Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan , Teori Praktikum Sekaligus Modul Nemathelmintes

Created by : R A A
Materi ini dapat digunakan untuk menghadapi Ujian praktikum sekaligus Teori untuk Nemathelmintes. Sebelum membaca
uraian ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ujian Praktikum :
1. Preparat yang disiapkan biasanya 80% preparat segar oleh karena itu kuncinya adalah kuasai teorinya untuk memudahkan
menebak preparat dalam clue yang bisanya ada pada pertanyaan.
2. Jangan sampai salah menulis nama cacing, karena untuk nemathelmintes bu risa akan menyalahkan apabila ada yg salah
menulis walaupun 1 huruf saja.
3. Kuasai Ordo dari semua cacing, biasanya ada yang ditanya.
4. Usahakan sesering mungkin melihat foto preparat segar.
5. Kuasai ciri khas dari masing-masing cacing.
Oke silahkan dibaca teorinya dan uraiannya baik-baik semoga nilainya memuaskan ☺ .

NEMATODA

Nematoda adalah cacing yang berbentuk silindris, memanjang serta tidak bersegmen. Cacing ini ada yang hidup
bebas dan ada pula yang berparasit. Dengan beberapa perkecualian, cacing ini memiliki kelamin yang terpisah. Daur
hidupnya dapat langsung atau tidak langsung.
Permukaan badan Nematoda biasanya ditutupi oleh kutikula dengan annulasi sirkuler yang tidak dapat dilihat dengan
mata biasa, namun dapat juga kutikulanya licin atau mempunyai garis-garis longitudinal. Kutikula tersebut relatif tebal dan
menutupi juga rongga mulut, oesophagus, rektum dan bagian distal rektum. Di samping itu kutikula tersebut dapat pula
membentuk alat penempel khusus (misal pada Rictularia dan Tetrameres), penebalan sederhana atau kompleks (pada
Physaloptera). Banyak spesies mempunyai pelebaran kutikuler yang pipih yang disebut alae (sayap) terutama di daerah
cervical (misal Texascaris, Physocephalus dan Oesophagostomum), serta pada kebanyakan spesies yang jantan memiliki
pelebaran kutikuler di posterior.
Mulut Nematoda terletak di bagian anterior, kadang di sub dorsal atau sub ventral. Biasanya mulut dikelilingi oleh
tiga bibir, satu terletak di dorsal dan dua lainnya terletak di sub ventral, masing-masing memiliki dua papil perasa. Susunan
bibir seperti itu terdapat pada kebanyakan spesies yang hidup bebas dan beberapa yang parasitik. Bentuk lain memiliki dua
bibir yang masing-masing mempunyai tiga papil. Masing-masing bibir ini dibagi lagi menjadi tiga bagian (misal Spiruroid)
atau bisa juga lenyap sama sekali sehingga hanya tinggal papil saja di sekitar liang mulut (misal Strongyloidea dan Filariad).
Bila cacing tidak memiliki bibir, maka ia akan diganti oleh bentukan sekunder lainnya misalnya corona radiata atau daun
mahkota, seperti pada Strongyloidea. Daun mahkota terdiri dari penjuluran runcing yang lembut yang timbul dari pinggir
liang mulut (daun mahkota dalam(, rongga mulut (buccal capsule) dibatasi oleh dinding kutikuler tebal dan dapat berisi
bentukan khusus seperti gigi.
Di posterior rongga mulut terdapat oesophagus yang merupakan organ bermuskular tebal yang memiliki lumen
“triradiate”. Bagian posterior oesophagus membengkak membentuk gelembung oesophagus. Pada dinding oesophagus
terdapat tiga kelenjar oesophageal yang mengeluarkan enzim digesti. Bila muskular oesophaus mengembangkan lumennya,
maka makanan cair akan tersirap ke dalam dan menuju ke intestin.
Intestin merupakan tabung sederhana dengan dinding non muskuler yang terdiri dari lapisan tunggal epithel silindris
atau kubis. Intestin menuju ke rektum yang dilapisi kutikula dan akhirnya bermuara di anus (betina) atau cloaca (jantan).
Sistem ekresinya memiliki ormo regulatorik. Sistem ini terdiri dari saluran longitudinal pada hipodermis tanpa
adanya sel api seperti pada cacing pipih, ia bermuara di porus ventralis yang letaknya tidak jauh di belakang ujung anterior.
Biasanya alat kelamin Nematoda terpisah. Cacing jantan sering berukuran lebih kecil dari cacing betina. Alat
kelamin jantannya terdiri dari testes, vas deferens, kadang-kadang vesicle seminalis dan ductus ejaculatorius yang bermuara
di cloaca. Pada kebanyakan spesies terdapat satu atau dua spikula di dalam selubung yang menuju ke cloaca. Spikula ini
digunakan untuk menempel waktu kopulasi dan mungkin pula untuk meluaskan vagina dan mengarahkan arus sperma.
Spikula digerakkan oleh muskulus khusus. Dinding cloaca bagian dorsal mengalami penebalan kutikuler yang dinamakan
gubernakulum, untuk mengarahkan spikula.
Nematoda umumnya memiliki dua uteri dan dua ovari, namun ada juga yang hanya memiliki satu uterus dan satu
ovarium. Ada kalanya uterus membagi diri lagi, sehingga ada yang sampai memiliki 16 uteri. Ovarium menghasilkan ova
yang akan melalui oviduct menuju reseptakulum seminalis. Spermatozoa disimpan di dalm reseptakulum seminalis dan di
tempat itu pula terjadi pembuahan. Ova yang sudah dibuahi selanjutnya akan masuk ke dalam uterus, tempat dibentuknya
kulit telur dan tumbuhnya embrio. Uteri dihubungkan dengan vagina oleh ovijector yang bermuskulus dan dilapisi oleh
kutikula. Vulva biasanya terletak di bagian posterior badan pada permukaan ventral, namun ada juga yang terletak di bagian
anterior badan (Oxyuridae, Filariidae).

Klasifikasi Nematoda

Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Ascaridida
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Superfamili : Oxyuroidea
Famili : Oxyuridae
Superfamili : Subuluroidea
Famili : Heterakidae
Ordo : Rhabditida
Superfamili : Rhabditoidea
Famili : Rhabditidae
Strongyloididae
Ordo : Strongylida
Superfamili : Strongyloidea
Famili : Strongylidea
Trichonematidae
Stephanuridae
Syngamidae
Superfamili : Ancylostomatoidea
Famili : Ancylostomatidae
Superfamili : Trichostrongyloidae
Famili : Trichostrongylidae
Filaroididae
Superfamili : Filaroidea
Famili : Filariidae
Onchocercidae
Ordo : Enopilida
Superfamili : Trichuroidea
Famili : Trichineliidae
Trichuridae
Capilariidae

Cacing cacing Parasit pada Kuda

1. Parascaris equorum
- Sinonim : Ascaris equorum, Ascaris megalocephala
- Habitat : usus halus
- Induk semang : equina (bangsa kuda, termasuk zebra dan sapi)
- Morfologi : Cacing jantan panjangnya mencapai 15-28 cm, sedangkan cacing betina mencapai 50 cm.
Cacing ini memiliki tubuh yang kaku, dengan kepala yang besar. Dia memiliki tiga bibir
yang tampak jelas. Ekor cacing jantan memiliki alae lateral yang kecil. Di samping itu
memiliki juga dua pasang papil post-cloacal ganda dan tiga pasang papil post-cloacal
tunggal, serta papil median tunggal di bagian anterior cloaca. Ia memiliki spicula yang
panjangnya + 2 - 2,5 mm. Cacing betina memiliki vulva yang terletak pada akhir perempat
pertama badan.
- Telur : telur cacing ini berbentuk subglobuler dengan lapisan albumin. Besarnya antara 90 – 100
mikron.
- Siklus hidup : langsung

2. Oxyuris equi

- Sinonim : O. curvula, O mastigodes


- Habitat : usus besar
- Induk semang : equina
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 9 – 12 mm, sedangkan cacing betina mencapai 150 mm.
Oesophagusnya sempit di bagian tengah ada bola (gelembung) nya. Cacing jantan memiliki
spikula yang berbentuk paku (lihat gambar). Spikula itu panjangnya 120 – 150 mikron.
Pada ekornya terdapat dua pasang papil besar dan beberapa papil kecil (Gambar 7). Cacing
betina yang muda warnanya putih, sedikit melengkung dan ekornya relatif pendek. Cacing
betina yang sudah dewasa warnanya abu-abu atau coklat dengan ekor yang sempit yang
panjangnya lebih dari tiga kali sisa badannya.
- Telur : telur oxyuris bentuknya memanjang dan sedikit pipih pada satu sisi, serta memiliki sumbat
pada satu kutubnya (lihat gambar). Besarnya telur 42 – 99 mikron.
- Siklus hidup : langsung
3. Strongylus equinus

- Habitat : caecum dan colon


- Induk semang : equina
- Morfologi : cacing ini tampak kaku dengan warna abu-abu tua dan kadang-kadang merah. Cacing jantan
panjangnya antara 26 – 35 mm, sedangkan cacing betina berukuran antara 38 – 47 mm x 2
mm. Cacing ini memiliki rongga mulut yang berbentuk oval yang mempunyai daun
mahkota luar dan daun mahkota dalam. Pada dasar rongga mulut terdapat satu gigi dorsal
yang besar dengan ujung yang bifid (membelah) dan dua gigi sub ventral yang kecil.
Kelenjar oesophagus dorsal bermuara ke dalam rongga mulut melalui sejumlah pori-pori
(liang) yang terletak di dalam peniggian yang tebal, yaitu “dorsallgutter” yang dibentuk
oleh dinding rongga mulut. Cacing jantan memiliki spikula yang langsing dan sederhana,
sedangkan cacing betina memiliki vulva yangterletak kurang lebih 12 – 14 mm dari ujung
posteriornya.
- Telur : telur cacing ini berukuran 70 – 85 x 40 – 47 mikron. Telur ini berbentuk oval dengan kulit
telur yang tipis, berisi banyak telur (blastomer).
- Siklus hidup : langsung

4. Strongylus edentatus

- Sinonim : Alfortia edentatus


- Habitat : usus besar
- Induk semang : equina
- Morfologi : secara makroskopik cacing ini serupa dengan S. equinus. Cacing jantan panjangnya 23 – 28
mm, sedangkan yang betina ukurannya 33 – 44 x 2 mm. Perbedaan cacing ini dengan S.
equinusuala adalah memiliki kepala yang sedikit lebih lebar dari bagian badan yang lain,
serta rongga mulutnya lebih lebar di bagian anterior daripada di bagian tengah dan tidak
memiliki gigi.
- Siklus hidup : langsung

5. Strongylus vulgaris
- Sinonim : Delayondia vulgaris
- Habitat : usus besar
- Induk semang : equinus
- Morfologi : cacing ini lebih kecil dibandingkan dua spesies strongylus lainnya. Cacing jantan
panjangnya 14 – 16 mm, sedangkan cacing betinanya mencapai ukuran 20 – 24 x 1,4 mm.
Rongga mulutnya oval dan berisi gigi dorsal pada bagian dasarnya. Gigi dorsal ini
berbentuk seperti kuping. Daun mahkota luarnya berjumbai pada ujung distalnya (Gambar
14).

6. Trichostrongylus axei

- Sinonim : T. extenuatus
- Habitat : lambung
- Induk semang : kuda
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 2,5 – 6 mm, sedangkan cacing betina panjangnya mencapai 3,5 – 8
mm. Cacing ini memiliki spikula yang tidak sama panjangnya, spikula kanan panjangnya
85 – 95 mikron, sedangkan yang kiri 110 – 150 mikron.
- Telur : telur cacing ini berukuran 79 – 92 x 31 – 41 mikron.

7. Habronema muscae

- Habitat : lambung
- Induk semang : equina
- Morfologi : cacing betina panjangnya mencapai 13 – 22 mm, sedangkan cacing jantan panjangnya hanya
8 – 14 mm. Mulutnya memiliki dua bibir lateral yang masing-masing trilobi. Pharynxnya
berbentuk silindris dan dilapisi oleh kutikula yang tebal. Cacing jantan mempunyai alae
caudal yang lebar dan empat pasang papil prekloaka, serta satu atau dua papil di belakang
kloaka. Badan di daerah kloaka ditutupi oleh sekelompok peninggian kutikuler yang kecil.
Dia memiliki dua spikula, spikula kiri langsing dan panjangnya 2,5 mm, sedangkan spikula
kanan lebih kuat dengan panjang 0,5 mm (Gambar 15). Cacing betina memiliki vulva yang
terletak dekat pertengahn badan. Vulva tersebut membuka ke arah dorsal lateral.
- Telur : telur memiliki kulit yang tipis besarnya 40 – 50 x 10 – 12 mikron. Telur atau larva keluar
bersama tinja.
Siklus hidup : tidak langsung

8. habronema majus - Sinonim : H. microstoma


- Habitat : lambung
- Induk semang : equina
- Morfologi : morfologi cacing ini serupa dengan H. muscae, panjang cacing jantan 16 – 22 mm dan
panjang cacing betina 15 – 22 mm. Pada bagian anterior pharynx terdapat gigi dorsal dan
ventral. Cacing jantan memiliki empat pasang papil prekloakal. Spikula kanan besarnya
350 – 380 mikron, sedangkan spikula kiri besarnya 350 – 380 mikron.
- Siklus hidup : tidak langsung

Cacing – cacing parasit pada Ruminansia

1. Haemonchus contortus
- Habitat : abomasum
- Induk semang : domba, kambing, sapi dan ruminansia lainnya.
- Morfologi : dalam keadaan segar cacing jantan berwarna merah merata, sedangkan cacing betina terlihat
ovariumnya yang berwarna putih melingkari intestin yang berwarna merah sehingga
menyerupai spiral berwarna merah putih. Cacing jantan panjangnya 10 – 20 mm,
sedangkan cacing betina panjangnya mencapai 18 – 30 mm. Rongga mulutnya kecil dan
memiliki lancet dorsal, sedangkan papil cervicalnya menonjol seperti duri.
Bursa copulatriks memiliki lateralis yang memanjang dan ditunjang oleh rusuk yang
langsing dan panjang. Lobus dorsalis kecil dan terletak asimetris pada lobus lateralis kiri,
lobus ini ditunjang oleh rusuk dorsal yang berbentuk seperti hurup “Y”. Bursa ini memiliki
spikula yang panjangnya 460 – 506 mikron, dimana masing-masing mempunyai kait kecil
di dekat ujungnya.
Vulva cacing ini ditutupi oleh penjuluran yang berbentuk seperti lidah yang disebut “vulva
flap”. Vulva flap” ini biasanya besar dan menonjol, namun kadang-kadang teredusir
menjadi bentukan seperti bungkul kecil.
- Telur : berukuran 70 – 85 x 41 – 48 mikron berisi 16 – 32 blastomer
- Siklus hidup : langsung

2. Haemonchus placei

- Induk semang : sapi


panjang spikulum 454 – 470 mikron

3. Mecistocirrus digitatus

- Habitat : abomasum
- Induk semang : domba, sapi, kambing dan kerbau
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 31 mm, sedangkan cacing betina panjangnya mencapai 43 mm.
Tubuhnya diselubungi oleh kutikula yang memiliki peninggian longitudinal yang jumlahnya
kira-kira 30 buah. Disamping itu dia memiliki papil cervical yang menonjol serta rongga
mulut yang kecil berisi “lancet” seperti pada Haemonchus sp.
Seperti pada Haemonchus, cacing betina memiliki ovarium yang melingkar seperti spiral
pada intestinnya. Vulvanya terletak kira-kira 0,6 – 0,9 mm dari ujung ekor tanpa adanya
vulva flap.
Bursanya memiliki lobus dorsalis yang kecil dan simetris. Rusuk ventro ventralnya kecil,
sedangkan rusuk latero ventral dan antero lateralnya jelas leih panjang dari rusuk lainnya.
Spikulanya langsing dan panjangnya mencapai 3,8 – 7 mm serta bersatu pada hampir
seluruh panjangnya (Gambar 22).

4. Stephanofilaria dedoesi
- Habitat : kulit
- Induk semang : sapi
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 2,3 – 3,2 mm dan cacing betina panjangnya mencapai 6,1 – 8,5
mm. Pada bagian pinggir mulutnya dikelilingi oleh rigi kutikuler yang menjulur serta
memiliki pinggir yang bergigi. Dekat ujung anterior terdapat penebalan sirkuler yang
disertai sejumlah duri kutikuler yang kecil. Spikula cacing jantan tidak sama panjangnya.
Cacing betina tidak memiliki anus. Cacing ini menimbulkan dermatitis verminosa.
- Siklus hidup : tidak lansgung, induk semang antara lalat.

5. Stepahanofilaria kaeli

Habitat, induk semang dan siklus hidup cacing ini mirip dengan S. dedoesi, hanya dermatitis yang ditimbulkan adalah
pada kulit di daerah kaki.

6. Toxocara vitulorum

- Sinonim : Neoascaris vitulorum


- habitat : usus halus
- Induk semang : sapi, kerbau, kadang-kadang pada kambing dan domba
- Morfologi : cacing jantan berukuran 25 cm x 5 mm, cacing betina ukurannya 30 cm x 6 mm. Kutikula
yang menyelubungi cacing ini tidak setebal pada ascaris yang lainnya, sehingga ia kelihatan
lembek. Badan cacing ini tidak menjadi lebih pipih di kedua ujungnya sebagaimana cacing
yang lainnya. Dia memiliki tiga bibir yang lebar di dasarnya dan sempit di bagian anterior.
Oesophagus panjangnya 3 – 4,5 mm dan memiliki ventrikules yang granuler.
Ekor cacing jantan mempunyai ujung seperti paku kecil. Cacing ini memiliki post-cloacal
papil sebanyak5 pasang, dimana pasangan yang anterior besar dan ganda. Papil pre-cloacal
jumlahnya berbeda-beda. Panjang spikulumnya 0,99 – 1,25 mm.
Vulva cacing ini terletak kira-kira di seperdelapan panjang badan dari ujung anterior.
-Telur : berbentuk globuler, mempunyai lapisan albumin yang bertitik lembut. Telur ini berukuran
75 – 95 x 60 – 75 mikron.
- Siklus hidup : langsung

7. Trichostrongylus colubriformis (Giles, 1892)

- Sinonim : T. instabilis
- Habitat : bagian anterior usus halus, kadang-kadang di abomasum
- Induk semang : domba, kambing, sapi, unta dan berbagai antelop. Di samping itu juga kelinci, babi, anjing
dan manusia.
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 4 – 5,5 mm, sedangkan cacing betina panjangnya 3,5 – 8 mm.
Spikula cacing ini panjangnya 0,135 – 0,156 mm.
- Telur : besarnya 79 – 101 x 39 – 47 mikron
- Daur hidup : langsung

8. Trichostrongylus axei

- Sinonim : T. extenuatus
- Habitat : domba, kambing, sapi, rusa, antelop liar, di lambung babi, kuda, keledai dan manusia
- Morfologi : panjang yang jantan 2,5 – 6 mm, sedangkan yang betina 3,5 – 8 mm. Spikula tidak sama
panjang, yang kanan 0.085 – 0.095 mm yang kiri 0,11 – 0,15 mm.
- Telur : besarnya 79 – 92 x 31 – 41 mikron

9. Trichuris ovis

- Habitat : caecum
- Induk semang : domba, sapi dan ruminansia lain
- Morfologi : bagian anterior cacing ini panjang dan langsing, sedangkan bagian posteriornya tebal.
Ujung belakang cacing jantan melingkar dan memiliki satu spikulum yang dikelilingi oleh
selubung yang “protusible” disertai dengan duri kutikula yang lembut. Pada cacing betina
vulva terletak di bagian tubuh yang melebar. Cacing jantan panjangnya 50 – 80 mm,
sedangkan cacing betina 35 – 70 mm.
- Telur : berwarna coklat dan berbentuk seperti tong dengan ujung yang memiliki sumbat kutub yang
transparan. Ukuran telur 70 – 80 x 30 – 42 mikron.
- Siklus hidup : langsung

10. Capillaria bovis

- Induk semang : sapi, domba dan kambing


- Morfologi : panjang yang jantan 8 – 13 mm, sedangkan yang betina 12 – 20 mm.
- Telur : besar telur 45 – 50 mikron x 22 – 25 mikron.

Cacing-cacing parasit pada anjing dan kucing

1. Toxocara canis

- Habitat : usus halus


- Induk semang : anjing dan rubah
- Morfologi : cacing ini lebih besar dari T. leonina. Cacing jantannya berukuran panjang 10 cm dan
cacing betina mencapai 18 cm. Bagian anterior badan cacing ini melengkung ke ventral
dan dia memiliki alae cervical yang besar. Organ genitalia betina menuju ke anterior dan
posteior di daerah vulva. Ekor cacing jantan mempunyai tambahan (appendage) terminal
yang sempit dan mempunyai alae caudal, serta memiliki spikula yang panjangnya 0,75 –
0,95 mm.
Telurnya berbentuk subglobuler dan memiliki kulit yang tebal serta bertitik-titik lembut.
Telur cacing ini berukuran 90 x 75 mikron.

2. Toxocara cati

- Sinonim : Toxocara mystax (Zeder, 1800) = Belascaris mystax


- Induk semang : kucing dan felidae liar
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 3 – 6 cm, sedangkan yang betina 4 – 10 cm. Cacing ini memiliki
alae cervical yang sangat lebar dan bergaris. Cacing jantan memiliki spikula yang
panjangnya 1,63 – 2,08 mm.
- Telur : telur cacing ini besarnya 65 – 75 mikron. Kulit telurnya bertitik-titik.

3. Ancylostoma caninum

- Habitat : usus halus


- Induk semang : anjing, rubah, serigala, karnivora liar dan manusia
- Morfologi : cacing ini kaku dan berwarna abu-abu atau kemerahan (tergantung adanya darah di saluran
pencernaan). Cacing jantan panjangnya 10 – 12 mm, sedangkan cacing betina panjangnya
14 – 16 mm.

Cacing-cacing parasit pada babi

1. Ascaris suum

- Habitat : usus halus


- Induk semang : babi
- Morfologi : cacing jantan berukuran 15 – 25 cm x 3 mm dan cacing betina berukuran 41 cm x 5 mm.
Cacing ini memiliki satu bibir dorsal dan dua bibir ventral-lateral. Bibir dorsal memiliki
dua papil ganda, sedangkan masing-masing bibir ventrolateral memiliki satu papil
subventral ganda dan satu papil lateral kecil. Pada permukaan ketiga bibir tersebut terdapat
sebaris gigi kecil.
Cacing jantan memiliki spikula yang kaku dan panjangnya kira-kira 2 mm, memiliki
sejumlah papil prekloakal yang besar.
Vulva flap betina bermuara dekat ujung pertiga pertama dari badannya.
- Telur : telur cacing ini berbentuk oval dan berukuran 50 – 75 x 40 – 50 mikron. Kulit telurnya
tebal dilapisi oleh albumin yang memiliki penonjolan prominan. Telur ini berwarna kuning
kecoklatan, sangat resisten terhadap berbagai keadaan seperti pengeringan, hawa dingin dan
bahan kimia.
- Siklus hidup : langsung

2. Metastrongylus elongatus

- Sinonim : Metastrongylus apri


- Habitat : bronkhi dan bronkhioli
- Induk semang : babi
- Morfologi : cacing ini berwarna putih dengan panjang yang jantan mencapai 58 mm. Cacing ini
memiliki enam bibir kecil di sekitar liang mulutnya.
Cacing jantan memiliki bursa yang relatif kecil. Rusuk antero-lateralnya besar da memiliki
ujung yang membengkak. Rusuk postero-lateral dan medio-lateralnya bersatu, sedangkan
rusuk dorsalnya sangat kecil. Spikula cacing jantan ini berbentuk “filiform”, panjangnya
antara 4 – 4,2 mm dengan ujung yang berkait tunggal.
Ujung posterior cacing betina melengkung ke ventral. Panjang vagina 2 mm dan
dilanjutkan dengan vulva yang bermuara di dekat anus.
- Telur : berukuran 45 – 57 x 38 – 41 mikron. Kulit telurnya tebal dan kasar. Telur ini berisi embrio.
- Siklus hidup : tidak langsung dengan induk semang antara cacing tanah.

3. Trichuris suis
- Habitat : caecum
- Induk semang : babi
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 30 – 50 mm, sedangkan cacing betina mencapai 35 – 50 mm.
Bagian anterior cacing ini ini merupakan 2/3 dari seluruh panjang badannya. Bagian
anterior ini panjang dan langsing sedangkan bagian posteriornya lebih tebal.
Ujung belakang cacing jantan melingkar. Dia memiliki spikula panjangnya 2 – 3,55 mm
dengan ujung yang tumpul. Terdapat satu spikulum yang dikelilingi oleh selubung yang
“protrusible” dan biasanya disertai duri-duri kutikula yang lembut.
Vulva cacing ini terletak pada permulaan badan yang melebar.
- Telur : berukuran 50 – 60 x 21 – 25 mikron
- Siklus hidup : langsung

Cacing-cacing parasit pada unggas

1. Heterakis gallinarum

- Sinonim : H. papillosa, H. vesicularis, H. gallinae


- habitat : caecum
- Induk semang : ayam, ayam mutiara, kalkun, burung merak, itik, angsa dan burung lainnya.
- Morfologi : cacing jantan panjangnya 7 – 13 mm, sedangkan yang betina panjangnya 10 – 15 mm.
Oesophagus cacing ini mempunyai gelembung posterior yang besar, di samping itu dia
memiliki alae lateral yang besar, yang meluas ke bawah di sisi badan.
Ekor cacing jantan memiliki prekloakal sucker yang menonjol dan sirkuler, serta dilengkapi
dengan 12 pasang papil. Spikulanya tidak sama panjang, yang kanan langsing dan
panjangnya 2 mm. Spikulum kiri memiliki alae yang lebar dan panjang 0,65 – 0,7 mm.
Vulva cacing betina membuka langsung di belakang pertengahan badan. Telurnya
berukuran 65 – 80 x 35 – 46 mikron dengan kulit telur yang tebal, licin serta tidak
bersegmen.
- Daur hidup : langsung, dengan cacing tanah sebagai induk semang transport.

2. Syngamus trachea
- Sinonim : “gaperowm”
- Habitat : trachea
- Induk semang : kalkun, ayam, ayam mutiara, angsa, fasan dan berbagai burung liar
-Morfologi : cacing ini berwarna merah cerah pada waktu masih segar. Cacing ini selalu ditemukan
sepasang dalam keadaan kopulasi permanen. Cacing jantan panjangnya 2 – 6 mm,
sedangkan cacing betina 5 – 20 mm. Liang mulutnya lebar dan tanpa daun mahkota.
Rongga mulutnya berbentuk seperti mangkok dan mempunyai 6 – 10 gigi kecil pada dasar
rongga mulut.
Cacing jantan memiliki bursa yang pendek dengan rusuk yang kaku. Panjang spikulanya 53
– 82 mm, spikula tersebut berbentuk sederhana dan simetris antara spikula kiri dan kanan.
Telur cacing ini berukuran 70 – 100 x 43 – 46 mikron, dengan operkulum yang tebal pada
kedua belah kutubnya.
Telur ini berisi 16 sel telur (blastomer), dikeluarkan di bawah bursa.
- Daur hidup : langsung dan tidak langsung, dengan cacing tanah, siput, lalat dan arthropoda lainnya
sebagai induk semang transport.

Ulasan Praktikum

NEMATODA
1. Badan bulat panjang (gilig) lancip pada kedua ujungnya.
2. Tubuh terselubungi lapis kutikula
3. Rongga tubuh palsu.
4. Saluran pencernaan: mulut-esofagus-intestin-kloaka.
5. Daur hidup : langsung/tidak langsung.
Ordo ASCARIDIDA (cacing gilik) --- tidak memiliki bursa . Fase infektif ialah telur. Siklus hidup cacing ordo
Ascaridida adalah langsung.
Kelompok Cacing yang hidup pada “USUS HALUS”
Famili ASCARIDOIDEA
Genus 1 ASCARIS.
A. (Ascaris suum) --- babi (usus halus)
Siklus hidup : melalui hati sehingga diagnosa di hati maka disebut hepatotrakheal menyebabkan milk spots (bintik putih)
pada hati. Pada cacing Ascaris suum , L-3 akan menuju ke hati dan selanjutnya ke kapilaria paru-paru.
Larva yang lolos dari kapiler alveol masuk ke alveolus menuju ke bronchiolus dan akhirnya sampai di
bronchial. Peristiwa ini dinamakan migrasi trakheal. Selanjutnya larva bermigrasi dari trakhea ke pharink
dan tertelan kembali masuk ke usus halus untuk berubah menjadi L-4 pada hari ke-10 pasca infeksi . L-4
berada dalam usus halus hingga hari ke 21 pasca infeksi dan akan berubah menjadi L-5 atau cacing muda
pada hari ke 21-29 pasca infeksi. Proses kematangan cacing terjadi sesudah hari ke 50-55 dan telur
cacing akan ditemukan kembali dalam tinja pada hari ke 60-62 (masa prepaten).

bentuk makronya hampir mirip dengan toxocara vitulorum kuncinya adalah pada
habitatnya. Toxocara vitulorum hidup pada ruminansia besar seperti sapi dan ascaris suum pada babi.

telur mempunyai dinding yang berlapis albumin yang tebal.


B. (Ascaris lumbricoides) --- manusia (usus halus)
Penyakit : ascariosis menimbulkan enteritis pada kataral, gejala ikhterus, peritonitis.

Genus 2 ASCARIDIA
A. (ascaridia galli) --- unggas/ayam,burung, dll ( habitat usus halus)
Penyakit : ascaridiosis

Famili : CAPPILARIIDAE
Genus : CAPPILARIA
A. Cappilaria columbae --- merpati/ burung liar (usus halus).
(tidak ada gambar preparat) --- mungkin soal teori

Famili : TOXOCARIDAE
Genus : TOXOCARA (arrow worm)
Siklus Hidup : tidak melewati hati, merupakan cacing viseral larva migran (migrasi ke organ2 viseral) disebut juga erratic
parasite (mengembara) , mempunyai fase yang disebut “arrested larva” dimana akan mengkista pada jaringan somatik .
Sehingga cacing dewasa tidak ditemukan pada tinja inang dewasa. Kecuali pada hewan muda cacing ini bisa ditemukan pada
tinja. Memiliki cerphalical alae di anterior. Memiliki peristiwa dalam siklus hidup antara lain transmisi prenatal /
transuterine, transmisi kolostral / laktogenik, transmisi langsung/ transmisi inang paratenik selain migrasi
trakheal dan migrasi somatik.
A. Toxocara vitulorum --- ruminansia besar

(sapi, kerbau) usus halus.


B. Toxocara mistax/cati--- kucing (usus halus).

--- kucing (usus halus)


C. Toxocara canis --- anjing (usus halus)
D. Toxascaris (Toxocara leonina)
Penyakit : viseral larva migran.
PENAMPAKAN CEPHALIC/CERVICAL ALAE PADA TOXOCARA TERUTAMA CANIS DAN MISTAK

USUS BESAR (kolon) DAN SEKUM


rdo : OXYURIDA
amili : OXYURIIDAE
enus : oxyuris (pin worm) atau lebih akrab disebut “cacing kremi” terutama pada kuda
iri-ciri : ada oesophagial bulb

A. Oxyuris equi --- Kuda ( cacing kremi )


Ukuran besar bagian anterior. Meletakkan telurnya didaerah kulit perineal (anus). Sering menyebabkan kegatalan, kurus, dan
kurang menyebabkan kolik .
C

Ciri makroskopik : pada bagian medial medial dari canging berwarna gelap.

Ordo : TRICURIDA
Famili : TRICHURISIDAE
Genus : Trichuris (cacing cambuk)
Bagian anterior lebih kecil dari posterior. Memiliki spektrum luas, menginfeksi hambir semua spesies hewan ternak / piara.
Telur berbentuk lonjong terdapat polar cage/plug dikedua ujungnya

A. Trichuris ovis --- domba dan kambing


( ruminansia kecil ).
T. Globulosa --- sapi
T. suis --- babi
T. vulvis, serata --- Anjing & kucing

enus : Heterakis
A. Heterakis gallinarum --- (unggas) burung, burung liar, dan ayam.
(ciri khusus memiliki sulcus pericloakal).

“Pada kelompok cacing tidak berbursa ini, cara membedakan cacing jantan dan betina bisa dilihat dari bagian prosterior
tubuh. Apabila jantan maka bagian ujung terlihat membulat atau spiral, jika betina bagian ujung lurus”.

ORDO SRONGYLIDA (cacing berbursa)


elur berkembang dilingkungan berkembang menjadi L1, L2, L3 ( L3 disebut juga dengan larva infektif). Memiliki bursa kopulatorik
yang terdiri dari ekspansi kutikula ke dorsal, lateral, dan ventral, tipe telur strongyloid. Hipobiosis atau bisa menjadi arrested
larva bisa karena lingkungan, simtem imun tubuh dan seluruh tubuh.

uperfamili : trichostrongyloidea
amili : Trichostrongylidae
enus 1: Trichostrongylus
abitat : usus halus
okasi moulting : abomasum
nduk semang : ruminansia kecil (besar : T. Axei-caprilary, colubri formis --- abomasum)
nang antara : kumbang dan cacing
enyakit : trichostrongylosis
Memiliki arrested larva dan pada saat moulting pada tubuh inang definitif melepaskan selubung kutikula.

amili : Trichostrongylidae

enus2 : Haemocus
enyakit : haemoncosis (akut odem BJ), (hiperakut- mati tiba2), (kronis –infeksi sedikit tapi interfalnya lama)
nang : ruminansia kecil, (H. Placei --- ruminansia besar)
abitat : abomasum
Moulting :rumen
enyakit : terkenal bottel jaw (haemoncosis)
has pada betina memiliki vaginal/vulva flap.
a) Haemoncus contortus (baber-pole worm)melingkari jaringan disekitarnya pada hewan yang terinfeksi.

Jantan : Memiliki spikulum yang berbentuk seperti huruf Y , Betina memiliki

pada betina : Memiliki vulva flap

enus3 : Mecistocirrus digitatus


nang def. : ruminansia
abitat : abomasum
pikulumnya menjulur keluar.

Pada jantan spikulum menjulur keluar , dan ini tidak ditemukan pada haemonchus. Pada cacing betina berbeda dengan
haemoncus, pada mecistocirrus tidak memiliki vaginal flap.

uperfamili : strongyloidea

amili 1: STRONGYLIDAE
enus : strongylus
Memiliki daun mahkota (corona radiata)

abitat : sekum dan kolon,


ang definitif : kuda.
okasi moulting : usus halus.
enyakit : sering menyebabkan kolik (stongylidosis).
a. Strongylus vulgaris --- 2 gigi
b. Strongylus equinus --- 3 gigi

c. Strongylus edentatum --- tidak bergigi

Yang paling berbahaya adalah stroylus vulgaris karena ukurannya paling kecil sehingga dapat masuk pada pembuluh
darah.

amili 2 : SYNGAMIDAE
enus : syngamus
abitat : trakhea
nang definitif : burung
nang antara : siput

a. Syngamus trachea (gapeworm) mulut menganga lebar. Cacing jantan adalah yang berukuran kecil, yang betina
adalah yang berukuran besar.

uperfamili : Ancylostomatoidea
amili : anchylostomatidae --- cacing tambang (hook worm) merupakan cacing penghisap darah, gigi besar terutama pada
daerah ventral.
enyakit : ancylostomiasis, merupakan cacing yang cutaneus larva migran ( larvanya bisa menembus kulit) spp proses
infeksi bisa melalui oral , penetrasi kulit yang akan bermigrasi ke paru-paru dan migrasi tracheal ke usus halus ;
infeksi prenatal / intra uterin ; infeksi laktogenik / kolostral.
enus : ancylostoma

A. Ancylostoma caninum
Habitat : usus halus
Inang : anjing, srigala, rubah.

Mulut Ancylostoma caninum

ORDO Enoplida
richinella spiralis --- babi, manusia, karnifora dan omnifora.
T. Pseudospiralis --- pada unggas (burung).
abi / manusia
abitat : usus halus hingga jaringan otot

amili : Trichonematidae
esophagostomum (columbianum, venulosum (kambing/domba) ,radiatum(sapi) )
abitat : kolon
nang def : domba, kambing, sering ditemukan pada babi.
isebut nodular worm (cacing bungkul)

ilofilara immitis
abitat : jantung
nduk semang :anjing kucing
Waktu aktif : malam hari
enyakit : dilofilariasis
nang antara : Nyamuk
entuk preparat : (preparat segar pada jantung)

bentuk infektif : mikrofilaria

xyspirura mansoni
abitat : mata
nduk definitif : ayam

etrameres americana

---- Preparat segar kulit (budukan) ---penyakit kaskado atau stephanofilariasis. (prepararat segar, seperti merica)
pesies :
1. stephanofilaria kaeli --- kulit kaki sapi
2. stephanofilaria deoesi--- menyerang kulit bahu dan leher

Sumber Buku Acuan Pembuatan Teks :


(Gooze, 1782; Yorke dan Mapleston, 1926)
(Schrank, 1788)
(Muller, 1785)
(Looss, 1900)
(Cobbold, 1879)
(Carter, 1861)
(Schneider, 1866)
(Rudolphi, 1803)
(Von Linstow, 1906)
(Ihle dan Ihle-Landenberg, 1933)
(Cleland dan Johnston, 1910)
(Goeze, 1782, dan Travasson, 1927).
(Werner, 1782)

Anda mungkin juga menyukai