Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“STRES, DUKUNGAN SOSIAL DAN KESEHATAN”

DOSEN PENGAMPU
FAJAR KAWURYANS Psi, M.Si

Disusun oleh:

1. Erico Nor AlRasyid (201960059)


2. Mutiara Salim (201960073)
3. Nur Faizatin (201960075)
4. Kinanti Kanti Wilujeng (201960095)
5. Sannyo Agung Laksana (201960096)
6. Amatia Shella Afriana (201960097)
7. Haniel Bintang Kartiko (201960098)
8. Elly Yusriya Alawiyah (201960111)
9. Yulianto Dhedi Prayoga (201960107)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya kepada kita, karena atas berkat, bimbingan, petunjuk dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “STRES, DUKUNGAN SOSIAL DAN KESEHATAN” dengan baik.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan kita dalam
berperilaku yaitu suri tauladan yang baik.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam
penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dosen dan semua yang telah membantu yang kami tidak bisa
sebut satu persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik dan dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
PEMBAHASAN

1. Stress

Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari
kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri,
atau dari luar.

Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif
ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.[1] Sebagai contoh,
banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet
sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.[1].

Stres bisa positif dan bisa negatif.[1] Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai
tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi
dalam mencapai tujuan.[2] Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan,
bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stres hambatan.[2]

Beberapa ahli mendefinisikan stres sebagai:

 Respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntutan[3].

 Suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang[4].

 Adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal
dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial[5].

 Stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental terhadap suatu
perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam[6].

Faktor lingkungan

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat


stres para karyawan dan organisasi.[1] Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi,
misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.[1]

Faktor organisasi

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres.[7] Tekanan untuk menghindari kesalahaan


atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut
dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya.[1] Hal ini dapat
mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi. [7]
Stres kerja yang dialami seseorang dipengaruhi oleh faktor penyebab stres baik yang berasal dari dalam
pekerjaan maupun dari luar pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya
faktor organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang mencakup tuntutan tugas, tuntutan
peran, tuntutan hubungan antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup
organisasi.

Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang.[7] Tuntutan tersebut meliputi desain
pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. [7] Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang
terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres.
[8]
 Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi
sumber stres.[8]

Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu
yang dimainkannya dalam organisasi.[7] Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk
diselesaikan atau dipenuhi.[7]

Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan.[7] Tidak adanya dukungan dari kolega dan
hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.[7]

Faktor pribadi

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter
yang melekat dalam diri seseorang.[1]

Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan
pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin
dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.[9]

Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang
menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. [1] Studi terhadap
tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai
pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan
kemudian.[10] Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan
kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum.[10] Jika kesimpulan ini
benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. [10] Artinya,
gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.[10]

Merokok berkaitan dengan gejala stres

Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stres berat
mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat
rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya.[11] Akibat stres dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.[11]
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis.[11] Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat
menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan
darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.[11]

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan.
[12]
 Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres.[12] Namun stres juga muncul
dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap
yang suka menunda-nunda pekerjaan.[12]

Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan
perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara
yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.[13] Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan
stres-kinerja.[13] Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik.
[13]
 Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan
meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi.[13] Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari
waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres.[13]

Mengatasi

Stres dapat diatasi atau diringankan dampaknya dengan cara:

mengkonsultasikan masalah yang sedang dihadapi kepada psikiater atau rekan kerja atau teman dekat

 melakukan olahraga ringan


 mengkonsumsi bahan makanan kaya gizi
 menonton acara komedian atau lawak
 bermain game
2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial atau social support adalah bentuk perhatian, penghargaan, semangat, penerimaan, maupun
pertolongan dalam bentuk lainnya yang berasal dari orang yang memiliki hubungan sosial dekat, antara lain
orang tua, saudara, anak, sahabat, teman maupun orang lain dengan tujuan membantu seseorang saat mengalami
permasalahan. Bentuk dukungan dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu, atau pun materi yang dapat
menjadikan individu yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

Menurut Ritter, dukungan sosial merupakan segi-segi struktural jaringan mencangkup pengaturan-pengaturan
hidup, frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam jaringan sosial. Dukungan
sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial
seseorang. Segi-segi fungsional mencangkup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan,
pemberian nasihat atau informasi, pemberian bantuan material (Smet, 1994:134).

Sumber dan Bentuk Dukungan Sosial 

Menurut Rook dan Dootey terdapat dua sumber dukungan sosial, yaitu (Kuntjoro, 2012):
1. Dukungan sosial artifisial, yaitu dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer
seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.
2. Dukungan sosial natural, yaitu yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota
keluarga (anak, istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-
formal.
Dukungan sosial terdiri dari beberapa bentuk, menurut Sarafino (2006) terdapat lima bentuk dukungan sosial,
yaitu:

a. Dukungan emosional 

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan
menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tenteram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia
mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta
b. Dukungan penghargaan 

Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya,
percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu mengalami stres
karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental 

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara
langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang
sedang stres.
d. Dukungan informasi 

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan
beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres.
e. Dukungan kelompok 

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu
kelompok dimana anggota-anggotanya dapat saling berbagi.

Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman, dukungan sosial terbagi menjadi empat bentuk, yaitu (Isnawati dkk,
2013:3):
1. Appraisal Support, yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang berkaitan dengan pemecahan
suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.
2. Tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam
menyelesaikan tugas.
3. Self esteem support, yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau
harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok dimana para
anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem seseorang.
4. Belonging support, yaitu dukungan yang menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu
kelompok dan rasa kebersamaan.

Manfaat dan Pengaruh Dukungan Sosial 


Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam
kehidupannya. Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai
dan dicintai. Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat
bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan.

Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial dapat mempengaruhi fisik dan psikologis individu yang dijelaskan
dalam dua teori berikut ini:
a. The Buffering Hypothesis 

Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek-efek negatif dari tingkat stres
yang tinggi, yaitu dengan dua cara berikut :

1. Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka individu dengan tingkat
dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stres,
bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan
tingkat dukungan sosial yang tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan menolong
individu tersebut.

2. Dukungan sosial dapat mengubah respon seseorang terhadap stressor yang telah diterima sebelumnya.
Contohnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi mungkin memiliki seseorang yang dapat
memberikan solusi terhadap masalah individu, atau melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak
terlalu penting, atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.

b. The Direct Effect Hypothesis 

Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut
dicintai dan dihargai. Individu dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan
membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.
Faktor Penghambat Dukungan Sosial 

Terdapat tiga faktor yang menjadi penghambat pemberian dukungan sosial kepada seseorang, yaitu (Apollo dan
Cahyadi, 2012:262):

1. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah, ketakutan untuk dikritik,
pengharapan bahwa orang lain tidak akan menolong, seperti menghindar, mengutuk diri, diam,
menjauh, tidak mau meminta bantuan. 

2. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik, dan agresif. 

3. Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus menerus, mengganggu
orang lain, berpakaian tidak pantas, dan tidak pernah merasa puas.
3. Kesehatan

Definisi dan Pengertian Kesehatan

Istilah kesehatan pada dasarnya berasal dari kata sehat yang artinya terbebas dari segala gangguan atau pun
penyakit baik penyakit fisik maupun psikis. Jika diarikan dari kata dasarnya, maka kesehatan merupakan kondisi
atau pun keadaan yang menggambarkan tubuh yang terbebas dari segala penyakit atau pun gangguan fisik atau
pun psikis.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkikan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Jenis – jenis Kesehatan Manusia

Secara umum, kesehatan manusia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kesehatan tubuh dan kesehatan mental.
Dua bagian kesehatan ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan juga saling terkait satu sama lainnya.

Kesehatan Tubuh / Fisik

Kesehatan tubuh merupakan kesehatan yang dinilai dari kondisi fisik seseorang. Istiah kesehatan fisik berkaitan
erat dengan masalah – masalah fisik seperti terbebas dari luka atau pun terbebas dari penyakit yang tampak
(baik penyakit luar mau pun penyakit dalam).

Untuk bisa mendapatkan kesehatan fisik, manusia hanya perlu melakukan dua hal yaitu olah raga, menjaga pola
makan, serta menjaga kesehatan mental. Aktivitas olah raga dapat membuat tubuh menjadi jauh lebih sehat dan
kuat, sedangkan menjaga pola makan dapat menghindarkan tubuh dari berbagai macam penyakit yang mungkin
timbul.

Kesehatan Mental / Jiwa

Kesehatan mental merupakan kesehatan yang dinilai dari kondisi jiwa atau pun mental seseorang.  Istilah
kesehatan mental sangat erat kaitannya dengan masalah stress dan masalah – masalah terkait pikiran lainnya.

Berbeda dengan kesehata fisik yang cenderung mudah untuk diraih / didapatkan, kesehatan mental cenderung
lebih sulit untuk diraih. Mental yang sehat biasanya hanya bisa didapatkan oleh orang – orang yang memiliki
kestabilan emosi, keseimbangan jiwa, serta tidak terlalu banyak memikirkan permasalahan. Untuk mendapatkan
kestabilan dan keseimbangan jiwa dan emosi sendiri, manusia membutuhkan tubuh yang sehat dan juga hati
yang bersih (bersih dari sifat dengki, sirik, dendam, dan berbagai sifat buruk lainnya).
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Stres

https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-bentuk-dan-manfaat-dukungan-sosial.html

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-kesehatan-dan-jenis-jenis-kesehatan-manusia/

Anda mungkin juga menyukai