Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR

PERCOBAAN
ALUMUNIUM

DISUSUN OLEH :
NAMA : REVATIAN AHNAF HIBBANULLAH
NIM : K1A021067
KELAS :A
ASISTEN : M. HABIBULLAH GALIH TRI AJI

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
PERCOBAAN ALUMINIUM
1. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui sifat-sifat logam alumunium beserta
senyawanya.
2. LATAR BELAKANG
Aluminium merupakan unsur logam yang ditemukan dalam kerak bumi dan
batuan, seperti felspar dan mika. Aluminium bersifat amfoter yang berarti
mempunyai sifat asam dan basa. Aluminium juga merupakan logam keras, kuat,
dan berwarna putih. Dan juga aluminium tahan terhadap korosi. Dan yang terakhir
Alumina(Al2O3) merupakan satu-satunya oksida aluminium. Aspek-aspek tersebut
yang mendasari agar melakukan praktikum lebih lanjut terhadap aluminium.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Aluminium adalah unsur ke-13 di tabel periodik, dan merupakan logam
paling melimpah di Bumi, membentuk 8,1% kerak bumi. Itu tidak ditemukan
secara bebas di alam, artinya selalu ditemukan digabungkan dengan unsur lain
karena sangat reaktif. Aluminium sering ditemukan dikombinasikan dengan
oksigen. Oleh karena itulah aluminium disebut oksida, sumber daya alam yang
ditambang untuk aluminium oksida adalah mineral yang disebut bauksit.
Aluminium pertama kali diekstraksi pada tahun 1825 oleh Hans Oersted, tetapi
baru pada akhir tahun 1880-an ketika secara ekonomis layak dilakukan. Adapun
definisi alumunium menurut para ahli, antara lain: “Aluminum adalah sejenis
logam yang begitu keras dan tidak begitu kuat tetapi sangat kenyal, aluminium
mempunyai berat jenis yang rendah, yakni 2,6 dan warnanya putih kebiru-biruan.”
(Daryanto, 2009). Pengertian aluminium yang lain ialah “logam yang sangat
ringan (berat jenis aluminium 2,56 atau 1/3 berat jenis tembaga). Tahanan jenis
2,8 × atau 1,25 × tahanan jenis tembaga”.

Aluminium adalah unsur logam dengan lambang Al dan memiliki nomor


atom 13, dengan Ar sebesar 26,98. Konfigurasi elektronnya adalah 1s2 2s2 2p6
3s2 3p1 atau [Ne] 3s2 3p1. Alumunium merupakan logam yang sangat kuat
diantara logam-logam golongan 13 dan salah satu logam terpenting yang terdapat
dikerak bumi. Biji aluminium yang digunakan untuk produksi aluminium adalah
bauksit. Biji tersebut mengandung hidrat aluminium oksida, Al2O3, H2O dan
Al2O3.H2O serta oksida besi, silicon, titanium, sedikit tanah liat dan silikat.
Kadar aluminium oksida (alumina) dapat mencapai 35-60% (Abdilah, 2006).
Adapun senyawa amfoter yang merupakan sifat dari aluminium memiliki
perngertian yaitu senyawa yang dapat bersifat asam atau basa, tergantung kondisi
lingkungannya. Senyawa amfoter akan bersifat asam dalam suasana basa dan
sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana atau lingkungan asam kuat. Contoh:
Aluminium hidroksida Al(OH)3. Kata ini berasal dari kata Yunani amphoteroi,
yang berarti “keduanya”. Banyak logam (seperti seng, timah, timbal, aluminium,
dan berilium) membentuk oksida atau hidroksida amfoter. Amfoterisme
bergantung pada keadaan oksidasi dari oksidanya. Salah satu spesies amfoter
adalah molekul-molekul amfiprotik, yang dapat baik menyumbang ataupun
menerima sebuah proton (H+).

Proses pemurnian aluminium dibagi menjadi dua tahapan, yaitu proses


Bayer dan proses Hall-Heroult. Proses Bayer ialah Bijih bauksit mengandung
50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor terutama Fe2O3 dan
SiO2. Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita
memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3. Tahap pemurnian bauksit dilakukan
untuk menghilangkan pengotor utama dalam bauksit. Pengotor utama bauksit
biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2. Caranya adalah dengan melarutkan
bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH). Aluminium oksida larut dalam
NaOH sedangkan pengotorrnya tidak larut. Pengotor-pengotor dapat dipisahkan
melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium diendapkan dari filtratnya
dengan cara mengalirkan gas CO2 dan pengenceran. Endapan aluminium
hidroksida disaring dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh aluminium
oksida murni (Al2O3). lalu selanjutnya tahap peleburan alumina dengan cara
reduksi melalui proses elektrolisis (proses Hall-Heroult). Sel elektrolisis terbuat
dari Baja. Sebagai anode digunakan batang grafit, sedangkan katodenya adalah
wadah sel yag terbuat dari Baja yag berlapis grafit. Dalam proses Hall-Heroult,
aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6). Secara sintesis
kriyolit dibuat dengan reaksi :
Al(OH)3 + 3NaOH +6F = Na3[AlF6] + 6H2O

Sel elektrolisis berjalan terus menerus dan berjalan pada interval-interval.


Alumunium cair (6600 c) dihasilkan pada dasar sel dan kemudian Bauksit
ditambah lagi. Fungsi kriyolit di sini adalah untuk menambah konduktifitas
elektrolit dan menurunkan titik lebur Al2O3.

Secara sederhana reaksinya adalah

Al2O3(l) 2Al3+(l)+ 3O2-(l)


Katoda = 2Al3+ + 6e 2Al
Anoda = 3O2- 3/2O2 + 6e
Al2O3 2Al + 3/2O2

Oksigen yang terbentuk dapat mengoksidasi anoda, sehingga reaksi keseluruhan


dapat ditulis :

2Al2O3 + 3C = 4Al + 3CO2


Kriyolit dapat menurunkan titik leleh Al2O3 dari 20000C menjadi 9500C.

Suhu diturunkan karena titik leleh bauksit (Al2O3) terlalu tinggi, sehingga
elektrolisis langsung tidak praktis dilakukan. Cara penurunan suhu yaitu dengan
cara melarutkan oksida ke dalam kriyolit cair (Na3AlFe), titik didih tersebut turun
menjadi 8000C - 10000C dengan bantuan arus listrik.

Jenis paduan aluminium dapat secara luas dipisahkan menjadi dua kategori.
Yaitu paduan aluminium cor dan paduan aluminium tempa. Paduan aluminium
cor adalah yang mengandung elemen paduan> 22% berdasarkan komposisi,
sedangkan paduan aluminium tempa mengandung ≤4%. Hal ini mungkin tampak
seperti perbedaan sederhana, tetapi persentase elemen paduan memiliki dampak
besar pada sifat material. Aluminium kehilangan keuletannya karena lebih banyak
unsur paduan ditambahkan, membuat sebagian besar paduan cor rentan terhadap
patah getas. Sebaliknya, paduan tempa memungkinkan desainer untuk
meningkatkan kekuatan aluminium, ketahanan korosi, konduktivitas, dan lain-lain.
Sambil tetap mempertahankan keuletan dan kualitas bermanfaat lainnya. Paduan
aluminium cor biasanya memiliki titik leleh yang rendah dan kekuatan tarik jika
dibandingkan dengan aluminium tempa; paduan aluminium yang paling umum
digunakan adalah aluminium-silikon, yang menampilkan tingkat silikon yang
tinggi yang memungkinkan paduan tersebut dengan mudah dilemparkan.
Aluminium tempa menyumbang sebagian besar produk aluminium, seperti yang
diproduksi dari ekstrusi atau penggulungan. Unsur-unsur seperti tembaga, mangan,
silikon, magnesium, kombinasi silikon magnesium, seng, dan lithium menentukan
masing-masing kategori paduan aluminium tempa(Ilmu kimia, 2020).

Aluminium berupa logam lunak berwarna perak yang merupakan penghantar


panas yang sangat baik. Aluminium juga dapat menghantarkan listrik karena
aluminium bersifat konduktor. Dikarenakan permukaan aluminium membentuk
lapisan oksida, maka aluminium pun sulit untuk terkorosi. Aluminium sifatnya
mudah untuk dibentuk ketika ditarik-tarik. Aluminium pun memiliki berat yang
jauh lebih ringan dibandingkan dengan baja. Umumnya, hanya sepertiga dari berat
jenis pada baja. Oleh sebab itu, aluminium mampu mengurangi konsumsi bahan
bakar. Selain itu, aluminium juga memiliki sifat unik dan berbeda dari unsur
lainnya, yaitu ketika berada pada suhu rendah aluminium cenderung menjadi lebih
kuat. Aluminium juga mampu melepaskan sebuah racun atau rasa (Farisa, 2020).

Kegunaan aluminium dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam. Contoh


kegunaan aluminium ialah banyak dipakai dalam industri pesawat, membuat
konstruksi bangunan, dan membuat berbagai macam alat masak. Aluminium juga
berguna untuk membuat logam hybrid yang dipakai pada pesawat luar angkasa.
Selain itu aluminium juga dapat digunakan untuk membuat magnet yang kuat dan
tawas sebagai penjernih air. Dan masih banyak lagi kegunaan aluminium yang
bisa ditemukan disekitar masyarakat sendiri (Ismail, 2013).
4. METODELOGI PERCOBAAN
4.1 Alat
Tabung reaksi, gelas beker, kertas indikator universal, pembakar spirtus.
4.2 Bahan
Keping alumunium (Al), serbuk alumunium (Al), pita magnesium(Mg),
asam klorida (HCl) encer, natrium hidroksida (NaOH) encer, larutan merkuri
klorida (HgCl2), alumunium oksida (Al2O3), magnesium oksida (MgO),
larutan Al3+ 0,1 M dan larutan Mg2+ 0,1 M.
4.3 Prosedur Kerja
Langkah 1
1. 2 keping logam Al dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang
berbeda
2. Serbuk Mg dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda secara
kualitatif
3. Ditambahkan HCl encer sebanyak 5 mL kedalam tabung reaksi yang
telah berisi keping Al dan serbuk Mg
4. Diamkan selama 5 menit.
5. Diamati apa yang terjadi
6. Setelah itu tabung yang berisi logam Al dan HCl encer dipanaskan
Langkah2
1. 2 tabung lain yang berisi logam Al dan serbuk Mg sisanya diisi oleh
masing-masing 5 mL NaOH encer
2. Diamkan selama 5 menit
3. Jika tidak nampak reaksi yang terjadi, kedua tabung tersebut
dipanaskan menggunakan pembakar spirtus
4. Diamati reaksi yang terjadi
Langkah 3
1. Sekeping logam Al dimasukkan ke dalam gelas piala 50 ml,
2. Sebanyak 5 mL HgCl2 0.1 M ditambahkan ke dalam gelas piala
3. Diamkan selama 10 menit
4. Logam Al dikeluarkan dari gelas piala kemudian ditaruh dalam cawan
arloji
5. Cawan arloji yang terdapat logam Al tersebut dikeringkan di udara
terbuka
6. Diamati apa yang terjadi pada logam Al setelah dibiarkan di udara
terbuka
Langkah 4
1. Disiapkan sebanyak 4 tabung reaksi
2. Sebanyak 1 mL larutan Al3+ dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi,
begitu pula dengan 1 mL larutan Mg2+ dimasukkan ke dalam 2 tabung
reaksi yang berbeda
3. 2 tetes NaOH dimasukkan ke dalam tabung berisi Al3+ dan Mg2+
4. Kemudian NaOH berlebih dimasukkan ke dalam 2 tabung sisanya
5. Lalu dicek PH masing-masing tabung dengan menggunakan kertas
indikator universal.

4.4 Skema Kerja


(Terlampir)
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Data pengamatan
Persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 1
Persamaan reaksi Sebelum Setelah
pemanasan pemanasan
Al + HCl(aq)  AlCl3-(aq)+ H+(g) Tidak ada Berembun dan
gelembung bergelembung
Mg + HCl(aq)  MgCl-(aq) + H+(g) Ada Banyak
gelembung, gelembung dan
Keruh keruh

Persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 2


Persamaan reaksi Sebelum Setelah
pemanasan pemanasan
Al + NaOH(aq)  Al(OH)2 + Na Tidak Timbul gas
bereaksi sangat banyak
Mg + NaOH(aq)  Mg(OH)2 + Na Tidak Tidak ada
bereaksi gelembung

Persamaan reaksi dan hasil pengamatan percobaan 3


Kegiatan Hasil
Aluminium foil ditaburi HgCl2 Tidak bereaksi
Setelah dicuci dan dijeringkan diudara Muncul serabut putih yang banyak
membuat Al terlihat sangat rapuh
Persamaan reaksi Al + HgCl2  AlCl3 + Hg
Hasil pengukuran pH dan penambahan NaOH percobaan 4
pH larutan Al3+ 0.1 M pH larutan Mg2+ 0.1 M
NaOH tidak berlebih 3 10
NaOH berlebih 5 12
Persamaan reaksi Al3+ + NaOH  Al(OH)3- Mg2+ + NaOH 
+ Na+ Mg(OH)2- + Na+

5.2 Pembahasan
Percobaan 1 bertujuan untuk mengetahui kereaktifan. Percobaan pertama dan
kedua dilakukan dengan cara mula-mula 2 keping logam dimasukkan ke dalam 2
buah tabung reaksi yang berbeda. Kemudian serbuk Mg dimasukkan ke dalam 2
tabung reaksi yang berbeda secara kualitatif. Lalu, 5 mL HCl encer ditambahkan
ke dalam tabung berisi logam Al dan serbuk Mg, kemudian didiamkan selama 5
menit. Hal tersebut ternyata didapatkan Al tidak mengeluarkan gelembung gas
sedangkan Mg mengeluarkan gelembung gas sehingga larutannya menjadi putih
keruh. Penambahan HCl berfungsi untuk mengetahui kereaktifan dari Al dan Mg.
Selanjutnya tabung berisi Al dan HCl encer dipanaskan untuk melihat reaksi yang
terjadi. Fungsi dari pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi pada zat. Adapun
persamaan rekasi yang terjadi yaitu 2Al + 6HCl = 2AlCl3 + 3H2, dan Mg + 2HCl
MgCl2 + H2.

Gambar 5.1 reaksi Al dan Mg ditambah Gambar 5.2 Pemanasan


HCl sebelum dipanaskan Al + HCl
Berdasarkan persamaan reaksi di atas ternyata Al setelah dipanaskan akan
menghasilkan gelembung gas yang banyak sedangkan Mg ternyata juga
mengeluarkan lebih banyak lagi gelembung gas dari pada sebelum dipanaskan.
Hal ini sesuai dengan referensi yang mengatakan bahwa logam Al pada dasarnya
kurang reaktif karena terlindungi oleh oksidanya, oleh karena itu diperlukan
sebuah proses pemanasan. Selain itu, logam Al akan bereaksi dengan asam non
oksidator atau asam kuat sehingga akan menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan
untuk logam Mg sangat mudah bereaksi dengan mereduksi ion H+ menjadi H2
sehingga akan menghasilkan garam MgCl2. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa
logam Mg lebih reaktif dari pada logam Al karena logam Mg sebelum dipanaskan
sudah terdapat gelembung gas (Kitti, 2010).
Percobaan kedua bertujuan untuk mengetahui kelarutan. Percobaan kedua
dilakukan dengan cara 2 tabung lain yang berisi logam Al dan serbuk Mg
ditambahkan NaOH encer sebanyak masing – masing 5 mL. Pencampuran zat
tersebut ternyata dapat dilihat bahwa logam Al tidak menghasilkan gelembung
pada saat larutan NaOH ditambahkan, sedangkan untuk logam Mg juga
sama-sama tidak mengeluarkan gelembung gas. Penambahan NaOH berfungsi
untuk memberi basa pada larutan. Terakhir, setelah didiamkan selama 5 menit dan
tidak nampak reaksi yang terjadi akhirnya kedua tabung dipanaskan. Adapun
persamaan. Adapun persamaan yang terjadi adalah Al + 3NaOH = Al(OH)3 + 3Na,
Mg + 2NaOH Mg(OH)2 + 2Na.
Berdasarkan percobaan di atas ternyata setelah dipanaskan logam Al akan
mengeluarkan gelembung udara, sedangkan untuk logam Mg ternyata tidak sama
sekali bereaksi dengan larutan NaOH. Hal tersebut sesuai dengan referensi yang
menyatakan bahwa Al + NaOH lebih reaktif dari pada Mg + NaOH. Hal tersebut
dikarenakan sifat pengoksidasian Al lebih besar dari pada Mg. Logam Al lebih
bereaksi dalam suasana basa dari pada Mg. Selain itu bila baru diendapkan, Al
lebih mudah melarut dalam asam kuat atau basa kuat dan akan diendapkan ulang
sebagai Al(OH)3 (apabila dimurnikan dengan pelarut dalam NaOH), akan
tetapi setelah dididihkan ia menjadi sangat sedikit larut (Vogel, 1985).
Gambar 5.3 Al + NaOH dan Mg + NaOH setelah dipanaskan

Percobaan ketiga bertujuan untuk mengetahui sifat korosif. Percobaan ketiga


dilakukan dengan awalan keping logam Al dimasukkan ke dalam gelas piala 50
mL. Kemudian ditambahkan sebanyak 5 mL HgCl2 0,1M dan didiamkan 10
menit. Setelah didiamkan ternyata logam Al tidak mengeluarkan lapisan.
Penambahan HgCl2 berfungsi sebagai agen sublimat yang bersifat korosif. Lalu,
logam Al dikeluarkan dari larutan HgCl2, setelah itu baru ditaruh dalam cawan
arloji dan dikeringkan diudara terbuka. Adapun persamaan reaksinya adalah 2Al +
3HgCl2 = 2AlCl3 + 3Hg
Berdasarkan percobaan di atas ternyata dihasilkan lapisan luar pada logam Al
yang berwarna putih. Hal tersebut sesuai dengan referensi yang menyatakan
bahwa jika logam Al ditetesi dengan HgCl2 maka pada aluminium akan terbentuk
lapisan-lapisan putih yang merupakan lapisan oksida. Lapisan-lapisan oksida yang
tebal sering kali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium. Proses ini disebut
dengan anodisasi (proses pembentukan lapisan oksida pada logam dengan cara
mengkorosikan suatu logam), sehingga bisa dikatakan jika aluminium tahan akan
korosi karena lapisan oksida yang kuat dan akan terbentuk pada permukaannya
(Cotton, 1989).
Gambar 5.4 Al + HgCl setelah dibiarkan di ruangan terbuka dalam gelas arloji

Percobaan keempat bertujuan untuk mengetahui sifat asam dan basa.


Percobaan ini dimulai dengan mula-mula 4 tabung reaksi disiapkan, kemudian
diisikan masing – masing 1 mL larutan Al3+ ke dalam 2 tabung reaksi dan 1 mL
larutan Mg2+ 0,1M ke dalam 2 tabung lainnya. Lalu 2 tetes larutan NaOH
ditambahkan dan NaOH secara berlebih ke dalam masing – masing tabung berisi
larutan Al3+ dan Mg2+ yang telah diberi label. Setelah itu, pH dicek
menggunakan kertas indicator universal. Adapun persamaan reaksi yang terjadi
adalah Al3+ + 3NaOH = Al(OH)3 + 3Na+, Mg2+ + 3NaOH = Mg(OH)2 + 2Na+.

Gambar 5.5 Al3+ + NaOH dan Al3+ + NaOH berlebih


Gambar 5.6 Mg2+ + NaOH dan Mg2+ + NaOH berlebih

Berdasarkan percobaan di atas ternyata larutan Al3+ dicampurkan dengan


NaOH tidak berlebih akan menghasilkan pH sebesar 3 dan jika dicampurkan
dengan NaOH berlebih akan menghasilkan pH 5. Hal tersebut sudah sesuai
dengan referensi yang menyatakan jika suatu larutan Al3+ jika direaksikan
dengan NaOH biasa maupun NaOH berlebih yang merupakan pelarut basa maka
hasil senyawa yang didapatkan akan terbentuk asam dan keasaman tersebut akan
lebih rendah apabila dicampurkan dengan NaOH berlebih. Sedangkan larutan
Mg2+ jika dicampurkan dengan NaOH tidak berlebih akan menghasilkan pH
sebesar 10 dan jika dicampurkan dengan NaOH berlebih akan menghasilkan pH
12. Hal tersebut sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa Mg ketika
direaksikan dengan basa akan bersifat basa. Magnesium merupakan unsur
golongan IIA yang mana dalam satu golongan semakin ke bawah akan bersifat
basa. Umumnya senyawa logam saat direaksikan dengan basa, maka akan bersifat
basa pula larutan tersebut (Cotton, 1989).

6. KESIMPULAN
Aluminium pada percobaan kali ini memiliki warna yang putih dengan sifat yang
tahan akan korosi. Hal tersebut dibuktikan dengan terbentuknya lapisan luar atau
lapisan oksida setelah ditetesi oleh larutan HgCl2. Selain itu aluminium bersifat
amfoter yang berarti bisa bereaksi dengan asam maupun basa. Lalu untuk
senyawa yang dihasilkan oleh suatu reaksi aluminium yaitu ada AlCl3 dan
Al(OH)3.
DAFTAR PUSAKA
Ismail Sastrowijoyo. (2013). Unsur Kimia Periode ke 3. [online],
https://www.slideshare.net/IsmailSastrowijoyo/unsur-kimia-periode-ke-3 ,
diakses pada tanggal 23 Agustus 2021.
Ilmu kimia. (2020). Pengertian Aluminium, Jenis, Sifat, Manfaat, dan Rumusnya.
[online] https://www.pakarkimia.com/pengertian-aluminium/, diakses pada
tanggal 25 Agustus 2021.
Farisa Mukti. (2020). Sifat aluminium- pengertian, sifat hingga kelebihannya.
[online], https://wira.co.id/sifat-aluminium/, diakses pada tanggal 25 Agustus
2021.
Abdilah, Adi. (2016). Aluminium Si Kuat dan Awet. Mirnaw: Jakarta.
Rointo Firnandus Berutu. (2017). Proses Pemurnian Aluminium. [online]
https://www.scribd.com/document/350307521/Proses-Pemurnian-Aluminium,
diakses pada tanggal 27 Agustus 2021.
Shintra Devitri, Ayu Rizki Nanda, Raudhah (2014) Makalah Kimia Anorganik II
Logam Aluminium. Makalah. FGIP Universitas Jambi: Jambi.
Tatangsma. (2021). Apa Pengertian Senyawa Amfoter. [online]
https://tatangsma.com/apa-pengertian-senyawa-amfoter.html, diakses pada
tanggal 28 Agustus 2021
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka: Jakarta.
Cotton, F. Albnert., dan Wilkinson, Geoffrey. (1989). Kimia Anorganik Dasar.
UI Press: Jakarta.
Kitti, Sura. (2010). Kimia Itu Asyik XII. PT Kandel: Tangerang.
LAMPIRAN
A. SKEMA KERJA
LANGKAH 1

logam Al dan serbuk Mg

--- dimasukkan

tabung ke-1 tabung ke-2

1 tabung diisi 5 mL HCl- -1 tabung diisi 5 mL HCl


----------Tunggu 5 menit----------

Amati

-dipanaskan
Hasil

LANGKAH 2

logam Al dan serbuk Mg

--- dimasukkan

tabung ke-1 tabung ke-2

1 tabung diisi 5 mL NaOH- -1 tabung diisi 5 mL NaOH


----------Tunggu 5 menit----------

Amati
-tidak bereaksi
-dipanaskan
Hasil
LANGKAH 3
Logam Al
-dimasukkan
-ditambahkan 5 mL HgCl2
Gelas piala 50 ml
-diamkan 10 menit
logam Al dikeluarkan dari gelas -
-logam Al dimasukkan
Cawan arloji
-dikeringkan di udara terbuka
Diamati -
Hasil

LANGKAH 4
4 tabung reaksi

dimasukkan dimasukkan dimasukkan

1 mL Al3+ 1 mL Al3+ 1 mL Mg2+ 1 mLMg2+


Ditambahkan Ditambahkan
2 tetes NaOH NaOH berlebih

Dicek pH masing-masing
B. BUKTI REFERENSI
C. JAWABAN PERTANYAAN
1. Aluminium dan magnesium dapat bereaksi dengan HCl encer karena sesuai
data potensial elektrode logam Al dan Mg berada disebelah kiri H, dan yang lebih
cepat bereaksi yaitu logam Mg.
2. Aluminium dan magnesium dapat bereaksi dengan natrium hidroksida
membentuk senyawa Al(OH)3 dan Mg(OH)2.
3. Panci aluminium tidak boleh dicuci dengan natrium karbonat karena logam
aluminium dapat larut atau bereaksi dengan basa membentuk AlO2-, gas H2, dan
CO2.
4. Logam aluminium setelah ditaburi larutan merkuri(II) klorida logamnya akan
terkelupas, hal itu disebabkan karena HgCl2 bisa melepas oksida pada aluminium.
5. Al2O3 mudah terbentuk karena lapisan tipis yang dengan cepat menutupi
permukaan aluminium, sehingga dapat melindungi aluminium dari oksida lanjut
dan aluminium juga stabil karena sulit bereaksi dengan udara yang ada
disekitarnya serta sulit bereaksi dengan asam atau basa encer dan asam pekat.
6. Aluminium tidak mengalami korosi karena reaksi antara logam aluminium
dengan oksigen membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam
hingga tidak terjadi reaksi lanjut.
7. Perbedaan antara larutan Al3+ dengan Mg2+ yang ditambah dengan larutan
natrium hidroksida berlebih yaitu terletak pada pH nya yang mana pH larutan
Al3+ yaitu 5 dan pH larutan Mg2+ yaitu 12.
8. Larutan yang lebih asam yaitu larutan Al3+ karena mempunyai pH 5.
9. Aluminium klorida anhidrat lebih stabil saat pemanasan, karena tidak mencair
dan terbentuk gas aluminium oksida anhidrat.
10. Magnesium sedikit lebih ringan dibandingkan dengan aluminium, kemudian
warna magnesium tampak abu-abu putih sedangkan aluminium perak abu-abu.

Anda mungkin juga menyukai