Pengeringan Produk Pasca Panen
Pengeringan Produk Pasca Panen
ACARA I
PENGERINGAN PRODUK PASCA PANEN
Oleh: Muhammad
Fachri S. NIM.
A1L013199
Rombongan 8
untuk memperoleh energi yang digunakan untuk aktivitas hidup pasca panen. Pada
prinsipnya semakin cepat laju respirasi, maka semakin cepat pula laju kemunduran
mutu dan kesegaran. Cara penanganan yang tepat untuk mengurangi proses
mutu yang menyebabkan mengurangnya minat konsumen atas produk tersebut yaitu
dengan pengurangan kadar air. Tindakan ini penting untuk mengurangi kadar air yang
dalam penyimpanan produk pasca panen. Tujuan lain dari pengurangan kadar air
pengurangan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan sehingga terhindar dari
pembusukan ataupun penurunan kualitas bahan pangan. Salah satu cara sederhananya
adalah dengan melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan tahap awal dari
adanya pengawetan.
B. Tujuan
2
1) Mengetahui kadar air dari beberapa produk pasca panen yang diperdagangkan
yang bersih, kering, dan kelembaban lingkungan yang relatif kering dengan tujuan
untuk menghindari kehilangan kandungan air bahan secara berlebihan dan terjadinya
proses pembusukan secara cepat. Proses pembusukan produk diawali dengan semakin
timbulnya bau pengap merupakan tanda terjadinya awal proses pembusukan yang
mudah dikenali. Dalam keadaan basah dan hangat, cendawan dan bakteri pembusuk
akan cepat berkembang dan aktif merusak sehingga produk akan menjadi cepat rusak
(Suyanti, 1996).
menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi
panas sehingga tercipta kondisi dimana mikroorganisme seperti kapang, jamur, dan
bakteri yang menyebabkan pembusukan tidak dapat tumbuh dan pengeringan juga
merupakan proses pengeluaran kadar air untuk memperoleh kadar air yang aman
Tujuan pengeringan antara lain agar produk dapat disimpan lebih lama,
mempertahankan daya fisiologi biji atau benih, dan mendapatkan kualitas produk
pasca panen yang lebih baik. Ada dua istilah yang dipakai untuk pengeringan yaitu
drying dan dehydration (dehidrasi). Drying adalah suatu proses kehilangan air yang
disebabkan oleh daya atau kekuatan alam, misalnya matahari denagn penjemuran dan
angin dengan diangin-anginkan. Sedangkan dehidrasi (dehydration) adalah suatu
pengering. Prinsip utama dari dehidrasi adalah penurunan kadar air untuk mencegah
mikroorganisme, tetapi hal tersebut tidak dapat membunuh semua mikroba yang ada,
oleh karena itu bahan pangan yang kering biasanya tidak steril. Mikroorganisme
kadar air dalam produk pasca penen, maka pertumbuhan mikroorganisme dalam
produk buah dan sayuran antara lain, bahan menjadi lebih awet, volume produk
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan
Disamping itu, kerugian yang diperoleh yakni terjadinya perubahan sifat fisis seperti
13.45 WIB.
Bahan yang digunakan yaitu biji jagung kering dan segar, gabah kering dan
segar, biji kedelai kering dan segar, dan biji kacang tanah kering dan segar.
Sedangkan alat yang digunakan meliputi alat pengukur kadar air (Moisture tester),
kantong plastik ¼ kg, karet gelang, kertas label, dan alat tulis.
C. Prosedur Kerja
1. Bahan dan alat praktikum disiapkan terlebih dahulu
2. Kadar air dari produk pasca panen segar dan kering diukur dengan alat
secukupnya
6. Kantong tersebut diberikan label memuat rombongan, kelompok, dan tanggal
pembuatan.
7. Produk pasca panen tersebut disimpan pada ruangan terbuka selama lima hari
dengan interval pengamatan sehari sekali dengan melihat warna, bau, dan
tekstur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kering Bas ah
35.00%
29.80% 29.70%
30.00%
25.00% 22.80%
20.00%
16.30% 17.30%
KADAR AIR 15.00% 13.80%
10.00%
5.00%
0.00%
Biji Jagung Gabah Kacang Tanah
JENIS PRODUK
Gabah Basah
Jagung Kering
Jagung Basah
B. Pembahasan
produk yang memiliki kadar air yang tinggi segingga perlu dilakukan pengeringan
guna untuk mengurangi kadar airnya yang dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air menuju udara karena
adanya perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Tujuan pengeringan yakni agar produk pasca panen dapat mengurangi berat dan
volume dari kadar airya juga untuk memperpanjang masa penyimpanan setelah
pemanenan.
dapat diartikan sebagai proses pemisahan air dari suatu bahan pangan dengan maksud
untuk mengawetkan bahan pangan dalam penyimpanan. Kadar air bahan dalam
dapat menahan atau menghambat pertumbuhan mikroba atau reaksi lainnya. Tujuan
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam proses pengolahan bahan pangan.
Tujuan pengeringan lainnya yaitu agar produk dapat disimpan lebih lama,
baik, untuk mengurangi kadar air sampai batas perkembangan mikroorganisme dan
menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil, dimana
bahan akan awet atau tahan lama karena proses pengeringan dan juga bahan akan
mengalami penyusutan kadar airnya yang menyebabkan volume bahan menjadi lebih
sedikit, juga dapat mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan, dimana dari
proses pengeringan volume bahan menjadi kecil dan dapat menghemat ruang
inensitasnya, dan sifat produk itu sendiri dapat bertahan lebih lama (Heddy, 1994).
Moisture tester merupakan suatu instrumen atau peralatan yang dipakai untuk
mengukur jumlah kandungan air yang tedapat pada suatu zat. Alat tersebut juga bisa
digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban suatu zat. Alat yang digunakan pada
saat praktikum yakni grain moisture tester. Fungsi dari grain moisture tester yakni
agar dapat mengetahui kadar air dalam produk pasca panen sebelum dilakukannya
pengepresan dan aturlah knop dan dipress sampai sempurna. Skala yang ditunjukkan
oleh jarum meter dibaca, angka koreksi tersebut merupakan kadar air dari produk
contoh. Bagian skala pembacaan digunakan untuk melihat hasil dari pengukuran
kadar air produk. Sedangkan tempat contoh untuk menaruh biji-bijian yang ingin
kerusakan pada produk pangan. Proses pengawetan yang akan dilakukan tergantung
pada berapa lama umur simpan produk yang diinginkan dan berapa banyak perubahan
mutu produk yang dapat diterima. Teknik pengawetan dilakukan dengan beberapa
maupun microbial
c. Pengawetan dengan pelilinan terutama pada produk buah yamg kulit buahnya
dapat dikonsumsi seperti apel, pir, anggur, dan lainnya
d. Penggunaan gula atau garam dengan konsentrasi yang tinggi akan menghambat
kontaminasi
f. Pengawetan dengan pembekuan (freezing) secara signifikan untuk
mikroorganisme
g. Pengawetan dengan pengalengan dilakukan dengan melibatkan proses
pengeluaran udara, pengemasan, pengaturan pH dan penggunaan suhu tinggi
Komoditas hortikultura memiliki karateristik kadar air yang tinggi yaitu besar
dari 70%. Adanya kadar air dalam produk pasca panen mempunyai keterkaitan yang
sangat erat dengan proses pengawetan produk. Semakin tinggi kadar air didalam
produk akan memperpendek umur simpan produk pasca panen sedangkan jika kadar
air produk rendah maka waktu simpan produk bisa bertahan lama, karena terdapat
factor yang akan mempengaruhi sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat
proses penyerapan uap air dari lingkungan yang menyebabkan produk kering
mengalami penurunan mutu menjadi lembab/tidak renyah. Sehingga peran kadar air
pada produk sangat berpengaruh pada daya simpan produk (Handerson, 1982).
kegiatan ini. Kegiatan yang pertama adalah pengukuran kadar air beberapa produk
pasca panen terutama biji-bijian. Komoditas tersebut adalah jagung, kacang tanah,
dan gabah. Masing-masing komoditas ada dua jenis, yaitu jenis kering dan jenis
basah. Praktikan mengukur kadar air komoditas tersebut menggunakan alat grain
moisture tester. Cara penggunaan alat ini relatif mudah, tetapi harus teliti dalam
penggunaannya. Langkah awal dalam penggunaan alat ini adalah dipastikan alat
dalam keadaan ON. Selanjutnya komoditas yang akan diukur kadar airnya dipilih.
Lalu, maksimal 2 biji produk dimasukkan ke dalam lubang yang berada di bagian
bawah alat, lalu ditutup dengan hati-hati dan diusahakan samapi pecah, tetapi jangan
juga terlalu dalam karena dapat merusak alat, karena tekanan yang ditimbulkan
jika praktikan mengukur kadar air jagung yang basah, maka pilih tombol wet dan jika
produk kering pilih tombol dry, kemudian tunggu beberapa menit, lalu muncul angka
Hasil pengukuran kadar air dari komoditas yang telah disebutkan diatas, untuk
komoditas yang kering berupa jagung memiliki kadar air 16.3%, kacang tanah 17.3%,
dan gabah 13.8%. Sedangkan untuk komoditas yang basah yaitu pada jagung
mempunyai kadar air sebesar 29.8%, kacang tanah 29.7% dan gabah 22.8%. Dari
angka tersebut, dapat dikatakan kadar air komoditas yang basah lebih tinggi daripada
basah dan produk kering selama 5 hari. Sama dengan kegiatan pertama produk yang
digunakan yakni jagung, kacang tanah, dan gabah yang semuanya terdiri dari jenis
basah dan kering. Indikator yang diamati adalah warna, bentuk, penampilan, dan bau.
Dalam perbandingan antara produk basah dan kering, masalah yang menonjol
adalah adanya kontaminasi yang menyebabkan bau pada komoditas yang basah.
lingkungan basah menimbulkan jenis mikroba yang merugikan, terutama jamur dapat
tumbuh dengan cepat. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan sampai pada hari
terakhir jagung dan kacang tanah yang basah memiliki bau yang busuk. Sedangkan
Hal tersebut sesuai menurut Firmansyah, (2006) bahwa kadar air merupakan
salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di
dalam bahan. Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan berdasarkan bobot basah (wet
basis) atau berdasarkan bobot kering (dry basis), sehingga perlu adanya penanganan
suatu bahan pangan dengan maksud untuk mengawetkan bahan pangan dalam
penyimpanan.
2 Hasil pengukuran kadar air dari produk pasca panen untuk komoditas yang
kering berupa jagung memiliki kadar air 16.3%, kacang tanah 17.3%, dan
gabah 13.8%. dan untuk komoditas yang basah pada jagung sebesar 29.8%,
pasca panen akan mudah disimpan dalam jangka waktu lama dan tidak terjadi
perubahan mutu dan kualitas seperti warna, bentuk, dan bau yang terlalu cepat
B Saran
Praktikum berjalan dengan baik dan lancar. Akan tetapi sebaiknya pada
peraktikum kedepannya praktikan lebih memahami lagi perubahan yang terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA