinar gama, sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi
matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi
dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan
partikel-partikel lain di atmosfer.

57
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

3) Proses difusi Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang


pendek biru dan lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini
menyebabkan langit berwarna biru.
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian
bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan
udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal
(mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur
dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan
kembali ke atmosfer.
Perpindahan dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Beberapa jenis
perpindahan panas tersebut telah berulang kali dibahas dan dipelajari pada
mata kuliah maupun pelajaran sekolah lalu. Adapun jenis-jenis
perpindahan panas:
a. Konduksi
Konduksi adalah proses perpinahan panas dimana panas mengalir
dari daerah bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam
suatu medium (padat, cair, dan gas), atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung. Dalam aliran panas
konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul secara
langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Semakin
cepat molekul-molekul bergerak, semakin tinggi suhu maupun energi
dalam elemen zat tersebut.
b. Konveksi
Konveksi adalah proses transfer energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpangan energi, dan gerakan mencampur. Konveksi
sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan
benda padat dan cairan atau gas. Perpindahan energi dengan cara konveksi

58
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

dari suatu permukaan yang suhunya di atas suhu fluida sekitarnya


berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan
cara konduksi dari permukaan ke partikel- partikel fluida yang berbatasan
Energi yang berpindah dengan cara yang demikian akan menaikkan suhu
dan energi dalam partikel-partikel fluida itu. Kemudian partikel-partikel
fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah di
dalam fluida sehingga memindahkan sebagian energinya kepada partikel-
partikel fluida lainnya. Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan atas
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection)
menurut caramenggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur
berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang
disebabkan oleh gradien suhu, maka kita berbicara tentang konveksi bebas
atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu
alat dari luar, seperti pompa atau kipas, maka prosesnya disebut sebagai
konveksi paksa.
c. Radiasi
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah bila benda-benda itu
terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda-
benda tersebut. Istilah radiasi pada umumnya digunakan untuk segala jenis
hal ikhwal gelombang elektromagnetik, tetapi di dalam ilmu perpindahan
panas kita hanya perlu memperhatikan hal ikhwal yang yang diakibatkan
oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang
tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang berpindah dengan cara ini
dinamakan panas radiasi. Semua benda memancarkan panas radiasi secara
terus menerus.

59
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

PK vs Pv'
27.0000

26.0000

25.0000
Pv' (mmHg)

24.0000

23.0000

22.0000

21.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat Pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai
Pv’ secara beruntun adalah 23,2035 mmHg, 23,2035 mmHg, 23,2035
mmHg, 23,3414 mmHg, 23,3414 mmHg, 23,4793 mmHg, 23,6173
mmHg, 23,4793 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun
adalah 23,6173 mmHg, 25,5149 mmHg, 26,2799 mmHg, 26,5859
mmHg, 26,5859 mmHg, 26,5859 mmHg, 26,5859 mmHg, 26,5859
mmHg.
Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv’ meningkat seiring
dengan meningkat pembukaan,. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

60
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

hubungan pembukaan katup dengan nilai tekanan uap jenuh ialah


berbanding lurus.

b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
26.0000

25.5000

25.0000

24.5000
Pv (mmHg)

24.0000

23.5000

23.0000

22.5000

22.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 22,1585 mmHg, 22,1487 mmHg, 22,1470
mmHg, 22,3108 mmHg, 22,2807 mmHg, 22,4342 mmHg, 22,6212
mmHg, 22,4156 mmHg. Pada kondisi setelah heater dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 22,5634 mmHg, 24,4864 mmHg, 25,2292 mmHg, 25,5583
mmHg, 25,5462 mmHg, 25,5584 mmHg, 25,5589 mmHg, 25,5443
mmHg.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv meningkat seiring


dengan meningkatnya pembukaan, dapat dilihat pada kurva kondisi

61
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

ruangan dan sebelum heater, terjadi peningkatan Pv walapun tidak


drastis. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv
meningkat drastis pada pembukaan 1 ke 2, dan 2 ke 3 sebelum
akhirnya agak lurus. Hal ini disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi
oleh nilai Pv’ secara berbanding lurus. Maka dari Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hubungan pembukaan katup dengan nilai tekanan
uap parsial ialah berbanding lurus.

c. Pembukaan Katup vs ω

PK vs ω
0.0230

0.0220

0.0210

0.0200

0.0190
ω

0.0180

0.0170

0.0160

0.0150
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 0,0189 kgv/kgda, 0,0189 kgv/kgda, 0,0189
kgv/kgda, 0,0190 kgv/kgda, 0,0190 kgv/kgda, 0,0191 kgv/kgda,
0,0193 kgv/kgda, 0,0191 kgv/kgda. Pada kondisi setelah Heater dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara
beruntun 0,0192 kgv/kgda, 0,0209 kgv/kgda, 0,0216 kgv/kgda, 0,0219

62
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

kgv/kgda, 0,0219 kgv/kgda, 0,0219 kgv/kgda, 0,0219 kgv/kgda,


0,0219 kgv/kgda.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai ω meningkat seiring


dengan meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi
Ruangan dan Sebelum Heater, terjadi peningkatan ω walapun tidak
drastis. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai ω
Meningkat drastis pada pembukaan 1 ke 2, dan 2 ke 3 sebelum
akhirnya agak lurus. Hal ini disebabkan nilai ω yang dipengaruhi oleh
nilai Pv secara berbanding lurus. Maka dari Hal ini dapat disimpulkan
bahwa hubungan pembukaan katup dengan nilai tekanan uap parsial
ialah berbanding lurus.

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
85.2000
85.0000
84.8000
84.6000
84.4000
84.2000
RH

84.0000
83.8000
83.6000
83.4000
83.2000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Graf5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai
RH secara beruntun adalah 84,0852%, 83,9500%, 83,9272%,
84,3164%, 83,9040%, 84,1509%, 84,8542%, 83,8971%. Pada kondisi

63
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7


dan 8 nilai RH secara beruntun 84,0483%, 84,7641%, 84,6224%,
84,9821%, 84,8167%, 84,9834%, 84,9900%, 84,7908%.

Dari Grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif apakan
naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan katup. Hal
ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi setelah heater dapat dilihat bahwa terjadi
sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum heater
kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang dimana
Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat dibandingkan
dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif yang
didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps.

e. Pembukaan Katup vs v

PK vs v
0.8960
0.8940
0.8920
0.8900
0.8880
0.8860
v

0.8840
0.8820
0.8800
0.8780
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v

64
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

secara beruntun adalah 0,8841 m3/kg, 0,8842 m3/kg, 0,8842 m3/kg,


0,8845 m3/kg, 0,8846 m3/kg, 0,8850 m3/kg, 0,8853 m3/kg, 0,8851
m3/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,8855
m3/kg, 0,8916 m3/kg, 0,8941 m3/kg, 0,8950 m3/kg, 0,8950 m3/kg,
0,8950 m3/kg, 0,8950 m3/kg, 0,8950.

Dari grafik pembukaan katup vs volume spesifik ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai volume spesifik
meningkat seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai volume
spesifik sendiri dipengaruhi oleh nilai tekanan parsial uap air dan
nilai dari temperatur suhu bola kering. Maka dapat dikatakan bahwa
hubungan antara volume spesifik dengan pembukaan katup ialah
berbanding lurus.

f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs ρ
1.1350

1.1300

1.1250
ρ

1.1200

1.1150

1.1100
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

65
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 1,1311 kg/m3, 1,1310 kg/m3, 1,1310 kg/m3,
1,1306 kg/m3, 1,1304 kg/m3, 1,1299 kg/m3, 1,1296 kg/m3, 1,1298
kg/m3. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 1,1293
kg/m3, 1,1216 kg/m3, 1,1184 kg/m3, 1,1174 kg/m3, 1,1173 kg/m3,
1,1174 kg/m3, 1,1174 kg/m3, 1,1173 kg/m3.

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai massa jenis udara
meningkat seiring dengan menurun nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai dari massa
jenis sendiri dipengaruhi oleh nilai volume spesifik secara berbanding
terbalik. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa hubungan antara massa
jenis udara dengan Pembukaan katup ialah berbanding terbalik..

g. Pembukaan Katup vs h

PK vs h
86.0000

84.0000

82.0000

80.0000

78.0000
h

76.0000

74.0000

72.0000

70.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

66
0
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 75,0416 kJ/kg, 75,0406 kJ/kg, 75,0404 kJ/kg,
75,4564 kJ/kg, 75,4532 kJ/kg, 75,8683 kJ/kg, 76,2871 kJ/kg, 75,8663
kJ/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 76,2809
kJ/kg, 81,9110 kJ/kg, 84,1609 kJ/kg, 85,0657 kJ/kg, 85,0644 kJ/kg,
85,0657 kJ/kg, 85,0658 kJ/kg, 85,0641.

Dari grafik pembukaan katup vs entalpi ini dapat kita lihat


dari kondisi setelah heater bahwa nilai entalpi meningkat seiring
dengan menurun nilai pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi
ruangan dan setelah heater mengalami peningkatan walaupun tidak
besar. Ini sendiri disebabkan oleh nilai h yang dipengaruhi oleh
temperatur bola kering dan rasio kelembapan udara. Maka dapat
dikatakan bahwa hubungan antara entalpi udara dengan pembukaan
katup ialah berbanding lurus.

67
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv = Pv’−
[ (P−P v ' )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
2800−1,3(1,8 t db +32) ] (mmHg)

Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
v= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
v

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

68
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Perhitungan Karakteristik Pemanasan


1. Laju aliran massa udara (m)
ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (h4 – h3) (kW)
Di mana :
h3 = Entalphi sebelum heater
h4 = Entalphi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)


Q udara
E= (%)
Q heater
Di mana :
Qheater = 0,5 kW dan 1 kW

69
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

IV. Analisis Data


IV.1. Tabel Data Pengamatan
Watt Kondisi Ruangan Sebelum Pemanas Setelah Heater
NO PK
Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 1000 25,7 27,8686 25,7 27,8686 33,4 35,5555
2 2 1000 25,8 27,9993 25,8 27,9993 33,4 35,5781
3 3 1000 25,9 28,0728 25,9 28,0728 32,4 34,5002
4 4 1000 25,9 28,0457 25,9 28,0457 31,1 33,2379
5 5 1000 25,9 27,998 25,9 27,998 30,1 32,2552
6 6 1000 25,9 27,9994 25,9 27,9994 29,4 31,5306
7 7 1000 25,9 28,0281 25,9 28,0281 29 31,1814
8 8 1000 25,9 28,0693 25,9 28,0693 29 31,1011
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

70
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

IV.2.3 Analisa Data dan Contoh Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 25% dan 12,5%, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg

- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.6.1 Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,7 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,8686 o
C

Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,9 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,9994 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,30276
100,2584
¿ 24,7727 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,3415
100,2584
¿ 25,0635 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v −'
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
71
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ 24,7727−
[ (752−24,7727 ) ( 27,8686−25,7 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 27,8686+32 ) ]
¿ 23,7187 mmHg

P v 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 25,0635−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 25,0635 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 24,0434 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
23,7187
¿ 0,622
752−23,7187
¿ 0,02026 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 24,0434 ¿ ¿ 24,0434 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0205 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
23,7187
¿ × 100 %
28,1384
¿ 84,2931%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

72
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿24,0434 ¿ ¿ 29,9603 ¿× 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿
¿ 80,2508%

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,8686+273)
¿
100,2584−3,0214
¿ 0,8893 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 3 27,9994 +273)


¿ ¿ 3,2055 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ ,¿
¿ 0,8901 m3/

6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8893
¿ 1,1244 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8901¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1235 kg

7. Enthalphy Udara (h)

h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )


¿ 1,005 ×27,8686+0,02026 × ( 2500+1,88× 27,8686 )

73
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ 79,7126 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M 3 27,9994+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,


¿ 80,5802 kJ/kg

IV.6.2 Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,7 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,8686 o
C

Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,9 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,9994 o
C

8. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,30276
100,2584
¿ 24,7727 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,3415
100,2584
¿ 25,0635 mmHg

9. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v −'
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 24,7727−
[ (752−24,7727 ) ( 27,8686−25,7 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 27,8686+32 ) ]
74
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ 23,7187 mmHg

P v 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 25,0635−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 25,0635 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 24,0434 mmHg

10. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
23,7187
¿ 0,622
752−23,7187
¿ 0,02026 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 24,0434 ¿ ¿ 24,0434 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0205 kgv/kgda

11. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
23,7187
¿ × 100 %
28,1384
¿ 84,2931%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿24,0434 ¿ ¿ 29,9603 ¿× 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿
¿ 80,2508%

75
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

12. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,8686+273)
¿
100,2584−3,0214
¿ 0,8893 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 3 27,9994 +273)


¿ ¿ 3,2055 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ ,¿
¿ 0,8901 m3/

13. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8893
¿ 1,1244 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8901¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1235 kg

14. Enthalphy Udara (h)

h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )


¿ 1,005 ×27,8686+0,02026 × ( 2500+1,88× 27,8686 )
¿ 79,7126 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M 3 27,9994+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,

76
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ 80,5802 kJ/kg

IV.6.3 Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
- Temperatur bola basah (twb) = 33,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 35,5555 o
C

Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 29,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 31,5306 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)

752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 5,14652
100,2584
¿ 38,6021 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 4,1005
100,2584
¿ 30,7566 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

P v 12,5=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 38,6021− [ ( 752−38 , 6021 ) ( 35,5555−33,3 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 35,5555+32 ) ]
¿ 37,5674 mmHg

P v 75=P v −'
[
( P−P v ' ) ( tdb−t wb ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
77
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 30,7566−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 30,7566 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 29,7263 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
3 7 ,5674
¿ 0,622
752−37 ,5674
¿ 0,03271 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 29,7263 ¿ ¿ 29,7263 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0256 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
37 ,5674
¿ ×100 %
43,5087
¿ 86,3446%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿29,7263 ¿ ¿34,7431 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 85,5602%

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv

78
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

0,2871×(35,5555+273)
¿
100,2584−5,00858
¿ 0,9297 m3/kg

Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 3 31,5306+ 273)


¿ ¿ 3,9632¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ ,¿
¿ 0,9076 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,92972
¿ 1,0756 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 9076 ¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1018 kg/m3

7. Enthalphy Udara (h)


h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×35,5555+0,03271 × ( 2500+1,88 ×35,5555 )
¿ 119,6870 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M 3 31,5306+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,


¿ 97,2041 kJ/kg

IV.6.4 Perhitungan Karakteristik Udara

1. Laju aliran massa udara (ma)

79
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv12,5 =
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,00048
¿
2
¿ 1,01092 m3/s
ma 12,5=Qv × ρ

¿ 1,01092× 1,10003

¿ 1,11204 kg/s

Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

¿ ¿ , ¿ ¿0,9047 m3/s
ma 75 =Qv × ρ

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 1,1126

¿ 1,0066

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ
1
¿ 1 ,11204 × ×60
1,10003
¿ 60,6551 m3/s
1
cmm 75=ma × ×60
ρ
1
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239× ¿ 1,1126 ¿ ×60
MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud 12,5=ma×(h 4−h3 )
¿ 1 ,11204 ×(119,687−79,2126)
¿ 44,4531

80
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Qud 75=ma ×(h 4−h3 )


¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239×(MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ 97,2041−MERGEFIELD M
¿ 16,734
4. Efektifitas Heater (E)
Q udara
E12,5 =
Q heater
44,4531
¿
1
¿ 44,4531
Qudara
E75=
Qheater

¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿16,734 ¿ ¿1 ¿
MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿ ¿ 16,734 %

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan

1) KONDISI RUANGAN

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) MmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 24,7727 23,7187 3,1622 0,0203 84,2931 0,8893 1,1245 79,7126
2 24,9181 23,8492 3,1796 0,0204 84,1274 0,8899 1,1238 80,1428
3 25,0635 24,0076 3,2008 0,0205 84,3160 0,8903 1,1232 80,5763
4 25,0635 24,0208 3,2025 0,0205 84,4986 0,8902 1,1233 80,5777
5 25,0635 24,0440 3,2056 0,0205 80,2592 0,8901 1,1235 80,5803
6 25,0635 24,0434 3,2055 0,0205 80,2508 0,8901 1,1235 80,5802

81
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

7 25,0635 24,0294 3,2037 0,0205 84,6174 0,8902 1,1234 80,5787


8 25,0635 24,0093 3,2010 0,0205 84,3396 0,8903 1,1233 80,5765

2) SEBELUM PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 24,7727 23,7187 3,1622 0,0203 84,2931 0,8893 1,1245 79,7126
2 24,9181 23,8492 3,1796 0,0204 84,1274 0,8899 1,1238 80,1428
3 25,0635 24,0076 3,2008 0,0205 84,3160 0,8903 1,1232 80,5763
4 25,0635 24,0208 3,2025 0,0205 84,4986 0,8902 1,1233 80,5777
5 25,0635 24,0440 3,2056 0,0205 80,2592 0,8901 1,1235 80,5803
6 25,0635 24,0434 3,2055 0,0205 80,2508 0,8901 1,1235 80,5802
7 25,0635 24,0294 3,2037 0,0205 84,6174 0,8902 1,1234 80,5787
8 25,0635 24,0093 3,2010 0,0205 84,3396 0,8903 1,1233 80,5765

3) SETELAH PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 38,6021 37,5674 5,0086 0,0327 86,3446 0,9297 1,0756 119,6870
2 38,6021 37,5566 5,0071 0,0327 86,2126 0,9298 1,0755 119,6856
3 36,2605 35,2501 4,6996 0,0306 90,9306 0,9235 1,0828 113,1323
4 32,0132 30,9796 4,1303 0,0267 80,9916 0,9143 1,0937 101,8866
5 32,0132 30,9721 4,1293 0,0267 85,5713 0,9114 1,0973 100,8324
6 30,7566 29,7263 3,9632 0,0256 85,5602 0,9076 1,1018 97,2041
7 30,0437 28,9881 3,8648 0,0249 85,1195 0,9057 1,1042 95,1447

82
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

8 30,0437 29,0270 3,8700 0,0250 85,6312 0,9055 1,1044 95,1493

4) KARAKTERISTIK PEMANASAN
N ma cmm Qv E
o
1 1,1120 60,6551 44,453 44,4531
1
2 1,1007 60,0655 43,165 43,1653
3
3 1,0663 58,0030 34,714 34,7147
7
4 1,0365 56,7981 22,361 22,3610
0
5 1,0397 56,1799 21,055 21,0556
6
6 1,0066 54,2841 16,734 16,7340
0
7 0,9584 51,6274 13,959 13,9594
4
8 0,9057 48,7868 13,198 13,1982
2

Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

83
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

PK vs Pv'
40.0000
38.0000
36.0000
34.0000
32.0000
Pv' (mmHg)

30.0000
28.0000
26.0000
24.0000
22.0000
20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai
Pv’ secara beruntun adalah 24,7727 mmHg, 24,9181 mmHg,
25,0635 mmHg, 25,0635 mmHg, 25,0635 mmHg, 25,0635 mmHg,
25,0635 mmHg, 25,0635 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara
beruntun adalah 38,6021 mmHg, 38,6021 mmHg, 36,2605 mmHg,
32,0132 mmHg, 32,0132 mmHg, 30,7566 mmHg, 30,0437 mmHg,
30,0437 mmHg.
Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv’ meningkat seiring dengan
meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan
dan Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv’ walapun tidak drastis.
Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv’ Menurun
drastis pada pembukaan 2 ke 3 dan 3 ke 4 sebelum akhirnya agak
lurus. Hal ini disebabkan oleh variasi dari nilai temperatur bola
basah yang mempengaruhi nilai tekanan uap jenuh. Dari, Hal ini
tetap dapat disimpulkan bahwa hubungan pembukaan katup dengan

84
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

nilai tekanan uap jenuh ialah berbanding lurus.


b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
40.0000
38.0000
36.0000
34.0000
32.0000
Pv (mmHg)

30.0000
28.0000
26.0000
24.0000
22.0000
20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 23,7187 mmHg, 23,849223,7187 mmHg,
24,007623,7187 mmHg, 24,020823,7187 mmHg, 24,044023,7187
mmHg, 24,043423,7187 mmHg, 24,029423,7187 mmHg, 24,0093
mmHg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 37,5674
mmHg, 37,5566 mmHg, 35,2501 mmHg, 30,9796 mmHg, 30,9721
mmHg, 29,7263 mmHg, 28,9881 mmHg, 29,0270 mmHg.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv meningkat seiring dengan


meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv walapun tidak drastis.
Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv Menurun
drastis pada pembukaan 2 ke 3, dan 3 ke 4 sebelum akhirnya agak
lurus. Sama Halnya dengan nilai Tekanan Jenuh Uap Air(Pv’). Hal ini

85
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi oleh nilai Pv’ secara berbanding


lurus. Maka dari hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan
pembukaan katup dengan nilai tekanan uap parsial ialah berbanding
lurus.

c. Pembukaan Katup vs ω

PK vs ω
0.0340

0.0320

0.0300

0.0280
ω

0.0260

0.0240

0.0220

0.0200
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 0,0203 kgv/kgda, 0,0204 kgv/kgda, 0,0205
kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda,
0,0205 kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda. Pada kondisi setelah Heater dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara
beruntun 0,0327 kgv/kgda, 0,0327 kgv/kgda, 0,0306 kgv/kgda, 0,0267
kgv/kgda, 0,0267 kgv/kgda, 0,0256 kgv/kgda, 0,0249 kgv/kgda,
0,0250 kgv/kgda.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai ω meningkat seiring


dengan meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi

86
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Ruangan dan Sebelum Heater, terjadi peningkatan ω walapun tidak


drastis. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai ω menurun
drastis pada pembukaan 2 ke 3, dan 3 ke 4 sebelum akhirnya agak
lurus. Hal ini disebabkan nilai ω yang dipengaruhi oleh nilai Pv secara
berbanding lurus. Maka dari Hal ini dapat disimpulkan bahwa
hubungan pembukaan katup dengan nilai tekanan uap parsial ialah
berbanding lurus.

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
85.2000
85.0000
84.8000
84.6000
84.4000
84.2000
RH

84.0000
83.8000
83.6000
83.4000
83.2000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat Pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai
RH secara beruntun adalah 84,2931%, 84,1274%, 84,3160%,
84,4986%, 80,2592%, 80,2508%, 84,6174%, 84,3396%. Pada kondisi
setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7
dan 8 nilai RH secara beruntun 86,3446%, 86,2126%, 90,9306%,
80,9916%, 85,5713%, 85,5602%, 85,1195%, 85,6312%.

87
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Dari grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif


apakan naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan
katup. Hal ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi setelah heater dapat dilihat bahwa terjadi
sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum heater
kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang dimana
Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat dibandingkan
dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif yang
didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps, yang
dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai Temperatur Bola Basah(Twb)
sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai temperatur Bola Kering(Tdb).

e. Pembukaan Katup vs v

PK vs v
0.9400

0.9300

0.9200

0.9100

0.9000
v

0.8900

0.8800

0.8700

0.8600
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v
secara beruntun adalah 0,8893 m3/kg, 0,8899 m3/kg, 0,8903 m3/kg,

88
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

0,8902 m3/kg, 0,8901 m3/kg, 0,8901 m3/kg, 0,8902 m3/kg, 0,8903


m3/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,9297
m3/kg, 0,9298 m3/kg, 0,9235 m3/kg, 0,9143 m3/kg, 0,9114 m3/kg,
0,9076 m3/kg, 0,9057 m3/kg, 0,9055 m3/kg.
Dari grafik pembukaan katup vs volume spesifik ini dapat
kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai volume spesifik
menurun seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai volume
spesifik sendiri dipengaruhi oleh nilai tekanan parsial uap air(Pv) dan
nilai dari temperatur suhu bola kering. Dari Kurva Kondisi Ruangan
Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan bahwa Pembukaan Katup
berbanding lurus terhadap Volume spesifik. Sedangkan pada kondisi
setelah heater mengatakan sebaliknya yang diakibatkan oleh variasi
nilai dari Tdb dan Pv.

f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs ρ
1.1300

1.1200

1.1100

1.1000

1.0900
ρ

1.0800

1.0700

1.0600

1.0500
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

89
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 1,1245 kg/m3, 1,1238 kg/m3, 1,1232 kg/m3,
1,1233 kg/m3, 1,1235 kg/m3, 1,1235 kg/m3, 1,1234 kg/m3, 1,1233
kg/m3. Pada kondisi setelah heater dapat dilihast pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 1,0756
kg/m3, 1,0755 kg/m3, 1,0828 kg/m3, 1,0937 kg/m3, 1,0973 kg/m3,
1,1018 kg/m3, 1,1042 kg/m3, 1,1044 kg/m3.

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai massa jenis udara
menurun seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai dari massa
jenis sendiri dipengaruhi oleh nilai volume spesifik secara berbanding
terbalik. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat
disimpulkan bahwa pembukaan katup berbanding terbalik terhadap
massa jenis udara. Sedangkan pada kondisi setelah heater terlihat
bahwa hubungannya berbanding terbalik.

90
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

g. Pembukaan Katup vs h

PK vs h
130.0000

120.0000

110.0000

100.0000
h

90.0000

80.0000

70.0000

60.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 79,7126 kJ/kg, 80,1428 kJ/kg, 80,5763 kJ/kg,
80,5777 kJ/kg, 80,5803 kJ/kg, 80,5802 kJ/kg, 80,5787 kJ/kg, 80,5765
kJ/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1,
2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 119,6870 kJ/kg,
119,6856 kJ/kg, 113,1323 kJ/kg, 101,8866 kJ/kg, 100,8324 kJ/kg, 97,2041
kJ/kg, 95,1447 kJ/kg, 95,1493.

Dari grafik pembukaan katup vs entalpi ini dapat kita lihat dari
kondisi setelah heater bahwa nilai entalpi meningkat seiring dengan
menurun nilai pembukaan katup.. Ini sendiri disebabkan oleh nilai h yang
dipengaruhi oleh temperatur bola kering dan rasio kelembapan udara. Dari
Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan bahwa
Pembukaan Katup berbanding terbalik terhadap Massa Jenis Udara.
Sedangkan kondisi setelah heater hubungannya saling berbanding terbalik.

91
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

VI. Kesimpulan
A. Pemanasan Atmosfir 0,5 kW
1. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap jenuh meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
2. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap parsial meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
3. Pada Setelah Heater nilai rasio kelembapan meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum heater dan
setelah mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang pembukaan
katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps
5. Pada Setelah Heater nilai volume spesifik udara meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
6. Pada Setelah Heater nilai massa jenis udara menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi penurunan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
7. Pada Setelah Heater nilai entalpi udara meningkat seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.

B. Pemanasan Atmosfir 1 kW
1. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap jenuh menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.

92
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW

2. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap parsial menurun seiring


dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
3. Pada Setelah Heater nilai rasio kelembapan menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum heater dan
setelah mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang pembukaan
katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps
5. Pada Setelah Heater nilai volume spesifik udara menurun seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
6. Pada Setelah Heater nilai massa jenis udara meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi penurunan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
7. Pada Setelah Heater nilai entalpi udara menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik

93
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv = Pv’−
[ (P−P v ' )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
2800−1,3(1,8 t db +32) ] (mmHg)

Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
v= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
v

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

94
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Perhitungan Karakteristik Pemanasan

1. Laju aliran massa udara (m)


ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (h4 – h3) (kW)
Di mana :
h3 = Entalphi sebelum heater
h4 = Entalphi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)


Q udara
E= (%)
Q heater
Di mana :
Qheater = 0,5 kW dan 1 kW

95
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

IV. Analisis Data


IV. 1. Tabel Data Pengamatan

Watt Kondisi Ruangan Sebelum Pemanas Setelah Heater


NO PK
Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 500 24,9 27,0691 24,9 27,0691 29 31,1084
2 2 500 25 27,1151 25 27,1151 28,8 30,9162
3 3 500 25 27,1583 25 27,1583 28,2 30,3198
4 4 500 25,1 27,2384 25,1 27,2384 27,6 29,709
5 5 500 25,2 27,3212 25,2 27,3212 27,3 29,4687
6 6 500 25,2 27,3461 25,2 27,3461 27,3 29,422
7 7 500 25,2 27,3463 25,2 27,3463 27,2 29,3198
8 8 500 25,2 27,3866 25,2 27,3866 27,2 29,3485

Ket:
PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

96
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

IV.5. Analisa Data dan Contoh Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 25% dan 12,5%, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 500 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg

- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.5.1. Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 24,9 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,0691 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 27,3461 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 25,2 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,1487
100,2584
¿ 23,6173 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2059
100,2584
¿ 24,0459 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 23,6127− [ (752−23,6127 ) ( 27,0691−24,9 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.27,0691+ 32 ) ]
¿ 22,5621 mmHg

97
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,0459−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,0459 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIEL

¿ 23,0023 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
22,5620
¿ 0,622
752−22,5620
¿ 0,0192 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,0023 ¿ ¿ 23,0023 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0196 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
22,5620
¿ ×100 %
26,8502
¿ 84,0291%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,0023 ¿ ¿27,2966 ¿ × 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,268 %
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv

98
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

0,2871×(27,0691+273)
¿
100,2584−3,00802
¿ 0,8858 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,3461+273)


¿ ¿ 3,0667 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8872 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8858
¿ 1,1288 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8872¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1271 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×27,0691+0,019239 × ( 2500+1,88 ×27,0691 )
¿ 76,2808 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,3461+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿


¿ 77,5572 kJ/kg
IV.5.2. Kondisi Sebelum Heater
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 24,9 o
C

99
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

- Temperatur bola kering (tdb) = 27,0691 o


C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 27,3461 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 25,2 o
C
8. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,1487
100,2584
¿ 23,6173 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2059
100,2584
¿ 24,0459 mmHg
9. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 23,6127− [ (752−23,6127 ) ( 27,0691−24,9 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.27,0691+ 32 ) ]
¿ 22,5621 mmHg

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,0459−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,0459 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIEL

¿ 23,0023 mmHg
10. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
22,5620
¿ 0,622
752−22,5620

100
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

¿ 0,0192 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,0023 ¿ ¿ 23,0023 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0196 kgv/kgda

11. Kelembaban Relatif (RH)


Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
22,5620
¿ ×100 %
26,8502
¿ 84,0291%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,0023 ¿ ¿27,2966 ¿ × 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,268 %
12. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t db
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,0691+273)
¿
100,2584−3,00802
¿ 0,8858 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,3461+273)


¿ ¿ 3,0667 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8872 m3/kg
13. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v

101
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

1
¿
0,8858
¿ 1,1288 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8872¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1271 kg/m3
14. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×27,0691+0,019239 × ( 2500+1,88 ×27,0691 )
¿ 76,2808 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,3461+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿


¿ 77,5572 kJ/kg
IV.5.3. Kondisi Setelah Heater
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
o
- Temperatur bola basah (twb) = 29 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 31,1084 C
Pembukaan 75%
o
- Temperatur bola basah (twb) = 27,3 C
- Temperatur bola kering (tdb) = 29,4220 oC

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)


752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 4,0055
100,2584
¿ 30,0437 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584

102
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,6293
100,2584
¿ 27,2223 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 30,0437−
[ (752−30,0437 ) ( 31,1084−29 )( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8. 31,1084+32 ) ]
¿ 29,0235 mmHg

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 27,2223−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 27,2223 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿

¿ 26,1930 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
29,0235
¿ 0,622
752−29,0235
¿ 0,0249 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 26,193 ¿ ¿ 26,193¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0224 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps

103
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

29,0235
¿ ×100 %
33,9121
¿ 85,5844%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿26,193 ¿ ¿30,7958 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 85,0538%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(31,1084+ 273)
¿
100,2584−3,8694
¿ 0,9054 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 27,3+273)
¿ ¿ 3,4921¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8970 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,9054
¿ 1,1043 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 897 ¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1149 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )

104
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

¿ 1,005 ×31,1084+ 0,02672× (2500+ 1,88× 31,1084 )


¿ 95,1489 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ MERGEFIELD M_3 29,4220+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿


¿ 86,9277 kJ/kg
IV.5.4. Perhitungan Karakteristik Udara
1. Laju aliran massa udara (ma)
Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A × k 3
Q v 12,5=
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,00048
¿
2
¿ 1,01092 m3/s
ma 75 =Qv × ρ

¿ 1,1303 ×1,2489

¿ 1,1426 kg/s

Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

¿ ¿ , ¿ ¿0,9047 m3/s
ma 75=Qv × ρ

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 1,1389

¿ 1,0304
2. Kapasitas udara suplai (cmm)
1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ
1
¿ 1 ,1426 × × 60
1,1303

¿ 60,6551 m3/s

105
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

1
cmm 75=ma × ×60
ρ

1
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127 × ¿1,1389 ¿ × 60
MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud 12,5=ma×(h 4−h3 )
¿ 1 ,1166 ×(95,1489−78,2808)
¿ 21,2984
Qud 75=ma ×(h 4−h3 )
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127 ×(MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ 86,9277−MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿ ¿
¿ 9,5037
4. Efektifitas Heater (E)
Q udara
E12,5 =
Q heater
21,2984
¿
0,5
¿42,5969 %
Qudara
E75=
Qheater

¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿ 9,6552 ¿ ¿,5¿


0 MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿ ¿ 19,3105

106
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan


1) KONDISI RUANGAN

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 23,6173 22,5621 3,0080 0,0192 84,0291 0,8859 1,1289 76,2808
2 23,7552 22,7264 3,0299 0,0194 84,4082 0,8862 1,1284 76,6974
3 23,7552 22,7054 3,0271 0,0194 84,1126 0,8863 1,1283 76,6951
4 23,9006 22,8605 3,0478 0,0195 84,2845 0,8867 1,1278 77,1268
5 24,0459 23,0144 3,0683 0,0196 84,4365 0,8872 1,1272 77,5585
6 24,0459 23,0023 3,0667 0,0196 84,2680 0,8872 1,1271 77,5572
7 24,0459 23,0022 3,0667 0,0196 84,2666 0,8872 1,1271 77,5572
8 24,0459 22,9825 3,0641 0,0196 83,9949 0,8873 1,1270 77,5550

2) SEBELUM PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 23,6173 22,5621 3,0080 0,0192 84,0291 0,8859 1,1289 76,2808
2 23,7552 22,7264 3,0299 0,0194 84,4082 0,8862 1,1284 76,6974
3 23,7552 22,7054 3,0271 0,0194 84,1126 0,8863 1,1283 76,6951
4 23,9006 22,8605 3,0478 0,0195 84,2845 0,8867 1,1278 77,1268
5 24,0459 23,0144 3,0683 0,0196 84,4365 0,8872 1,1272 77,5585
6 24,0459 23,0023 3,0667 0,0196 84,2680 0,8872 1,1271 77,5572
7 24,0459 23,0022 3,0667 0,0196 84,2666 0,8872 1,1271 77,5572
8 24,0459 22,9825 3,0641 0,0196 83,9949 0,8873 1,1270 77,5550

107
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

3) SETELAH PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 30,0437 29,0235 3,8695 0,0250 85,5844 0,9055 1,1044 95,1489
2 29,7050 28,6807 3,8238 0,0247 85,5072 0,9045 1,1056 94,1624
3 28,6888 27,6619 3,6879 0,0238 85,3107 0,9014 1,1093 91,2095
4 27,7056 26,6831 3,5574 0,0229 85,2296 0,8984 1,1131 88,3412
5 27,2223 26,1703 3,4891 0,0224 84,7511 0,8971 1,1147 86,9251
6 27,2223 26,1930 3,4921 0,0224 85,0538 0,8970 1,1149 86,9277
7 27,0612 26,0328 3,4708 0,0223 85,0366 0,8965 1,1155 86,4574
8 27,0612 26,0189 3,4689 0,0223 84,8493 0,8965 1,1154 86,4558

4) KARAKTERISTIK PEMANASAN
N ma Cmm Qv E
o
1 1,1286 60,6551 21,298 42,5969
4
2 1,1182 60,0655 19,529 39,0598
9
3 1,0815 58,0030 15,698 31,3969
4
4 1,0605 56,7981 11,894 23,7884
2
5 1,0496 56,1799 9,8313 19,6626
6 1,0142 54,2841 9,5037 19,0075
7 0,9648 51,6274 8,5873 17,1746

108
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

8 0,9116 48,7868 8,1146 16,2291


Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -

109
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

V. Pembahasan
V.1. Pembahasan Umum

Pengujian Pemanasan udara lembab merupakan salah satu jenis


percobaan yang di praktikkan di Laboratorium Mesin Pendingin dan
Pemanas. Tujuan dari percobaan ini ialah untuk mengetahui nilai
efektifitas pemanasan heater terhadap udara lembab dengan menggunakan
ketel untuk meghasilkan uap air. Pada percobaan ini praktikan melakukan
pengujian pemanasan dengan udara yang telah dilembab menggunakan
humidifier. Untuk mendapatkan hasil data berupa nilai Temperatur Bola
Basah(Twb) dan Temperatur Bola Kering(Tdb) seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup
Kelembaban adalah persentase kandungan uap air dalam udara.
Semua uap air dalam udara itu berasal dari penguapan, sedangkan
penguapan itu sendiri adalah perubahan fase cair menjadi fase uap air yang
ringan dan akan naik ke atmosfer. Dalam atmosfer terdapat uap air, dan
kadar uap air ini selalu berubah-ubah tergantung pada temperatur udara
setempat. Meskipun uap air hanya merupakan sebagian kecil saja dari
semua atmosfir, kira-kira 2% dari massa seluruhnya, tetapi merupakan
komponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim.
Kelembaban itu di tentukan oleh jumlah uap air yang terkandung
didalam udara. Total uap air per satuan volume uap air adalah suatu gas,
yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer.
Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang
di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau awan
melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh
hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak
uap air yang dapat dikandung oleh hawa.
Seperti gas-gas lainnya, uap air juga mempunyai tekanan, yang
makin lebih besar apabila temperatur naik. Tekanan tersebut dinamakan
tekanan uap. Tekanan uap adalah tekanan yang diberikan atau ditimbulkan
oleh uap air sebagai bagian dari udara pada temperatur yang tertentu.

110
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Tekanan uap itu adalah juga bagian dari tekanan udara semuanya dapat
diukur dengan milimeter air raksa atau milibar. Jika udara pada suatu
temperatur sudah kenyang (jenuh) maka tekanan uap pada temperatur
tersebut mencapai maksimum. Angka maksimum tersebut disebut tekanan
uap maksimum.
Proses perubahan air menjadi uap air di sebut pengupan (vaporisasi
atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang
cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk
menahannya dalam badan air diproyeksikkan melalui permukaan air. Oleh
karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang
ketika temperatur naik, maka laju penguapan naik menurut temperatur.
Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air.
Beberapa prinsip yang umum digunkan dalam pengukuran
kelembaban udara yaitu (1) metode pertambahan panjang dan (2)
berat,pada benda-benda higroskopis, serta (3) metode termodinamika. Alat
pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan
yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer.
Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi
ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik
atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut
hygrometer.
Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tahap kelembapan
pada suatu tempat. Biasanya ia ditempatkan di dalam bekas (container)
penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga
seperti dry box penyimpanan kamera. Keadaan ini akan mencegah
pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara
yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi
(relatif) maupun defisit tekanan uap air. Pada umumnya organisme akan
kehilangan lebih banyak air dalam atmosfir dengan kelembaban rendah
dari pada dalam atmosfir dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu salah

111
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

satu faktor abiotik yang sangat penting pada organisme darat adalah
kelembaban nisbi.
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur sesuai
dengan keingunan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan atas
prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan
bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan
larutan, maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi
keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi larutan.
Demikian pula halnya jika hidrat Kristal garam-garam tertentu dimasukkan
dalam ruang tertutup, maka air dari hidrat Kristal garam akan menguap
sampai terjadi keseimbangan potensi air.
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan
pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil
evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena
permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut.
Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan
yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu,
kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang.
Udara lembab adalah udara yang mengandung uap air, semakin
banyak uap air yang ada di udara dikatakan derajat kelembaban udaranya
(RH) tinggi/udara lembab;sebaliknya semakin sedikit uap air yang ada di
udara maka derajat kelembaban udaranya (RH) rendah/udara kering.. Cara
yang lebih praktis untuk mengetahui kandungan udara lembab yaitu
dengan menggunakan 2 termometer, yang basah dan kering. Prinsipnya
semakin kering udara, maka air semakin mudah menguap. karena
penguapan butuh kalor maka akan menurunkan suhu pada thermometer
basah. Sedangkan termometer kering mengukur suhu aktual udara.
Akibatnya jika perbedaan suhu antara keduanya semakin besar, maka
artinya kelembaban relatif udara semakin rendah. Sebaliknya jika suhu
termometer basah dan thermometer kering sama, artinya udara berada pada
kondisi lembab jenuh.

112
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

PK vs Pv'
32.0000

30.0000

28.0000
Pv' (mmHg)

26.0000

24.0000

22.0000

20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan sebelum
heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara
beruntun adalah 23,6173 mmHg, 23,7552 mmHg, 23,7552 mmHg,
23,9006 mmHg, 24,0459 mmHg, 24,0459 mmHg, 24,0459 mmHg,
24,0459 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat pada pembukaan katup
1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun adalah 30,0437 mmHg,
29,7050 mmHg, 28,6888 mmHg, 27,7056 mmHg, 27,2223 mmHg,
27,2223 mmHg, 27,0612 mmHg, 27,0612 mmHg.
Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv’ meningkat seiring dengan
meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv’ walapun tidak drastis. Sedangkan
pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv’ Menurun drastis pada
pembukaan 2 ke 3 dan 3 ke 4 sebelum akhirnya agak lurus.

113
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
40.0000
38.0000
36.0000
34.0000
32.0000
Pv (mmHg)

30.0000
28.0000
26.0000
24.0000
22.0000
20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 22,5621 mmHg, 22,7264 mmHg, 22,7054
mmHg, 22,8605 mmHg, 23,0144 mmHg, 23,0023 mmHg, 23,0022
mmHg, 22,9825 mmHg. Pada kondisi setelah heater dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 3 29,0235 mmHg, 28,6807 mmHg, 27,6619 mmHg, 26,6831
mmHg, 26,1703 mmHg, 26,1930 mmHg, 26,0328 mmHg, 26,0189
mmHg.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv meningkat seiring dengan


meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv walapun tidak drastis.
Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv Menurun
drastis pada pembukaan 2 ke 3, dan 3 ke 4 sebelum akhirnya agak
lurus. Sama halnya dengan nilai Tekanan Jenuh Uap Air(Pv’). Hal ini
disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi oleh nilai Pv’ secara berbanding

114
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

lurus. Dari Hal ini dapat disimpulkan dari kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater bahwa hubungan pembukaan katup dengan nilai
tekanan parsial uap air ialah berbanding lurus. Sedangkan pada
kondisi setelah heater hubungan pembukaan katup dan tekanan parsial
uap air ialah berbanding terbalik.

c. Pembukaan Katup vs ω

PK vs ω
0.0270

0.0250

0.0230

0.0210
ω

0.0190

0.0170

0.0150
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 0,0192 kgv/kgda, 0,0194 kgv/kgda, 0,0194
kgv/kgda, 0,0195 kgv/kgda, 0,0196 kgv/kgda, 0,0196 kgv/kgda,
0,0196 kgv/kgda, 0,0196 kgv/kgda. Pada kondisi setelah heater dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara
beruntun 0,0250 kgv/kgda, 0,0247 kgv/kgda, 0,0238 kgv/kgda, 0,0229
kgv/kgda, 0,0224 kgv/kgda, 0,0224 kgv/kgda, 0,0223 kgv/kgda,
0,0223 kgv/kgda.

115
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Dari Grafik dapat kita lihat nilai ω meningkat seiring


dengan meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi
Ruangan dan Sebelum Heater, terjadi peningkatan ω walapun tidak
drastis. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai ω
Menurun secara signifikan pada pembukaan 2 ke 3, dan 3 ke 4
sebelum akhirnya agak lurus. Hal ini disebabkan nilai ω yang
dipengaruhi oleh nilai Pv secara berbanding lurus. Maka dari Hal ini
dapat disimpulkan dari kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum Heater
bahwa hubungan pembukaan katup dengan nilai rasio kelembapan
ialah berbanding lurus. Sedangkan pada kondisi setelah Heater
hubungan pembukaan katup dan rasio kelembapan air ialah
berbanding terbalik.

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
86.0000

85.5000

85.0000

84.5000
RH

84.0000

83.5000

83.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Grafik Pembukaan Katup Terhadap Kelembapan Relatif


Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada kondisi ruangan dan
sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai

116
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

RH secara beruntun adalah 84,0291%, 84,4082%, 84,1126%,


84,2845%, 84,4365%, 84,2680%, 84,2666%, 83,9949%. Pada kondisi
setelah heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7
dan 8 nilai RH secara beruntun 85,5844%, 85,5072%, 85,3107%,
85,2296%, 84,7511%, 85,0538%, 85,0366%, 84,8493%.
Dari Grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif apakan
naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan katup. Hal
ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi setelah heater dapat dilihat bahwa terjadi
sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum heater
kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang dimana
Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat dibandingkan
dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif yang
didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps, yang
dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai Temperatur Bola Basah(Twb)
sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai temperatur Bola Kering(Tdb).
e. Pembukaan Katup vs v

PK vs v
0.9100

0.9050

0.9000

0.8950
v

0.8900

0.8850

0.8800

0.8750
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

117
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v
secara beruntun adalah 0,8859 m3/kg, 0,8862 m3/kg, 0,8863 m3/kg,
0,8867 m3/kg, 0,8872 m3/kg, 0,8872 m3/kg, 0,8872 m3/kg, 0,8873
m3/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,9055
m3/kg, 0,9045 m3/kg, 0,9014 m3/kg, 0,8984 m3/kg, 0,8971 m3/kg,
0,8970 m3/kg, 0,8965 m3/kg, 0,8965 m3/kg.

Dari grafik pembukaan katup vs volume spesifik ini dapat kita lihat
dari kondisi setelah heater bahwa nilai volume spesifik menurun
seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada
kondisi ruangan dan setelah heater mengalami peningkatan walaupun
tidak besar. Ini dikarenakan nilai volume spesifik sendiri dipengaruhi
oleh nilai tekanan parsial uap air(Pv) dan nilai dari temperatur suhu
bola kering.
f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs ρ
1.1350
1.1300
1.1250
1.1200
1.1150
ρ

1.1100
1.1050
1.1000
1.0950
1.0900
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

118
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 1,1289 kg/m3, 1,1284 kg/m3, 1,1283 kg/m3,
1,1278 kg/m3, 1,1272 kg/m3, 1,1271 kg/m3, 1,1271 kg/m3, 1,1270.
Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2,
3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun 1,1044 kg/m3, 1,1056 kg/m3,
1,1093 kg/m3, 1,1131 kg/m3, 1,1147 kg/m3, 1,1149 kg/m3, 1,1155
kg/m3, 1,1154 kg/m3.

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat kita
lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai massa jenis udara
menurun seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup.
Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai dari massa
jenis sendiri dipengaruhi oleh nilai volume spesifik secara berbanding
terbalik. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat
disimpulkan bahwa Pembukaan Katup berbanding terbalik terhadap
Massa Jenis Udara. Sedangkan kondisi setelah heater mengatakan
sebaliknya.

g. Pembukaan Katup vs h

119
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

PK vs h
100.0000

95.0000

90.0000

85.0000

80.0000
h
75.0000

70.0000

65.0000

60.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 76,2808 kJ/kg, 76,6974 kJ/kg, 76,6951kJ/kg,
77,1268 kJ/kg, 77,5585 kJ/kg, 77,5572 kJ/kg, 77,5572 kJ/kg, 77,5550
kJ/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 95,1489
kJ/kg, 94,1624 kJ/kg, 91,2095 kJ/kg, 88,3412 kJ/kg, 86,9251 kJ/kg,
86,9277 kJ/kg, 86,4574 kJ/kg, 86,4558 kJ/kg. Dari grafik pembukaan
katup vs entalpi ini dapat kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa
nilai entalpi meningkat seiring dengan menurun nilai pembukaan
katup. Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater mengalami
peningkatan walaupun tidak besar. Ini sendiri disebabkan oleh nilai h
yang dipengaruhi oleh temperatur bola kering.

120
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

121
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 0,5 kW Humidifier

122
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

[ ]
'
(P−P v )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
Pv = Pv’− (mmHg)
2800−1,3(1,8 t db +32)
Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
v= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
v

123
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

Perhitungan Karakteristik Pemanasan


1. Laju aliran massa udara (m)
ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)


Qud = ma . (h4 – h3) (kW)
Di mana :
h3 = Entalphi sebelum heater
h4 = Entalphi sesudah heater

4. Efektifitas heater (E)


Q udara
E= (%)
Q heater
Di mana :
Qheater = 0,5 kW dan 1 kW

124
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

125
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

IV. Analisis Data


IV. 1. Tabel Data Pengamatan

Watt Kondisi Ruangan Sebelum Pemanas Setelah Heater


NO PK
Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 1000 25,3 27,4847 25,3 27,4847 30,1 32,2572
2 2 1000 25,5 27,6176 25,5 27,6176 31,2 33,3587
3 3 1000 25,5 27,6616 25,5 27,6616 31 33,1053
4 4 1000 25,5 27,6773 25,5 27,6773 30,2 32,3289
5 5 1000 25,6 27,7572 25,6 27,7572 29,5 31,6855
6 6 1000 25,6 27,7573 25,6 27,7573 29 31,1722
7 7 1000 25,6 27,7669 25,6 27,7669 28,8 30,9331
8 8 1000 25,6 27,7798 25,6 27,7798 28,7 30,8435
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

126
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

IV.6. Analisa Data dan Contoh Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 25% dan 12,5%, dengan data sebagai berikut :
- Heater = 1000 W
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg

- Luas penampang air duct = 0,105 m2

IV.6.1. Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,3 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,4847 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,6 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,7573 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,2254
100,2584
¿ 24,1913 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2834
100,2584
¿ 24,6274 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 24,1913−
[ ( 752−24,1913 )( 27,4847−25,3 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.27,4847+ 32 ) ]
127
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿ 23,1289 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,6274−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,6274 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿

¿ 23,5787 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
23,1289
¿ 0,622
752−23,1289
¿ 0,01974 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,5787 ¿ ¿ 23,5787 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0201 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
23,1289
¿ ×100 %
29,6940
¿ 84,0445%

Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,5787 ¿ ¿ 27,9591¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿

128
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿ 84,333 %

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,4847+273)
¿
100,2584−3,0836
¿ 0,8874 m3/kg

Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,7573+ 273)


¿ ¿ 3,1436 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ ,¿
¿ 0,8888 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8874
¿ 1,1268 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8888 ¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1251 kg/m

7. Enthalphy Udara (h)

h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )


¿ 1,005 ×27,4847+0,020643 × (2500+ 1,88× 27,4847 )
¿ 77,9861 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

129
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿ 1,005 × MERGEFIELD M_3 27,7573+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿ 0,0201 × ( 2500+1,88 × M


¿ 79,2815 kJ/kg

IV.6.2. Kondisi Sebelum Heater


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,3 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,4847 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,6 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,7573 o
C
8. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,2254
100,2584
¿ 24,1913 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2834
100,2584
¿ 24,6274 mmHg

9. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 24,1913− [ ( 752−24,1913 )( 27,4847−25,3 ) ( 1,8 )
2800−1,3 ( 1,8.27,4847+ 32 ) ]
¿ 23,1289 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
130
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,6274−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,6274 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿

¿ 23,5787 mmHg

10. Rasio kelembaban udara (ω)

Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
23,1289
¿ 0,622
752−23,1289
¿ 0,01974 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,5787 ¿ ¿ 23,5787 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0201 kgv/kgda

11. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
23,1289
¿ ×100 %
29,6940
¿ 84,0445%
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,5787 ¿ ¿ 27,9591¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,333 %

12. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv

131
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

0,2871×(27,4847+273)
¿
100,2584−3,0836
¿ 0,8874 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv

0,2871×( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M_3 27,7573+ 273)


¿ ¿ 3,1436 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ ,¿
¿ 0,8888 m3/kg
13. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,8874
¿ 1,1268 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8888 ¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1251 kg/m

14. Enthalphy Udara (h)

h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )


¿ 1,005 ×27,4847+0,020643 × (2500+ 1,88× 27,4847 )
¿ 77,9861 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M_3 27,7573+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿ 0,0201 × ( 2500+1,88 × M


¿ 79,2815 kJ/kg

IV.6.3. Kondisi Setelah Heater


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:

132
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

- Temperatur bola basah (twb) = 30,1 o


C
- Temperatur bola kering (tdb) = 32,2572 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 29 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 31,1722 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)


752
Pv 12,5 '=P j wb
100,2584
752
¿ 4,26807
100,2584
¿ 32,0132 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 4,0055
100,2584
¿ 30,0437 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 32,0132− [ ( 752−32,0132 ) ( 35,1367−33 )( 1,8 )
2800−1,3 (1,8. 35,1367+32 ) ]
¿ 30,9711 mmHg

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 30,0437−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 30,0437 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 (1,8. MERGEFIEL
¿ 28,9926 mmHg

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv

133
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

30,7911
¿ 0,622
752−30,7911
¿ 0,0267 kgv/kgda

Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 28,9926 ¿ ¿ 28,9926 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0249 kgv/kgda

4. Kelembaban Relatif (RH)

Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
30,7911
¿ ×100 %
36,1986
¿ 85,5589%
Pv
R H 75= × 100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿28,9926 ¿ ¿ 34,0377¿ × 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 85,1778%

5. Volume spesifik udara (v)

Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(32,2572+273)
¿
100,2584−4,1291
¿ 0,9113 m3/kg

Ra ×t db
v75 =
P−Pv

134
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M_3 31,1722+273)


¿ ¿ 3,8654 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,9056 m3/kg

6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ 12,5=
v
1
¿
0,9113
¿ 1,0972 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,9056 ¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1042 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×32,2572+0,02672× ( 2500+1,88 ×32,2572 )
¿ 100,832 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M_3 31,1722+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ , 0249 × ( 2500+1,88 × ME


¿ 95,1452 kJ/kg

IV.6.4. Perhitungan Karakteristik Udara

1. Laju aliran massa udara (ma)


Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A × k 3
Q v 12,5=
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,00048
¿
2
¿ 1,01092 m3/s
m a12,5=Qv × ρ

135
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿ 1,01092× 1,1120

¿ 1,1241 kg/s
Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

¿ ¿ , ¿ ¿0,9047 m3/s
ma 75=Qv × ρ

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 1,1146

¿ 1,0085
2. Kapasitas udara suplai (cmm)
1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ
1
¿ 1 ,1241 × ×60
1,01092
¿ 60,6551 m3/s
1
cmm 75=ma × ×60
ρ
1
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239× ¿ 1,1146 ¿ ×60
MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
3. Kalor yang diserap udara dari heater (Qud)
Qud 12,5=ma×(h 4−h3 )
¿ 1 ,1371 ×(100,832−77,9861)
¿ 25,6831
Qud 75=ma ×(h 4−h3 )
¿ MERGEFIELD M 1 8,5127965239×(MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ 95,1452−79,2815)
¿ 14,6909
4. Efektifitas Heater (E)
Q udara
E12,5 =
Q heater
25,6831
¿
1

136
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

¿25,6831
Q udara
E75 =
Q heater

¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿14,6909 ¿ ¿1¿


MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿ ¿ 14,6909

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan


1) KONDISI RUANGAN

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO 3 (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m /kg) (kg/m3)
1 24,1913 23,1289 3,0836 0,0197 84,0445 0,8875 1,1268 77,9861
2 24,4820 23,4526 3,1268 0,0200 84,5626 0,8883 1,1258 78,8521
3 24,4820 23,4312 3,1239 0,0200 84,2699 0,8884 1,1257 78,8498
4 24,4820 23,4235 3,1229 0,0200 84,1659 0,8884 1,1256 78,8490
5 24,6274 23,5788 3,1436 0,0201 84,3337 0,8888 1,1251 79,2815
6 24,6274 23,5787 3,1436 0,0201 84,3330 0,8888 1,1251 79,2815
7 24,6274 23,5741 3,1429 0,0201 84,2697 0,8888 1,1251 79,2810
8 24,6274 23,5678 3,1421 0,0201 84,1847 0,8889 1,1250 79,2803

2) SEBELUM PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 24,1913 23,1289 3,0836 0,0197 84,0445 0,8875 1,1268 77,9861

137
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

2 24,4820 23,4526 3,1268 0,0200 84,5626 0,8883 1,1258 78,8521


3 24,4820 23,4312 3,1239 0,0200 84,2699 0,8884 1,1257 78,8498
4 24,4820 23,4235 3,1229 0,0200 84,1659 0,8884 1,1256 78,8490
5 24,6274 23,5788 3,1436 0,0201 84,3337 0,8888 1,1251 79,2815
6 24,6274 23,5787 3,1436 0,0201 84,3330 0,8888 1,1251 79,2815
7 24,6274 23,5741 3,1429 0,0201 84,2697 0,8888 1,1251 79,2810
8 24,6274 23,5678 3,1421 0,0201 84,1847 0,8889 1,1250 79,2803

3) SETELAH PEMANAS

Pv h
Pv' ω RH v ρ
NO (kJ/kg)
(mmHg) mmHg kPa (kgv/kgda) (%) (m3/kg) (kg/m3)
1 32,0132 30,9711 4,1291 0,0267 85,5589 0,9114 1,0973 100,8323
2 34,0924 33,0517 4,4065 0,0286 85,8207 0,9173 1,0902 106,8056
3 33,6988 32,6834 4,3574 0,0283 86,0938 0,9161 1,0916 105,6840
4 32,2005 31,1723 4,1560 0,0269 85,7635 0,9118 1,0967 101,3716
5 30,9348 29,8780 3,9834 0,0257 85,2490 0,9083 1,1010 97,7156
6 30,0437 28,9926 3,8654 0,0249 85,1778 0,9056 1,1042 95,1452
7 29,7050 28,6725 3,8227 0,0247 85,4022 0,9045 1,1055 94,1614
8 29,5356 28,4979 3,7994 0,0245 85,3087 0,9040 1,1061 93,6681

4) KARAKTERISTIK PEMANASAN
N ma cmm Qv E
o
1 1,1242 60,6551 25,683 25,6831
1
2 1,1092 60,0655 31,005 31,0058

138
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

8
3 1,0717 58,0030 28,759 28,7595
5
4 1,0519 56,7981 23,690 23,6907
7
5 1,0422 56,1799 19,211 19,2115
5
6 1,0085 54,2841 15,997 15,9978
8
7 0,9597 51,6274 14,280 14,2803
3
8 0,9071 48,7868 13,051 13,0511
1
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

139
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

PK vs Pv'
36.0000

34.0000

32.0000

30.0000
Pv' (mmHg)

28.0000

26.0000

24.0000

22.0000

20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan sebelum
heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara
beruntun adalah 24,1913 mmHg, 24,4820 mmHg, 24,4820 mmHg,
24,4820 mmHg, 24,6274 mmHg, 24,6274 mmHg, 24,6274 mmHg,
24,6274 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat pada pembukaan katup
1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun 32,0132 mmHg, 34,0924
mmHg, 33,6988 mmHg, 32,2005 mmHg, 30,9348 mmHg, 30,0437
mmHg, 29,7050 mmHg, 29,5356 mmHg.
Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv’ meningkat seiring dengan
meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv’ walapun tidak besar. Sedangkan
pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv’ Menurun drastis kecuali pada
pembukaan 2, 3 dan 4 yang sedikit naik sebelum akhirnya turun kembali.
Hal ini disebabkan oleh variasi dari nilai temperatur bola basah yang
mempengaruhi nilai tekanan uap jenuh. Dari, Hal ini tetap dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan kurva Kondisi Ruangan dan Sebelum
Heater hubungan pembukaan katup dengan nilai tekanan uap jenuh ialah
berbanding lurus. Sedangkan pada kondisi setelah heater nilainya saling

140
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

berbanding terbalik.
b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
34.0000

32.0000

30.0000

28.0000
Pv (mmHg)

26.0000

24.0000

22.0000

20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv
secara beruntun adalah 23,1289 mmHg, 23,4526 mmHg, 23,4312
mmHg, 23,4235 mmHg, 23,5788 mmHg, 23,5787 mmHg, 23,5741
mmHg, 23,5678 mmHg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara
beruntun adalah 30,9711 mmHg, 33,0517 mmHg, 32,6834 mmHg,
31,1723 mmHg, 29,8780 mmHg, 28,9926 mmHg, 28,6725 mmHg,
28,4979 mmHg.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai Pv meningkat seiring dengan


meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater, terjadi peningkatan Pv walapun tidak besar.
Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai Pv sedikit naik
sepanjang pembukaan 2, 3, dan 4 sebelum akhirnya agak menurun.

141
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

Sama Halnya dengan nilai Tekanan Jenuh Uap Air(Pv’). Hal ini
disebabkan nilai Pv yang dipengaruhi oleh nilai Pv’ secara berbanding
lurus. Maka dari Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kurva
kondisi ruangan dan sebelum heater hubungan pembukaan katup
dengan nilai tekanan uap parsial ialah berbanding lurus. Sedangakan
berdasarkan kurva kondisi setelah heater terlihat perbandingan kedua
nilai saling berbanding terbalik.

c. Pembukaan Katup vs ω

PK vs ω
0.0300

0.0280

0.0260

0.0240
ω

0.0220

0.0200

0.0180
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat Pada kondisi ruangan


dan sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai Pv secara beruntun adalah 0,0197 kgv/kgda, 0,0200 kgv/kgda,
0,0200 kgv/kgda, 0,0200 kgv/kgda, 0,0201 kgv/kgda, 0,0201
kgv/kgda, 0,0201 kgv/kgda, 0,0201 kgv/kgda. Pada kondisi setelah
Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai ω secara beruntun 0,0267 kgv/kgda, 0,0286 kgv/kgda, 0,0283

142
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

kgv/kgda, 0,0269 kgv/kgda, 0,0257 kgv/kgda, 0,0249 kgv/kgda,


0,0247 kgv/kgda, 0,0245kgv/kgda.

Dari Grafik dapat kita lihat nilai ω meningkat seiring


dengan meningkat pembukaan, dapat dilihat pada kurva Kondisi
Ruangan dan Sebelum Heater, terjadi peningkatan ω walapun tidak
besar. Sedangkan pada Kurva Setelah Heater terlihat nilai ω
Meningkat drastis sepanjang pembukaan 2, 3, dan 4 sebelum akhirnya
agak menurun. Sama kasusnya dengan nilai Pv, hal ini disebabkan
nilai ω yang dipengaruhi oleh nilai Pv secara berbanding lurus. Maka
dari hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pembukaan katup
dengan nilai tekanan uap parsial berdasarkan kurva kondisi ruangan
dan sebelum heater ialah berbanding lurus. Sedangkan berdasarkan
kurva setelah heater ialah berbanding terbalik

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
86.5000

86.0000

85.5000
RH

85.0000

84.5000

84.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai

143
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

RH secara beruntun adalah 84,0445%, 84,5626%, 84,2699%,


84,1659%, 84,3337%, 84,3330%, 84,2697%, 84,1847%. Pada kondisi
setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7
dan 8 nilai RH secara beruntun 85,5589%, 85,8207%, 86,0938%,
85,7635%, 85,2490%, 85,1778%, 85,4022%, 85,3087%.
Dari Grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif
apakan naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan
katup. Hal ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi setelah heater dapat dilihat bahwa terjadi
sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum heater
kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang dimana
Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat dibandingkan
dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif yang
didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps, yang
dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai Temperatur Bola Basah(Twb)
sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai temperatur Bola Kering(Tdb).
Akan tetapi dapat kita lihat bahwa kelembapan relatif setelah heater
lebih besar daripada kelembapan relatif kondisi ruangan dan sebelum
heater

e. Pembukaan Katup vs v

144
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

PK vs v
0.9200
0.9150
0.9100
0.9050
0.9000
0.8950
v

0.8900
0.8850
0.8800
0.8750
0.8700
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat Pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v
secara beruntun adalah 0,8875 m3/kg, 0,8883 m3/kg, 0,8884 m3/kg,
0,8884 m3/kg, 0,8888 m3/kg, 0,8888 m3/kg, 0,8888 m3/kg, 0,8889
m3/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun adalah 0,9114
m3/kg, 0,9173 m3/kg, 0,9161 m3/kg, 0,9118 m3/kg, 0,9083 m3/kg,
0,9056 m3/kg, 0,9045 m3/kg, 0,9040m3/kg.
Dari grafik pembukaan katup vs volume spesifik ini dapat
kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai volume spesifik naik
dari pembukaan 1 ke 2 dan menurun sepanjang pembukaan 2 sampai 8
seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada
kondisi ruangan dan setelah heater mengalami peningkatan walaupun
tidak besar. Ini dikarenakan nilai volume spesifik sendiri dipengaruhi
oleh nilai tekanan parsial uap air(Pv) dan nilai dari temperatur suhu
bola kering. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat
disimpulkan bahwa Pembukaan Katup berbanding lurus terhadap

145
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

Volume spesifik. Sedangkan pada kondisi setelah heater mengatakan


sebaliknya yang diakibatkan oleh variasi nilai dari Tdb dan Pv

f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs ρ
1.1300

1.1200

1.1100

1.1000
ρ

1.0900

1.0800

1.0700
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 1,1268 kg/m3, 1,1258 kg/m3, 1,1257 kg/m3,
1,1256 kg/m3, 1,1251 kg/m3, 1,1251 kg/m3, 1,1251 kg/m3,
1,1250kg/m3. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihast pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 1,0973 kg/m3, 1,0902 kg/m3, 1,0916 kg/m3, 1,0967 kg/m3,
1,1010 kg/m3, 1,1042 kg/m3, 1,1055 kg/m3, 1,1061kg/m3.

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah heater bahwa nilai massa jenis udara
menurun dari pembukaan 1 ke 2 sebelum akhirnya meningkat seiring
dengan meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada
kondisi ruangan dan setelah heater mengalami peningkatan walaupun

146
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

tidak besar. Ini dikarenakan nilai dari massa jenis sendiri dipengaruhi
oleh nilai volume spesifik secara berbanding terbalik. Dari Kurva
Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater dapat disimpulkan bahwa
Pembukaan Katup berbanding terbalik terhadap Massa Jenis Udara.
Sedangkan pada kondisi setelah heater terlihat bahwa hubungannya
berbanding lurus

g. Pembukaan Katup vs h

PK vs h
110.0000

105.0000

100.0000

95.0000
h

90.0000

85.0000

80.0000

75.0000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan dan


sebelum heater pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ
secara beruntun adalah 77,9861 kJ/kg, 78,8521 kJ/kg, 78,8498 kJ/kg,
78,8490 kJ/kg, 79,2815 kJ/kg, 79,2815 kJ/kg, 79,2810 kJ/kg, 79,2803
kJ/kg. Pada kondisi setelah Heater dapat dilihat pada pembukaan
katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 100,8323
kJ/kg, 106,8056 kJ/kg, 105,6840 kJ/kg, 101,3716 kJ/kg, 97,7156
kJ/kg, 95,1452 kJ/kg, 94,1614 kJ/kg, 93,6681 kJ/kg.

Dari grafik pembukaan katup vs entalpi ini dapat kita lihat dari
kondisi setelah heater bahwa nilai entalpi meningkat dari pembukaan

147
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

1 ke 2 sebelum akhrinya menurun seiring dengan meningkatnya


pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah heater
mengalami peningkatan walaupun tidak besar. Ini sendiri disebabkan
oleh nilai h yang dipengaruhi oleh temperatur bola kering dan rasio
kelembapan udara. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Heater
dapat disimpulkan bahwa Pembukaan Katup berbanding lurus
terhadap Massa Jenis Udara. Sedangkan kondisi setelah heater
hubungannya saling berbanding terbalik.

148
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

VI. Kesimpulan

A. Pemanasan Udara Lembap 0,5 kW


1. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap jenuh menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
2. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap parsial menurun seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
3. Pada Setelah Heater nilai rasio kelembapan menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum heater dan
setelah mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang pembukaan
katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps
5. Pada Setelah Heater nilai volume spesifik udara menurun seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
6. Pada Setelah Heater nilai massa jenis udara meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi penurunan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
7. Pada Setelah Heater nilai entalpi udara menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
B. Pemanasan Udara Lembap 1 kW
1. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap jenuh menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.

149
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Preheater 1 kW Humidifier

2. Pada Setelah Heater nilai tekanan uap parsial menurun seiring


dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
3. Pada Setelah Heater nilai rasio kelembapan menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum heater dan
setelah mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang pembukaan
katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps
5. Pada Setelah Heater nilai volume spesifik udara menurun seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.
6. Pada Setelah Heater nilai massa jenis udara meningkat seiring
dengan meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi penurunan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding lurus.
7. Pada Setelah Heater nilai entalpi udara menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Pada Kondisi Ruangan dan
Sebelum Heater terjadi peningkatan walaupun tidak sebesar pada
Setelah Heater. Maka hubungan tekanan uap jenuh dan pembukaan
katup saling berbanding terbalik.

150
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

III. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv = Pv’−
[ (P−P v ' )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
2800−1,3(1,8 t db +32) ] (mmHg)

Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
v= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
v

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

8. Faktor simpang (Bypass factor)

| |
t −t
X= 2 s
t 1−t s

151
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Di mana :
t1 = temperatur udara sebelum evaporator
t2 = temperatur udara sesudah evaporator
ts = temperatur permukaan evaporator

X= | |
h2−h s
h1−h s
Di mana :
H1 = h1* - D h1 = entalpi udara sebelum evaporator
H2 = h2* - D h2 = entalpi udara setelah evaporator
D = deviasi entalpi

Perhitungan Karakteristik Pendinginan


1. Laju aliran massa udara (m)
ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor sensible udara (Qs)


Qs =0,0204 × cmm×(t 2−t 3)
Di mana :
t 2 = temperatur udara sebelum evaporator
t 3 = temperatur udara setelah evaporator

4. Kalor laten udara (QL)


Q L=50 × ccm× ( ω2 −ω3 )

152
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Di mana :
ω 2 = kelembaban udara sebelum evaporator
ω 3 = kelembaban udara setelah evaporator

5. Kalor total udara (Qth)


Qth = Qs + QL

6. Faktor kalor sensibel udara (SHF)


Qs
SHF =
Q s +Q L

153
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

IV. Analisis Data


IV. 1. Tabel Data Pengamatan
Temp. Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evapotator
NO PK
Evaporator Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 21 25,9 27,9941 28,9 31,0165 21 23,1179
2 2 16 26 28,1017 27,9 29,9344 16,3 18,4598
3 3 14 26 28,1379 27,2 29,3519 14,2 16,3714
4 4 14 26 28,1671 26,9 29,092 13,8 15,9182
5 5 14 26 28,1651 27,1 29,2176 14 16,1171
6 6 16 25,9 28,0779 26,8 28,9213 16 18,124
7 7 17 25,6 27,7951 25,9 28,0092 16,9 19,0541
8 8 21 25,4 27,5787 25,4 27,5481 20,9 23,0801
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

154
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

V.5 Analisa Data dan Contoh Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,5% dan 75%, dengan data sebagai berikut :
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

V.5.1 Kondisi Ruangan


Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
- Temperatur bola basah (twb) = 25,9 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,9941 o
C
Pembukaan 75%
- Temperatur bola basah (twb) = 25,9 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,0779 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,3415
100,2584
¿ 25,0635 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,3415
100,2584
¿ 25,0635 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 25,0635−
[ ( 752−25,0635 )( 28,6571−26,5 )( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8.28,6571+32 ) ]
¿ 24,0459

155
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 25,0635−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 25,0635 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 24,0051 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
24,0459
¿ 0,622
752−24,0459
¿ 0,0205
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 24,0051 ¿ ¿ 24,0051¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0205 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
24,0459
¿ × 100 %
27,2954
¿ 84,8463 %
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿24,0051 ¿ ¿ 28,482 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,2817%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv

156
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

0,2871×(27,9941+273)
¿
100,2584−3,2058
¿ 0,8901 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 28,0779+273)
¿ ¿ 3,2004 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8903 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ12,5=
v
1
¿
0,89009
¿ 1,1234 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8903¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1232 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×28,6571+0,0205 ×(2500+1,88× 27,9941)
¿ 80,5805 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 28,0779+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,0205 × ( 2500+1,88


¿ 80,5760 kJ/kg
V.5.2 Kondisi Sebelum Evaporator
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
o
- Temperatur bola basah (twb) = 28,9 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 31,0165 C

157
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Pembukaan 75%
- Temperatur bola basah (twb) = 26,8 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,9213 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)


752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,9829
100,2584
¿ 29,8744 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,5219
100,2584
¿ 26,4167 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 29,8744−
[ ( 752−29,8744 )( 31,0165−26,8 )( 1.8 )
2800−1.3 (1,8. 31,0165+32 ) ]
¿ 28,8501 mmhg

Pv 75=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 26,4167−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 26,4167 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 25,3871 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
28,8501
¿ 0,622
752−28,8501
¿ 0,0248

158
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 25,3871 ¿ ¿ 25,3871¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿
¿ 0,0217 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
28,8501
¿ ×100 %
33,7313
¿ 85,5292 %
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿25,3871 ¿ ¿ 29,9104 ¿ × 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,8770 %
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(31,0165+273)
¿
100,2584−3,8463
¿ 0,9050
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 28,9213+273)
¿ ¿ 3,3847 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8945 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ12,5=
v
1
¿
0,9050

159
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

¿ 1,1049 kg/m3

1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8945¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1179 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×31,0165+0,0248 ×(2500+1,88 ×31,0165)
¿ 94,6553 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 28,9213+0 MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ , 0217 × ( 2500+1,88


¿ 84,5775 kJ/kg
V.5.3 Kondisi Setelah Evaporator
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
- Temperatur bola basah (twb) = 21 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 20,4159 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 16 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 18,124 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
P v ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 2,2861
100,2584
¿ 17,1742 mmHg
752
P v ' 75=P j wb
100,2584

160
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 1,8137
100,2584
¿ 13,6039 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 17,1472− [ ( 752−18,6094 )( 23,1179−18,3 ) (1.8 )
2800−1.3 ( 1,8.23,1179+32 ) ]
¿ 16,1113 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 13,6039−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 13,6039 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 12,5645 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
16,1113
¿ 0,622
752−16,1113
¿ 0,0136 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 12,5645 ¿ ¿ 12,5645¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0106 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
16,1113
¿ ×100 %
21,2206

161
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

¿ 75,9226 %
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿12,5645 ¿ ¿ 15,5978 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 80,5525 %
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(23,1179+273)
¿
100,2584−2,1479
¿ 0,8662 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 18,124+273)
¿ ¿ 1,6751 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8475 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ12,5=
v
1
¿
0,8662
3
¿ 1,1554 kg /m
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8475¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1799 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×23,1179+0,0136 ×(2500+1,88 ×23,1179)
¿ 57,8699 kJ/kg

162
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 18,124+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿ 0,0106 × ( 2500+1,88×


¿ 44,9972 kJ/kg

Faktor Simpang (By Pass Factor) (X)

X 12,5 =| |t 2−t s
t 1−t s

¿ |23,1179−21
31,0165−21 |
¿ 0,21114

X 75=
| |
t 2−t s
t 1−t s
¿|18,124−MERGEFIELD M 8 ¿ , ¿ ¿ 16 ¿ ¿ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 28,9213−MERGEFIELD
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 0,1644
VI.5.4Perhitungan Karakteristik Pendinginan
1. Laju aliran massa udara (ma)
Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv12,5 =
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,00048
¿
2
¿ 1,01092 m3/s
ma 12,5=Qv × ρ

¿ 1,01902× 1,1297

¿ 1,14204 kg/s
Vud3 × A × k 2+ Vud 4 × A × k 3
Q v 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

¿ ¿ , ¿ ¿0,9047 m3/s
m a75=Qv × ρ

163
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

¿ MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 3 ¿ , ¿ ¿ 1,1489

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ

1
¿ 1,4204 × × 60
1,1297

¿ 60,6551 m3/s

1
cmm 75=ma× ×60
ρ
1
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 1,0395× ¿ 1,1489 ¿ ×60
MERGEFIELD M 3 ¿ , ¿

¿ 50,2840 m3/s

3. Kalor sensibel udara (Qs)


Qs 12,5 =0,0204 ×cmm ×(t 2−t 3)
¿ 0,0204 × 60,6551×(31,0165−23,1179)
¿ 9,7743 kJ/kg
Qs 75=0,0204 ×cmm ×(t 2−t 3)
¿ 0,0204 × MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 54,2841×(28,9213−18,124)
¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿11,9569 kJ/kg
4. Kalor Laten udara (QL)
Q L12,5=50 × ccm×(ω 2−ω3 )
¿ 50 ×60,6551 ×( 0,0248−0,0136)
¿ 33,9574 kJ/kg
Q L75=50 ×cmm ×(ω 2−ω 3)
¿ 50 ×50,2840 ×(MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ , 0217−MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿ ¿ , 006)
¿ MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿ ¿ 30,2987 kJ/kg
5. Kalor laten udara (QTH)
QTH 12,5=Q S +Q L
¿ 9,7743+33,9574

164
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

¿ 43,7308 kJ/kg
QTH 75=Q S +QL
¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿11,9569+ MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿¿ 30,2987
¿ MERGEFIELD M 13 ¿ ,¿ ¿ 42,2556 kJ/kg
6. Faktor kalor sensibel udara (SHF)
QS
SHF 12,5=
QS +Q L
9,7743
¿
9,7743+33,9574
¿ 0 , 22349
QS
SHF 75=
Q S +Q L

¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿11,9569 ¿ ¿ 11,9569+ MERGEFIELD M 12 ¿


MERGEFIELD M 9 ¿ ,¿
¿ MERGEFIELD M_14 ¿ , ¿ ¿ 0,2829

165
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan

1) KONDISI RUANGAN

Pv ω h
N Pv' RH v ρ
(kgv/kgda 3 (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m /kg) (kg/m3)
)
24,045
1 25,0635 3,2059 0,0205 84,8463 0,8901 1,1235 80,5805 0,2114
9
24,187
2 25,2088 3,2248 0,0207 84,8027 0,8906 1,1229 81,0123 0,1765
7
24,170
3 25,2088 3,2224 0,0207 84,5592 0,8907 1,1228 81,0104 0,1545
1
24,155
4 25,2088 3,2205 0,0206 84,3635 0,8907 1,1227 81,0088 0,1271
9
24,156
5 25,2088 3,2206 0,0206 84,3769 0,8907 1,1227 81,0089 0,1391
9
24,005
6 25,0635 3,2004 0,0205 84,2817 0,8903 1,1232 80,5760 0,1644
1
23,560
7 24,6274 3,1411 0,0201 84,0840 0,8889 1,1250 79,2795 0,1866
3
23,277
8 24,3367 3,1034 0,0199 84,1208 0,8879 1,1262 78,4176 0,3177
3

2) SEBELUM EVAPORATOR

Pv ω h
N Pv' RH v ρ
(kgv/kgda (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m3/kg) (kg/m3)
)
28,850
1 29,8744 3,8464 0,0248 85,5292 0,9050 1,1050 94,6553 0,2114
1
27,203
2 28,1890 3,6268 0,0233 85,7897 0,8997 1,1114 89,7600 0,1765
0
26,017
3 27,0612 3,4687 0,0223 84,8271 0,8965 1,1154 86,4556 0,1545
2
25,453
4 26,5171 3,3935 0,0218 84,2604 0,8951 1,1172 84,9055 0,1271
1
25,872
5 26,9001 3,4494 0,0222 85,0192 0,8960 1,1161 85,9872 0,1391
6
25,387
6 26,4167 3,3847 0,0217 84,8770 0,8945 1,1180 84,5775 0,1644
1
24,038
7 25,0635 3,2049 0,0205 84,7454 0,8901 1,1234 80,5797 0,1866
6
23,292
8 24,3367 3,1054 0,0199 84,3249 0,8878 1,1263 78,4192 0,3177
2

166
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

3) SETELAH EVAPORATOR

Pv ω h
N Pv' RH v ρ
(kgv/kgda (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m3/kg) (kg/m3)
)
16,111
1 17,1472 2,1480 0,0136 75,9226 0,8662 1,1544 57,8699 0,2114
3
12,823
2 13,8806 1,7097 0,0108 80,4815 0,8488 1,1781 33,9574 0,1765
8
11,080
3 12,1438 1,4773 0,0093 79,4514 0,8407 1,1894 39,9951 0,1545
7
10,795
4 11,8325 1,4393 0,0091 79,7487 0,8391 1,1917 38,9170 0,1271
4
10,947
5 11,9837 1,4595 0,0092 79,8373 0,8399 1,1907 39,4474 0,1391
2
12,564
6 13,6039 1,6751 0,0106 80,5525 0,8475 1,1799 44,9972 0,1644
5
13,380
7 14,4342 1,7839 0,0113 80,9386 0,8512 1,1748 47,7224 0,1866
4
17,471
8 18,5357 2,3293 0,0148 82,5246 0,8677 1,1524 60,8245 0,3177
4

4) KARAKTERISTIK PENDINGINAN
No ma cmm Qs Ql Qth SHF
1 1,142 60,6551 9,7734 33,9574 43,7308 0,2235
0
2 1,146 60,0655 14,0603 37,7029 51,7632 0,2716
0
3 1,114 58,0030 15,3593 37,6687 53,0281 0,2896
1
4 1,092 56,7981 15,2642 36,1555 51,4198 0,2969
9
5 1,080 56,1799 15,0141 36,4438 51,4579 0,2918

167
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

0
6 1,039 54,2841 11,9569 30,2987 42,2556 0,2830
5
7 0,988 51,6274 9,4315 23,9339 33,3654 0,2827
8
8 0,926 48,7868 4,4468 12,4081 16,8549 0,2638
4

Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

168
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

VI. Pembahasan
V.1. Pembahasan Umum

Pendinginan Udara Atmosfer adalah suatu percobaan yang dilakukan


di Laboratorium Mesin Pendingin yang bertujuan untuk mengetahui
keadaan sampel termodianamika dari siklus pendingin dari percobaan
pendinginan udara atmosfer. Pada percobaan ini praktikan diperlukan
untuk mengambil data berupa nilai Temperatur Bola Basah(Twb) dan
Temperatur Bola Kering(Tdb) pada udara yang dilakukan pendinginan
oleh evaporator pada saat kondisi ruangan, sebelum evaporator dan setelah
evaporator.
Aplikasi dan pendinginan udara atmosfer dapat kita lihat pada AC
(Air Conditioner). Sistem dan mekanisme AC sendiri banyak
dikembangkan oleh para ahli, dan setiap perusahaan produsennya
menawarkan berbagai keunggulan dalam setiap sistem yang dipakai.
Keunggulan yang ditawarkan biasanya dalam hal pengoperasian
dan energi yang digunakan baik sistem yang di luar ruangan (outdoor) juga
sistem di dalam ruang (indoor). Secara garis besar prinsip kerja air
conditioner adalah sebagai berikut:
1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada dalam
evaporator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi cairan
refrigeran. Dalam hal ini refrigeran akan menyerap panas udara
sehingga udara menjadi dingin dan refrigeran akan menguap dan
dikumpulkan dalam penampung uap.
2. Tekanan uap yang berasal dari evaporator disirkulasikan menuju
kondensor, selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan
tekanan uap refrigeran menjadi naik dan ditekan masuk ke dalam
kondensor.
3. Untuk menurunkan tekanan cairan refrigeran yang bertekanan tinggi
digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigeran yang
masuk dalam evaporator.
4. Pada saat udara keluar dari kondensor udara menjadi panas. Uap
refrigeran memberikan panas kepada udara pendingin dalam
kondensor menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan
panas pada kondensor, dibantu oleh kipas propeller.
5. Pada sirkulasi udara dingin terus-menerus dalam ruangan, maka perlu
adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan atau sesuai
dengan keinginan.

169
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

6. Udara dalam ruang menjadi lebih dingin dibanding diluar


ruangan sebab udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang
terdapat pada evaporator kemudian terjadi udara bersentuhan dengan
pipa/coil evaporator yang didalamnya terdapat gas pendingin (freon). Di
sini terjadi perpindahan panas sehingga suhu udara dalam ruangan relatif
dingin dari sebelumnya.
7. Suhu di luar ruangan lebih panas dibanding di dalam
ruangan, sebab udara yang di dalam ruangan yang dihisap oleh kipas
sentrifugal dan bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu dengan
komponen AC lainnya, kemudian udara dalam ruangan dikeluarkan oleh
kipas udara kondensor. Dalam hal ini udara di luar ruangan dapat dihisap
oleh kipas sentrifugal dan masuknya udara melalui kisi-kisi yang terdapat
pada AC.
8. Gas refrigeran bersuhu tinggi saat akhir kompresi di
kondensor dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem
air cooled atau uap refrigeran menyerap panas udara pendingin dalam
kondensor sehingga mengembun dan menjadi cairan di luar pipa
evaporator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari
refrigeran, maka air atau udara tersebut menjadi panas pada waktu keluar
dari kondensor. Uap refrigeran yang sudah menjadi cair ini, kemudian
dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi. Kejadian ini
akan berulang kembali seperti di atas. Secara umum, vaporizer digunakan
untuk menguapkan cairan. Uap yang dihasilkan digunakan untuk proses
kimia, bukan sebagai sumber panas seperti halnya steam dan
menggunakan elemen pemanas listrik
Cooler adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
over heating (panas berlebihan) dengan cara mendinginkan suatu fraksi
panas dengan menggunakan media cairan dingin, sehingga akan terjadi
perpindahan panas dari fluida yang panas ke media pendingin tanpa
adanya perubahan suhu. Alat pendingin biasanya menggunakan media air,
dalam prosesnya air pendingin tidak mengalami kontak langsung dengan
fraksi panas tersebut, karena fraksi panas mengalir di dalam pipa
sedangkan air pendingin berada di luar pipa. Jenis dari cooler:
1. Evaporative Cooler
Evaporative Cooler adalah perangkat yang mendinginkan udara
melalui penguapan air. Pendinginan evaporasi berbeda dari sistem
pendingin udara lainnya, yang menggunakan siklus pendinginan kompresi
uap atau absorpsi. Pendinginan evaporasi menggunakan fakta bahwa air
akan menyerap panas dalam jumlah yang relatif besar untuk menguap

170
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

(yaitu, memiliki entalpi penguapan yang besar). Suhu udara kering dapat
diturunkan secara signifikan melalui fase transisi air cair menjadi uap air
(penguapan). Ini dapat mendinginkan udara dengan menggunakan lebih
sedikit energi daripada pendinginan.
Dalam iklim yang sangat kering, pendinginan udara yang menguap
memiliki manfaat tambahan yaitu mengondisikan udara dengan lebih
banyak kelembapan untuk kenyamanan penghuni gedung. Potensi
pendinginan untuk pendinginan evaporasi bergantung pada depresi bola
basah, perbedaan antara suhu bola kering dan suhu bola basah). Di iklim
kering, pendinginan evaporasi dapat mengurangi konsumsi energi dan total
peralatan untuk pengkondisian sebagai alternatif pendinginan berbasis
kompresor.
2. Indirect Evaporative Cooler
Indirect Evaporative Cooler merupakan mendinginkan udara tanpa
proses meningkatkan kelembaban. Menggunakan sistem perangkat energi
lebih banyak jika dibandingkan dengan menggunakan sistem pendingin
evaporatif langsung. Prinsip kerja dari sistem ini yaitu, suplai kipas
mengalirkan udara luar hingga bersentuhan dengan satu sisi permukaan
heat exchanger yang dingin, karena didalamnya mengalir udara (secondary
air) yang suhunya relatif rendah. Setelah terjadi panas perpindahan antara
udara yang mengalir di luar heat exchanger dengan udara yang berada
didalam tidak langsung lebih mahal dan melalui permukaan heat
exchanger. Udara yang didalam suhunya akan menjadi naik dan saat
bersamaan pada sisi lain heat exchanger bersentuhan dengan evaporative
cooling pad sehingga terjadi proses đirect evaporative cooling.

171
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

PK vs Pv'
35.0000

30.0000

25.0000
Pv' (mmHg)

20.0000

15.0000

10.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun
adalah 25,0635 mmHg, 25,2088 mmHg, 25,2088 mmHg, 25,2088
mmHg, 25,2088 mmHg, 25,0635 mmHg, 24,6274 mmHg, 24,3367
mmHg. Pada sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5,
6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun adalah 29,8744 mmHg, 28,1890
mmHg, 27,0612 mmHg, 26,5171 mmHg, 26,9001 mmHg, 26,4167
mmHg, 25,0635 mmHg, 24,3367 mmHg. Pada kondisi setelah dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara
beruntun 17,1472 mmHg, 13,8806 mmHg, 12,1438 mmHg, 11,8325
mmHg, 11,9837 mmHg, 13,6039 mmHg, 14,4342 mmHg, 18,5357
mmHg.

Dapat dilihat pada kurva Sebelum Evaporator, terjadi penurunan


Pv’. Sedangkan pada Kurva Setelah evaporator terlihat nilai Pv’

172
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Menurun pada pembukaan 1, 2, dan 3 sebelum akhirnya naik


sepanjang meningkatnya pembukaan. Hal ini disebabkan oleh variasi
dari nilai temperatur bola basah yang mempengaruhi nilai tekanan uap
jenuh. Berdasarkan kurva kondisi ruangan dapat kita lihat nilai dari
naik sedikit lalu turun kembali, hal ini tetap dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan kurva Sebelum Evaporator hubungan pembukaan katup
dengan nilai tekanan uap jenuh ialah berbanding lterbalik. Sedangkan
pada kondisi setelah evaporator nilainya saling berbanding lurus.
Akan tetapi dapat kita lihat bahwa nilai Pv’ pada kondisi ruangan dan
sebelum evaporator lebih besar dibanding setelah evaporator.

b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
30.0000
28.0000
26.0000
24.0000
22.0000
Pv (mmHg)

20.0000
18.0000
16.0000
14.0000
12.0000
10.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 24,0459 mmHg, 24,1877 mmHg, 24,1701 mmHg, 24,1559
mmHg, 24,1569 mmHg, 24,0051 mmHg, 23,5603 mmHg, 23,2773
mmHg. Pada sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5,

173
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 28,8501 mmHg, 27,2030


mmHg, 26,0172 mmHg, 25,4531 mmHg, 25,8726 mmHg, 25,3871
mmHg, 24,0386 mmHg, 23,2922mmHg. Pada kondisi setelah dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara
beruntun 16,1113 mmHg, 12,8238 mmHg, 11,0807 mmHg, 10,7954
mmHg, 10,9472 mmHg, 12,5645 mmHg, 13,3804 mmHg, 17,4714
mmHg.

Dapat dilihat pada kurva Sebelum Evaporator, terjadi


penurunan Pv. Sedangkan pada Kurva Setelah Evaporator terlihat nilai
Pv menurun pada pembukaan 1, 2, dan 3 sebelum akhirnya naik
sepanjang meningkatnya pembukaan. Hal ini disebabkan oleh variasi
dari nilai tekanan uap jenuh yang masih mempengaruhi nilai tekanan
parsial uap air. Berdasarkan kurva kondisi ruangan dapat kita lihat
nilai dari tekanan parsial naik lalu turun kembali, hal ini tetap dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan kurva Sebelum Evaporator hubungan
pembukaan katup dengan nilai tekanan uap jenuh ialah berbanding
terbalik. Sedangkan pada kondisi setelah evaporator nilainya saling
berbanding lurus. Akan tetapi dapat kita lihat bahwa nilai Pv’ pada
kondisi ruangan dan sebelum evaporator lebih besar dibanding setelah
evaporator.

174
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

c. Pembukaan Katup vs ω

PK vs ω
0.0300

0.0250

0.0200
ω

0.0150

0.0100

0.0050
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 0,0205 kgv/kgda, 0,0207 kgv/kgda, 0,0207 kgv/kgda, 0,0206
kgv/kgda, 0,0206 kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda, 0,0201 kgv/kgda, 0,0199
kgv/kgda. Pada sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5,
6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 0,0248 kgv/kgda, 0,0233
kgv/kgda, 0,0223 kgv/kgda, 0,0218 kgv/kgda, 0,0222 kgv/kgda, 0,0217
kgv/kgda, 0,0205 kgv/kgda, 0,0199 kgv/kgda. Pada kondisi setelah
evaporator dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai ω secara beruntun 0,0136 kgv/kgda, 0,0108 kgv/kgda, 0,0093
kgv/kgda, 0,0091 kgv/kgda, 0,0092 kgv/kgda, 0,0106 kgv/kgda, 0,0113
kgv/kgda, 0,0148 kgv/kgda.

175
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Dari grafik dapat pada kurva kondisi ruangan nilai raso


kelembapan naik sedikit sebelum akhirnya turun sampai ke 0,0199
kgv/kgda di pembukaan 8. Dan pada kurva Sebelum Evaporator, terjadi
penurunan ω walapun. Sedangkan pada Kurva Setelah Evaporator
terlihat nilai ω turun sepanjan pembka 1, 2, dan 3 sebelum akhirnya
Meningkat sepanjang meningkatnya pembukaan. Sama kasusnya
dengan nilai Pv. Hal ini disebabkan nilai ω yang dipengaruhi oleh nilai
Pv secara berbanding lurus.

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
88.0000
86.0000
84.0000
82.0000
80.0000
RH

78.0000
76.0000
74.0000
72.0000
70.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 84,8463%, 84,8027%, 84,5592%, 84,3635%, 84,3769%,
84,2817%, 84,0840%, 84,1208%. Dan sebelum evaporator
pembukaan 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun adalah
%, 85,5292%, 85,7897%, 84,8271%, 84,2604%, 85,0192%,
84,8770%, 84,7454%, 84,3249%. Pada kondisi setelah evaporator

176
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH


secara beruntun 75,9226%, 80,4815%, 79,4514%, 79,7487%,
79,8373%, 80,5525%, 80,9386%, 82,5246%.
Dari Grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif apakan
naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan katup. Hal
ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil
perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan
Ps. Walaupun pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat bahwa
terjadi sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum
Evaporator kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang
dimana hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat
dibandingkan dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif
yang didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps, yang
dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai Temperatur Bola Basah(Twb)
sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai temperatur Bola Kering(Tdb).
Akan tetapi dapat kita lihat bahwa kelembapan relatif setelah
evaporator lebih besar daripada kelembapan relatif kondisi ruangan
dan sebelum evaporator.

e. Pembukaan Katup vs v

PK vs v
0.9200

0.9000

0.8800

0.8600
v

0.8400

0.8200

0.8000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

177
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun
adalah 0,8901 m3/kg, 0,8906 m3/kg, 0,8907 m3/kg, 0,8907 m3/kg,
0,8907 m3/kg, 0,8903 m3/kg, 0,8889 m3/kg, 0,8879 m3/kg. Pada
kondisi sebelum evaporator 0,9050 m3/kg, 0,8997 m3/kg, 0,8965
m3/kg, 0,8951 m3/kg, 0,8960 m3/kg, 0,8945 m3/kg, 0,8901 m3/kg,
0,8878 m3/kg. Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun
adalah 0,8662 m3/kg, 0,8488 m3/kg, 0,8407 m3/kg, 0,8391 m3/kg,
0,8399 m3/kg, 0,8475 m3/kg, 0,8512 m3/kg, 0,8677 m3/kg.
Dari grafik pembukaan katup vs volume spesifik ini dapat kita
lihat dari kondisi setelah evaporator bahwa nilai volume spesifik turun
dari pembukaan 1, 2 dan 3 lalu meningkat sepanjang meningkatnya
pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi ruangan dan setelah
evaporator mengalami penurunan. Ini dikarenakan nilai volume
spesifik sendiri dipengaruhi oleh nilai tekanan parsial uap air(Pv) dan
nilai dari temperatur suhu bola kering. Dari Kurva Kondisi Ruangan
Dan Sebelum Evaporator dapat disimpulkan bahwa Pembukaan Katup
berbanding terbalik terhadap Volume spesifik. Sedangkan pada
kondisi setelah evaporator mengatakan sebaliknya yang diakibatkan
nilai dari volume spesifik yang dipengaruhi oleh variasi nilai dari Tdb
dan Pv.

178
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

f. Pembukaan Katup vs ρ

PK vs ρ
1.2000

1.1800

1.1600

1.1400
ρ

1.1200

1.1000

1.0800

1.0600
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat Pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 1,1235 kg/m3, 1,1229 kg/m3, 1,1228 kg/m3, 1,1227 kg/m3,
1,1227 kg/m3, 1,1232 kg/m3, 1,1250 kg/m3, 1,1262 kg/m3. Dan pada
sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai ρ secara beruntun adalah 1,1050 kg/m3, 1,1114 kg/m3, 1,115
kg/m3, 1,1172 kg/m3, 1,1161 kg/m3, 1,1180 kg/m3, 1,1234 kg/m3,
1,1263 kg/m3. Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 1,1544 kg/m3, 1,1781 kg/m3, 1,1894 kg/m3, 1,1917 kg/m3,
1,1907 kg/m3, 1,1799 kg/m3, 1,1748 kg/m3, 1,1524 kg/m3.

179
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


kita lihat dari kondisi setelah evaporator bahwa nilai massa jenis udara
meningkat dari pembukaan 1, 2, dan 3 sebelum akhirnya menurun
seiring dengan meningkatnya nilai pembukaan katup. Sedangkan pada
kondisi ruangan dan setelah evaporator mengalami peningkatan
walaupun tidak besar. Ini dikarenakan nilai dari massa jenis sendiri
dipengaruhi oleh nilai volume spesifik secara berbanding terbalik.
Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan Sebelum Evaporator dapat
disimpulkan bahwa Pembukaan Katup berbanding lurus terhadap
Massa Jenis Udara. Sedangkan pada kondisi setelah evaporator
terlihat bahwa hubungannya berbanding terbalik

g. Pembukaan Katup vs h

PK vs h
100.0000

90.0000

80.0000

70.0000
h

60.0000

50.0000

40.0000

30.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah
80,5805 kJ/kg, 81,0123 kJ/kg, 81,0104 kJ/kg, 81,0088 kJ/kg, 81,0089
kJ/kg, 80,5760 kJ/kg, 79,2795 kJ/kg, 78,4176 kJ/kg. Dan Pada kondisi
setelah evaporator dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7

180
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 94,6553 kJ/kg, 89,7600 kJ/kg,


86,4556 kJ/kg, 84,9055 kJ/kg, 85,9872 kJ/kg, 84,5775 kJ/kg, 80,5797
kJ/kg, 78,4192 kJ/kg. Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah
57,8699 kJ/kg, 33,9574 kJ/kg, 39,9951 kJ/kg, 38,9170 kJ/kg, 39,4474
kJ/kg, 44,9972 kJ/kg, 47,7224 kJ/kg, 60,8245 kJ/kg.
Dari grafik pembukaan katup vs entalpi ini dapat kita lihat dari
kondisi setelah evaporator bahwa nilai entalpi menurunt dari
pembukaan 1 ke 2 sebelum akhirnya meningkat seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup. Sedangkan pada kondisi ruangan dan
setelah evaporator mengalami peningkatan walaupun tidak besar. Ini
sendiri disebabkan oleh nilai h yang dipengaruhi oleh temperatur bola
kering dan rasio kelembapan udara. Dari Kurva Kondisi Ruangan Dan
Sebelum Evaporator dapat disimpulkan bahwa Pembukaan Katup
berbanding terbalik terhadap Massa Jenis Udara. Sedangkan kondisi
setelah evaporator hubungannya saling berbanding lurus

181
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

h. Grafik p-h
T14 T13 T12 T11 p13 p11
PK Temperature Temperature Temperature Temperature pressure pressure
(oC) (oC) (oC) (oC) (bar abs) (bar abs)
12,5% 10,0645 46,4912 55,2736 11,6272 12,3447 3,4889

T13 T12

T14 T11

Pada grafik pressure (p) & enthalpy (h) terdapat empat titik yaitu T11
dengan nilai p yaitu 5,7414 bar & Tdb yaitu 23,9626˚C, T12 dengan nilai Tdb
yaitu 61,4232˚C, T13 dengan nilai p yaitu 11,8738 bar & Tdb yaitu 48,0527˚C,
dan T14 dengan nilai Tdb yaitu 20,8432˚C. Pada titik T11 menuju ke T12 tekanan
dan temperaturnya meningkat karna pada proses tersebut terjadi kompresi oleh

182
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

kompresor. Pada titik T12 menuju ke T13 tekanannya konstan tetapi berubah
wujud dari gas ke cair, ini terjadi karena adanya proses kondensasi yang dilakukan
oleh kondensor. Pada titik T13 menuju ke titik T14, fluida melalui sebuah katup
ekspansi, dimana temperaturnya diturunkan. Dan yang terakhir pada titik T14
menuju titik T11, terjadi proses evaporasi oleh evaporator dan fluida berubah
menjadi wujud gas lagi
T14 T13 T12 T11 p13 p11
PK Temperature Temperature Temperature Temperature pressure pressure
(oC) (oC) (oC) (oC) (bar abs) (bar abs)
75% 20,8432 48,0527 61,4232 23,9626 11,8738 5,7414

T13 T12

T11

T14

Pada grafik pressure (p) & enthalpy (h) terdapat empat titik yaitu T11
dengan nilai p yaitu 5,7414 bar & Tdb yaitu 23,9626˚C, T12 dengan nilai Tdb
yaitu 61,4232˚C, T13 dengan nilai p yaitu 11,8738 bar & Tdb yaitu 48,0527˚C,
dan T14 dengan nilai Tdb yaitu 20,8432˚C. Pada titik T11 menuju ke T12 tekanan
dan temperaturnya meningkat karna pada proses tersebut terjadi kompresi oleh
kompresor. Pada titik T12 menuju ke T13 tekanannya konstan tetapi berubah

183
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

wujud dari gas ke cair, ini terjadi karena adanya proses kondensasi yang dilakukan
oleh kondensor. Pada titik T13 menuju ke titik T14, fluida melalui sebuah katup
ekspansi, dimana temperaturnya diturunkan. Dan yang terakhir pada titik T14
menuju titik T11, terjadi proses evaporasi oleh evaporator dan fluida berubah
menjadi wujud gas lagi

VI. Kesimpulan
1. Pada Setelah evaporator nilai tekanan uap jenuh menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup lalu meningkat pada PK 5. Pada Kondisi
Ruangan nilai stabil dengan rataan nilai kisaran 25 mmHg dan Sebelum
Evaporator terjadi penurunan nilai tekanan uap jenuh.
2. Pada Setelah evaporator nilai tekanan uap air parsial menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup lalu meningkat pada PK 5. Pada Kondisi
Ruangan nilai stabil dengan rataan nilai kisaran 24 mmhg dan Sebelum
Evaporator terjadi penurunan nilai tekanan uap air parsial.
3. Pada Setelah Evaporator nilai rasio kelembapan menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup lalu meningkat pada PK 5. Pada Kondisi
Ruangan nilai stabil dengan rataan nilai kisaran 0,2 kgv/kgda dan Sebelum
Evaporator terjadi penurunan nilai rasio kelembapan.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum evaporator dan
setelah evaporator mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang pembukaan
katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps.
5. Pada Setelah Evaporator nilai volume spesifik udara menurun seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup lalu meningkat pada PK 5. Pada Kondisi
Ruangan nilai stabil dengan rataan nilai kisaran 0,8900 m3/kg dan Sebelum
Evaporator terjadi penurunan nilai volume spesifik udara.
6. Pada Setelah Evaporator nilai massa jenis udara meningkat seiring dengan
meningkatnya pembukaan katup lalu meningkat pada PK 5. Pada Kondisi
Ruangan nilai stabil dengan rataan nilai kisaran 1,1200 kg/m 3 dan Sebelum
Evaporator terjadi penurunan nilai massa jenis udara.
7. Pada Setelah evaporator nilai entalpi udara menurun seiring menurun dari
PK1 ke PK 2 lalu meningkat pada PK 3. Pada Kondisi Ruangan nilai stabil

184
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling

dengan rataan nilai kisaran 80 kJ/kg dan Sebelum Evaporator terjadi


penurunan nilai entalpi udara.

185
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

I. Rumus – rumus yang digunakan


Rumus – rumus yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Tekanan uap jenuh pada temperature bola basah (Pv’)
Lihat pada tabel A2 (Stoker) berdasarkan Twb

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv = Pv’−
[ (P−P v ' )× ( t db −t wb ) ×(1,8)
2800−1,3(1,8 t db +32) ] (mmHg)

Di mana :
P = Tekanan atmosfir (mmHg)

3. Rasio kelembaban udara (ω)


Pv
ω = 0,622 × (kgv/kgda)
P−Pv

4. Kelembaban relative (RH)


Pv
RH = × 100 % (%)
Ps
Di mana :
Ps = Tekanan jenuh uap air pada tdb

5. Volume spesifik udara (v)


Ra ×t db
v= (m3/kg)
P−Pv
Di mana :
Ra = Konstanta gas untuk udara kering
= 0,2871 J/kg
Pa = P – Pv (kPa)

6. Densitas udara (ρ)


1
ρ= (kg/m3)
v

7. Entalphi udara (h)


h=1,005× t db+ ω ×( 2500+ 1,88× t db ) (kJ/kg)

8. Faktor simpang (Bypass factor)

| |
X=
t 2−t s
t 1−t s

186
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Di mana :
t1 = temperatur udara sebelum evaporator
t2 = temperatur udara sesudah evaporator
ts = temperatur permukaan evaporator

X= | |
h2−h s
h1−h s
Di mana :
H1 = h1* - D h1 = entalpi udara sebelum evaporator
H2 = h2* - D h2 = entalpi udara setelah evaporator
D = deviasi entalpi

Perhitungan Karakteristik Pendinginan


1. Laju aliran massa udara (m)
ma = Qv . ρ (kg/s)
Di mana :
Qv = laju aliran volumetric udara (m3/s)
Vud3 . A . K 2 +Vud4 . A . K 3
=
2
k = Faktor kalibrasi

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm = ma . . 60 (m3/detik)
ρ
Di mana :
ρ = Massa jenis udara setelah dari evaporator

3. Kalor sensible udara (Qs)


Qs =0,0204 × cmm×(t 2−t 3)
Di mana :
t 2 = temperatur udara sebelum evaporator
t 3 = temperatur udara setelah evaporator

4. Kalor laten udara (QL)


Q L=50 × ccm × ( ω2 −ω3 )

187
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Di mana :
ω 2 = kelembaban udara sebelum evaporator
ω 3 = kelembaban udara setelah evaporator

5. Kalor total udara (Qth)


Qth = Qs + QL

6. Faktor kalor sensibel udara (SHF)


Qs
SHF =
Q s +Q L

188
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

I. Analisis Data
IV. 1. Tabel Data Pengamatan
Temp. Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evapotator
NO PK
Evaporator Twb Tdb Twb Tdb Twb Tdb
1 1 23 25,2 27,3454 24,7 26,8448 22,9 25,0064
2 2 23 25,2 27,3366 24,7 26,8267 22,9 24,9839
3 3 23 25,2 27,3968 24,8 26,9245 23,2 25,3765
4 4 24 25,3 27,4777 24,9 27,0456 23,7 25,8375
5 5 24 25,4 27,5594 25,1 27,2347 24 26,1409
6 6 25 25,4 27,5593 25,3 27,4176 24,6 26,7351
7 7 25 25,5 27,607 25,4 27,5153 24,6 26,7309
8 8 25 25,5 27,6445 25,4 27,5771 24,8 26,9787
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

189
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

VI.5 Analisa Data dan Contoh Perhitungan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,5% dan 75%, dengan data sebagai berikut :
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2

VI.5.1 Kondisi Ruangan


Pada contoh perhitungan, diambil data untuk pembukaan outlet
sebesar 12,5 % dan 75%, dengan data sebagai berikut :
- Tekanan atmosfir (P) = 752 mmHg
- Luas penampang air duct = 0,105 m2
VI.5.2 Kondisi Ruangan
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,2 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,3454 o
C
Pembukaan 75%:
- Temperatur bola basah (twb) = 25,4 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,5593 o
C

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)


752
Pv ' 12,5=P j wb (mmHg)
100,2584
752
¿ 3,2058
100,2584
¿ 24,0459 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2446
100,2584
¿ 24,3367 mmHg

2. Tekanan parsial uap air (Pv)

190
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

P v 12,5=P v − '
[
( P−P v ' ) ( t db −twb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+32 ) ]
¿ 24,0459− [ ( 752−24,0459 )( 27,3454−25,2 ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8.27,3454 +32 ) ]
¿ 23,0026 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,3367−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,3367 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 23,2868 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
23,0026
¿ 0,622
752−23,0026
¿ 0,0196
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,2868 ¿ ¿ 23,2868 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0 ,0199 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
23,0026
¿ × 100 %
27,2954
¿ 84,2727 %

Pv
RH 75= ×100 %
Ps

191
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,2868 ¿ ¿27,6401 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,2502%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(27,3454+ 273)
¿
100,2584−3,0667
¿0,8869 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 27,5593+273)
¿ ¿ 3,1046 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8879 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )

1
ρ12,75=
v

1
¿
0,8869

¿ 1,1275 kg/m3

1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8879¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1263 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×27,3454+ 0,0196× ( 2500+1,88 ×27,3454 )
¿ 77,5572 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

192
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 27,5593+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,0199 × ( 2500+1,88


¿ 78,4186 kJ/kg
VI.5.3 Kondisi Sebelum Evaporator
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
- Temperatur bola basah (twb) = 24,7 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 28,6428 o
C
Pembukaan 75%
- Temperatur bola basah (twb) = 25,3 o
C
- Temperatur bola kering (tdb) = 27,4176 o
C
1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)
752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 3,1119
100,2584
¿ 24,0459 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2252
100,2584
¿ 24,1913 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v − '
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 24,0459−
[ ( 752−24,0459 )( 28,6428−24,7 ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8.28,6428+ 32 ) ]
¿ 22,2978 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]

193
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ MERGEFIELD M 5 ¿ ,¿ ¿ 24,1913−
[ ( 752−MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 24,1913 ) ( MERGEFIELD
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD

¿ 23,1616 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
22,2978
¿ 0,622
752−22,2978
¿ 0,0190 kgv/kgda
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,1616 ¿ ¿ 23,1616 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0 ,0198 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
RH 12,5= × 100 %
Ps
22.2978
¿ ×100 %
26,4368
¿ 84,3437 %
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,1616 ¿ ¿ 27,4118¿ × 100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 84,4952%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v12,5 =
P−Pv
0,2871×(26,8448+273)
¿ ¿
100,2584−2,9728 ¿
¿0,8845 m3/kg

194
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871×(MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 27,4176+273)
¿ ¿ 3,088 ¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8873 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ12,5=
v
1
¿
0,8845

¿ 1,1305 kg/m3
1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ , 8873¿
0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1270 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×26,8448+0,0190 × ( 2500+1,88 × 26,8448 )
¿ 75,455 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 × MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 27,4176+ MERGEFIELD M 7 ¿ , ¿ ¿ 0,0198 × ( 2500+1,88


¿ 77,9896 kJ/kg
VI.5.4Kondisi Setelah Evaporator
Data yang diperoleh :
Pembukaan 12,5%
o
- Temperatur bola basah (twb) = 22,9 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 25,0064 C
Pembukaan 75%
o
- Temperatur bola basah (twb) = 24,6 C
o
- Temperatur bola kering (tdb) = 26,7351 C

195
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

1. Tekanan uap jenuh pada temperatur bola basah (Pv’)


752
Pv ' 12,5=P j wb
100,2584
752
¿ 2,79205
100,2584
¿ 20,9421 mmHg
752
Pv ' 75=P j wb
100,2584
752
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 3,2274
100,2584
¿ 24,5258 mmHg
2. Tekanan parsial uap air (Pv)

Pv 12,5=P v −
'
[
( P−P v' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db +32 ) ]
¿ 20,9421−
[ ( 752−20,9421 ) ( 25,0064−22,9 ) (1.8 )
2800−1.3 (1,8. 25,0064+ 32 ) ]
¿ 19,9155 mmHg

Pv 75=P v −
'
[
( P−P v ' ) ( t db−t wb ) ( 1.8 )
2800−1.3 ( 1,8 t db+ 32 ) ]
¿ 24,5258−
[ ( 752−24,5258 ) ( MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 26,7351−MER
2800−1,3 ( 1,8. MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 26

¿ 23,1616 mmHg
3. Rasio kelembaban udara (ω)
Pv
ω 12,5=0,622
P−Pv
19,9155
¿ 0,622
752−19,9155
¿ 0,0169
Pv
ω 75=0,622
P−Pv

196
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ 0,622 MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿ ¿ 23,1616 ¿ ¿ 23,1616 ¿


752−MERGEFIELD M 6 ¿ ,¿
¿ 0,0201 kgv/kgda
4. Kelembaban Relatif (RH)
Pv
R H 12,5= × 100 %
Ps
19,9155
¿ ×100 %
23,7645
¿ 83,8034 %
Pv
RH 75= ×100 %
Ps

¿ MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿23,1616 ¿ ¿ 26,2774 ¿ ×100 %


MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿
¿ 89,6049%
5. Volume spesifik udara (v)
Ra ×t tb
v75 =
P−Pv
0,2871×(25,0064+ 273)
¿
100,2584−2,6551
¿ 0,8762 m3/kg
Ra ×t db
v75 =
P−Pv
0,2871 ×( 26,7351+ 273)
¿ ¿ 3,1391¿
100,2584−MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿
¿ 0,8857 m3/kg
6. Densitas Udara ( ρ )
1
ρ12,5=
v

1
¿
0,8762

¿ 1,1411 kg/m3

197
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

1
ρ 75=
v
1
¿ ¿ 0,8873¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ 1,1289 kg/m3
7. Enthalphy Udara (h)
h12,5 =1,005× t db+ ω ×(2500+ 1,88× t db )
¿ 1,005 ×25,0064+ 0,0169× ( 2500+1,88 ×25,0064 )
¿ 68,2288 kJ/kg
h75=1,005 × t db +ω ×(2500+1,88 × t db )

¿ 1,005 ×2 MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 6 , 7351+ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿ ¿ , 0198 × ( 2500+1,88


¿ 78,1416 kJ/kg
Faktor Simpang (By Pass Factor) (X)

X 12,5 =
| |t 2−t s
t 1−t s

¿ |25,0064−23
26,8448−23|
¿ 0,5218

X 75=
| |
t 2−t s
t 1−t s
¿|MERGEFIELD M 6 ¿ , ¿ ¿ 27,4176−MERGEFIELD M 8 ¿ , ¿ ¿ 25 ¿ ¿ MERGEFIELD M 7 ¿ ,¿
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 0,7177

¿ 0,129001

VI.5.4 Perhitungan Karakteristik Pendinginan

1. Laju aliran massa udara (ma)


Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv12,5 =
2
9,5798× 0,105 ×1,00019+9,6692 ×0,0105 ×1,0005
¿
2

198
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ 1,01092 m3/s
ma 12,5=Qv × ρ

¿ 1,01092× 1,1358

¿ 1,1482 kg/s

Vud 3 × A × k 2 +Vud 4 × A ×k 3
Qv 75=
2
¿ MERGEFIELD M 1 ¿ ,¿ ¿ 8,5128 × 0,105× MERGEFIELD M 2 ¿ , ¿ ¿ 1,0001+ MERGEFIELD

¿ ¿ , ¿ ¿0,9047 m3/s
ma 75 =Qv × ρ

¿ MERGEFIELD M 2 ¿ ,¿ ¿ 0,9047 × MERGEFIELD M 3 ¿ , ¿ ¿ 1,128

2. Kapasitas udara suplai (cmm)


1
cmm 12,5=ma× ×60
ρ

1
¿ 1,1482× ×60
1,10109

¿ 60,6551 m3/s

1
cmm 75=ma × ×60
ρ
1
¿ MERGEFIELD M 4 ¿ , ¿ ¿ 1,0205× ¿ 1,1279 ¿ ×60
MERGEFIELD M 3 ¿ , ¿

¿ 50,2840 m3/s
3. Kalor sensibel udara (Qs)
Qs 12,5 =0,0204 ×ccm ×(t 2 −t 3 )
¿ 0,0204 × 60,6551×(26,8448−25,0064)
¿ 2,2747 kJ/kg

Qs 75=0,0204 ×cmm ×(t 2−t 3)

199
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ 0,0204 × MERGEFIELD M 5 ¿ , ¿ ¿ 54,2841×(27,4196−26,7351)


¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿ 0,7558 kJ/kg
4. Kalor Laten udara (QL)
Q L12,5=50 × ccm×(ω 2−ω3 )
¿ 50 ×60,6551 ×(0,0190−0,0169)
¿ 6,3262 kJ/kg

Q L75=50 ×cmm ×(ω 2−ω 3)

¿ 50 ×50,2840 ×(MERGEFIELD M 10 ¿ , ¿ ¿ 0,0198−MERGEFIELD M 11 ¿ , ¿ ¿ 0,0201)


¿ MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿ ¿−0,9187 kJ/kg
5. Kalor laten udara (QTH)
QTH 12,5=Q S +Q L
¿ 2,2747+6,3262
¿ 8,6009 kJ /kg

QTH 75=Q S +QL


¿ MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿ 0,7558+( MERGEFIELD M 12 ¿ , ¿ ¿−0,9187)
¿ ( MERGEFIELD M 13 ¿ , ¿ ¿−0 ,1629 ) kj /kg

6. Faktor kalor sensibel udara (SHF)


QS
SHF 12,5=
QS +Q L
2,2747
¿ ¿
2,2747+6,3262¿
¿ 0,264 4

QS
SHF 75=
Q S +Q L

200
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

¿ 0 MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿ ¿ ,7558 ¿ ¿¿
MERGEFIELD M 9 ¿ , ¿
¿ MERGEFIELD M_14 ¿ , ¿ ¿−4,6398

201
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

IV.3. Tabel Hasil Perhitungan


1) KONDISI RUANGAN

Pv ω h
N Pv' RH v ρ
(kgv/kgda (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m3/kg) (kg/m3)
)
23,002
1 24,0459 3,0668 0,0196 84,2727 0,8869 1,1275 77,5572 0,5218
6
23,006
2 24,0459 3,0673 0,0196 84,3322 0,8869 1,1276 77,5577 0,5184
9
22,977
3 24,0459 3,0634 0,0196 83,9263 0,8870 1,1274 77,5545 0,6056
6
23,132
4 24,1913 3,0841 0,0197 84,0914 0,8874 1,1268 77,9865 0,6033
3
23,286
5 24,3367 3,1046 0,0199 84,2495 0,8879 1,1263 78,4186 0,6619
7
23,286
6 24,3367 3,1047 0,0199 84,2502 0,8879 1,1263 78,4186 0,7177
8
23,457
7 24,4820 3,1274 0,0200 84,6333 0,8882 1,1258 78,8527 0,6881
7
23,439
8 24,4820 3,1250 0,0200 84,3835 0,8883 1,1257 78,8507 0,7678
5

2) SEBELUM EVAPORATOR

Pv ω h
N Pv' RH v Ρ
(kgv/kgda (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m3/kg) (kg/m3)
)
22,297
1 23,3414 2,9728 0,0190 84,3437 0,8846 1,1305 75,4550 0,5218
8
22,306
2 23,3414 2,9740 0,0190 84,4611 0,8845 1,1306 75,4560 0,5184
6
22,445
3 23,4793 2,9925 0,0191 84,5328 0,8850 1,1300 75,8695 0,6056
7
22,573
4 23,6173 3,0096 0,0192 84,1905 0,8855 1,1293 76,2820 0,6033
5
22,862
5 23,9006 3,0481 0,0195 84,3097 0,8864 1,1282 77,1270 0,6619
3
23,161
6 24,1913 3,0880 0,0198 84,4952 0,8873 1,1270 77,9896 0,7177
6
23,308
7 24,3367 3,1075 0,0199 84,5445 0,8878 1,1264 78,4209 0,6881
2
23,278
8 24,3367 3,1035 0,0199 84,1315 0,8879 1,1262 78,4177 0,7678
1

202
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

3) SETELAH EVAPORATOR

Pv ω h
N Pv' RH v Ρ
(kgv/kgda 3 (kJ/kg) X
O (mmHg) mmHg KPa (%) (m /kg) (kg/m3)
)
19,915
1 20,9421 2,6552 0,0169 83,8034 0,8763 1,1412 68,2288 0,5218
5
19,926
2 20,9421 2,6566 0,0169 83,9609 0,8762 1,1413 68,2299 0,5184
4
20,267
3 21,3282 2,7021 0,0172 83,3971 0,8778 1,1392 69,3958 0,6056
6
20,941
4 21,9830 2,7920 0,0178 83,8594 0,8800 1,1364 71,3767 0,6033
9
21,333
5 22,3758 2,8442 0,0182 83,9447 0,8813 1,1347 72,5657 0,6619
4
23,545
6 24,5828 3,1392 0,0201 89,6049 0,8858 1,1290 78,1416 0,7177
8
23,547
7 24,5828 3,1395 0,0201 89,6335 0,8857 1,1290 78,1418 0,6881
9
23,800
8 24,8587 3,1732 0,0203 89,3705 0,8868 1,1277 78,9688 0,7678
7

4) KARAKTERISTIK PENDINGINAN
No ma cmm Qs Ql Qth SHF
1 1,148 60,6551 2,2748 6,3262 8,6010 0,2645
2
2 1,137 60,0655 2,2581 6,2592 8,5173 0,2651
1
3 1,096 58,0030 1,8317 5,5349 7,3666 0,2486
8
4 1,072 56,7981 1,3998 4,0644 5,4642 0,2562
4
5 1,059 56,1799 1,2536 3,7707 5,0242 0,2495
4

203
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

6 1,020 54,2841 0,7558 -0,9187 -0,1629 -4,6398


5
7 0,970 51,6274 0,8261 -0,5451 0,2810 2,9396
3
8 0,916 48,7868 0,5956 -1,1236 -0,5281 -1,1278
3
Ket:

PK NAMA
1 Semua
2 Achmadani Aswin
3 M. Ridwan
4 Andi Ahmad Kamil
5 M. Akbar Romadhona
6 Arief Fikrie
7 -
8 -

VII. Pembahasan
V.1. Pembahasan Umum
Pendinginan Udara Lembab merupakan salah satu jenis
percobaan/praktikum yang dilakukan dengan menggunakan yang
bertujuan untuk mengetahui nilai dari sifat sifat termodinamika udara
lembab baik sebelum udara lembab tersebut melewati evaporator atau
mesin pendingin, maupun setelah udara lembab tersebut melewati mesin
pendingin atau evaporator. Pada Percobaan ini praktikan melakukan
pengambilan data dengan Udara yang Lembab sebagai bahan ujii coba
untuk melihat variasi nilai Temperatur Bola Basah(Twb) dan Temperatur
bola kering(Tdb) seiring dengan dilakukannya peningkatan pada
pembukaan katup.
Prinsip kerja dari pendinginan udara lembab adalah udara masuk
kedalam duct atau saluran akibat hisapan yang dilakukan oleh blower.

204
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Kemudian udara atmosfer tersebut bercampur dengan uap air yang


dihasilkan oleh ketel. Sehingga udara atmosfer tersebut menjadi udara
lembab atau udara yang banyak mengandung uap air. Udara lembab
tersebut kemudian dapat diketahui nilai sifat termodinamikanya setelah
didinginkan dengan menggunakan mesin pendingin atau evaporator
dengan mengggunakan thermometer Twb dan Tdb sebelum dan setelah
evaporator.
Kapasitas Pendinginan merupakan untuk menyatakan efek
pendinginan, banyaknya kalori panas yang diserap dalam satuan waktu
dinyatakan dengan kcal/jam. Satu (1) kalori adalah energi panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu satu kilogram air setiap 1℃. Untuk
menaikkan suhu 10℃ dari udara 1 kg diperlukan 0,24 kalori, maka
dibandingkan kalori untuk memanaskan 10℃ dari 1 kg air, dapatlah
dikatakan bahwa untuk memanaskan udara cukup dengan kalori kurang
lebih ¼ dari kalori yang dipergunakan untuk memanaskan air pada suhu
yang sama.
Prinsip kerja pompa kalor (heat pump) adalah mesin
memindahakan panas dari suatu lokasi (sumber) ke lokasi lainnya
menggunakan kerja mekanis dimana memindahkan dari sumber panas
yang bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur lebih tinggi. Contoh :
lemari es, freezer, pendingin ruangan, dan sebagainya. Sumber panas yang
sering dipakai dalam sebuah heat pump adalah:
a. Udara atmosfer, Sumber panas ini paling praktis tetapi ada problem
frosting pada koil evaporator sehingga akan menurunkan laju perpindahan
kalor
b. Air tanah, Pada kedalaman tertentu air tanah mempunyai temperatur
berkisar 5- 18°C sehingga didapatkan heat pump dengan COP tinggi, tidak
ada frosting tetapi konstruksi rumit.
c.Tanah, Untuk tujuan pemanasan suatu media, pemanasan dengan proses
pembakaran dari sumber energi primer (bahan bakar) secara ekonomis
lebih menguntungkan dibandingkan dengan heat pump.

205
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Oleh karena itu jarang ditemui sebuah heat pump yang bekerja sendiri.
Tetapi karena prinsip kerja yang sama antara refrigerator dan heat pump
maka sekarang ini banyak diproduksi sistem refrigerasi yang bekerja
secara dual yaitu sebagai pendingin dalam musim panas dan sebagai
pemanas dalam musim dingin. Di sini pada prinsipnya koil (heat
exchanger) di dalam dan di luar ruangan akan berubah fungsinya sebagai
evaporator dan kondenser sesuai dengan mode kerjanya dengan bantuan
katup pembalik arah.
Pengkondisian udara diartikan sebagai suatu proses perlakuan
terhadap udara sehingga kondisinya sesuai dengan yang diharapkan. Jadi
dengan kata lain, pengkondisian udara merupakan suatu proses
mengkondisikan suatu udara agar mencapai temperatur, kelembaban,
kandungan oksigen dan tingkat kebersihan yang diinginkan
Dalam usaha pengkondisian udara di daerah tropis seperti halnya
di Indonesia, pengkondisian udara diartikan sebagai proses perlakuan
terhadap udara itu sendiri sehingga penghuni yang berada di dalam
ruangan akan merasa nyaman. Jadi hal ini dapat diartikan adalah suatu
proses pengkondisian udara sehingga mencapai temperatur dan
kelembaban yang sesuai dengan yang diinginkan terhadap kondisi udara
dari ruang tertentu. Udara yang mengandung uap air dinamakan udara
lembab atau udara basah, sedangkan udara kering adalah udara yang sama
sekali tidak mengandung uap air. Pada kelembaban udara dikenal beberapa
sifat udara, yaitu kelembaban absolut dan kelembaban relatif, temperatur
bola kering, temperatur bola basah, psikrometrik, temperatur titikembun,
entalpi dan volume spesifik.
Pada musim panas kelembaban udara dapat diturunkan dengan
proses pendinginan dan penurunan kelembaban (dehumidifikasi). Untuk
proses ini digunakan peralatan koil pendingin. Permukaan koil yang dingin
mempunyai suhu rendah dari suhu titik embun(tdp) udara, hal ini
mengakibatkan kandungan uap air akan mengembun. Salah satu fungsi
koil pendingin adalah menurunkan temperatur aliran udara. Satu hal yang

206
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

selalu terjadi secara alami bersamaan dengan penurunan temperatur yaitu


pengurangan kelembaban. Sebagian besar sirip pendingin udara biasanya
tersusun atas pipa-pipa dengan sirip-sirip yang diletakkan pada bagian
luarnya, dengan maksud untuk memperluas permukaan yang bersentuhan
dengan udara.
Adanya udara yang mengalir melalui permukaan luar pipa sirip
pendingin menyebabkan cairan air dingin berubah fasa menjadi fasa uap,
hal ini disebabkan air dingin menyerap kalor dari udara, sehingga udara
yang melewati koil pendingin temperaturnya rendah.
Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu
lokasi (atau sumber) ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis.
Sebagian besar teknologi pompa kalor memindahkan panas dari sumber
panas yang bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur lebih tinggi.
Contoh yang paling umum adalah lemari es, freezer, pendingin ruangan,
dan sebagainya.

V.2. Pembahasan Khusus


a. Pembukaan Katup vs Pv’

PK vs Pv'
26.0000

25.0000

24.0000
Pv' (mmHg)

23.0000

22.0000

21.0000

20.0000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.1 Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap Jenuh

207
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Pada Grafik PK vs Pv’ dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun adalah
24,0459 mmHg, 24,0459 mmHg, 24,0459 mmHg, 24,1913 mmHg,
24,3367 mmHg, 24,3367 mmHg, 24,4820 mmHg, 24,4820 mmHg. Pada
sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai
Pv’ secara beruntun adalah 23,3414 mmHg, 23,3414 mmHg, 23,4793
mmHg, 23,6173 mmHg, 23,9006 mmHg, 24,1913 mmHg, 24,3367
mmHg, 24,3367 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv’ secara beruntun
20,9421 mmHg, 20,9421 mmHg, 21,3282 mmHg, 21,9830 mmHg,
22,3758 mmHg, 24,5828 mmHg, 24,5828 mmHg, 24,8587 mmHg.
Dapat dilihat pada kurva Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator
dan Setelah Evaporator terjadi peningkatan nilai tekanan uap jenuh
sepanjang meningkatnya pembukaan.. Karena itu dapat disimpulkan
berdasarkan grafik nilai tekanan uap jenuh terhadap pembukaan katup
saling berbanding lurus.

b. Pembukaan Katup vs Pv

PK vs Pv
25.0000

24.0000

23.0000
Pv (mmHg)

22.0000

21.0000

20.0000

19.0000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Heater Setelah Heater

208
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Grafik 5.2 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Tekanan Uap
Air

Pada Grafik PK vs Pv dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 23,0026 mmHg, 23,0069 mmHg, 22,9776 mmHg, 23,1323
mmHg, 23,2867 mmHg, 23,2868 mmHg, 23,4577 mmHg, 23,4395
mmHg. Pada sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5,
6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun 22,2978 mmHg, 22,3066 mmHg,
22,4457 mmHg, 22,5735 mmHg, 22,8623 mmHg, 23,1616 mmHg,
23,3082 mmHg, 23,2781 mmHg. Pada kondisi setelah dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara
beruntun 19,9155 mmHg, 19,9264 mmHg, 20,2676 mmHg, 20,9419
mmHg, 21,3334 mmHg, 23,5458 mmHg, 23,5479 mmHg, 23,8007
mmHg.

Dapat dilihat pada kurva Kondisi ruangan, Sebelum Evaporator


dan Setelah evaporator terjadi peningkatan nilai tekanan uap air
parsial sepanjang meningkatnya pembukaan. Sama halnya seperti
pada grafik tekanan uap jenuh. Hal ini disebabkan oleh nilai tekanan
uap air jenuh yang mempengaruhi nilai tekanan uap air parsial.
Karena itu dapat disimpulkan berdasarkan grafik nilai tekanan uap
jenuh terhadap pembukaan katup saling berbanding lurus

c. Pembukaan Katup vs ω

209
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

PK vs ω
0.0210

0.0200

0.0190

ω 0.0180

0.0170

0.0160

0.0150
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.3 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Rasio


Kelembaban Udara

Pada Grafik PK vs ω dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun
adalah 0,0196 kgv/kgda, 0,0196 kgv/kgda, 0,0196 kgv/kgda, 0,0197
kgv/kgda, 0,0199 kgv/kgda, 0,0199 kgv/kgda, 0,0200 kgv/kgda,
0,0200 kgv/kgda. Pada sebelum evaporator pada pembukaan katup 1,
2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai Pv secara beruntun adalah 0,0190 kgv/kgda,
0,0190 kgv/kgda, 0,0191 kgv/kgda, 0,0192 kgv/kgda, 0,0195
kgv/kgda, 0,0198 kgv/kgda, 0,0199 kgv/kgda, 0,0199 kgv/kgda. Pada
kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3,
4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ω secara beruntun 0,0169 kgv/kgda, 0,0169
kgv/kgda, 0,0172 kgv/kgda, 0,0178 kgv/kgda, 0,0182 kgv/kgda,
0,0201 kgv/kgda, 0,0201 kgv/kgda, 0,0203 kgv/kgda.

Dapat dilihat pada kurva Kondisi ruangan, Sebelum Evaporator


dan Setelah evaporator terjadi peningkatan nilai rasio
kelembapansepanjang meningkatnya pembukaan. Hal ini disebabkan
oleh variasi dari nilai tekanan uap parsial yang mempengaruhi rasio

210
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

kelembapan. Karena itu dapat disimpulkan berdasarkan grafik nilai


rasio kelembapan terhadap pembukaan katup saling berbanding lurus.

d. Pembukaan Katup vs RH

PK vs RH
92.0000

90.0000

88.0000

86.0000
RH

84.0000

82.0000

80.0000
1 2 3 4 5 6 7 8

Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.4 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Kelembaban


Relatif

Pada Grafik PK vs RH dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun
adalah 84,2727%, 84,3322%, 83,9263%, 84,0914%, 84,2495%,
84,2502%, 84,6333%, 84,3835%. Dan sebelum evaporator 1, 2, 3, 4,
5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun adalah 84,3437%, 84,4611%,
84,5328%, 84,1905%, 84,3097%, 84,4952%, 84,5445%, 84,1315.
Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada pembukaan katup
1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai RH secara beruntun 83,8034%,
83,9609%, 83,3971%, 83,8594%, 83,9447%, 89,6049%, 89,6335%,
89,3705%.
Dari Grafik tidak dapat kita lihat nilai kelempanban relatif apakan
naik ataupun turun secara signifikan terhadap pembukaan katup. Hal
ini dikarenakan nilai kelembapan relatif sendiri adalah hasil

211
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

perbandingan antara Tekanan Parsial Uap Air dibandingkan dengan


Ps. Walaupun pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat bahwa
terjadi sedikit peningkatan tapi pada Kondisi Ruangan dan Sebelum
evaporator kurvanya naik dan turun dari tiap pembukaan katup. Yang
dimana Hubungan dari Kelembapan relatif sendiri tidak dapat
dibandingkan dengan keduanya. Dikarenakan nilai kelembapan relatif
yang didapatkan bervariasi sesuai dengan variasi nilai Pv dan Ps, yang
dimana nilai Pv dipengaruhi oleh Nilai Temperatur Bola Basah(Twb)
sedangkan Ps dipengaruhi oleh nilai temperatur Bola Kering(Tdb).
Akan tetapi dapat kita lihat bahwa kelembapan relatif setelah
evaporator lebih besar daripada kelembapan relatif kondisi ruangan
dan sebelum evaporator.

e. Pembukaan Katup vs v

PK vs v
0.8890

0.8870

0.8850

0.8830
v

0.8810

0.8790

0.8770

0.8750
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.5 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Volume


Spesifik Udara

Pada Grafik PK vs v dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara beruntun
adalah 0,8869 m3/kg, 0,8869 m3/kg, 0,8870 m3/kg, 0,8874 m3/kg,

212
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

0,8879 m3/kg, 0,8879 m3/kg, 0,8882 m3/kg, 0,8883 m3/kg. Pada


kondisi sebelum ruangan pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan
8 nilai v secara beruntun adalah evaporator 0,8846 m3/kg, 0,8845
m3/kg, 0,8850 m3/kg, 0,8855 m3/kg, 0,8864 m3/kg, 0,8873 m3/kg,
0,8878 m3/kg, 0,8879m3/kg. Pada kondisi setelah evaporator dapat
dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai v secara
beruntun adalah 0,8763 m3/kg, 0,8762 m3/kg, 0,8778 m3/kg, 0,8800
m3/kg, 0,8813 m3/kg, 0,8858 m3/kg, 0,8857 m3/kg, 0,8868 m3/kg.
Dapat dilihat pada kurva Kondisi ruangan, Sebelum
Evaporator dan Setelah evaporator terjadi peningkatan nilai volume
spesifik sepanjang meningkatnya pembukaan katup. Hal ini
disebabkan oleh variasi dari nilai tekanan uap parsial yang
mempengaruhi volume spesifik. Selain itu, variasi nilai temperatur
bola kering juga ikut mepengaruhi nilai dari volume spesifik Karena
itu dapat disimpulkan berdasarkan grafik nilai volume spesifik
terhadap pembukaan katup saling berbanding lurus.

f. Pembukaan Katup vs ρ

213
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

PK vs ρ
1.1450

1.1400

1.1350

ρ 1.1300

1.1250

1.1200

1.1150
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.6 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Densitas


Udara

Pada Grafik PK vs ρ dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 1,1275 kg/m3, 1,1276 kg/m3, 1,1274 kg/m3, 1,1268 kg/m3,
1,1263 kg/m3, 1,1263 kg/m3, 1,1258 kg/m3, 1,1257 kg/m3. Dan pada
sebelum evaporator pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8
nilai ρ secara beruntun adalah 1,1305 kg/m3, 1,1306 kg/m3, 1,1300
kg/m3, 1,1293 kg/m3, 1,1282 kg/m3, 1,1270 kg/m3, 1,1264 kg/m3,
1,1262 kg/m3. Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat pada
pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 1,1412 kg/m3, 1,1413 kg/m3, 1,1392 kg/m3, 1,1364 kg/m3,
1,1347 kg/m3, 1,1290 kg/m3, 1,1290 kg/m3, 1,1277 kg/m3.

Dari grafik pembukaan katup vs massa jenis udara ini dapat


dilihat pada kurva Kondisi ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah
evaporator terjadi penurunan nilai massa jenis sepanjang
meningkatnya pembukaan katup. Berlawanan dengan apa yang kita
lihat di grafik volume spesifik. Hal ini disebabkan oleh variasi dari

214
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

nilai volume spesifik yang mempengaruhi nilai massa jenis secara


berbanding terbalik. Karena itu dapat disimpulkan berdasarkan grafik
nilai massa jenis terhadap pembukaan katup saling berbanding
terbalik.

g. Pembukaan Katup vs h

PK vs h
81.0000

79.0000

77.0000

75.0000

73.0000
h

71.0000

69.0000

67.0000

65.0000
1 2 3 4 5 6 7 8
Pembukaan Katup

Kondisi Ruangan Sebelum Evaporator Setelah Evaporator

Grafik 5.7 Grafik Hubungan Antara Pembukaan Katup dan Entalpi

Pada Grafik PK vs h dapat dilihat pada kondisi ruangan pada


pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
77,5572 kJ/kg, 77,5577 kJ/kg, 77,5545 kJ/kg, 77,9865 kJ/kg, 78,4186
kJ/kg, 78,4186 kJ/kg, 78,8527 kJ/kg, 78,8507 kJ/kg. Dan Pada kondisi
setelah evaporator dapat dilihat pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 ,
7 dan 8 nilai ρ secara beruntun adalah 75,4550 kJ/kg, 75,4560 kJ/kg,
75,8695 kJ/kg, 76,2820 kJ/kg, 77,1270 kJ/kg, 77,9896 kJ/kg, 78,4209
kJ/kg, 78,4177 kJ/kg. Pada kondisi setelah evaporator dapat dilihat
pada pembukaan katup 1, 2, 3, 4, 5, 6 , 7 dan 8 nilai ρ secara beruntun
adalah 68,2288 kJ/kg, 68,2299 kJ/kg, 69,3958 kJ/kg, 71,3767 kJ/kg,
72,5657 kJ/kg, 78,1416 kJ/kg, 78,1418 kJ/kg, 78,9688 kJ/kg.

215
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

Dari grafik pembukaan katup vs entalpi ini dapat dilihat pada kurva
Kondisi ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah evaporator terjadi
peningkatan nilai entalpi sepanjang meningkatnya pembukaan katup.
Hal ini disebabkan oleh variasi dari nilai rasio kelembapan. Selain itu,
variasi nilai temperatur bola kering juga ikut mepengaruhi nilai dari
volume spesifik Karena itu dapat disimpulkan berdasarkan grafik nilai
entalpi terhadap pembukaan katup saling berbanding lurus.

216
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

h. Grafik p-h

T14 T13 T12 T11 p13 p11


PK Temperature Temperature Temperature Temperature pressure pressure
(oC) (oC) (oC) (oC) (bar abs) (bar abs)
12,5% 22,4772 46,5370 54,0446 22,8758 11,4875 6,1095

T13 T12

T14 T11

Pada grafik pressure (p) & enthalpy (h) terdapat empat titik yaitu T11
dengan nilai p yaitu 6,1095 bar & Tdb yaitu 22,8758˚C, T12 dengan nilai Tdb
yaitu 54,0446˚C, T13 dengan nilai p yaitu 11,4875 bar & Tdb yaitu 46,5370˚C,
dan T14 dengan nilai Tdb yaitu 22,4772˚C. Pada titik T11 menuju ke T12 tekanan
dan temperaturnya meningkat karna pada proses tersebut terjadi kompresi oleh
kompresor. Pada titik T12 menuju ke T13 tekanannya konstan tetapi berubah
wujud dari gas ke cair, ini terjadi karena adanya proses kondensasi yang dilakukan
oleh kondensor. Pada titik T13 menuju ke titik T14, fluida melalui sebuah katup
ekspansi, dimana temperaturnya diturunkan. Dan yang terakhir pada titik T14
menuju titik T11, terjadi proses evaporasi oleh evaporator dan fluida berubah
menjadi wujud gas lagi

217
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

T14 T13 T12 T11 p13 p11


PK Temperature Temperature Temperature Temperature pressure pressure
(oC) (oC) (oC) (oC) (bar abs) (bar abs)
75% 26,7516 42,5249 45,3371 27,4774 13,5931 5,1662

T13
T12

T14
T11

Pada grafik pressure (p) & enthalpy (h) terdapat empat titik yaitu T11
dengan nilai p yaitu 5,1662 bar & Tdb yaitu 27,4774˚C, T12 dengan nilai Tdb
yaitu 45,3371˚C, T13 dengan nilai p yaitu 13,5931 bar & Tdb yaitu 42,5249˚C,
dan T14 dengan nilai Tdb yaitu 26,7516˚C. Pada titik T11 menuju ke T12 tekanan
dan temperaturnya meningkat karna pada proses tersebut terjadi kompresi oleh
kompresor. Pada titik T12 menuju ke T13 tekanannya konstan tetapi berubah
wujud dari gas ke cair, ini terjadi karena adanya proses kondensasi yang dilakukan
oleh kondensor. Pada titik T13 menuju ke titik T14, fluida melalui sebuah katup
ekspansi, dimana temperaturnya diturunkan. Dan yang terakhir pada titik T14
menuju titik T11, terjadi proses evaporasi oleh evaporator dan fluida berubah
menjadi wujud gas lagi

218
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

VI. Kesimpulan
1. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai tekanan uap jenuh mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator
dari PK 5 ke PK 6mengalami peningkatan yang sangat besar. Maka
hubungan tekanan uap jenuh dengan pembukaan katup ialah berbanding
lurus
2. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai tekanan uap air parsial mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator
dari PK 5 ke PK 6 mengalami peningkatan yang sangat besar. Maka
hubungan tekanan uap air parsial dengan pembukaan katup ialah
berbanding lurus.
3. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai Rasio kelembapan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator
dari PK 5 ke PK 6 mengalami peningkatan yang sangat besar. Maka
hubungan rasio kelembapan pembukaan katup ialah berbanding lurus.
4. Nilai Kelembaman Relatif pada kondisi ruangan, sebelum evaporator
dan setelah evaporator mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang
pembukaan katup yang dipengaruhi oleh variasi nilai Pv dan Ps. Akan
tetap dapat dilihat nilai kelembapan relatir pada PK 5 ke PK 6
mengalami peningkatan yang relatif besar
5. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai volume spesifik udara mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator
dari PK 5 ke PK 6 mengalami peningkatan yang relatif besar. Maka
hubungan volume spesifik udara dengan pembukaan katup ialah
berbanding lurus.
6. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai massa jenis udara mengalami penurunan seiring dengan

219
Laboratorium Mesin Pendingin dan Pemanas
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Pengujian Sifat-Sifat Termodinamika Udara

Cooling Humidifier

meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator


dari PK 5 ke PK 6 mengalami penurunan yang relatif besar. Maka
hubungan masasa jenis udara dengan udara pembukaan katup ialah
berbanding terbalik.
7. Pada Kondisi Ruangan, Sebelum Evaporator dan Setelah Evaporator
nilai entalppi udara mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya pembukaan terutama pada kondisi setelah evaporator
dari PK 5 ke PK 6 mengalami peningkatan yang relatif besar. Maka
hubungan entalpi udara pembukaan katup ialah berbanding lurus.

220

Anda mungkin juga menyukai