Anda di halaman 1dari 137

ARANG AKTIF TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT


MERKURI (Hg)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Kimia

Oleh :
Muhammad Agil Gova
(1532820034)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019

i
ii
iii
iv
HALAMAN PERSETUJUAN

ARANG AKTIF TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT


SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT
MERKURI (Hg)

Oleh :

Muhammad Agil Gova


1532820034

Setelah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi pada 21


November 2019 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains bidang Kimia

Mengetahui, Pembimbing
Ketua Program Studi Kimia

Hasan Marzuki, S.Pd., MT Ade Oktasari, M.Sc


NIP. 198502182014031003 NIDN. 2007108802

v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepada mu,”Berilah


kelapangan di dalam majlis-majlis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al-Mujadalah 11)

Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya dia akan membuka jalan
keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
(Q.S At-Talaq 2-3)

Terima kasih Papa, Mama, Mbak Wiwit


Sahabat Kimia 2015, Ash-Habul jannah, HMPS Kimia,
MBRF, yang senantiasa mengirimkan doa-doa serta dukungan
Terbaiknya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan tersebut,
dan semoga dikumpulkan kembali di Syurga Nya kelak Aamiin Yaa Allah.

vii
viii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Agil Gova
Tempat dan Tanggal Lahir : Pagar Alam, 23-12-1996
Program Studi : Kimia
NIM : 1532820034

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam


pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam Skripsi ini,
kecuali yang disebutkan sumbernya ditulis dalam daftar
pustaka adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian,
pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para
pembimbing yang ditetapkan.

2. Skripsi yang saya tulis ini adalah asli, bukan jiplakan dan
belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik
di UIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

3. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti


ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar
yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan
dapat dipertanggung jawabkan

Palembang, 18 Oktober 2019


Yang membuat Pernyataan

Muhammad Agil Gova


NIM. 1532820034

ix
x
THE CHARCOAL ACTIVATED OF OIL PALM
EMPTY FRUIT BUNCHES AS ADSORBENT
HEAVY METAL MERCURY (Hg)

Abstract
This research aims to determine the effect of time
variations of adsorption, the mass of adsorbent toward
mercury metal, and the effect of adsorbate toward activated
charcoal of oil palm empty fruit bunches. The method used
in this research is experiment with using the process of
adsorption. In this experiment the adsorbent used is oil
palm empty fruit bunches.Optimum condition of Hg
adsorption for oil palm empty fruit bunches was occurred at
contact time 10 min with an adsorption capacity of 599,958
mg g-1. On the result of the effect of mass adsorbent
variation obtained the mass of the optimum second that is
aqual to 6 gram which had a rated capacity of 599,944 mg
g-1. The adsorption capacity maximum of oil palm empty
fruit bunches is 2.999,631 mg g-1 that followed the pattern
of the isotherms Fruendlich that had a value of R2 0,3053.
Keyword: Activated charcoal, Adsorption, , Hg, oil palm
empty fruit bunches

xi
xii
ARANG AKTIF TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT
MERKURI (Hg)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi
waktu penjerapan, variasi massa adsorben terhadap logam
berat merkuri, dan variasi adsorbat terhadap arang aktif
tandan kosong kelapa sawit. Adapun metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan menggunakan proses adsorpsi/penjerapan. Pada
metode eksperimen ini adsorben yang digunakan adalah
arang aktif tandan kosong kelapa sawit. Kondisi optimum
adsorpsi Hg pada arang aktif tandan kosong kelapa sawit
terjadi pada waktu kontak 10 menit dengan nilai kapasitas
adsorpsi 599,958 mg g-1. Pada hasil variasi massa adsorben
arang aktif tandan kosong kelapa sawit didapat massa
optimum kedua yaitu sebesar 6 gram yang memiliki nilai
kapasitas adsorpsi 599,944 mg g-1. Adapun kapasitas
adsorpsi maksimum tandan kosong kelapa sawit sebesar
2.999,631 mg g-1 mengikuti pola isoterm Freundlich yang
memiliki nilai R2 0,3053.
Kata Kunci: Adsorpsi, arang aktif, Hg, tandan kosong
kelapa sawit

xiii
xiv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains
Bidang Kimia.
Skripsi ini mengangkat judul arang aktif tandan
kosong kelapa sawit sebagai adsorben logam berat
merkuri (Hg). Selama melakukan penelitian sampai
dengan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1) Bapak Prof. Drs. H.M. Sirozi, M.A., Ph.D selaku
Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang
2) Ibu Dr. Dian Erlina, S.Pd., M.Hum selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah
Palembang
3) Bapak Hasan Marzuki, S.Pd., M.T selaku Ketua
Program Studi Kimia
xv
xvi

4) Ibu Ade Oktasari, M.Sc selaku dosen Pembimbing


yang telah memberikan banyak bimbingan dan ilmu
pada penulisan ini
5) Bapak Hasan Marzuki, S.Pd., M.T selaku Penguji I
dan Ibu Ade Oktasari, M.Sc selaku Penguji II yang
telah memberikan kritik dan saran pada penulisan ini
6) Ibu Riska Ahsanunnisa, M.Pd selaku dosen Bina
Skripsi dan selaku dosen Pembina Akademik yang
telah memberikan arahan yang baik pada penulisan ini
6) Ibu Damayanti Iskandar, M.Sc selaku dosen kimia
organik yang telah memberikan masukan serta
petunjuk yang baik pada penulisan ini
7) Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang dan Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumater
Selatan yang telah membantu dalam pengerjaan
penelitian ini.

Palembang, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................. xiii
KATA PENGATAR ................................................................. xv
DAFTAR ISI ............................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xix
DAFTAR TABEL ..................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................ 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................. 9
1.4. Manfaat ............................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 11
2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ............................ 11
2.2 Arang Aktif ....................................................................... 13
2.3 Aktivasi Arang Aktif ........................................................ 17
2.4 Adsorpsi ........................................................................... 18
2.5 Logam Berat ..................................................................... 20
2.5.1 Merkuri (Hg) ............................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................... 27
3.1 Alat dan Bahan ................................................................. 27
3.2 Prosedur Penelitian ........................................................... 28
3.2.1 Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) ................................................................... 28
3.2.2 Aktivasi arang aktif menggunakan
CH3COONa 1 N ...................................................... 28
3.2.3 Penjerapan Logam Berat Hg dengan Berbagai
Variasi ..................................................................... 29

xvii
xviii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. 31


4.1 Hasil .................................................................................. 31
4.2 Pembahasan....................................................................... 33
4.2.1 Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) ..................................................................... 33
4.2.2 Aktivasi Tandan Kosong Kelapa Sawit.. .................... 35
4.2.3 Optimasi Waktu Kontak Logam Berat Merkuri
pada Arang Aktif Tandan Kosong Kelapa
Sawit............................................................................ 40
4.2.4 Optimasi Massa Adsorben Arang Aktif Tandan
Kosong Kelapa Sawit Terhadap Penjerapan
Logam Berat Merkuri ................................................. 43
4.2.5 Penentuan Isoterm dan Kapasitas Adsorpsi
Logam Merkuri Pada Adsorben Arang Aktif
Tandan Kosong Kelapa Sawit ..................................... 46
BAB V PENUTUP .................................................................... 51
5.1 Kesimpulan .................................................................... 51
5.1 Saran .............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 53
LAMPIRAN .............................................................................. 63
RIWAYAT HIDUP .................................................................. 113
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. TKKS yang telah dicacah........................................ 33
Gambar 2. TKKS yang telah dikarbonisasi .............................. 34
Gambar 3. Mekanisme reaksi pemutusan ikatan
lignin ...................................................................... 38
Gambar 4. Arang Aktif ............................................................. 40
Gambar 5. Grafik penentuan waktu kontak terhadap
logam merkuri yang terjerap.................................... 42
Gambar 6. Grafik penentuan kesetimbangan massa
adsorben terhadap penjerapan logam berat
merkuri .................................................................... 44
Gambar 7. Grafik penentuan isoterm dan kapasitas
adsorpsi logam berat merkuri terhadap
adsorben arang aktif tandan kosong
kelapa sawit .............................................................. 47

xix
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Optimasi waktu kontak .............................................. 31
Tabel 4.2 Optimasi massa arang aktif TKKS ............................ 32
Tabel 4.3 Optimasi konsentrasi adsorbat logam
berat merkuri ............................................................ 32
Tabel 4.4 Perbandingan isoterm Langmuir dan
Freundlich untuk adsorpsi logam berat merkuri
pada arang aktif tandan kosong kelapa sawit ............. 38

xxi
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. ....................................................................... 63
LAMPIRAN 2. ....................................................................... 91

xxiii
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahaya pencemaran logam berat di lingkungan semakin
bertambah sejalan dengan proses meningkatnya
industrialisasi. Keberadaan lingkungan industri yang akan
menghasilkan logam berat antara lain Industri, Percetakan,
Garment, Besi Stainless, dan lain-lain. Limbah industri
anorganik lebih sulit untuk diatasi dan memiliki potensi
bahaya yang lebih besar. Menurut Suyanto dkk, 2010, bahwa
efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim
sehingga mengganggu metabolisme tubuh, dan menyebabkan
alergi [1]. Menurut Said, 2010, bahwasannya industri kimia
berbahaya mengeluarkan limbah berbahaya yang mengandung
senyawa yang bersifat racun (toxic material) serta logam berat
yang bersifat toksik [2]. Ion-ion logam berat merupakan racun
bagi organisme serta sangat sulit diuraikan secara biologi
maupun kimia [3].
Logam berat termasuk dalam golongan bahan berbahaya
beracun (B3) seperti logam timbal (Pb), cadmium (Cd),
merkuri (Hg), krom (Cr), nikel (Ni), kobalt (Co), mangan
(Mn), tembaga (Cu) dan timah (Sn) [4]. Salah satu logam
berat yang sangat berbahaya adalah merkuri. Menurut

1
2

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 57


Tahun 2016 bahwasanya logam berat merkuri memiliki
dampak berbahaya bagi kesehatan manusia (gangguan
perkembangan janin, sistem syaraf, sistem pencernaan,
kekebalan tubuh, paru-paru, ginjal, kulit, mata, dan
lingkungan). Para ahli memperkirakan bahwa sebagian besar
merkuri yang terdapat di alam ini merupakan hasil sisa dari
industri yang jumlahnya mencapai lebih kurang 10.000 ton
setiap tahunnya [5]. Merkuri dapat dikatakan sebagai logam
berat yang berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah
menguap pada suhu ruangan. Salah satu penyebab
pencemaran lingkungan oleh merkuri adalah pembuangan sisa
hasil pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi [6].
Apabila merkuri masuk kedalam perairan merkuri mudah
berikatan dengan klor (Cl) dan membentuk ikatan HgCl.
Dalam senyawa tersebut, merkuri mudah masuk ke dalam
plankton dan bisa berpindah ke biota laut lain. Merkuri
anorganik (HgCl) akan dapat berubah menjadi senyawa
merkuri organik CH3Hg metil merkuri yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang terjadi pada sedimen di dasar perairan
[7]. Merkuri mudah membentuk alloy amalgama dengan
logam lainnya seperti emas (Au), perak (Ag), platinum (Pt),
dan tin (Sn).
3

Paparan garam merkuri penting untuk dihindari antara


lain HgCl2 karena bersifat sangat toksik [7]. Di Provinsi Jawa
Tengah, tepatnya di Desa Jendi Kecamatan Selogiri
Kabupaten Wonogiri merupakan daerah Penambangan Emas
Tanpa Ijin (PETI) yang cukup besar dengan jumlah
penambang emas (bagian pengolahan) sebanyak 200 orang
yang terbagi atas laki laki 165 orang dan perempuan 35 orang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan keracunan merkuri yang
dianalisis oleh tim dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL) Yogyakarta, pada survei bulan Mei 2009 terhadap 10
orang penambang emas di Desa Jendi Kecamatan Selogiri
Kabupaten Wonogiri, di peroleh hasil bahwa 5 orang (50 %)
penambang ditemukan adanya kandungan Merkuri di dalam
darahnya dengan kadar antara 50 - 200 ìg/lt. Hal ini dapat
memberikan gambaran bahwa penambang emas tradisonal
mempunyai risiko untuk terpapar merkuri yang dalam jangka
pendek maupun jangka panjang akan mempengaruhi
kesehatan diri dan keluarganya [8].
Beberapa cara penanggulangan pencemaran logam berat
merkuri antara lain ialah menggunakan metode adsorpsi,
pengedapan kimia, oksidasi kimia, pertukaran ion,
elektrokimia, dan reverse osmosis [2]. Penelitian ini
menggunakan proses adsorpsi karena pada proses adsorpsi
mempunyai beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan
4

perlakuan lainnya, diantaranya memerlukan biaya yang relatif


murah, prosesnya relatif sederhana, efektivitas, efisiensinya
tinggi, dan adsorbennya dapat dipergunakan ulang
(regenerasi) [9].
Beberapa bahan baku yang dapat dijadikan sebagai
adsorben logam berat antara lain tempurung kelapa,
tempurung kelapa sawit, tempurung kemiri, kulit pisang, dan
lain-lain. Pada penelitian Imelda dkk, 2012, mengadsorpsi
logam berat merkuri dengan menggunakan adsorben
Sargassum crassifolium didapat penjerapan logam merkuri
sebesar 2,90 mmol/g [10]. Hasan dan Abdullah, 2015,
melakukan penelitian adsorpsi logam berat merkuri didapat
nilai adsorpsi yang dijerap oleh karbon aktif tempurung
kelapa pada limbah pengolahan emas di Kabupaten Buru
Propinsi Maluku sebesar 0,1235 mg/g adsorben dengan
penurunan konsentrasi Hg pada limbah sebesar 99,4% [11].
Jatmiko, 2013, melakukan penelitian pada penjerapan logam
berat merkuri dengan menggunakan limbah tempurung kemiri
dengan penjerapan logam merkuri sebesar 89% [12]. Pada
penelitian ini bahan baku yang digunakan sebagai metode
adsorpsi (penjerapan) adalah dengan memanfaatkan limbah
tandan kosong kelapa sawit sebagai adsorben.
Menelaah lebih jauh bahwasan nya Allah SWT
menciptakan bumi dan seluruh isinya bukan tanpa alasannya,
5

melainkan agar manusia dapat berfikir bahwa yang diciptakan


itu semuanya mempunyai manfaat yang sangat banyak.
Sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran surah
Al-An’am 6: 95:

Artinya:
“Sesungguhnya Allah SWT menumbuhkan butir tumbuh-
tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah SWT,
maka mengapa kamu masih berpaling?”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan
menciptakan sesuatu yang sia-sia, bahkan pada limbah tandan
kosong kelapa sawit sekalipun yang mungkin sebagian orang
beranggapan tidak bermanfaat. Tetapi di tangan orang-orang
yang mampu berfikir hal tersebut menjadi bermanfaat, salah
satunya dalam pembuatan arang aktif tandan kosong kelapa
sawit.
Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan penghasil
minyak sawit Crude palm oil (CPO) yang menjanjikan.
6

Pemerintah mendukung komoditi tersebut dengan


membangun dan memperluas lahan perkebunan kelapa sawit
hingga 10.955.231 Ha di tahun 2014 dengan total produksi
(CPO) mencapai 29.344.479 Ton (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2014), dan provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2015 memproduksi kelapa sawit sebesar 2.821,9 ton [13].
Kegiatan di sektor ini akan menghasilkan limbah biomassa
dengan volume yang cukup besar berupa tempurung biji sawit
5,5-7%, tandan kosong kelapa sawit 22-23%, pelepah sawit
13,5-15% [14]. Tandan kosong kelapa sawit adalah limbah
padat yang paling banyak dihasilkan dari pengolahan tersebut.
Pada penelitian sebelumnya limbah tandan kosong kelapa
sawit ini dimanfaatkan sebagai papan partikel, pupuk organik,
pembangkit listrik tenaga biomassa, arang aktif untuk
penjerapan logam berat, dan lain-lain. Pada penelitian yang
telah dilakukan oleh Taer dkk, 2016, tandan kosong kelapa
sawit dapat dimanfaatkan sebagai karbon aktif untuk
menjerap logam berat Fe dan Zn dengan penjerapan sebesar
78,52% dan 77,23% [15].
Tandan kosong kelapa sawit dipilih karena memiliki
kandungan senyawa lignin, selulosa, dan hemiselulosa [16].
Tandan kosong kelapa sawit merupakan 23% dari tandan buah
segar yang memiliki bahan lignoselulosa sebesar 55-60%
berat kering. Lignoselulosa merupakan komponen penyusun
7

utama TKKS yang memiliki kemampuan mengadsorpsi


logam berat karena TKKS mengandung gugus aktif –OH dan
–COOH [9]. Sopiah dkk, 2017, melaporkan bahwa arang
aktif dari tandan kosong kelapa sawit yang memiliki senyawa
lignoselulosa mampu menjerap logam berat dalam hal ini
Kadmium (Cd) [17].
Arang aktif banyak digunakan sebagai adsorben pada
pemurnian gas, pemurnian pulp (bubuk kertas), penjernihan
air, pemurnian minyak, dan sebagainya. Rahmawanti dan
Novriani, 2016, meneliti pemanfaatan arang aktif tempurung
kelapa dalam penjernihan air sumur Perumahan Baru daerah
Sungai Andai, bahwasannya arang aktif dari tempurung
kelapa dapat diaplikasikan sebagai penjernihan air sumur dan
dapat mengadsorpsi logam berat Fe, Mn, dan Al [18]. Arang
aktif dari tandan kosong kelapa sawit dipilih karena harga
bahan yang murah dan mudah didapat. Dasar pemilihan bahan
baku dari arang aktif yang paling menentukan adalah besarnya
kandungan arang pada bahan tersebut. Menurut Gultom dan
Turmuzi bahwa arang aktif merupakan suatu padatan berpori
yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu tinggi [19]. Pembuatan arang aktif dilakukan dalam
beberapa tahap, tahap pertama adalah pembentukan arang dan
tahap kedua adalah proses pengaktifan untuk menghilangkan
8

hidrokarbon yang melapisi permukaan arang supaya porositas


arang meningkat [20].
Proses pengaktifan arang aktif terdiri dari proses
pengaktifan secara fisika dan proses pengaktifan secara kimia.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Meisrilestari
dkk, 2013, bahwa proses penjerapan aktivasi secara kimia
lebih baik dibandingkan dengan proses penjerapan aktivasi
fisika [21].
Berdasarkan proses pengaktifan arang tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) dilakukan dengan menambahkan larutan
garam berupa natrium asetat (CH3COONa) sebagai aktivator
mengakibatkan pori-pori pada permukaan arang aktif akan
menjadi lebih terbuka dan dapat menjerap logam berat dengan
baik. Sopiah dkk melakukan penelitian dengan membuat
karbon aktif dari tandan kosong kelapa sawit terhadap
adsorpsi kadmium terlarut menggunakan larutan garam yaitu
natrium asetat (CH3COONa) sebagai aktivator arang aktif
karena larutan natrium asetat memungkinkan garam tersebut
untuk melakukan penetrasi ke dalam sampel dan secara efektif
mampu menghilangkan produk dekomposit yang dihasilkan
selama karbonisasi. Proses aktivasi dilakukan dengan cara
pemanasan pada suhu 120°C selama 1 jam untuk
menghasilkan arang aktif yang memiliki daya jerap yang baik
terhadap logam berat kadmium (Cd) sebesar 100% [17].
9

Hasan dan Abdullah, 2015, melakukan penelitian adsorpsi


logam berat merkuri (Hg) menggunakan tempurung kelapa
dengan aktivator garam yaitu seng klorida (ZnCl2) dengan
penjerapan logam berat merkuri (Hg) sebesar 13,9027 mg/g
[11].
Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk
melanjutkan kembali penelitian tentang “Arang Aktif
Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Adsorben Logam
Berat Merkuri (Hg)”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada proposal ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh variasi waktu kontak arang aktif
tandan kosong kelapa sawit terhadap adsorpsi logam
berat Hg?
2. Bagaimana pengaruh massa adsorben arang aktif tandan
kosong kelapa sawit terhadap adsorpsi logam Hg?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap
arang aktif tandan kosong kelapa sawit?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada proposal ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh variasi waktu kontak arang aktif
tandan kosong kelapa sawit terhadap adsorpsi logam
berat Hg?
10

2. Mengetahui pengaruh massa adsorben arang aktif tandan


kosong kelapa sawit terhadap adsorpsi logam Hg?
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap
arang aktif tandan kosong kelapa sawit?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit
sebagai adsorben logam berat Merkuri (Hg)
2. Memberikan informasi salah satu metode untuk mengatasi
pencemaran logam berat Merkuri (Hg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat disebut
sebagai salah satu limbah padat yang berasal dari proses
pengolahan industri kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit
yang tidak tertangani akan menyebabkan bau busuk dan
menjadi tempat bersarangnya para serangga terkhususnya lalat
sehingga dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan bibit
penyakit. Menurut Tear dkk, 2014 produksi limbah TKKS
dalam volume besar akan menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan [15].
Tandan kosong kelapa sawit merupakan suatu limbah
padat yang dihasilkan oleh pabrik minyak sawit mentah atau
Crude Palm Oil (CPO). Pada proses pembuatan minyak
kelapa sawit mampu menghasilkan ratusan ton TKKS per
hari. Komponen utama TKKS adalah selulosa, hemiselulosa,
dan lignin [16]. Menurut Maslahat dkk, 2018, selulosa adalah
senyawa karbon yang terdiri lebih dari 1000 unit glukosa yang
terikat oleh ikatan beta 1,4 glikosida dan dapat didekomposisi
oleh berbagai organisme selulolitik menjadi senyawa karbon
sederhana, sedangkan lignin merupakan komponen limbah
TKKS yang relatif sulit diuraikan. Senyawa lignin dapat

11
12

dikatakan sebagai polimer struktural yang berasosiasi dengan


selulosa dan hemiselulosa [22]. Beberapa penelitian yang
memanfaatkan limbah tandan kosong kelapa sawit antara lain,
papan partikel, pupuk organik, pembangkit listrik tenaga
biomassa, arang aktif untuk menjerap logam berat, dan lain-
lain. Pada penelitian Kuswarini, 2009, limbah tandan kosong
kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan baku komponen
mebel, karena pada tandan kosong kelapa sawit memiliki
kandungan senyawa lignoselulosa sehingga dipilih sebagai
bahan dasar pembuatan papan buatan [23]. Sopiah dkk, 2017,
melakukan penelitian pengaruh aktivasi arang aktif tandan
kosong kelapa sawit terhadap adsorpsi kadmium terlarut,
dengan melakukan metode variasi antara lain suhu
karbonisasi, variasi aktivator, dan proses adsorpsi dengan
pemanasan dan tanpa pemanasan, didapatkan hasil optimum
karbon aktif dengan karbonisasi pada suhu 350°C
menggunakan aktivasi natrium asetat pada suhu 120°C
sebesar 100% kadmium terlarut. Hasil pada aktivasi tanpa
pemanasan mengadsorpsi kadmium sebesar 99,31%, untuk
arang aktif dengan karbonisasi 300°C dan aktivasi tanpa
pemanasan dapat mengadsorpsi kadmium terlarut sebesar
96,51% [17]. Adapun penelitian Nurrohmi, 2011, membuat
adsorben dari bahan biomassa tanda kosong kelapa sawit
untuk adsorben ion logam Cd2+ dengan aktivasi larutan NaOH
13

5% dapat mengadsorpsi ion Cd2+ dengan waktu kontak 3,5


jam dan pH optimum 8 dengan nilai adsorpsi sebesar 90,70%,
dan aktivasi menggunakan larutan Na2SO4 waktu dan pH
optimum yaitu 100 menit, pH 6 dan ion Cd2+ terjerap sebesar
85,81%. Pemanfaatan sistem adsorpsi logam pada
pencemaran air dapat dilakukan dengan menggunakan
lignoselulosa, hal ini karena ketersediaan bahan yang mudah
didapat dan harganya yang murah [24].

2.2 Arang Aktif


Arang aktif dapat dikatakan sebagai senyawa karbon
amorf, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau arang yang diperlakukan dengan
cara khusus untuk memperoleh permukaan yang lebih luas
[25]. Arang aktif memiliki peranan yang penting baik dari
segi bahan baku maupun sebagai bahan pembantu pada proses
industri dalam meningkatkan kualitas atau mutu produk yang
dihasilkan, seperti pada industri pengolahan air minum,
industri gula, industri obat-obatan dan masih banyak lagi
penggunaan karbon aktif [26]. Arang aktif dapat dibedakan
dengan arang berdasarkan sifat pada permukaannya.
Permukaan arang masih ditutupi oleh dekomposit hidrokarbon
yang menghambat keaktifannya, sedangkan permukaan arang
aktif relatif telah bebas dari dekomposit, permukaannya luas
14

dan pori-porinya telah terbuka, sehingga memiliki daya jerap


tinggi. Untuk meningkatkan daya jerap arang, maka bahan
tersebut dapat diubah menjadi arang aktif melalui proses
aktivasi. Pembuatan arang aktif dapat dilakukan dalam
beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembentukan arang
dan tahap kedua adalah proses pengaktifan untuk
menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang
supaya porositas arang meningkat [20]. Proses aktivasi arang
untuk mendapatkan arang aktif dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu kimia aktivasi dan aktivasi fisika.
Menurut Resya, 2017, dkk bahwasannya arang aktif atau
karbon aktif adalah bahan karbon berpori yang telah
mengalami reaksi dengan gas atau dengan penambahan bahan
kimia (KOH, NaOH, ZnCl2) setelah karbonisasi untuk
meningkatkan sifat serapnya [27]. Adapun menurut Syauqiah
dkk, 2011, arang aktif dapat disebut sebagai arang yang
diproses sedemikian rupa sehingga memiliki daya jerap atau
adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan
atau uap [28].
Arang aktif atau karbon aktif dapat dikatakan sebagai
arang yang dapat menyerap anion, kation dan molekul dalam
bentuk senyawa organik maupun anorganik, larutan ataupun
gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral yang dibedakan
berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya jerap) dan
15

karakteristiknya [28]. Karbon aktif secara luas digunakan


sebagai adsorben atau proses penjerapan dan secara umum
mempunyai kapasitas yang besar untuk mengadsorps molekul
organik. Arang dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu proses
pemanasan kayu, gula, tulang, dan benda lain.
Proses aktivasi secara kimia dilakukan dengan
penambahan senyawa kimia tertentu pada arang. Senyawa
kimia yang dapat digunakan sebagai aktivator antara lain KCl,
NaCl, ZnCl2, CaCl2, MgCl2, H3PO4, Na2CO3 dan garam
mineral lainnya [21]. Arang yang telah diaktivasi digunakan
untuk menghilangkan pengotor dengan cara menjerap atau
mengadsorp. Kemampuan mengadsorp pengotor merupakan
indikator tingkat keberhasilan proses pengaktifan arang. Pada
penelitian ini, selain pengukuran kadar air dari arang aktif,
juga dilakukan pengukuran kemampuan penjerapan dari arang
aktif menggunakan alat instrumen Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS).
Pada penelitian Sopiah dkk, 2017, proses pengaktifan
arang yang berasal dari bahan baku limbah tandan kosong
kelapa sawit dengan menggunakan proses kimia untuk ukuran
partikel, semakin kecil ukuran partikel arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin besar, dengan
demikian arang aktif dapat mengadsorpsi logam berat
kadmium (Cd) dengan baik melalui proses aktivasi kimia
16

[17]. Penelitian yang dilakukan oleh Maysharoh dkk, 2018,


tandan kosong kelapa sawit dijadikan sebagai bahan dasar
arang aktif dengan menggunakan aktivator kimia berupa
larutan H3PO4 sebagai bahan pengaktif memberi pengaruh
yang kuat dalam pembentukkan pori dan membuka pori yang
tertutupi oleh pengotor. Pemberian aktivator H3PO4 dapat
mengikat senyawa tar keluar dari pori-pori karbon sehingga
diameter pori arang aktif bertambah lebar. Langkah-langkah
pembuatan arang aktif meliputi karbonisasi dan aktivasi
(kimia dan fisika). Arang aktif yang dihasilkan dikarakterisasi
menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy). Hasil
citra SEM dianalisis menggunakan metode fraktal untuk
mengetahui pola distribusi pori pada arang aktif [29]. Pada
penelitian Kurniawan dkk, 2014, Karakterisasi Luas
Permukaan Bet (Braunanear, Emmelt dan Teller) Arang Aktif
dari Tempurung Kelapa dan Tandan Kosong Kelapa Sawit
dengan Aktivasi Asam Fosfat (H3PO4), sampel diaktivasi
secara kimia, proses aktivasi memiliki variasi konsentrasi
antara lain 2,5 Molar, 2, 75 Molar, 3 Molar, 3,25 Molar, dan
3,5 Molar dengan lama waktu selama 7 jam, masing-masing
arang aktif memiliki nilai optimum konsentrasi asam fosfat
ialah 3 Molar. Pada tandan kosong kelapa sawit dengan
perendaman 7 jam dan variasi 3 Molar didapatkan nilai luas
permukaan 131.279 m2/g, kemudian dari hasil penelitian
17

bahwa luas permukaan arang aktif yang terbaik adalah pada


tempurung kelapa dengan variasi konsentrasi 3 Molar
memiliki hasil 386.447 m2/g. hal ini dikarenakan pemberian
konsentrasi 3 Molar cenderung lebih pekat dan lebih baik
dibanding yang lain dimana fenomena tersebut menunjukan
bahwa terdapat proses destruksi bahan mentah yang lebih baik
terjadi pada konsentrasi 3 Molar [26].

2.3 Aktivasi Arang Aktif


Aktivasi arang dapat dikatakan sebagai penghilangan
zat-zat yang menutupi pori-pori pada permukan arang.
Hidrokarbon pada permukaan arang dapat dihilangkan
melalui proses oksidasi dengan menggunakan oksidator yang
sangat lemah (CO2 dan uap air) agar atom karbon yang lain
tidak turut teroksidasi. Selain itu, dapat juga dilakukan
proses dehidrasi oleh garam-garam seperti ZnCl2 atau CaCl2
[30]. Adapun menurut Arsad dan Saibatul, 2010, aktivasi
kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari
senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia [31].
Menurut Mesrilestari dkk, 2013, pada proses aktivasi
terjadi perubahan massa pada arang yang telah diaktivasi
kemudian proses pembentukan dan penyusunan arang,
sehingga pori-pori akan menjadi besar yang mengakibatkan
massa arang menjadi berkurang karena pori-porinya sudah
18

tidak rapat seperti sebelum proses aktivasi. Tekstur arang


yang semula padat dan keras menjadi lebih rapuh dan
mengkilap. Pori-pori yang lebih terbuka akan memudahkan
terjadinya proses penjerapan sejumlah besar zat pengotor
yang ingin dihilangkan [21]. Pada penelitian Yulianti dkk,
2010, HCl merupakan aktivator yang paling bagus untuk
mengaktivasi arang aktif, pori-pori arang aktif lebih terbuka
dan dimungkinkan gugus fungsi yang semula tertutup oleh
pengotor tersebut dapat lebih terbuka. Hal ini mengakibatkan
kuantitas gugus fungsi yang muncul pada arang aktif lebih
banyak [32]. Nurhayati dkk, 2018, melakukan penelitian
menggunakan aktivasi kimia dengan NaCl sebagai aktivator
dan memiliki daya serap I2 sebesar 46% diperoleh pada
aktivasi NaCl 16% selama 12 jam. Hal ini disebabkan karena
larutan garam dapat berfungsi sebagai agen dihidrasi
(dehydrating agent) dan membantu menghilangkan endapan
hidrokarbon yang dihasilkan pada proses karbonisasi [33].
Pada proses aktivasi tersebut arang aktif mengalami
peningkatan kemampuan mengadsorpsi suatu adsorbat.

2.4 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan pada suatu
adsorben karena akumulasi suatu spesies pada batas
permukaan padat-cair. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya
19

gaya tarik-menarik antara gugus aktif adsorben dan adsorbat


[34]. Adsorpsi mempunyai beberapa kelebihan apabila
dibandingkan dengan metode lainnya, diantaranya
memerlukan bahan dengan biaya yang relatif murah, proses
relatif sederhana, efektivitas, efisiensi tinggi dan adsorben
dapat dipergunakan ulang (regenerasi) [9]. Proses adsoprsi
lebih cocok digunakan untuk penjerapan logam berat karena
biaya yang diperlukan tidak terlalu mahal dan tidak akan
menimbulkan zat pencemaran baru. Saat ini sedang
digalakkan penelitian mengenai penggunaan adsorben
alternatif yang berasal dari bahan alam. Adsorben alami selain
memiliki kemampuan adsorpsi yang baik, juga bersifat lebih
ekonomis [35]. Menurut Syauqiah dkk, 2011, bahwasannya
adsorpsi dapat disebut sebagai suatu proses terjerapnya suatu
padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis)
[28].
Pada proses penjerapan dikenal dua istilah berbeda yaitu
adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi dapat dikatakan sebagai suatu
proses penjerapan pengotor pada limbah cair atau zat
pencemar dari air limbah, contohnya pada limbah pabrik,
bahan yang digunakan pada proses penjerapan ini yaitu arang
aktif. Pada penelitian ini, arang aktif yang digunakan adalah
tandan kosong kelapa sawit. Berbeda pada prinsip absorpsi,
pada proses masuknya zat cair pada zat padat atau zat cair
20

lain. Pada adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben,


dapat diketahui adsorbat merupakan substansi yang terjerap
atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
sedangkan adsorben dapat dikatakan suatu media penyerap
yang dalam hal ini berupa senyawa karbon. Irma dkk, 2015,
melakukan penelitian dengan membuat adsorben arang aktif
dari limbah tandan kosong kelapa sawit sebagai adsorpsi
fenol, arang aktif tandan kosong kelapa sawit pada proses
adsorpsi memiliki waktu kontak terbaik 12 jam dengan ukuran
partikel 100 mesh dapat menjerap 97,23% hal ini disebabkan
karena ukuran mesh karbon aktif merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi besar adsorpsi fenol [36].
Adsorpsi juga sering digunakan untuk proses penjerapan
beberapa unsur logam berat.

2.5 Logam Berat


Logam berat merupakan salah satu jenis zat polutan
lingkungan yang paling umum dijumpai dalam perairan.
Logam berat berdampak negatif terhadap manusia yang
menggunakan air dan organisme yang ada di dalam sungai.
keberadaan kandungan logam berat dalam organisme
mengindikasikan adanya sumber logam berat yang berasal
dari alam atau dari aktivitas manusia [37]. Menurut
Indirawati, 2017, logam berat merupakan elemen yang tidak
21

dapat terurai (persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai


makanan (bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang
merugikan makhluk hidup [38]. Berdasarkan penelitian
Handayani dkk, 2012, logam berat merupakan jenis polutan
yang banyak dijumpai pada limbah perairan industri.
Keberadaan logam berat di perairan limbah industri sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup,
karena memiliki sifat beracun dan tidak dapat terbiodegradasi,
sehingga perlu metode untuk menghilangkan logam berat agar
perairan memenuhi standard kualitas lingkungan [39].
Pencemaran logam berat dalam lingkungan dapat
menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan baik pada
manusia, hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Efek
gangguan logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung
pada bagian mana dari logam berat tersebut terakumulasi di
dalam tubuh serta besar dosis paparan logam berat. Efek
toksik atau beracun dari logam berat mampu menghalangi
kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, dan
menyebabkan alergi [1].
Adanya logam berat yang terdapat di perairan memiliki
potensi yang berbahaya baik secara langsung terhadap
kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat
logam berat yang sulit terurai, sehingga mudah terakumulasi
22

dalam lingkungan perairan [40]. Menurut Widowati dkk,


2008, tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air, mulai
dari yang paling toksik yaitu Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni, dan Co.
Sementara itu, tingkat toksisitas terhadap manusia dari yang
paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn [7].
Taer dkk, 2016, melakukan penelitan tentang
pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai karbon aktif
pembersih air limbah aktivitas penambangan emas, pada
penelitian ini dilakukan metode adsorpsi pada logam berat
berat Fe dan logam berat Zn, dengan nilai penjerapan logam
Fe sebesar 78,52% waktu kontak 5 jam dan penjerapan logam
berat Zn sebesar 77,23% waktu kontak 3 jam. Pada proses
penjerapan kedua logam ini arang aktif dari tandan kosong
kelapa sawit lebih efisien pada penjerapan logam berat Fe
karena interaksi elektrostatis antara pelet karbon aktif dan
logam berat besi menimbulkan efek magnetisasi besi sehingga
Fe memiliki kemampuan untuk menarik ion Fe lainnya [15].
Berdasarkan penelitian Haura dkk, 2017, mengenai
Karakterisasi Adsorben dari Kulit Manggis dan Kinerjanya
pada Adsorpsi Logam Pb(II) dan Cr(VI) yang termasuk logam
berat yang berbahaya, pada penelitian ini digunakan dua jenis
adsorben, yaitu biosorben (kulit manggis tanpa aktivasi secara
fisik) dan arang aktif (kulit manggis yang teraktivasi secara
fisik). Terdapat perbedaan kinerja dari dua jenis adsorben
23

dalam proses penyerapan logam Pb(II) dan Cr(VI), penelitian


ini mempunyai variasi konsenrasi pada logam Pb(II) dan
Cr(II), arang aktif lebih efektif menyerap logam Pb(II)
daripada biosorben pada konsentrasi awal ion logam 20 dan
100 mg/L, sedangkan untuk proses penyerapan logam Cr(VI)
arang aktif bekerja lebih efektif dibandingkan biosorben pada
konsentrasi awal larutan 100 dan 200 mg/L. Kemampuan
adsorben untuk menyerap logam dipengaruhi oleh tinggi atau
rendahnya nilai konsentrasi awal sampel. Apabila sampel
mempunyai konsentrasi yang rendah maka daya jerap
adsorben untuk menjerap sampel juga kecil. pada saat
adsorpsi konsentrasi optimum yang didapat Kapasitas
adsorpsi maksimal arang aktif dalam menyerap ion logam
Pb(II) dan Cr(VI) masing-masing sebesar 38,54 mg/g dan
36,84 mg/g, sedangkan kapasitas adsorpsi yang diberikan oleh
biosorben untuk penyisihan logam Pb(II) dan Cr(VI) masing-
masing sebesar 36,98 mg/g dan 36,12 mg/g [41].

2.5.1 Merkuri (Hg)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 57 Tahun 2016 bahwasannya merkuri (Hg)
merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun berupa
logam berat yang berbentuk cair, berwarna putih perak serta
mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri telah dikenal
24

sebagai global concern karena merupakan bahan kimia


yang sulit terurai dan dapat bersifat bioakumulatif dalam
ekosistem sehingga memberikan berbagai dampak negatif
pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Air raksa atau merkuri (Hg) adalah salah satu elemen
atau senyawa yang diatur dengan ketat, dan kadar
minimumnya dibatasi kurang dari 1 μg/l (mikrogram per
liter). Senyawa logam merkuri sering dijumpai di dalam air
lindi yaitu di pembuangan akhir sampah, air scrubber dari
incinerator, air limbah pelapisan logam, industri pencucian
komponen elektronika, air limbah laboratorium dan lainnya.
Air raksa atau merkuri atau hydrargyrum (Hg) termasuk
logam berat yang menguap pada temperatur kamar [2].
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Said,
2010, arang aktif granular sering digunakan untuk proses
pengolahan lanjut air yang sudah diolah dengan tingkat
keberhasilan yang bervariasi, untuk menghilangkan
kandungan merkuri sampai tingkat konsentrasi yang rendah
umumnya menggunakan beberapa tahapan proses (multi
step process) yaitu gabungan proses pengendapan, proses
pertukaran ion dan proses adsorpsi dengan arang aktif
granular [2]. Jatmiko, 2013, melakukan penelitian mengenai
adsorpsi logam berat Hg dengan menggunakan bahan dasar
dari tempurung kemiri dan melakukan variasi massa arang
25

aktif serta pH adsorbat, kemudian memiliki daya jerap yang


baik pada logam berat Hg dengan nilai adsorpsi sebesar
89% pada pH 4 dan berat karbon aktif 5 gram karena
memiliki arang aktif yang banyak serta memiliki luas
permukaan 613,4809 m2/g maka daya adsorpsi semakin
besar [12]. Pada penelitian Sutardi dkk, 2014, mengadsorpsi
logam merkuri menggunakan zeoilt MCM-41 termodifikasi,
dengan mensintesis MCM-41 dan NH2 - MCM-41,
kemudian memiliki variasi pH merkuri dan konsentrasi
merkuri. Hasil yang diperoleh dari variasi pH merkuri pada
saat dijerap oleh MCM-41 dan NH2-MCM-41 pada saat
adsorpsi keduanya memiliki nilai optimum pH 4, modifikasi
MCM-41 dengan menambahkan gugus aminopropil terbukti
mampu maningkatkan kapasitas adsorbsi hampir 4,5
kalinya, yakni sebesar 63,29 mg/g (3,16 × 10-4 mol/g) pada
padatan NH2-MCM-41 dibandingkan kapasitas adsorbsi
MCM-41 tanpa modifikasi, yaitu sebesar 14,21 mg/g (7,09
× 10-5 mol/g) [42].
26
BAB III
METODE PENELITIAN

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini


adalah metode eksperimen. Metode eksperimen dapat disebut
sebagai metode penelitian yang menekankan kepada
pengendalian atas objek yang dianalisis dengan tujuan untuk
mendemonstrasi adanya hubungan sebab akibat variabel
terikat dan variabel bebas.

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini


adalah Furnace, Gelas Ukur, Oven, Beaker glass, Neraca
Analitik, tungku, pipet tetes, corong, kertas saring, cawan
porselen, labu ukur, pengaduk, ayakan 100 mesh dan Atomic
Absorption Spectrophotometry (AAS) AA-7000 SHIMADZU.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tandan Kosong Kelapa Sawit diambil dari PT. Hindoli
Cargill Kabupaten Musi Banyuasin, Natrium Asetat
(CH3COONa) 1 N, larutan standar HgCl2, Aquadest.

27
28

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Karbonisasi TKKS dilakukan dengan menimbang 1 kg
TKKS, kemudian dipanaskan di dalam Furnace pada suhu
350°C dalam waktu 1 jam. Sebelum dimasukkan ke dalam
Furnace, TKKS dimasukkan ke dalam tungku agar bahan
tidak berhamburan. Kemudian ditentukan kadar air TKKS
setelah proses karbonisasi.
Rumus Kadar Air :

Kadar air (%) = ×100%

Keterangan:
a : Berat cawan kosong
b : Berat sampel + cawan sebelum dikeringkan
c : Berat cawan + berat sampel setelah
dikeringkan

3.2.2 Aktivasi arang aktif menggunakan CH3COONa 1 N


Arang TKKS yang telah dikarbonisasi, diayak
menggunakan ayakan 100 mesh dan diaktivasi dengan
larutan garam CH3COONa 1 N. Perbandingan campuran
antara berat adsorben atau TKKS dan larutan aktivator
adalah 1:5 (b/v), perbandingan ini ditetapkan agar TKKS
yang akan diaktivasi terendam dengan sempurna dalam
29

larutan aktivator. Proses aktivasi dilakukan dengan


pemanasan pada suhu 120°C selama 1 jam, proses
selanjutnya difiltrasi dan dicuci dengan Aquadest beberapa
kali untuk menghilangkan sisa garam, kemudian arang
tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu 110°C selama
3 jam dan ditimbang beratnya.

3.2.3 Penjerapan Logam Berat Hg dengan Berbagai


Variasi
Adapun proses penjerapan/adsorpsi logam berat Hg
dilakukan dengan variasi sebagai berikut:
 Variasi Waktu Kontak, 3 gram arang aktif TKKS
dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi 45 mL
HgCl2 dengan konsentrasi 40 ppm, diaduk menggunakan
magnetic stirer dengan variasi waktu, 10, 50, 100, 150, 200
menit. Kemudian difiltrasi dan dianalisis menggunakan
AAS.
 Variasi Massa, arang aktif TKKS dengan variasi massa 5, 6,
9, 12, 15 gram, dimasukan kedalam beaker glass yang telah
berisi larutan HgCl2 dengan rasio 1:15 (b/v) dan konsentrasi
40 ppm, diaduk menggunakan magnetic stirer selama 1 jam,
kemudian difiltrasi dan dianalisis menggunakan AAS.
 Variasi Konsentrasi, 3 gram arang aktif TKKS dimasukan
kedalam beaker glass yang telah berisi 45 mL HgCl2 dengan
30

variasi konsentrasi 40, 80, 120, 160, 200 ppm, diaduk


menggunakan magnetic stirer selama 1 jam, kemudian
difiltrasi dan dianalisis menggunakan AAS. Besar daya jerap
arang aktif TKKS terhadap logam merkuri (Hg) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut [43].
Rumus :
( )

Keterangan :
qe = Kapasitas adsorpsi/jumlah ion logam yang teradsorp
(mg g-1)
= Konsentrasi awal ion logam (mg L-1)
= Konsentrasi ion logam saat kesetimbangan (mg L-1)
m = Massa Adsorben (gr)
V = Volume larutan ion logam (mL)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada penelitian yang telah dilakukan maka didapat data
hasil analisis logam berat merkuri (Hg) yang teradsorpsi oleh
arang aktif tandan kosong kelapa sawit. Hasil optimasi waktu
kontak adsorpsi ditunjukkan pada tabel 4.1, hasil optimasi
massa arang aktif tandan kosong kelapa sawit ditunjukkan
pada tabel 4.2, dan hasil optimasi konsentrasi adsorbat logam
merkuri ditunjukkan pada tabel 4.3.

Tabel 4.1 Optimasi Waktu Kontak


No Waktu Konsentrasi Hasil Adsorpsi Abs (A)
Kontak awal HgCl2 (ppm)
(menit) (ppm)
1 10 0,0028 0,0404

2 50 0,0080 0,1052

3 100 40 0,0083 0,1094

4 150 0,0078 0,1032

5 200 0,0075 0,0998

31
32

Tabel 4.2 Optimasi Massa Arang Aktif TKKS


No Massa Konsentrasi Hasil Abs (A)
Arang Aktif awal HgCl2 Adsorpsi
TKKS (gram) (ppm) (ppm)
1 3 0,0046 0,0632

2 6 0,0037 0,0514

3 9 40 0,0076 0,1008

4 12 0,0128 0,1658

5 15 0,0154 0,1985

Tabel 4.3 Optimasi Konsentrasi Adsorbat Logam Merkuri (Hg)


No Konsentrasi awal Massa Arang Hasil Abs (A)
HgCl2 Aktif TKKS Adsopsi
(ppm) (gram) (ppm)

1 40 0,0077 0,1013

2 80 0,0075 0,0990

3 120 3 0,0057 0,0763

4 160 0,0090 0,1179

5 200 0,0258 0,3274


33

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tandan kosong kelapa sawit digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan arang aktif. TKKS diambil
sebanyak 1 kg kemudian dipotong-potong kecil atau dicacah
terlebih dahulu, agar mudah dimasukkan ke dalam tungku
dan TKKS terkarbonisasi dengan sempurna, TKKS yang
telah dicacah dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. TKKS yang telah dicacah

Menurut Maslahat dkk bahwa pada preparasi, sampel


TKKS mula-mula dilakukan pemotongan atau pencacahan
bahan dengan tujuan untuk menyempurnakan dan
meratakan pada proses karbonisasi [22]. Proses karbonisasi
bertujuan untuk menguraikan senyawa hidrokarbon seperti
34

selulosa dan hemiselulosa agar dapat menjadi karbon murni


dan menghasilkan butiran yang mempunyai daya jerap yang
tinggi terhadap adsorbat [44]. Pada penelitian ini proses
karbonisasi, berlangsung selama 1 jam dengan suhu 350°C.
Waktu dan suhu merupakan kondisi yang optimum untuk
pembuatan karbon. Hal ini telah dilakukan oleh sopiah dkk,
2017, menggunakan suhu karbonisasi 350°C dengan lama
waktu 1 jam memiliki daya adsorpsi logam berat yang lebih
baik dibandingkan dengan suhu yang lain [17]. Hasil
karbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. TKKS yang telah dikarbonisasi

Tandan kosong kelapa sawit yang telah


dikarbonisasi, kemudian diambil 1 gram tandan kosong
kelapa sawit tersebut untuk ditentukan kadar air, kadar air
didapat 0,2%, kadar air ini telah memenuhi standar kualitas
karbon aktif, berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yaitu
35

maksimum 15%. Penetapan kadar air ini bertujuan untuk


mengetahui sifat higroskopis arang aktif tersebut.
Rendahnya kadar air ini menunjukkan bahwa kandungan air
yang terikat pada bahan telah menguap selama proses
karbonisasi [11]. Kemudian, tandan kosong kelapa sawit
yang telah dikarbonisasi dimasukkan ke dalam grinding dan
ball mill agar mendapatkan karbon dengan ukuran yang
lebih halus. Karena ukuran partikel yang kecil akan
mempengaruhi proses adsorpsi dan dapat menjerap logam
berat dengan jumlah yang cukup banyak. Setelah itu karbon
dimasukkan ke dalam siever atau ayakan 100 mesh guna
mendapatkan ukuran arang aktif yang seragam. Pada arang
aktif 100 mesh terdapat ukuran pori mikro, oleh karena itu
karbon aktif 100 mesh akan lebih optimal dalam proses
adsorpsi [36]. Selanjutnya arang TKKS yang telah
dipreparasi kemudian diaktivasi menggunakan larutan
Natrium Asetat (CH3COONa).

4.2.2 Aktivasi Tandan Kosong Kelapa Sawit


Pada proses aktivasi, tandan kosong kelapa sawit
diaktivasi menggunakan larutan Natrium Asetat
(CH3COONa). Proses aktivasi ini berfungsi sebagai
pembuka pori-pori arang TKKS tersebut dan dapat
menghilangkan pengotor pada arang TKKS. Pada saat
36

TKKS dikarbonisasi masih mengandung dekomposit berupa


tar yang dapat menghalangi proses adsorpsi, dengan
hilangnya zat pengotor tersebut dapat menambah luas
permukaan arang aktif TKKS. Luas permukaan TKKS
memberikan perkembangan struktur pori yang lebih baik
pada arang aktif dari pada sebelumnya.
Penggunaan jenis aktivator Natrium Asetat ini
didasari adanya pasangan elektron bebas yang dimiliki oleh
aktivator garam, sehingga dengan terikatnya senyawa kimia
tersebut pada arang aktif, maka akan mampu meningkatkan
kemampuan dalam menjerap logam [17]. Pada saat proses
aktivasi, perbandingan TKKS dengan zat aktivator
berbanding 1:5 (b/v). Perbandingan ini ditetapkan supaya
TKKS yang akan diaktivasi terendam dengan sempurna
dalam larutan aktivator. Proses aktivasi dilakukan selama 1
dengan pemanasan 120°C dan diaduk menggunakan
magnetik stirer. Proses aktivasi dengan pemanasan ini dapat
membuat proses penetrasi berlangsung lebih cepat serta
membuka pori-pori arang TKKS yang masih tertutup,
sehingga menghasilkan luas permukaan yang relatif lebih
tinggi dibandingkan aktivasi yang tidak dilakukan secara
pemanasan. Hal ini telah dilakukan oleh Sopiah dkk, 2017,
proses aktivasi yang dibantu oleh pemanasan akan
mempercepat proses penetrasi dan akan membuka pori-pori
37

arang yang tertutup sehingga dihasilkan luas permukaan


yang relatif lebih tinggi (arang aktif) dibandingkan aktivasi
yang dilakukan tanpa pemanasan. Keadaan ini cukup efisien
untuk menghasilkan arang aktif yang mempunyai daya jerap
yang baik terhadap logam berat [17]. Struktur pori ini
berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil ukuran
partikel arang aktif TKKS, menyebabkan luas permukaan
semakin besar. Oleh sebab itu kecepatan adsorpsinya akan
bertambah. Selain adanya struktur pori, gugus fungsi yang
terdapat pada arang aktif TKKS sangat mempengaruhi daya
adsorpsi arang aktif. Adapun mekanisme reaksi proses
aktivasi menggunakan Natrium Asetat dapat dilihat pada
gambar 3.
38

Gambar 3. Mekanisme reaksi pemutusan ikatan Lignin

Pada gambar 3 terdapat senyawa Lignin, ikatan pada


senyawa tersebut akan terputus karena proses aktivasi.
39

Larutan Natrium Asetat ini akan terionisasi menjadi


CH3COO- dan Na+. Ion CH3COO- dari Natrium Asetat akan
menyerang atom H dari gugus OH lignin. Kemudian ikatan
antara atom H dan atom O akan terputus dan menghasilkan
senyawa CH3COOH. Hal ini membuat atom O menjadi
reaktif atau lebih bermuatan negatif, kemudian atom O akan
menghasilkan muatan negatif, muatan negatif tersebut akan
menyerang atom C yang mengikat hetero atom dan
membentuk cincin epoksi (C-O-C). Kemudian elektron
ikatan antara atom C dan atom O akan terputus, sehingga
atom O akan menarik elektron ikatan antara atom C dan
atom O. Setelah itu terbentuk dua cincin benzen yang
terpisah dan memiliki masing-masing atom O yang reaktif.
Atom O yang reaktif tersebut akan mengikat Na+ dan lignin
pun terurai. Proses selanjutnya adalah pencucian arang aktif
TKKS dengan aquadest beberapa kali, supaya sisa-sisa
garam yang masih menempel dipermukaan arang aktif
TKKS dapat dihilangkan. Menurut Arif dkk, 2015,
bahwasannya aktivasi dengan aktivator dapat memberikan
pengaruh terhadap gugus aktif pada arang aktif. Peningkatan
gugus aktif terjadi karena adannya reaksi ion exchange,
dimana gugus aktif dari aktivator yang menempel pada arang
aktif akan digantikan oleh gugus –OH pada pencucian
dengan aquadest [45]. Pencucian arang aktif dilakukan
40

hingga pH netral. Arang aktif TKKS yang telah netral


dikeringkan di dalam oven pada temperatur 110°C selama 3
jam untuk menguapkan airnya, setelah proses pengeringan
maka didapatlah arang aktif TKKS tersebut. Arang aktif
TKKS yang telah diaktivasi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Arang Aktif TKKS

4.2.3 Optimasi Waktu Kontak Logam Berat Merkuri (Hg)


pada Arang Aktif Tandan Kosong Kelapa Sawit

Waktu kontak pada proses adsorpsi arang aktif


TKKS merupakan salah satu parameter penting dalam
proses adsoprsi. Pada penelitian ini satuan waktu yang
digunakan bukan detik menurut SI melainkan menggunakan
menit, dikarenakan pada proses adsorpsi membutuhkan
kontak yang cukup lama antara adsorben dan adsorbat.
Menurut Nafi’ah, 2016, bahwa waktu interaksi yang cukup
41

diperlukan arang aktif agar dapat mengadsorpsi logam


secara optimal. Semakin lama waktu interaksi, maka
semakin banyak logam yang teradsorp karena semakin
banyak kesempatan partikel arang aktif untuk
bersinggungan dengan logam [46]. Penentuan waktu
setimbang penyerapan bertujuan untuk mengetahui waktu
optimum yang dibutuhkan oleh adsorben arang aktif dalam
menyerap logam secara maksimum hingga tercapai keadaan
yang sama antara logam terserap (adsorben) dengan logam
yang terlepas (desorpsi). Pada proses ini, penyerapan
berlangsung terus menerus sebelum tercapai kesetimbangan
[47]. Kesetimbangan proses adsorpsi arang aktif TKKS
tercapai apabila penambahan waktu kontak tidak lagi
menambah jumlah logam yang teradsorpsi pada adsorben.
Dalam hal ini kapasitas adsorpsi dengan variasi waktu
kontak logam merkuri dapat dilihat pada gambar 5.

599,980
(Hg) teradsorp (mg g-1

599,960
599,940
599,920
adsorben)

599,900
599,880
599,860
599,840
599,820
10 50 100 150 200
Waktu Kontak (Menit)
42

Gambar 5. Grafik penentuan waktu kontak terhadap logam


merkuri yang terjerap.

Optimasi waktu adsorpsi logam berat merkuri


ditentukan dengan melakukan variasi waktu kontak sebagai
berikut ; 10, 50, 100, 150, dan 200 menit. Waktu kontak
yang divariasikan menunjukkan waktu yang dibutuhkan
pada saat kesetimbangan adsorpsi tercapai dan untuk
mengetahui kemampuan adsorpsi arang aktif TKKS.
Gambar 5 menunjukan bahwa adsorpsi logam merkuri yang
terbaik terdapat pada menit ke 10 dengan nilai penjerapan
sebesar 599,958 mg g-1. Pada waktu kontak 50 menit hingga
200 menit tidak mengalami peningkatan penjerapan logam
berat merkuri yang signifikan dikarenakan adsorben telah
mencapai titik jenuh yang tidak dapat mengadsorp logam
berat lagi. Berdasarkan teori pada saat bertambahnya waktu
kontak, maka adsorbat akan sering mengalami interaksi
dengan adsorben, sehingga logam berat akan semakin
banyak teradsorp oleh adsoben. Namun, pada penelitian ini
waktu optimum terdapat pada awal waktu kontak 10 menit.
Penurunan laju adsorpsi diakibatkan oleh kemampuan
adsorben dalam mengadsorpsi logam semakin berkurang
hingga pada waktu tertentu adsorben tidak dapat menjerap
logam lagi yang ditunjukan oleh penurunan kapasitas
43

adsorpsi [48]. Hal ini disebabkan adsorpsi terjadi secara


multilapis sehingga adsorben tidak dapat mengadsorp logam
merkuri kemudian terjadilah proses pelepasan dan adsorben
mengalami kejenuhan yang tidak akan mengalami proses
adsorpsi. Hal ini pula dilakukan oleh Bangun dkk, 2016,
bahwa penurunan adsorpsi terjadi pada waktu kontak
disebabkan karena pori dari arang aktif sudah terisi penuh
sehingga permukaan arang aktif menjadi jenuh dan
kemampuan adsorpsinya pun menurun [49].

4.2.4 Optimasi Massa Adsorben Arang Aktif Tandan


Kosong Kelapa Sawit Terhadap Penjerapan Logam
Berat Merkuri (Hg)

Massa adsorben arang aktif TKKS sangat


berpengaruh pada proses adsorpsi atau penjerapan, karena
pada dasarnya semakin banyak jumlah adsorben arang aktif
TKKS maka pori yang terdapat pada arang aktif juga
semakin meningkat sehingga logam berat merkuri akan
semakin banyak terjerap. Menurut Arya, 2018, bahwa
massa adsorben berpengaruh terhadap proses adsorpsi
karena semakin bertambahnya massa adsorben, maka nilai
penyerapan merkuri yang telah teradsorpsi juga semakin
meningkat dan mencapai kesetimbangan [6]. Dalam hal ini
44

variasi massa adsorben TKKS pada proses adsorpsi logam


merkuri dapat dilihat pada gambar 6.

600,000
(Hg) teradsorp (mg

599,950
g-1 adsorben)
599,900
599,850
599,800
599,750
599,700
599,650
3 6 9 12 15
Massa (gram)

Gambar 6. Grafik penentuan kesetimbangan massa


adsorben terhadap penjerapan logam berat
merkuri.

Optimasi massa arang aktif TKKS untuk menjerap


logam berat merkuri ditentukan dengan variasi sebagai
berikut ; 3, 6, 9, 12, 15 gram. Pada gambar 6 diatas
menunjukan adanya peningkatan adsorpsi dari massa 3
gram ke 6 gram terhadap logam berat merkuri dan variasi
massa yang memiliki adsorpsi paling baik adalah 6 gram
dengan kapasitas adsorpsi sebesar 599,944 mg g-1. Namun
pada massa 9 gram hingga 15 gram tidak mengalami
peningkatan adsorpsi hal ini dikarenakan adsorben telah
mengalami kesetimbangan pada massa 6 gram dan jumlah
45

molekul adsorbat yang berikatan dengan adsorben semakin


sedikit. Pada proses kesetimbangan ini adsorben tidak lagi
mengadsorpsi logam berat merkuri. Menurut Anjani dan
Toeti, 2014, bahwasannya jumlah adsorben mempengaruhi
proses adsorpsi dimana semakin bertambahnya massa
menyebabkan adsorben telah mencapai titik jenuh jika
permukaannya telah terisi penuh oleh adsorbat [50]. Namun,
pada massa 9 gram hingga 15 gram mengalami penurunan
adsorpsi logam berat merkuri karena berdasarkan kapasitas
Hg teradsorpsi telah mendekati kesetimbangan dan jumlah
molekul logam berat merkuri sebagai adsorbat yang
berikatan dengan adsorben semakin sedikit. Demikian pula
pada penelitian Arif dkk, 2015, tentang pengaruh massa
karbon aktif yang menunjukan nilai kapasitas adsorpsi
menurun dengan bertambahnnya massa adsorben. Hal ini
dikarenakan pada saat ada peningkatan massa adsorben
maka ada peningkatan persentase nilai efesiensi adsorpsi
dan penurunan kapasitas adsorpsi [45].
46

4.2.5 Penentuan Isoterm dan Kapasitas Adsorpsi Logam


Merkuri (Hg) Pada Adsorben Arang Aktif Tandan
Kosong Kelapa Sawit

Kapasitas adsorpsi merupakan suatu parameter yang


menunjukkan kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi
adsorbat. Kapasitas adsorpsi dapat ditentukan melalui
suatu persamaan isoterm adsorpsi, yang menggambarkan
hubungan antara zat teradsorpsi dalam sejumlah tertentu
berat adsorben dalam proses kesetimbangan yang
berlangsung pada temperatur konstan [9]. Menurut Jasmal
dkk, 2015, bahwasannya persamaan isotermal adsorpsi
yang umum digunakan adalah persamaan Langmuir dan
Freundlich [51]. Penentuan isoterm adsorpsi pada
penelitian ini dilakukan dengan melakukan variasi
konsentrasi larutan ion merkuri yang diinteraksikan pada
adsorben arang aktif tandan kosong kelapa sawit, dapat
dilihat pada gambar 7.
47

3,500,000
(Hg) teradsorp (mg g-1
3,000,000
2,500,000
adsorben)
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
0
40 80 120 160 200
Konsetrasi (ppm)

Gambar 7. Grafik penentuan isoterm dan kapasitas adsorpsi


logam merkuri terhadap adsorben arang aktif
tandan kosong kelapa sawit.

Gambar 7 diatas menunjukan bahwasannya kenaikan


kapasitas adsorpsi logam merkuri yang teradsorpsi oleh
adsorben arang aktif tandan kosong kelapa sawit semakin
meningkat, seiring dengan meningkatnya konsentrasi
logam merkuri mulai dari 40 ppm hingga 200 ppm dengan
nilai kapasitas adsorpsi terbesar 2.999,631 mg g-1 pada
200 ppm. Hal ini disebabkan karena banyaknya ion
merkuri yang berinteraksi dengan arang aktif tandan
kosong kelapa sawit sehingga kapasitas adsorpsi terus
meningkat dan mengindikasikan bahwa kondisi setimbang
belum tercapai. Menurut Imawati dan Adhitiyawarman,
48

2015, melakukan penelitian isoterm adsorpsi logam berat


bahwasannya semakin naiknya konsentrasi maka semakin
banyak molekul yang berinteraksi dengan arang aktif
sehingga adsorpsi semakin meningkat [52]. Penentuan
kapasitas adsorpsi logam berat merkuri dilakukan dengan
menguji variasi konsentrasi adsorbat ke dalam model
isoterm Langmuir dan Freundlich. Pengujian model
kesetimbangan dilakukan untuk menentukan model
kesetimbangan yang sesuai digunakan pada suatu
penelitian. Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan dengan
merubah persamaan isoterm langmuir dan Freundlich
menjadi kurva kesetimbangan garis lurus [53]. Isoterm
Freundlich digunakan dengan asumsi bahwa lapisan
multilayer yang ikatan antara adsorben dengan
adsorbatnya terjadi karena adanya gaya Van Der Walls
sehingga ikatannya tidak terlalu kuat, sedangkan isoterm
Langmuir digunakan dengan asumsi bahwa lapisan yang
terbentuk merupakan lapisan monolayer yang ikatan
adsorben dengan adsorbatnya cukup kuat karena
terbentuknya suatu ikatan kimia [45]. Penentuan model
kesetimbangan tergantung pada harga koefisien
2
determinan (R ) dengan harga yang tinggi.
Perbandingan data perhitungan parameter adsorpsi
logam merkuri pada arang aktif tandan kosong kelapa
49

sawit hasil penelitian menggunakan model isoterm


Langmuir dan Freundlich dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perbandingan Isoterm Langmuir dan


Freundlich untuk Adsorpsi Logam Berat
Merkuri pada Arang Aktif Tandan Kosong
Kelapa Sawit

Adsorben Model Isoterm Parameter Nilai Hasil


Adsorpsi Adsorpsi Perhitungan

-3
Langmuir b (mol/g) 526 ×10
-1
K(mmol/L) 23764

Arang Aktif E (kJ/mol) 25131,56


Tandan 2
R 0,0673
Kosong
Kelapa Sawit -1
Freunlindch B (mmol g ) 522275,916

n 1,66
2
R 0,3053

Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa adsorpsi logam


berat merkuri terhadap arang aktif tandan kosong kelapa
sawit lebih mengikuti model isoterm Freundlich. Hal ini
dibuktikan dengan harga koefisien korelasi (R2) lebih
besar model isoterm Freundlich dibandingkan Langmuir
dengan nilai harga (R2) yaitu 0,3053.
50

Isoterm adsorpsi Freundlich mengindikasikan bahwa


proses adsorpsi terjadi secara fisik (Physisorption) dan
terbentuk lapisan Multilayer yang artinya penjerapan
lebih banyak terjadi pada permukaan arang aktif, dimana
logam merkuri menempel pada adsorben dengan gaya
Van Der Walls yang ikatannya tidak terlalu kuat. Hal ini
sesuai dengan penelitian Jasmal dkk, 2015, bahwasnnya
isotherm adsorpsi Freundlich mengasumsikan adsorpsi
terjadi secara fisik artinya penyerapan lebih banyak terjadi
pada permukaan arang aktif. Pada adsorpsi fisik adsorbat
tidak terikat kuat pada permukaan adsorben sehingga
adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan ke
permukaan yang lain, dan pada permukaan yang
ditinggalkan dapat digantikan oleh adsorbat yang lainnya.
Adsorpsi fisik ini terjadi karena adanya ikatan Van Der
Walls yaitu gaya tarik menarik yang lemah antara
adsorbat dengan permukaan adsorben [51].
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahsan
yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Variasi waktu kontak pada arang aktif tandan kosong
kelapa sawit mulai dari menit ke 10, 50, 100, 150, 200
diperoleh waktu penjerapan optimum pada menit ke 10
dengan kapasitas adsorpsi logam merkuri sebesar
599,958 mg g-1.
2. Variasi Massa adsorben arang aktif tandan kosong
kelapa sawit mulai dari 3, 6, 9, 12, 15 gram didapat
kapasitas adsorpsi logam berat merkuri terbaik yaitu
599,944 mg g-1 pada massa 6 gram.
3. Pengaruh konsentrasi adsorbat HgCl2 mulai dari 40, 80,
120, 160, 200 ppm diperoleh nilai konsentrasi terbaik
pada 200 ppm dengan kapasitas adsorpsi sebesar
2.999,631 mg g-1.
Pada variasi konsentrasi isoterm adsorpsi mengikuti
model Freundlich. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
perbandingan linieritas kurva yang ditunjukan dengan
harga R2 isotermFreundlich lebih besar dibandingkan
dengan harga R2 isoterm Langmuir. Harga nilai R2 pada

51
52

isoterm Freundlich 0,3053 sedangkan harga R2 isoterm


Langmuir 0,0673.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan analisis pH sebelum pembilasan
setelah proses aktivasi, agar mengetahui kondisi pH
sebelum pembilasan.
2. Dilakukan analisis menggunakan alat instrumen
Spektrofotometer Uv-Vis sebelum aktivasi dan
sesudah aktivasi, agar mengetahui gugus fungsi yang
terdapat pada TKKS tersebut.
3. Perlu dilakukan penambahan variasi konsentrasi lebih
lanjut mulai dari 200 ppm lebih, agar dapat
mengetahui konsentrasi optimum adorben arang aktif
tandan kosong kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Suyanto, S. Kusmiyati, and C. Retnaningsih, “Residu
Logam Berat Ikan dari Perairan Tercenmar di Pantai Utara
Jawa Tengah,” vol. 01, no. 02, 2010.
[2] N. I. Said, “Metoda Penghilangan Logam Merkuri di
dalam Air Limbah Industri,” JAI, vol. 6, no. 1, pp. 11–23,
2010.
[3] Ma’rifat, D. Krisdiyanto, Khamidinal, and I. Nugraha,
“Sintesis Zeolit dari Abu Dasar Batu Bara dan Aplikasinya
sebagai Adsorpsi Adsorben Logam Berat Merkuri,”
Molekul, vol. 9, no. 1, 2014.
[4] A. R. A. R. Apdy, “Kadar Pencemaran Logam Berat
Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Seng (Zn) pada Tanah di
Sekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota Makassar,”
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
[5] M. C. Hadi, “Bahaya Merkuri di Lingkungan Kita,” J.
Skala Husahada, vol. 10, no. 2, pp. 175–183, 2013.
[6] Y. Arya, “Studi Adsorpsi Merkuri pada Limbah
Pengolahan Emas Menggunakan Karbon Aktif Berbahan
Baku Janjang Buah Pohon Aren (Arenga Pinnata) (Studi
Kasus Pertambangan Emas Rakyat di Kec. Penyabungan
Kab. Mandailing Natal),” Universitas Sumatera Utara,
2018.
[7] W. Widowati, A. Sastiono, and R. R Jusuf, Efek Toksik

53
54

Logam Penanganan dan Penanggulangan Pencemaran.


2008.
[8] S. Rianto and O. Setiani, “Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri Pada
Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan
Selogiri Kabupaten Wonogiri Analysis Of Factors
Associated With Mercury Poisoning Of The Traditional
Gold Miner At Jendi Village , Selogiri Subdistrict ,
Wonogiri District,” vol. 11, no. 1, pp. 54–60, 2012.
[9] I. M. Rahmalia, Winda , Yulistira Fitria, Ningrum Janiar,
Qurbaniah Mahwar, “Pemanfaatan Potensi Tandan
Kososng Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) sebagai
Bahan Dasar C-Aaktif untuk Adsorpsi Logam Perak dalam
Larutan,” pp. 1–10, 2015.
[10] I. H. Silalahi, T. Anita, and H. Martua, “Kapasitas
Adsorpsi Merkuri Menggunakan Adsorben Sargassum
crassifolium Teraktivasi,” vol. 3, no. 1, 2012.
[11] N. La Hasan and A. Derlean, “Kinetika Adsorpsi Logam
Merkuri (Hg) oleh Karbon Aktif Tempurung Kelapa pada
Limbah Pengolahan Emas di Kabupaten Buru Propinsi
Maluku,” Bimafika, vol. 6, pp. 763–769, 2015.
[12] T. H. Jatmiko, “Pemanfaatan Karbon Aktif dari Limbah
Tempurung Kemiri untuk Adsorpsi Limbah Merkuri-Hg
(II),” Pros. Semin. Nas. Peran Teknol. di Era Glob., pp.
55

121–125, 2013.
[13] D. P. Dewanti, “Potensi Selulosa dari Limbah Tandan
Kosong Kelapa Sawit untuk Bahan Baku Bioplastik
Ramah Lingkungan,” vol. 19, no. 1, pp. 81–88, 2018.
[14] D. E. Rahayu and W. Hadi, “Karakteristik Adsorben
Karbon Akif dari Limbah Padat Kelapa Sawit (Review),”
J. Purifikasi, vol. 17, no. 1, pp. 22–30, 2017.
[15] S. Taer Erman , Mustika Widya Sinta, “Pemanfaatan
PotensiTandan Kosong Kelapa Air Limbah Aktivasi
Penambangan Emas,” no. C, pp. 852–858, 2016.
[16] H. Simatupang, A. Nata, and N. Herlina, “Studi Isolasi dan
Rendemen Lignin Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS),” J. Tek. Kim., vol. 1, no. 1, pp. 20–24, 2012.
[17] B. A. D. Sopiah Nida, Prasetyo Djoko, “Pengaruh Karbon
Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap
Adsorpsi Kadmium Terlarut.” pp. 55–66, 2017.
[18] N. Rahmawanti and N. Dony, “Studi Arang Aktif
Tempurung Kelapa dalam Penjernihan Air Sumur,” Al
Ulum Sains dan Teknol., vol. 1, no. 2, pp. 84–88, 2016.
[19] E. M. Gultom and M. T. Lubis, “APplikasi Karbon Aktif
dari Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivator H3PO4
untuk Penyerapan Logam Berat Cd dan Pb,” J. Tek. Kim.,
vol. 3, no. 1, pp. 5–10, 2014.
[20] G. G. R. Maulana, L. Agustina, and Susi, “Proses
56

Aktovasi Arang Aktif dari Cangkang Kemiri (Aleurites


moluccana) dengan Variasi Jenis dan Konsentrasi
Aktivator Kimia,” Ziraa’ah, vol. 42, no. 3, pp. 247–256,
2017.
[21] Y. Meisrilestari, R. Khomaini, and H. Wijayanti,
“Pembuatan arang aktif dari cangkang kelapa sawit
dengan aktivasi secara fisika, kimia dan fisika-kimia,”
Konversi, vol. 2, no. 1, pp. 46–51, 2013.
[22] M. Maslahat, D. Arissujaya, and S. Lismayani, “Optimasi
Suhu Aktivasi Pada Pembuatan Arang Aktif Berbahan
Dasar Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit,” Pros.
Semin. Lignoselulosa, no. September, pp. 46–51, 2018.
[23] S. Kuswarini, “Papan Partikel dari Tandan Kosong Kelapa
Sawit,” J. Ris. Ind., vol. 3, no. 3, pp. 185–189, 2009.
[24] O. Nurrohmi, “Bomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) sebagai Adsorben Ion Logam Kadmium,”
Universitas Indonesia, 2011.
[25] S. Jamilatun, S. Salamah, and I. D. Isparulita,
“Karakteristik Arang Aktif dari Tempurung Kelapa
dengan Pengaktivasi H 2 SO 4 Variasi Suhu dan Waktu,”
Chemical, vol. 2, no. 1, pp. 13–19, 2015.
[26] R. Kurniawan, M. Lutfi, and W. A. N, “Karakterisasi Luas
Permukaan Bet (Braunanear, Emmelt dan Teller) Karbon
Aktif dari Tempurung Kelapa dan Tandan Kosong Kelapa
57

Sawit dengan Aktivasi Asam Fosfat (H3PO4),” J.


Keteknikan Pertan. Trop. dan Biosist., vol. 2, no. 1, pp.
15–20, 2014.
[27] M. A. Resya, S. B. Daulay, and A. Rohanah, “Pembuatan
Arang Aktif Menggunakan Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq),” Keteknikan Pertan., vol. 5, no. 4, pp.
786–790, 2017.
[28] I. Syauqiah, M. Amalia, and H. A. Kartini, “Analisis
Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk pada Proses
Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan Arang Aktif,” Info
Tek., vol. 12, no. 1, pp. 11–20, 2011.
[29] S. Maysharoh, I. D. Faryuni, and J. Sampurno,
“Karakterisasi Pola Distribusi Pori Karbon Aktif Tandan
Kosong kelapa Sawit Teraktivasi H3PO4 Berbasis
Geometri Fraktal,” Prism. Fis., vol. 6, no. 1, pp. 44–48,
2018.
[30] T. K. Dewi, A. Nurrahman, and E. Permana, “Pembuatan
Karbon Aktif dari Kulit Ubi Kayu (Mannihot esculenta),”
J. Tek. Kim., vol. 16, no. 1, pp. 24–30, 2009.
[31] E. Arsad and S. Hamdi, “Teknologi pengolahan dan
pemanfaatan karbon aktif untuk industri,” vol. 2, no. 2, pp.
43–51, 2010.
[32] A. Yulianti, Taslimah, and Sriatun, “Pembuatan Arang
Aktif Tempurung Kelapa Sawit untuk Pemucatan Minyak
58

Goreng Sisa Pakai,” J. Kim. Sains dan Apl., vol. 13, no. 2,
pp. 36–40, 2010.
[33] I. Nurhayati, J. Sutrisno, and M. S. Zainudin, “Pengaruh
konsentrasi dan waktu aktivasi terhadap karakteristik
karbon aktif ampas tebu dan fungsinya sebagai adsorben
pada limbah cair laboratorium,” J. Tek. Waktu, vol. 16, no.
1, pp. 62–71, 2018.
[34] T. Widayatno, T. Yuliawati, and A. A. Susilo, “Adsorpsi
Logam Berat (Pb) dari Limbah Cair Dengan Adsorben
Arang Bambu Aktif,” J. Teknol. Bahan Alam, vol. 1, no. 1,
pp. 17–23, 2017.
[35] R. Rahmi and Sajidah, “Pemanfaatan Adsorben Alami
(BIOSORBEN) untuk Mengurangi Kadar Timbal (Pb)
dalam Limbah Cair,” Pros. Semin. Nas. Biot., pp. 271–
279, 2017.
[36] K. N. Irma, N. Wahyuni, and T. A. Zahara, “Adsorpsi
Fenol Menggunakan Adsorben Karbon Aktif dengan
Metode Kolom,” JKK, vol. 4, no. 1, pp. 24–28, 2015.
[37] K. M. Mohiuddin, Y. Ogawa, H. M. Zakir, K. Otomo, and
N. Shikazono, “Heavy metals contamination in water and
sediments of an urban river in a developing country
Archive of SID in a developing country,” J. Environ. Sci.
Tech, vol. 8, no. 4, pp. 723–736, 2011.
[38] S. M. Indirawati, “Pencemaran Logam Berat Pb dan Cd
59

dan Keluhan Kesehatan pada Masyarakat di Kawasan


Pesisir Belawan,” J. JUMANTIK, vol. 2, no. 2, pp. 54–60,
2017.
[39] D. S. Handayani, Jumina, D. Siswanta, and Mustofa,
“Adsorpsi Ion Logam Pb(II), Cd(II) dan Cr(III) Oleh Poli
5 Allikaliks [4] Arena Tetraester,” J. Mns. DAN
Lingkung., vol. 19, no. 3, pp. 218–225, 2012.
[40] T. Ika and I. Said, “Analisis Logam Timbal (Pb) dan BESI
(Fe) dalam Air Laut di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry
Taipa Kecamatan Palu Utara,” J. . Akad. Kim, vol. 1, no. 4,
pp. 181–186, 2012.
[41] U. Haura, F. Razi, and H. Meilina, “Karakterisasi
Adsorben dari Kulit Manggis dan Kinerjanya pada
Adsorpsi Logam Pb (II) dan Cr (VI),” BIOPROPAL Ind.,
vol. 8, no. 1, pp. 47–54, 2017.
[42] Sutardi, S. J. Santosa, and Suyanta, “Adsorpsi Hg (II)
dengan Adsorben Zeolit MCM-41 Termodifikasi,” J.
Kaunia, vol. 5, no. 1, pp. 1–10, 2014.
[43] Hasrianti, “Adsorpsi Ion Cd2+ pada Limbah Cair
Menggunakan,” J. Din., vol. 4, no. 2, pp. 59–76, 2013.
[44] L. Hartini, E. Yulianti, and R. Mahmuda, “Karakterisasi
Karbon Aktif Teraktivasi NaCl dari Ampas Tahu,”
ALCHEMY, vol. 3, no. 2, pp. 145–153, 2014.
[45] A. R. Arif, A. Saleh, J. Saokani, and J. Kimia, “Adsorpsi
60

Karbon Aktif dari Tempurung Kluwak (Pangium edule)


terhadap Penurunan Fenol,” Alkimia, pp. 34–47, 2015.
[46] R. Nafi’ah, “Kinetika Adsorpsi Pb (II) dengan Adsorben
Arang Aktif dari Sabut Siwalan,” J. Farm. Sains dan
Prakt., vol. 1, no. 2, pp. 28–37, 2016.
[47] S. Jayanti, N. K. Sumarni, and Musafira, “Kajian Aktivasi
Arang Aktif Biji Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)
Menggunakan Aktivator H3PO4 pada Penyerapan Logam
Timbal,” KOVALEN, vol. 1, no. 1, pp. 13–19, 2015.
[48] Fitriani, T. Kurniati, and Hambali, “Penyerapan Ion
Logam Pb (II) dari Larutan Menggunakan Serbuk Daun
Puring,” J. Pendidik. Metematika dan IPA, vol. 8, no. 1,
pp. 34–42, 2017.
[49] T. A. Bangun, T. A. Zaharah, and A. Shofiyani,
“Pembuatan Aarang Aktif dari Cangkang Buah Karet
untuk Adsorpsi Ion Besi (II) dalam Larutan,” JKK, vol. 5,
no. 3, pp. 18–24, 2016.
[50] R. P. Anjani and T. Koestiari, “Penentuan Massa dan
Waktu Kontak Optimum Adsorpsi Karbon Granular
sebagai Adsorben Logam Berat Pb(II) Dengan Pesaing Ion
Na+,” J. Chem., vol. 3, no. 3, pp. 159–163, 2014.
[51] S. Jasmal and Ramlawati, “Kapasitas Adsorpsi Arang
Aktif Ijuk Pohon Aren ( Arenga pinnata ) terhadap Pb2+,”
J. Sainsmart, vol. 4, no. 1, pp. 57–66, 2015.
61

[52] A. Imawati and Adhitiyawarman, “Kapasitas Adsorpsi


Maksimum Ion Pb (II) oleh Arang Aktif Ampas Kopi
Teraktivasi HCl dan H3PO4,” JKK, vol. 4, no. 2, pp. 50–
61, 2015.
[53] A. S. Sanjaya and R. P. Agustine, “Studi Kinetika
Adsorpsi Pb Menggunakan Arang Aktif dari Kulit
Pisang,” Konversi, vol. 4, no. 1, pp. 17–24, 2015.
LAMPIRAN 1

63
64

LAMPIRAN 1.1 Diagram Alir Penelitian


A. Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

Limbah TKKS 1 kg

- dicuci menggunakan air


yang mengalir
- dimasukan ke dalam tungku
- dimasukkan ke dalam furnace
- dipanaskan dengan suhu 350°C
selama 1 jam
- dihitung kadar air TKKS tersebut

Hasil
65

B. Aktivasi CH3COONa 1 N

Hasil Karbonisasi

- diayak menggunakan ayakan 100


mesh
- di masukkan kedalam gelas
beaker yang berisi CH3COONa 1 N
- diletakan di atas hot plate dengan
suhu 120°C
- direndam selama 1 jam
- kemudian difiltrasi dan dicuci
dengan Aquades berkali-kali
- dikeringkan didalam oven dengan
suhu 110°C selama 3 jam
- ditimbang hasil akhirnya

Hasil

C. Penjerapan Logam Berat Hg dengan Berbagai


Variasi

TKKS yang teraktivasi

Variasi Variasi Variasi


Waktu Konsentrasi Massa
66


Variasi Waktu
Kontak

- 3 gr TKKS dimasukan ke dalam


beaker glass yang berisi 45 mL HgCl2
40 ppm
- kemudian digojok menggunakan
shaker dengan variasi waktu 10, 50,
100, 150, 200 menit
- difiltrasi dan dianalisis menggunakan
AAS.
Hasil analisis
67

 Variasi
Konsentrasi

- 3 gr TKKS dimasukan ke dalam


beaker glass yang berisi 45 mL
HgCl2 dengan variasi konsentrasi 40,
80, 120, 160, 200 ppm
- kemudian digojok menggunakan
shaker selama 1 jam
- difiltrasi dan dianalisis
menggunakan AAS.

Hasil analisis
68

 Variasi Massa TKKS

- variasi massa TKKS 3, 6, 9, 12,


15 gram dimasukan ke dalam
beaker glass yang berisi larutan
HgCl2 dengan rasio 1:15 (b/v) dan
konsentrasi 40 ppm
- kemudian digojok menggunakan
shaker selama 1 jam
- difiltrasi dan dianalisis
menggunakan AAS.

Hasil analisis
69

LAMPIRAN 2.1 Perhitungan Kapasitas Adsorpsi Logam Berat Merkuri (Hg)


Terhadap Adsorben Arang Aktif Tandan Kosong Kelapa Sawit.
A. Variasi Waktu
( )
Rumus :
Keterangan :
qt = Kapasitas adsorpsi/jumlah ion logam yang teradsorp (mg g-1)
C0 = Konsentrasi awal ion logam (mg L-1)
Ce = Konsentrasi ion logam saat kesetimbangan (mg L-1)
M = Massa Adsorben (gr)
V = Volume larutan ion logam (mL)
1. Waktu 10 menit ( )
( )

qt = 599,875 mg g-1
-1
qt = 599,958 mg g
4. Waktu 150 menit
2. Waktu 50 Menit
( )
( )

qt = 599,882 mg g-1

qt = 599,880 mg g-1 5. Waktu 200 menit

3. Waktu 100 Menit ( )

70
71

qt = 599,887 mg g-1 3. Massa 9 gram

B. Variasi Massa ( )
1. Massa 3 gram

( )
qt = 599,886 mg g-1

qt = 599,931 mg g-1
4. Massa 12 gram
2. Massa 6 gram
( )
( )

qt = 599,808 mg g-1
qt = 599,944 mg g-1
5. Massa 15 gram
( ) ( )

qt = 599,769 mg g-1 qt = 1. 199,887 mg g-1

C. Variasi Konsentrasi adsorbat 3. Konsetrasi 120 ppm


1. Konsentrasi 40 ppm
( )
( )

qt = 1. 799,914 mg g-1
qt = 599,884 mg g-1
4. Konsentrasi 160 ppm
2. Konsentrasi 80 ppm
( )

72
73

qt = 2. 399,865 mg g-1

5. Konsentrasi 200 ppm

( )

qt = 2. 999,613 mg g-1
LAMPIRAN 3.1 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Logam Berat Merkuri (Hg) Terhadap
Adsroben Arang Aktif Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
Persamaan Isoterm Langmuir
A. Isoterm Langmuir

C0 Ceq Ceq Ceq (mmol/g) Cads Cads (mmol/g) Cads (mmol/L) Ceq/m
(mg/L) (mg/L) (mmol/L) (mg/L) m m m mmol/g

40 0.0077 0.0000385 5.775E-07 39.9923 0.1999615 0.002999423 0.000192537

80 0.0075 0.0000375 5.625E-07 79.9925 0.3999625 0.005999438 9.37588E-05

120 0.0057 0.0000285 4.275E-07 119.9943 0.5999715 0.008999573 4.75023E-05

160 0.009 0.000045 0.000000675 159.991 0.799955 0.011999325 5.62532E-05

200 0.0258 0.000129 0.000001935 199.9742 0.999871 0.014998065 0.000129017

74
75

Ceq (mg/L) Ceq/m


mmol/g Ceq/m mmol/g
0.0077 0.000192537 0.00025

0.0075 9.37588E-05 0.0002


Ceq/m mmol/g
0.00015 y = 0.0019x + 8E-05
0.0057 4.75023E-05 R² = 0.0673
0.0001
0.009 5.62532E-05 Linear (Ceq/m
0.00005 mmol/g)
0.0258 0.000129017 0
0 0.01 0.02 0.03
LAMPIRAN 4.1 Penentuan Kapasitas Adsorpsi Logam Berat Merkuri (Hg) Terhadap
Adsorben Arang Aktif Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Isoterm
Freundlich
B. Isoterm Freundlich

C0 Ceq Ceq Ceq Log Ceq Cads Cads Cads Ceq/m log m
(mg/L) (mg/L) (mmol/L) (mmol/g) (mg/L) m (mmol/L) m (mmol/g) m mmol/g

40 0.0077 0.0000385 5.775E-07 - 39.9923 0.1999615 0.002999423 0.000192537 1.601976382


6.238448011

80 0.0075 0.0000375 5.625E-07 - 79.9925 0.3999625 0.005999438 9.37588E-05 1.90304927


6.249877473

120 0.0057 0.0000285 4.275E-07 - 119.9943 0.5999715 0.008999573 4.75023E-05 2.079160617


6.369063881

160 0.009 0.000045 0.000000675 - 159.991 0.799955 0.011999325 5.62532E-05 2.204095553


6.170696227

200 0.0258 0.000129 0.000001935 - 199.9742 0.999871 0.014998065 0.000129017 2.300973968


5.713319031

76
77

Ceq log m

-6.238448011 1.601976382 log m


2.5
-6.249877473 1.90304927
y = 0.6018x + 5.7179
2
-6.369063881 2.079160617 R² = 0.3053
1.5
-6.170696227 2.204095553 log m
1
-5.713319031 2.300973968 Linear (log m)
0.5

0
-6.6 -6.4 -6.2 -6 -5.8 -5.6
78

1. Kapasitas adsorpsi model Langmuir dapat ditentukan


dengan persamaan:

Kapasitas adsorpsi = b =

= 526 mmol g-1


= 526 × 10-3

K=( )
= ( )
-1
= 23764 mol g

Energi adsorpsi = R T In K
= 8,314 K-1 mol-1 × 300 K ×
In 23764 mol g-1
= 25131,56 KJ mol-1

2. Kapasitas Adsorpsi Model Freundlich dapat ditentukan


dengan persamaan:
Log m = Log B + Log Ceq

Log B = Intersept = 5.7179

Kapasitas adsorpsi = B = Anti Log intersept


79

= 522275,92
n= = = 1,66
80

Lampiran 5.1 Laporan Kegiatan Penelitian


81
82

Lampiran 7.1 Surat Keterangan Hasil Uji AAS Atomic


Absorption Spektrophotometry)
83
84

LAMPIRAN 8.1 Gambar Penelitian

1. Preparasi Bahan TKKS yang telah dicacah/dipotong-


potong

2. TKKS ditimbang 1 kg
85

3. TKKS dimasukan ke dalam furnace untuk dikarbonisasi


pada suhu 350°C selama 1 jam

4. Hasil Karbonisasi yang telah didapat, diambil 1 gram


untuk dianalisis kadar air dimasukan ke dalam oven
selama 3 jam dengan suhu 110°C
86

5. Proses penghalusan menggunakan Grinder dan Ball mill


87

6. Proses pengayakan menggunakan Sieve dengan ukuran


100 mesh

7. Proses Aktivasi TKKS menggunakan CH3COONa 1 N


selama 1 jam dengan suhu 120°C
88

8. Hasil Aktivasi dicuci menggunakan aquadest hingga pH


nya netral, kemudian dimasukan kedalam oven selama 3
jam dengan suhu 110°C
89

9. Proses adsorpsi logam Merkuri (Hg) menggunakan


magnetic stirer dengan variasi waktu kontak, massa
adsorben TKKS, konsentrasi adorbat HgCl2.

10. Hasil Adsorpsi dianalisis menggunakan AAS


90
LAMPIRAN 2
92

LAMPIRAN 1. KTM (Kartu Tanda Mahasiswa)


93

Lampiran 2. Slip Pembayaran UKT (Uang Kuliah


Tunggal)
94

Lampiran 3. Sertifikat BTA (Baca Tulis Al-Quran)


95

Lampiran 4. Sertifikat Bahasa Arab


96

Lampiran 5. KKN (Kuliah Kerja Nyata)


97

Lampiran 6. Sertifikat Pelatihan


98

Lampiran 7. Sertifikat Komputer


99

Lampiran 8. Sertifikat Toefl


100

Lampiran 9. Bebas Laboratorium


101

Lampiran 10. Lulus Munaqosah


102

Lampiran 11. Nilai Hasil Ujian Munaqosah


103

Lampiran 12. Ijazah SMA/MA


104

Lampiran 13. SK Pembimbing


105

Lampiran 14. Surat Selesai Penelitian


106

Lampiran 15. Kartu Bimbingan Skripsi


107
108

Lampiran 16. ACC Jilid


109

Lampiran 17. Transkip Nilai


110
111

Lampiran 19. Sertifikat Ospek Universitas


112

Lampiran 20. Sertifikat Ospek Fakultas

S
RIWAYAT HIDUP

Nama Muhammad Agil


Gova. Penulis lahir di
Pagar Alam, Sumatera
Selatan, tepatnya pada
tanggal 23 Desember 1996.
Pendidikan dasar saya
diselesaikan pada tahun
2008 di SD Negeri 68 Kota
Pagar Alam. Pendidikan
Sekolah Menengah
Pertama saya diselesaikan
pada tahun 2011 di SMP
Negeri Kota Pagar Alam. Pada tahun 2014, saya
menyelesaikan Sekolah Madrasah Aliyah di Pondok
Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Pada
Tahun 2015 saya melanjutkan kuliah pada program studi
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Univesitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang yang saya selesaikan pada
tahun 2019.

113

Anda mungkin juga menyukai