Anda di halaman 1dari 35

1

TUGAS 2

METODE PENELITIAN

“PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK YANG DIBELAJARKAN

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA

SISWA YANG MEMILIKI HASIL BELAJAR TINGGI DAN HASIL BELAJAR

RENDAH

Nama : Marini Fania

NIM : 1517821006

Kelas : Reguler

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................................3

B. Identifikasi Masalah....................................................................................................5

C. Pembatasan Masalah...................................................................................................5

D. Perumusan Masalah....................................................................................................6

E. Kegunaan Penelitian...................................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS........................................8

A. Deskripsi Teoritik.......................................................................................................8

B. Hasil Penelitian yang relevan....................................................................................11

C. Kerangka Berfikir.....................................................................................................12

D. Pengajuan Hipotesis..................................................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................14

A. Tujuan Penelitian.......................................................................................................14

B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................................14

C. Metode Penelitian.....................................................................................................15

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel..............................................................16

E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................17

F. Teknik Analisis Data................................................................................................18


3

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar

secara optimal, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi itu ialah ketepatan

untuk menggunakan model pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk menguasai berbagai

model pembelajaran. Sebenarnya banyak model pembelajaran yang dapat dipakai untuk

pembelajaran mekanika teknik ini, tetapi tidak semua model pembelajaran cocok untuk

diterapkan di semua materi karena setiap pokok bahasan memiliki sifat yang berbeda. Model

pembelajaran inilah yang akan memberikan arahan untuk berjalannya proses belajar mengajar,
4

sehingga pemilihan model pembelajaran sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Oleh karena itu sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar diperlukan

pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk suatu pokok bahasan yang akan diajarkan.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya sebatas ceramah, hanya berpusat pada

sumber utama pengetahuan sehingga kurang menarik. Guru memberikan materi sesuai dengan

bahan pelajaran yang diperoleh dari buku-buku acuan saja, sehingga siswa menjadi bosan dan

kurang minat belajar, mungkin ini menjadi penyebab rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran mekanika teknik.

Hasil belajar siswa kelas KGSP pada mata pelajaran mekanika teknik yang belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap kelasnya atau sekitar 28% dari

100%. Mekanika teknik KKM yang harus dicapai adalah 80 dari skala 100, sehingga jika ada

siswa yang tidak mencapai KKM akan mengikuti remedial agar indikator kompetensi bisa

dicapai sesuai dengan standar KKM yang berlaku.

Sementara itu dari pihak pendidik, strategi dan model pembelajaran yang digunakan sangat

mepengaruhi kualitas pembelajaran. Siswa banyak yang asyik sendiri sehingga tidak

memperhatikan guru, tidak merespon stimulasi yang diberikan oleh guru saat kegiatan

pembelajaran sedang berlangsung, hal tersebut dikarenan model pembelajaran yang dipakai guru

dalam kegiatan pembelajaran tidak bervariasi, monoton dan terbilang membosankan.

Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) merupakan

sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual yang mengaitkan antara

materi pembelajaran dengan dunia nyata sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim

untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Model pembelajaran tersebut diharapkan

agar dapat mengarahkan siswa memecahkan permasalahan dalam kehidupan dan mampu berbuat

untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki.

Melihat permasalahan di atas, peneliti ingin mencoba memberikan solusi dengan


5

menerapkan model pembelajaran yang bisa digunakan dengan harapan bisa meningkatkan

prestasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran mekanika teknik. Dalam hal ini, peneliti memilih

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) karena memiliki keunggulan yaitu

pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran

dan dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis serta mengembangkan

minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah/PBL

merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berfikir. Selain itu, pembelajaran

ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

Dengan adanya permasalahan tersebut di atas, diperlukan upaya untuk menemukan metode

yang tepat sebagai solusi memecahkan persoalan pembelajaran tersebut. Dalam hal ini peneliti

melaksanakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Mekanika Teknik Yang

Dibelajarkan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Dengan

Model Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Dan

Motivasi Belajar Rendah”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah :

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah

sebagai berikut:

a. Bahan pelajaran yang diperoleh dari buku-buku acuan yang di pegang guru sehingga

siswa menjadi bosan dan kurang minat belajar, mungkin ini menjadi penyebab

rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika Teknik.

b. Model pembelajaran yang dipakai guru dalam kegiatan pembelajaran tidak bervariasi

c. 28% siswa kelas X KGSP di SMK Negeri 4 Jakarta nilai mata pelajaran mekanika

teknik masih belum mencapai KKM.


6

d. Kurangnya tatap muka guru terhadap siswa menjadikan banyak siswa yang kurang

mengerti pelajaran yang membuat hasil belajar siswa menurun.

e. Model pembelajaran yang dibawakan oleh guru yang monoton, membosankan

membuat siswa kurang memerhatian pembelajaran yang diberikan oleh guru.

f. Minimnya motivasi belajar siswa membuat siswa kurang memerhatikan pembelajaran

yang diberikan oleh guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan

masalah. Batasan masalah ini dibatasi tentang hasil belajar siswa, dan model pembelajaran yang

digunakan. Kelas dan mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian hanya kelas 10 KGSP.A

dan KGSP.B di SMK Negeri 4 Jakarta dengan mata pelajaran Mekanika Teknik.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan yang diajarkan

dengan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan hasil belajar siswa

terhadap hasil belajar Mekanika Teknik ?


7

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan yang diajarkan

dengan model pembelajaran Konvensional pada siswa yang mempunyai hasil belajar

rendah ?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan yang diajarkan

dengan model pembelajaran Konvensional pada siswa yang mempunyai hasil belajar

tinggi ?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Peneliti mengungkapkan kegunaan yang akan dicapai, yaitu :

1. Secara teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkuat dan mengembangkan teori

teori yang sudah ada serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti lain dalam

pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

2. Secara praktis

a. Penggunaan media interaktif ini dapat memberikan pembelajaran yang bervariasi

kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pada mata

pelajaran Mekanika Teknik.

b. Bagi guru dapat sebagai sarana untuk mengembangkan proses belajar mengajar

dengan menggunakan media-media pembelajaran yang tepat.

c. Bagi sekolah dapat menjadi referensi dalam model pembelajaran Mekanika Teknik.
8

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Defenisi Hasil Belajar Mekanika Teknik

1.1 Pengertian Belajar

Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Harold Spears (dalam

Siregar dan Nara, 2010: 4) mengemukakan pengertian belajar dalam perspektifnya

yang lebih detail. Sementara Singer (1968) mendefinisikan praktik atau pengalaman

yang sampai dalam situasi tertentu. Gagne (1997) pernah mengemukakan

perspektifnya tentang belajar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah

belajar jika telah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut

terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Menurut Bloom ada tiga

domain belajar, yaitu sebagai berikut. (1) Cognitive Domain (Kawasan Kognitif)

Perilaku yang merupakan proses berpikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak.

1.2 Keaktifan Belajar

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan, sedang

belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang

bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu

kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri

individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungan (Poerwodarminto, 1992 : 17). Rousseau (dalam Sardiman, 1986: 95)

menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas

proses pembelajaran tidak akan terjadi. Menurut Supinah (2013:8) untuk mengukur
9

aktifitas siswa dalam pembelajaran perlu mengetahui terlebih dahulu komponen-

komponen aktifitas dan menentukan indikatornya terlebih dahulu.

Dengan mengacu pada karakteristik aktivitas belajar, yaitu respon atau

keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam

setiap proses pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui aktivitas

belajar siswa, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran di kelas. Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan

dengan melihat dimensi-dimensi yang merupakan indikator dari aktivitas belajar

siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas, yaitu keterampilan berfikir

kompleks, memroses informasi, berkomunikasi efektif, berkerja sama, berkolaborasi,

dan berdaya nalar yang efektif.

1.3 Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Jihad

dan Haris (2012:14) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku

yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses

belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses

belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar

mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin

dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan

untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi

tersebut. Keberhasilan dari sebuah proses belajar mengajar diukur dari seberapa hasil

belajar yang dicapai oleh siswa, baik atau buruknya pencapaian hasil belajar siswa

dapat terlihat saat proses pembelajaran yaitu semakin baik proses pembelajaran dan
10

keaktifan siswa dalm mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar

yang akan diperoleh siswa akan semakin tinggi .

1.4 Mekanika Teknik

Mekanika Teknik merupakan bidang ilmu yang mempelajari perilaku

struktur terhadap beban yang bekerja padanya. Dalam mekanika teknik, akan

dipelajari tentang konstruksi sebuah bangunan, baik dari bagian-bagian konstruksinya

maupun dari perhitungan konstruksinya (Bagyo Sucahyo, 2006: 6). Andrew Pytel &

Jaan Kiusalaas (2010 : 2) : Mekanika adalah cabang dari ilmu fisika yang

mempelajari tentang pengaruh gaya terhadap suatu benda yang diam ataupun

bergerak. Mekanika dibagi menjadi dua cabang yaitu statis dan dinamis. Mekanika

Teknik adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip mekanika untuk kepentingan

desain sebuah mekanisme. Tujuan utama dari ilmu mekanika adalah agar siswa bisa

menggunakan ilmu mekanika untuk menyelesaikan permasalahan pada sebuah

mekanisme. Mekanika Teknik sangat penting karena merupakan ilmu dasar dari ilmu

teknik. Meriam, J. L. & Kraige, L. G. (2011 : 3) : Mekanika (statika) adalah ilmu

fisika yang mempelajari efek gaya pada sebuah objek. Prinsip-prinsip dari mekanika

tidak banyak, tetapi penggunaanya di bidang teknik sangat luas. Mekanika (statika)

adalah fisika yang paling tua, dan menjadi awal dari perkembangan ilmu teknik.

Berdasarkan para ahli diatas mekanika teknik merupakan pelajaran yang berhubungan

dengan konstruksi dasar bangunan dan cara menghitung gaya-gaya yang bekerja pada

bangunan yang akan direncanakan, sehingga mata pelajaran mekanika teknik sangat

penting dan wajib dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

2.1 Defenisi Problem Based Learning (PBL)

Barrow mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning/PBL) sebagai “pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman

akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses

pembelajaran” (1980: 1). PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dai paradigma

pengajaran menuju paradigma pembelajaran (Barr dan Tagg, 1995). Jadi, fokusnya adalah

pada pembelajaran siswa san buka pada pengajran guru (Huda, 2013: 273).

-Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu

peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Suyadi,

2013 : 129).

Menurut Suyadi strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

dikembangkan dari filsafat konstruktivisme, yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan

konstruksi pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan menyusun pengetahuan

dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki dan dari

semua pengetahuan baru diperoleh.

2.2 Karakteristik PBL

Menurut Arends model Problem Based Learning memiliki karakteristik

permasalahan autentik, fokus interdisipliner, investigasi autentik, produk, dan

kolaborasi, Jadi siswa dalam pembelajaran berbasis masalah berperan aktif untuk

mengemukakan pendapatnya dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Peran

guru adalah sebagai motivator dan fasilitator siswa, supaya siswa dapat berperan aktif

dan ikut serta dalam suatu pembelajaran. (Suprijono, 2010: 71).


2.3 Langkah – langkah PBL

Tabel 1. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Fase Indikator Tingkah Laku Guru


Menjelaskan tujuan pembelajaran,

1. Orientasi siswa menjelaskan logistik yang diperlukan, dan

pada masalah memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah
Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan
2. mengorganisasian tugas belajar yang
siswa untuk belajar
berhubungan dengan masalah tersebut
Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan

3. pengalaman informasi yang sesuai, melaksanakan

individual/kelomp eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

ok dan pemecahan masalah


Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan

4. dan menyajikan menyiapkan karya ang sesuai sepert laporan,

hasil karya dan membantu mereka untuk berbagai tugas

dengan temannya
Menganalisis dan Membantu siswa untuk melakukan refleksi

5. mengecaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

proses dan proses yang mereka gunakan.

pemecahan masalah

Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBL adalah lingkungan belajar

yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran aktif siswa.
Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom yang percaya pada

keterampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar menekankan pada peran

sentral siswa bukan pada guru.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan PBL

Suyadi menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan dari Problem

Based Learning sebagai berikut :

Kelebihan PBL

Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami

isi pelajaran.

1. Pemecahan masalah dapat menantang kemampan peserta didi, sehingga memberikan

keleluasaan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.

2. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran persera didik.

3. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan

mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

4. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan

barunya, dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan

5. Peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajran yang aktif-

menyenangkan.

6. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan pesera didik untuk berpikir

kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan

baru.

7. Pemecahan msalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

8. PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk mengembangkan konsep belajar
secara terus-menerus, karena dalam paksisnya msalah tidak akan pernah selesai. Artinya

ketika satu masalah selesai diatasi, masalah lain muncul dan membutuhkan penyelesaian

secepatnya.

Kekurangan PBL

1. Ketika peserta didik tidak memiliki minat tinggi, atau tidak mempunyai kepercayaan diri

bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalah yang dipelajari, maka mereka cenderung

enggan untuk mencoba kareta takut salah.

2. Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk mmemecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Artinya, perlu dijelaskan manfaat menyelesaikan masalah yang dibahas pada pesera

didik (Suyadi, 2013 : 142).

MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL


17 November 2020Syafnidawaty4 Comments
Pengertian
Pola pembelajaran konvensional atau sering disebut dengan pendekatan pembelajaran klasik
adalah sebuah pola pembelajaran yang menekankan pada otoritas pendidik dalam
pembelajaran. Pola pembelajaran ini merupakan pola pembelajaran yang masih banyak dikritik
saat ini. Namun demikian, pola pembelajaran ini masih menjadi pola pembelajaran yang paling
banyak dipakai para pendidik.
Pembelajaran pada metode konvensional, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan
guru di depan kelas dan melaksanakan tugas bila guru memberikan latihan soal-soal. 
Pembelajaran Konvensional Menurut Para Ahli
 Menurut Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian
tugas dan latihan.
 Menurut Paulo Freire, pola pembelajaran konvensional ini mengarah pada jenis
pendidikan yang diistilahkan dengan istilah “bank”, dimana peserta didik dipenuhi dan
dijejali dengan beragam materi pelajaran. Peserta didik hanya berlaku menerima segala
hal yang telah dan akan disiapkan oleh pendidik tanpa aktivitas kritis lainnya.
 Menurut pandangan psikologi pendidikan, model pembelajaran konvensional dalam
adalah model atau cara yang digunakan pengajar atau pendidik dalam pembelajaran
sehari hari dengan menggunakan model yang bersifat umum dan biasa, bahkan tanpa
menyesuaikan cara yang tepat berdasarkan sifat dan karakteristik dari materi
pembelajaran atau bidang pelajaran yang dipelajari
 Menurut Raka Rasana (dalam Suantini, 2013) bahwa “pembelajaran konvensional
(tradisional) dapat disebut sebagai sebuah model pembelajaran karena di dalamnya
mengandung sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, dan sistem dukungan”. Model
pembelajaran konvensional mengharuskan siswa untuk menghafal materi yang diberikan
oleh guru dan tidak untuk mengaitkan materi tersebut dengan keadaan nyatanya.
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umum dilakukan dalam
proses pembelajaran, yakni dilakukan dengan cara  pendidik menjelaskan dan murid
mendengarkan. Model pembelajaran ini banyak dilakukan di negara negara yang belum maju
atau belum memiliki sarana prasarana yang lengkap, namun tentu saja terdapat kelebihan dan
kelemahannya.
Metode lain yang sering digunakan dalam metode konvensional antara lain adalah ekspositori.
Metode ekspositori ini seperti ceramah, di mana kegiatan pembelajaran berpusat pada guru
sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
 Metode Ceramah
Menurut Sinarno Surakhmad dalam Suryobroto (2009), yang dimaksud dengan ceramah
sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya. Selama ceramah berlangsung, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti
gambar-gambar agar uraiannya menjadi lebih jelas. Metode utama yang digunakan dalam
hubungan antara guru dengan peserta didik adalah berbicara.
 Kelebihan metode ceramah
 Guru mudah menguasai kelas
 Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
 Dapat diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar
 Mudah mempersiapkan dan melaksanakan
 Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
 Kekurangan metode ceramah
 Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
 Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
 Guru menyimpulkan bahwa peserta didik mengerti dan tertarik pada ceramahnya
 Menyebabkan peserta didik menjadi pasif
 Metode Tanya Jawab
Menurut Djamarah dan Zain (2006), metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik
kepada guru. 
 Kelebihan metode tanya jawab
 Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik
 Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan
 Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.
 Kekurangan metode tanya jawab
 Guru yang kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, menyebabkan
peserta didik menjadi takut bertanya
 Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan 
mudah dipahami peserta didik.
 Waktu banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang
 Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik
 Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional
Menurut Djamarah (1996), secara umum menyebutkan ciri-ciri pembelajaran konvensional
sebagai berikut:
 Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima
pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan
keterampilan yang dimiliki sesuai standar.
 Belajar secara individual
 Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
 Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan
 Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
 Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
 Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
 Interaksi di antara peserta didik kurang
 Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012:25-26) menyatakan, pembelajaran konvensional
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
 pemerolehan informasi melalui sumber-sumber secara simbolik, seperti guru atau
membaca, 
 pengasimilasian dan pengorganisasian sehingga suatu prinsip umum dapat dimengerti, 
 penggunaan pada prinsip umum pada kasus-kasus spesifik, 
 penerapan prinsip umum pada keadaan baru. Pembelajaran konvensional dalam
mengevaluasi.  
Sedangkan menurut Ilyas secara umum ciri-ciri model pembelajaran konvensional adalah
sebagai berikut:
 siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan
dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan
yang dimiliki keluaran sesuai dengan standar, 
 belajar secara individual, 
 pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, 
 perilaku dibangun atas kebiasaan, 
 kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final, 
 guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, 
 perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik, 
 interaksi di antara siswa kurang, 
 tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, 
 keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, 
 pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung, 
 guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Model pembelajaran konvensional ini dipandang cukup efektif dan memiliki keunggulan,
terutama:
 Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
 Menyampaikan informasi dengan cepat
 Membangkitkan minat akan informasi
 Mengajari peserta didik yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
 Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran model ini, menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini,
2007) antara lain adalaht:
 Kegiatan belajar adalah memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik. Tugas
guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah menerima.
 Kegiatan pembelajaran seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Peserta didik
merupakan penerima pengetahuan yang pasif.
 Pembelajaran konvensional cenderung mengkotak-kotakkan peserta didik.
 Kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada hasil daripada proses.
 Memacu peserta didik dalam kompetisi bagaikan ayam aduan, yaitu peserta didik
bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang.
 Pendekatan Pembelajaran Konvensional
 Ujang Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan
guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi,
tujuannya adalah peserta didik mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan
sesuatu dan pada saat proses pembelajaran peserta didik lebih banyak mendengarkan. Di
sini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran
yang lebih banyak didominasi guru sebagai “pentransfer ilmu, sementara peserta didik
lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
 Philip R. Wallace (dalam Sunarto, 2009) memandang pembelajaran ekspositori adalah
proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru membelajarkan materi
kepada peserta didiknya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik,
sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai penerima. Sistem pembelajaran
konvensional (faculty teaching) cenderung kental dengan suasana instruksional dan
dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat. Di samping itu sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel
dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif
menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru.
 Philip R. Wallace (dalam Sunarto 2009), menyatakan pembelajaran dikatakan
menggunakan pendekatan konvensional apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Otoritas seorang guru lebih diutamakan dan berperan sebagai contoh bagi murid-
muridnya.
 Perhatian kepada masing-masing individu atau minat sangat kecil
 Pembelajaran di sekolah lebih banyak dilihat sebagai persiapan akan masa
depan, bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta didik di saat ini.
 Penekanan yang mendasar adala pada bagaimana pengetahuan dapat diserap
oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi tolak ukur
keberhasilan tujuan, sementara pengembangan potensi peserta didik terabaikan.
 Trianto (2007:1) mengatakan pada model pembelajaran konvensional suasana yang ada
di kelas cenderung teacher centered sehingga peserta didik  menjadi sangat pasif sebab
hanya melihat dan mendengarkan, peserta didik sama sekali tidak diajarkan model
belajar yang dapat memahami bagaimana belajar tentang beragam materi, berpikir dan
memotivasi diri. 
 Wortham (dikutip Wardarita, 2010:54) mengemukakan bahwa model pembelajaran
konvensional memiliki ciri tertentu, yaitu:
 Tidak kontekstual
 Tidak menantang
 Pasif
 Bahan pembelajarannya atau materi tidak didiskusikan dengan peserta didik 
 Burrowes (2003) menyampaikan bahwa model pembelajaran konvensional menekankan
pada penjelasan materi, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada peserta didik
untuk secara dua arah memahami materi materi yang diberikan oleh pengajar atau
pendidik, dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau menerapkan
kepada situasi kehidupan nyata. model pembelajaran konvensional memiliki pandangan
yaitu: 
 Pembelajaran berpusat pada pengajar atau pendidik saja atau satu arah
 Terjadi passive learning yakni peserta didik hanya diam mendengarkan
penjelasan saja
 Interaksi diantara peserta didik kurang, tidak ada diskusi atau tanya jawab dan
kerjasama antar peserta didik sama sekali
 Tidak ada kelompok kelompok kooperatif sebab semua materi dipahami secara
individu sesuai kemampuan masing masing
 Penilaian bersifat sporadis atau standar yakni hanya menilai secara teori saja 
 Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan model pembelajaran konvensional
ini lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan dan
penggambaran secara umum, sehingga proses belajar dilihat sebagai proses menghafal,
meniru, dan mengulang kembali sesuai apa yang disampaikan pengajar atau pendidik
dan peserta didik dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari melalui kuis atau tes biasa. Misalnya pengajar atau pendidik memberikan
materi tentang sejarah Kerajaan di Indonesia, materi diberikan begitu saja dengan
melihat buku atau sarana lain dan dijelaskan, selanjutnya dilakukan tes untuk
mengetahui sudah pahamkah dengan apa yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi sebagai
pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari
guru ke peserta didik, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan
kompetensi. Meskipun banyak terdapat kekurangan, model pembelajaran konvensional ini
masih diperlukan, mengingat model ini cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada
para murid pada awal-awal kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran konvensional memiliki fungsi khusus untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran jenis apapun yang pada utamanya adalah memfokuskan perhatian peserta didik
pada pengajar.
 Peserta didik diharapkan mampu berperan sebagai penerima informasi secara pasif,
dimana peserta didik menerima pengetahuan dari pengajar atau pendidik di kelas dan
pengetahuan atau materi sebagai sumber dari informasi dan keterampilan yang dimiliki
sesuai dengan standar.
 Proses proses pembelajaran dilakukan secara individual yakni peserta didik memahami
secara mandiri.
 Cara proses pembelajaran sangat abstrak dan teoritis dengan menjelaskan materi.
 Perilaku dibangun atas kebiasaan yakni agar peserta didik terbiasa mendengarkan.
 Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final sebab apa yang disampaikan
pengajar berdasarkan pada teori pasti.
 Pengajar atau pendidik di kelas adalah penentu jalannya proses cara proses
pembelajaran.
 Pengajar atau pendidik di kelas berfungsi dan bertindak memperhatikan proses
pemahamanan peserta didik dalam proses pembelajaran.
 Otoritas atau kewenangan seorang pengajar atau pendidik di kelas lebih diutamakan
dan berperan sebagai contoh bagi peserta didik.
 Perhatian kepada masing masing peserta didik kurang dan diharapkan peserta didik
mampu berusaha sendiri.
 Cara proses pembelajaran di beragam jenjang pendidikan lebih banyak dilihat sebagai
persiapan akan masa depan dan teoritis, bukan sebagai peningkatan kompetensi peserta
didik di saat ini.
 Penekanan yang mendasar adalah pada bagaimana pengetahuan dapat diserap
menyeluruh oleh peserta didik dan penguasaan pengetahuan tersebutlah yang menjadi
tolak ukur keberhasilan, sementara pengembangan potensi peserta didik terabaikan.
 Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
sikapnya melalui materi.
 Membiasakan peserta didik menghafal, memahami, berfikiran sehat, memperlihatkan
dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar dan teliti dalam menuntut ilmu di
jenjang pendidikan.
 Memudahkan proses pengajaran itu bagi peserta didik dan membuatnya mencapai
sebanyak mungkin tujuan yang diinginkannya.
 Menciptakan suasana yang sesuai dengan pengajaran yang berlaku, sifat percaya
mempercayai dan hormat menghormati antara pengajar atau pendidik di kelas dan
peserta didik serta hubungan baik antara keduanya
Menurut Subaryana (2005:9) bahwa pembelajaran konvensional dalam proses belajar
mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan. Kelebihan dan
kekurangan pada model pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
 Efisien. 
 Tidak mahal, karena hanya menggunakan sedikit bahan ajar. 
 Mudah disesuaikan dengan keadaan peserta didik.
 Kelemahannya:
 Kurang memperhatikan bakat dan minat peserta didik.
 Bersifat pengajar centris.
 Sulit digunakan dalam kelompok yang heterogen..
Menurut (Purwoto, 2003:67)
Kelebihan model pembelajaran konvensional:
 Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang
sama untuk mendengarkan.
 Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut.
 Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu
dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
 Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
 Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya
pengajaran dengan model ini.
Kekurangan model pembelajaran konvensional:
 Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif, karena
tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
 Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.
 Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal yang tidak
mengakibatkan timbulnya pengertian.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Danang Priyasudana (2016)berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning (Pbl) Pada Mata Pelajaran Mekanika Teknik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas X Teknik Pemesinan SMK Negeri 3 Boyolangu, Tulungagung ” menyimpulkan

bahwa penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif Siswa Kelas X Teknik Pemesinan SMK Negeri 3

Boyolangu, Tulungagung.

2. Penelitian Sri Puji AStuti (2010) berjudul “perbedaan penerapan model pembelajaran

Problem based learning (PBL) dengan model Pembelajaran kooperatif group

investigation Terhadap hasil belajar siswa pada mata Pelajaran sosiologi di SMA Negeri

14 Bandung” menyimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran

sosiologi di SMA Negeri 14 Bandung.


C. Kerangka Teoritis

1) Perbedaan hasili belajar mata pelajaran mekanika teknik siswa yang belajar dengan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan yang belajar dengan

model Konvensional.

..................................................................................

2) Pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan hasil belajar mata mekanika teknik

siswa.

........................................................................

3) Perbedaan hasil belajar mata pelajaran mekanika teknik siswa yang memiliki hasil belajar

tinggi antara yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dan yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional.

..............................................................................................

4) Perbedaan hasil belajar mata pelajaran mekanika teknik siswa yang memiliki hasil

belajar rendah antara yang belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dan yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional.

.........................................................................................
D. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh interaksi hasil belajar mekanika teknik siswa yang diajar

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) lebih tinggi dari siswa yang

diajar menggunakan model pembalajaran Konvensional.

2. Terdapat pengaruh antara model pembelajaran terhadap hasil belajar mekanika teknik.

3. Hasil belajar mekanika teknik siswa yang diajar menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) lebih tinggi dibanding dengan yang diajar menggunakan model

Konvensional pada siswa yang mempunyai motivasi rendah.

4. Hasil belajar Mekanika Teknik siswa yang diajar menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) lebih rendah dibanding yang diajar menggunakan model

Konvensional pada siswa yang mempunyai hasil belajar tinggi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan yang diajarkan dengan

model pembelajaran Kovensional.

2. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran terhadap hasil belajar

Mekanika Teknik.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran problem based learning dengan yang diajarkan model

pembelajaran Kovensional pada siswa yang mempunyai hasil belajar rendah.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Mekanika Teknik antara siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran problem based learning dengan yang diajarkan model

pembelajaran Konvensional pada siswa yang mempunyai hasil belajar tinggi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu di SMK Negeri 4 Jakarta dengan alamat

jalan Rorotan Rorotan 6 No.1, RT.3/RW.6, Rorotan Kecamatan Cilincing Kota Jakarta

Utara.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Januari 2018 sampai Maret 2018 pada

pelaksanaan semester genap tahun pelajaran 2017-2018.


C. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desain Treatment by level 2 x 2,

yang akan meneliti perbandingan hasil belajar pada siswa yang belajar menggunakan model

pembelajaran PBL dengan yang belajar dengan mengunakan model pembelajaran

konvensional pada siswa yang memiliki hasil belajar tinggi dan siswa yang memiliki hasil

belajar rendah. Berikut adalah matrik dari desain treatment by level 2x2.

Tabel 3.1 Desain Treatment by level 2x2

Model Pembelajaarn (A) Problem Based Konvensional

Learning (A2)

Hasil Belajar (B) (A1)


Hasil Belajar (B1) A1B1 A2B1
Hasil Belajar (B2) A1B2 A2B2
Keterangan

A : Model Pembelajaran

B : Motivasi Belajar.

A1 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Pembelajaran PBL.

A2 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Konvensional.

B1 : Kelompok siswa yang memiliki hasil belajar tinggi.

B2 : Kelompok siswa yang memiliki hasil belajar rendah.

A1B1 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran PBL

yang memiliki hasil belajar tinggi.

A1B2 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran PBL

yang memiliki hasil belajar rendah.

A2B1 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran


konvensional yang memiliki hasil belajar tinggi.

A2B2 : Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional yang memiliki hasil belajar rendah.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan

sifat-sifat umum. Menurut sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa sebanyak 72 orang siswa kelas X KGSP

(Sugiyono : 2013)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak diteliti. Adapun ide dasar

dari pengambilan sampel adalah bahwa dengan menyeleksi bagian dari elelmen-elemen

populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi diharapkan dapat diperoleh, Cooper &

Pamela (2001).

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh polupasi tersebut. Salah satu cara untuk menentukan jumlah sampel adalah

menggunakan rumus Slovin, rumus tersebut dinyatakan dengan menggunaakan rumus:

Dimana :
n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Perhitungan sampel dari jumlah populasi adalah sebagai berikut :

70
n=
1+ 70 x 0,052

= 60 responden

Sehingga jumlah sampel adalah 60 responden. Selanjutnya teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Menurut Azwar

pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling adalah


dengan melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan subjek secara individual.

(Saefudin Azwar : 2003)

Sampel yang telah ditetapkan (60 responden) dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok pengendali. Kelompok perlakuan sebanyak 30 siswa

yang mendapat perlakuan model pembelajaran PBL dan kelompok pengendali adalah

sebanyak 30 siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran Konvensional

E. Rancangan dan Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian model pembelajaran PBL dan

model pembelajaranDiscovery Learning. Perlakuan (threatment) yang diberikan dalam

penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan

penggunaan model pembelajaran Konvensional untuk kelas kontrol.

F. Kontrol Validitas Internal dan Eksternal

Kontrol validitas penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian hasil penelitian dengan

keadaan sebenarnya. Untuk meyakinkan bahwa rancangan penelitian layak untuk pengajuan

hipotesis dan hasil penelitian dapat di generalisasikan kepada populasi penelitian, maka

perlu dilakukan pengontrolan terhadap validitas internal dan eksternal. (Sumadi Suryabrata :

2005).

1. Kontrol Validitas Internal

Pengontrolan terhadap validitas internal dilakukan dengan maksud agar enelitia benar-

benar merupakan akibat dari suatu perlakuan. Karena itu perlu di kontrol faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil eksperimen. Dengan demikian pengaruh variabel-variabel lain

dapat direduksi sehingga prestasi belajar mata pelajaran mekanika teknik yang diperoleh

adalah benar-benar akibat dari suau perlakuan yang diberikan dalam eksperimen.
Kontrol validitas internal dilakukan terhadap instrumen motivasi belajar dengan cara

validasi ahli dari seorang guru mata pelajaran mekanika teknik. Sehingga akan

didapatkan butir-butir pernyataan dari angket motivasi belajar yang valid serta berapa

butir pernyataan yang di drop.

2. Kontrol Validitas Eksternal

Pengontrolan validitas eksternal dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh hasil

eksperimen yang akurat dan representatif untuk di generalisasikan terhadap populasi.

Penentuan validitas subjek penelitian perlu dikontrol agar sesuai dengan karakteristik

populasi. Kontrol aliditas eksternal dilakukan terhadap instrumen hasil belajar dengan

cara validasi ahli dari guru mata pelajaran mekanika teknik. Untuk mendapatkan

masukan terhadap butir soal yang dianggap valid serta berapa butir soal yang dianggap

tidak valid di hapus.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari beberapa instrumen

penelitian, yaitu 1) keaktifan belajar siswa, dan 2) hasil belajar mata pelajaran mekanika

tekknik.

1. Instrumen keaktifan Belajar

a. Definisi Konseptual

b. Definisi Operasional

c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen motivasi belajar disusun oleh peneliti dengan menggunakan kisi-kisi

kuisioner sesuai dengan indikator motivasi belajar. Bentuk kuisioner menyediakan empat opsi

dengan alternatif pilihan yang disediakan, terdiri :

1) Sangat tidak setuju (STS)

2) Kurang setuju (KS)

3) Setuju (S)

4) Sangat setuju (SS)

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Keaktifan belajar

No Aspek yang Kategori


SB B C K
diamati
1. Keaktifan memperhatikan

proses pembelajaran
2. Keaktifan mencatat atau

membuat rangkuman

3. Keaktifan mengajukan

pertanyaan
4. Keaktifan menjawab

pertanyaan
5. Kekatifan mengemukakan

pendapat pada kelompok


6. Keaktifan bekerjasama

pada kelompok
7. Keaktifan mengerjakan

tuga kelompok
8. Keaktifan berinteraksi
dengan anggota kelompok
9. Kaeaktifan

memperesentasikan hasil

diskusi kelompok
10. Keaktifan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok

Keterangan:

SB = Sangat Baik (diberi angka 4)

B = Baik (diberi angka 3)

C = Cukup (diberi angka 2)

K = Kurang (diberi angka 1)

d. Uji Validitas Instrumen

Uji Validitas yang digunakan adalah teknik uji validitas degan korelasi pearson

product moment, sebagai berikut :

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah subjek//responden
X = skor butir ke n

∑X2 = Jumlah kuadrat nilai X

∑Y2 = Jumlah kuadrat nilai Y

Kemudian dihitung rxy hitung dikonsultasikan dengan harga kritik rtabel dengan

tabel signifikansi 5%. Jika didapat rxy lebih besar dari rtabel maka butir kuisioner

dikatakan valid.

e. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah

dapat dipercaya, yang releabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat

dipercaya, jadi dapat diandalkan. Dalam penelitian ini, tahapan perhitungan uji

reliabilitas menggunakan tekni rumus Alpha Croncbach.(Siregar Sofyan : 2013)

Adapun tahapan sebagai berikut :

1) Menentukan nilai varian

2) Menentukan nilai varian total

3) Menentukan reliabilitas instrumen


Selanjutnya hasil uji reliabilitas angket penelitian dikonsultasikan dengan harga r

product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga r hitung> rtabel maka instrumen

bisa dikatakan reliabel.

2. Instrumen Hasil Belajar Mekanika Teknik

a. Definisi Konseptual

b. Definisi Operasional

c. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen tes yang akan dikembangkan adalah dalam bentuk soal pilihan ganda

dengan 5 pilihan. 1 pilihan merupakan kunci jawaban sedangkan 4 pilihan lainnya

berfungsi sebagai pengecoh.

d. Uji Validitas Instrumen Hasil Belajar

Untukk menguji validitas instrumen Prestasi Belajar pada penelitian ini

menggunakan proses alidasi empirik. Proses validasi empirik adalah melalui uji coba

instrumen di lapangan. Melalui uji tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah

responden seagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau equivalen

dengan karakterstik populasi penelitian. Jawaban dari sampel uji coba merupakan

data empiris yang dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria

dari instrumen yang dikembangkan. Pada tahap ini yang diuji adalah validitas butir

atau validitas soal dengan menggunakan kriteria internal, yaitu skor total tes.

e. Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Prestasi Belajar


Untuk menentukan apakah butir-butir soal yang akan dinyatakan valid memiliki

reliabilitas maka selanjutnya akan dihitung koefisien reliabilitasnya. Rumus

perhitungan yang akan digunakan adalah Formula Kuder Richardson 20 (KR20).

Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari pengujian hipotesis, maka dilakukan

analisis data terhadap data perolehan hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisi uji prasyarat dan analisis inferensial. Ketiga

analisis ini dilakukan berdasarkan hasil belajar mata pelajaran Mekanika Teknik.

3. Analisis Deskriptif

4. Uji Persyaratan

a. Uji Normalitas

b. Uji Homogenitas

5. Uji Inferensial (ANOVAdua jalur)

H. Hipotesis Statistika

Untuk menguji hipotesis (Ho), hipotesis statistik yang diuji adalah :

1. Ho : µA1 = µA2, maka Ho diterima apabila tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar dengan meggunakan model

Pembelajaran PBL dan model pembelajaran Konvensional .

Ha : µA1> µA2, maka H1 ditolak apabila terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar dengan meggunakan model

Pembelajaran PBL dan model pembelajaran Konvensional .

2. Ho Int. : A x B = 0, maka Ho ditolak apabila terdapat interaksi antara penggunaan model

pembelajaran dan hasil belajar

Ha Int. : A x B ≠ 0, maka H1 diterima apabila terdapat interaksi antara penggunaan model

pembelajaran dan hasil belajar.


3. Ho : µA1B1 = µA2B1, maka H0 diterima apabila tidak terdapat peredaan pada hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar

menggunakan model Pembelajaran PBL yang memiliki motivasi belajar tinggi

dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Konvensional

yang memiliki motivasi belajar tinggi

Ha : µA1B1> µA2B1, maka H1 ditolak apabila terdapat peredaan pada hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar menggunakan

model Pembelajaran PBL yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa

yang belajar menggunakan model pembelajaran Konvensional yang memiliki

motivasi belajar tinggi

4. Ho : µA1B2 = µA2B2, maka H0 diterima apabila tidak terdapat peredaan pada hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar

menggunakan model Pembelajaran PBL yang memiliki motivasi belajar rendah

dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Konvensional

yang memiliki motivasi belajar rendah

Ha : µA1B2> µA2B2, maka H1 ditolak apabila terdapat peredaan pada hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Mekanika Teknik antara yang belajar menggunakan

model Pembelajaran PBL yang memiliki motivasi belajar rendah dengan siswa

yang belajar menggunakan model pembelajaran Konvensional yang memiliki

motivasi belahjar tinggi

34
35

Anda mungkin juga menyukai