Abstrak
Abstract
PENDAHULUAN
Buah-buahan dan sayuran adalah sumber alami yang bagus bagi tubuh utuk
memperoleh vitamin dan mineral yang penting untuk memelihara kesehatan tubuh.
Berbagai penelitian juga menunjukan bahwa buah-buahan dan sayuran melindungi
tubuh dari beragam jenis penyakit. Sayur merupakan bagian tanaman yang dimakan
bukan sebagai makanan pencuci mulut, pada umumnya dimasak terlebih dahulu
(kecuali dimakan untuk lalab) dan dimakan bersama makanan pokok dan lauk-pauk
lainnya. Di dalam proses pengolahan hasil pertanian terdapat suatu prosespendahuluan
yang umum dan biasa digunakan dalam beberapa proses, sepertipembekuan,
pengalengan, dan pengeringan sayuran maupun buah-buahan, dimana proses tersebut
disebut dengan Blanching (Arif, 2013).
Pengupasan
Pemotongan
Perendaman
Pengamatan
Hasil
ii. Diagram alir perendaman NaHSO3, garam NaCl, H2O2 dan vitamin C
Sampel kentang
Pengupasan
Pemotongan 1x1x1 cm
Perendaman
Hasil
Pengupasan
Pemotongan 2x4x2 cm
Perendaman
Pengamatan
Hasil
PEMBAHASAN
U1 Putih pucat Putih pucat Hijau Kuning Hijau Hijau Putih Putih
muda kecoklatan kekuningan pekat pucat kecoklata
n
U2 Putih pucat Putih pucat Hijau Kuning Hijau Hijau Putih Putih
Terong muda kecoklatan kekuningan pekat pucat kecoklata
n
U3 Putih pucat Putih pucat Hijau Kuning Hijau Hijau Putih Putih
muda kecoklatan kekuningan pekat pucat kecoklata
n
U1 Kuning Kuning Agak Lebih Kuning Semaki Mulai Lebih
pucat pucat pucat pucat cerah n pudar coklat coklat
Kentang U2 Kuning Kuning Agak Lebih Kuning Semaki Mulai Lebih
pucat pucat pucat pucat cerah n pudar coklat coklat
U3 Kuning Kuning Agak Lebih Kuning Semaki Mulai Lebih
pucat pucat pucat pucat cerah n pudar coklat coklat
Pembahasan :
Beberapa manfaat lain yang dapat diambil dari proses blanching yaitu:
Membunuh mikrobia terutama yang tidak tahan terhadap panas.
Untuk menghilangkan gas-gas yang ada dalam sel/ jaringan bahan sehingga
akan menaikkan kualitas hasil akhir.
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa lilin pada permukaan bahan.
Untuk mengerutkan bahan (menaikan isi kaleng dan memudahkan
memasukkan bahan kedalam kaleng dalam proses pengalengan)
Untuk mempertajam flavor dan warna.
(Praptiningsih,1999).
Bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah terong, kentang,apel, salak.
Percobaan dilakukan 3 kali ulangan. Hal ini karena bahan tersebut mudah mengalami
proses perubahan warna, aroma, dan tekstur selama proses blancing.
1. Blancing dengan menggunakan air panas (Hot Water Blanching). Pada cara ini
bahan kontak langsung dengan air panas sehingga bahan akan banyak
kehilangan komponen-komponen yang bersifat larut dalam air. Suhu yang
digunakan sekitar 75– 100oC.
2. Blancing dengan menggunakan uap (Steam Blanching). Cara ini lebih baik
dibanding dengan blancing menggunakan air panas yaitu kehilangan komponen
yang bersifat larut dalam air lebih sedikit. Tekanan uap yang digunakan pada
tekanan atmosfer ataupun pada tekanan yang lebih rendah
(Praptiningsih,1999).
Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran
spektrum sinar. Warna bukan merupakan suatu zat atau benda melainkan suatu sensasi
seseorang oleh karena adanya rangsangan dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke
indera atau retina mata. Timbulnya warna dibatasi oleh faktor terdapatnya sumber
sinar, pengaruh tersebut terlihat apabila suatu bahan dilihat di tempat yang suram dan
di tempat yang gelap akan memberikan perbedaan yang menyolok. Warna yang
menarik akan memberikan asumsi makanan tersebut memiliki rasa yang enak
dibandingkan dengan suatu produk yang memiliki warna tidak menarik meskipun
komposisinya sama. Makanan yang kurang menarik sering diasumsikan memiliki rasa
yang tidak enak(Kartika, dkk., 1987).
Berdasarkan Tabel 1.1 Pengaruh Blanching Terhadap Warna berikut dibahas
beberapa reaksi perubahan warna pada terong, kentang,apel, salak dengan berbagai
perlakuan :
Berdasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan maka
sulit untuk menentukan perlakuan mana dari proses blanching pada selang waktu yang
paling baik dan paling menguntungkan. Tetapi jika proses pengolahan yang dilakukan
untuk mempertahankan warna maka lebih baik jika menggunakan Steam Blanching.
Sedangkan jika ingin mempertahankan tingkat pengkerutan yang kecil maka
menggunakan Hot Water Blanching (Muchtadi,1997).
Untuk menghindari perubahan yang tidak diinginkan maka harus diperhatikan
jenis bahan yang akan diblanching, lama proses, suhu yang digunakan dan sifat bahan
yang digunakan. Apabila bahan yang digunakan mempunyai tekstur yang lunak maka
sebaiknya suhu pada proses blanching tidak boleh terlalu tinggi, selain itu waktu untuk
blanching waktu untuk blanching juga jangan terlalu lama. Hal ini untuk menghindari
bahan yang laruit dalan air tidak hilang dan tidak terjadi perubahan warna dan
tekstur(Muchtadi,1997).
Aroma merupakan salah satu parameter dalam penentuan kualitas suatu produk
makanan. Aroma yang khas dapat dirasakan oleh indera penciuman tergantung dari
bahan penyusun dan bahan yang ditambahkan pada makanan tersebut. Bau-
bauan(aroma) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera
pembau. Aroma dalam suatu bahan pangan banyak menentukan kelezatan dari produk
tersebut. Selain itu pengujian terhadap aroma pada industri pangan dianggap penting
karena dapat dijadikan parameter bagi konsumen untuk merima atau tidak produk
tersebut dan aroma dapat dijadikan sebagai indikator terhadap produk (Kartika, dkk.,
1987).
Berdasarkan Tabel 1.2 Pengaruh Blanching Terhadap Aroma berikut dibahas
beberapa pengaruh blanching terhadap perubahan aroma pada terong, kentang,apel,
salak dengan berbagai perlakuan :
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada
waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari. Pada saat
dilakukan pengujian inderawi, sifat-sifat seperti keras atau lemahnya bahan pada saat
digigit,hubungan antar serat-serat yang ada, dan sensasi lain misalnya rasa berminyak,
rasa berair, rasa mengandung cairan. Pengamatan tekstur dapat juga dilakukan dengan
jari akan menimbulkan kesan apakah sesuatu bahan kenyal agak lembek. Ciri yang
paling penting yang sering digunakan sebagai acuan untuk penilaian tekstur suatu
makanan adalah kekerasan (Kartika, dkk., 1987).
Berdasarkan Tabel 1.3 Pengaruh Blanching Terhadap Tekstur berikut dibahas
beberapa pengaruh blanching terhadap perubahan tekstur pada terong, kentang,apel,
salak dengan berbagai perlakuan :
Pengukuran tekstur didasarkan pada kemampuan bahan dalam menahan gaya yang
diberikan oleh penetrometer. Semakin kecil nilai N (Newton) maka kemempuan
bahan dalam menahan gaya semakin kecilmenandakan tekstur bahan semakin
lunak. Besar gaya yang diberikan pada sampel memiliki perbedaan yang cukup
signifikan. Hal tersebut dikarenakan proses blancing mennyebabkan senyawa
pektin yang larut sehingga tekstur lunak. Selain itu, kada air dalam bahan
meningkat dan mempengaruhi tekstur produk yang dihasilkanserta menyebabkan
bahan mudah patah pada tahap pengolahan selanjutnya. Namun jika ditambah
penguat tekstur seperti CaC2 blancing dapat berguna untuk mendukung kinerja dari
CaC2 tersebut sehingga dapat mempertahankan tekstur dan memperkuat tekstur
(Isnaini dan Khamidah, 2013).
Kuning Kuning Kuning Lebih Kuning Putih Kuning Kuning Kuning Kuning kecoklatan
U1 pucat bening puat pekat pucat kentang pucat pucat
Kuning Kuning Kuning Lebih Kuning Putih Kuning Kuning Kuning Kuning kecoklatan
U2 puccat bening pucat pekat pucat kentang pucat pucat
Kuning Kuning Kuning Lebih Kuning putih Kuning Kuning Kuning Kuning kecoklatan
U3 pucat bening pucat pekat pucat kentang pucat pucat
Pembahasan :
Berikut dibahas beberapa reaksi pencoklatan pada kentang dengan berbagai perlakuan:
Kentang tanpa perlakuan
Percobaan pada kentang yang dilakukan tanpa perlakuan dilakukan dengan cara
membiarkan kentang di udara terbuka. Pada U1,U2,U3 menit ke 0, kentang
berwarna kuning pucat. Pada U1,U2,U3 menit ke 15 kentang mengalami
perubahan warna menjadi coklat. Hal ini terjadi karena tidak ada enzim-enzim
apapun yang dapat menghambat proses browning sehingga terjadi proses
oksidasi dengan oksigen yang mengakibatkan kentang berubah warna dan
proses bwoning pun berlangsung lebih cepat. Pada udara terbuka, enzim bereksi
dengan oksigen yang terdapat di udara terbuka yang menyebabkan reaksi
oksidasi yang dikatalis oleh enzim fenolase, polifenol oksidase, tirosinase, atau
katekolase. Reaksi tersebut karena hidroksilasi skunder o-quinon/kelebihan o-
difenol. Kemudian senyawa terhidroksi benzena berinteraksi dengan o-quion
membentuk hidroksiquinon. Selanjutnya mengalamki polimerisasi dan dengan
cepat dikonversi menjadi polimer berwarna merah/merah coklat, dan akhirnya
menjadi melanin berwarna coklat (deMan, 1997).
Kentang direndam dalam larutan NaHSO2
Percobaan pada kentang yang dilakukan dengan perendaman dalam larutan
NaHSO2 yaitu pada U1,U2,U3 menit ke 0 kentang berwarna kuning pucat. Pada
U1,U2,U3 menit ke 15 kentang mengalami perubahan warna menjadi kuning
bening. Hal ini karena Larutan sulfit bertujuan untuk mencegah terjadinya
browning secara enzimatis maupun non enzimatis. Sulfit berperan sebagai
pencegah timbulnya warna coklat. Pada browning non enzimatis, sulfit dapat
berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan. Hasil reaksi
tersebut akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna
coklat. Sedangkan pada browning enzimatis, sulfit akan mereduksi ikatan
disulfida pada enzim, sehingga enzim tidak dapat mengkatalis oksidasi
senyawa fenolik penyebab browning (Winarno, 2008).
Kentang direndam dalam larutan Garam dapur/ NaCl
Percobaan pada kentang yang dilakukan dengan perendaman dalam larutan
Garam dapur/ NaCl yaitu pada U1,U2,U3 menit ke 0 kentang berwarna kuning
pucat. Pada U1,U2,U3 menit ke 15 kentang mengalami perubahan warna menjadi
lebih pekat. Perendaman dengan air garam dilakukan untuk mencegah kentang
agar tidak dapat kontak langsung dengan oksigen, sehingga tidak terbentuk
senyawa polifenol oksidase (fenolase). NaCl menghambat browning dengan
cara menurunkan pH pada pisang dan kentang, sehingga mencegah terjadinya
browning. Garam juga dapat digunakan untuk meningkatkan cita rasa kentang
(Mardiah 1996).
Kentang direndam dalam larutan H2O2
Percobaan pada kentang yang dilakukan dengan perendaman dalam larutan
H2O2 yaitu pada U1,U2,U3 menit ke 0 kentang berwarna kuning pucat. Pada
U1,U2,U3 menit ke 15 kentang mengalami perubahan warna menjadi putih.
Penambahan hidrogen peroksida (H2O2) berfungsi sebagai stimulan yang akan
menentukan ada atau tidaknya enzim peroksidase dalam bahan atau sampel.
Hal ini disebabkan karena hidrogen peroksida inilah yang nantinya akan
bereaksi dengan guaiakol yang akan dikatalis oleh enzim peroksidase dalam
bahan yang mengakibatkan perubahan warna sampel menjadi coklat sebagai
dampak dari reduksi hidroperoksida menjadi air (Mardiah 1996).
Kentang direndam dalam larutan Vitamin C
Percobaan pada kentang yang dilakukan dengan perendaman dalam larutan
Vitamin C yaitu pada U1,U2,U3 menit ke 0 kentang berwarna kuning kentang.
Pada U1,U2,U3 menit ke 15 kentang mengalami perubahan warna menjadi
kuning pucat. Asam askorbat (vitamin c) mampu menginaktivasi enzim
fenolase pada bahan pangan. Hal ini terjadi dengan cara quinon dirubah
menjadi difenol dan asam askorbat menjadi bentuk yang teroksidasi, dengan
demikian polimerasi dan pencokelatan tidak terjadi. Sehingga jika
menggunakan asam askorbat harus secukupnya karena reaksi pencokelatan
hanya dapat ditunda sampai semua asam askorbat habis
teroksidasi(Wirawan,2006).
Skor kekerasan:
5 (pepaya matang)
Pembahasan:
DARTAR PUSTAKA
Anonim, 2000. Pengawetan dan Bahan Kimia. Deputi Meneg ristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Jakarta.
Blackweel, Wiley, 2012. Food Biochemistry and Food Processing, 2nd(ed). Marcel
Dekker Inc New York
DeMan, J.M., 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. Penerjemah K. Padmawinata. ITB-
Press, Bandung.
Enny Karti Basuki, Latifah, Ranita Novitas Sari. 2015. Kajian Lama Perendaman dan
Konsentrasi Kalsium Hidroksida pada Manisan Pepaya. Program Studi
Teknologi Pangan, FTI UPN “Veteran”. Jatim. Jurnal Vol.9, No.1
Fatah, M. A. dan Bachtiar, Yusuf. 2004. Membuat Aneka Manisan Buah. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Gaman, P.M. dan K.B. Sherington, 1992.Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. UGM. Yogyakarta.
Harris, R.S. dan Karnas, E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan
Pangan.Penerbit ITB, Bandung.
Isnaini, Lailatul dan Aniswatul Khamidah . 2013. Kajian Lama Blancing dan
Konsentrasi CaC2 Terhadap Sifat Fisik pembuatan French Fries Ubi Jalar
(Ipomoea Batatas L.). Jawa Timur: Balai Pemgkajian Teknologi Pangan.
Jarod, 2007. Keripik Buah. Gramedia. Jakarta.
Kartika, B., P. Hastuti, W. Supartono. 1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Mardiah E. 1996. Penentuan aktivitas dan inhibisi enzim polifenol oksidase dari apel
(Pyrus malus Linn.). Jurnal Kimia Andalas 2: 2.
Praptiningsih, Yulia dkk. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember: Universitas
Jember.
Priyanto, H. 1990. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Dalam Hidrogen
Peroksida (H2O2) Terhadap Kualitas Pemutihan Rotan Sega (Calamus caesius
BI). Fakultas Teknologi Pertanian. FATETA IPB. Bogor.
Sartika, R.A.D. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses mengukus terhadap
pembentukan asam lemak trans. Makaira Sains I: 23-28
Shafii, Salimah. 2008. The Removal of Zinc and Plumbum (Lead) by Using Hydrogen
Peroxide.Faculty of Chemical Engineering and Natural Resources Universiti,
Malaysia, Pahang
Siregar, N. E. dkk.2015. Pengaruh Konsentrasi Kapur Sirih (Kalsium hidroksida) dan
Lama Perendaman terhadap Mutu Keripik Biji Durian. J. Rekayasa Pangan
dan Pertania., vol 3. Nomor 2.
Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wirawan, K. S. (2006). Studi Transfer Massa pada Proses Dehidrasi Osmosis Kentang
(Solanum tuberosum L.). Forum Teknik, 30(2): 99-105.
Williams, M.C. 1979. Food Fundamentals. John Wiley and Sons, New York, Toronto.