Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM OTOT DAN PERGERAKAN

SERTA INTEGRASINYA DENGAN ISLAM

Salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Retno Susilowati, M. Si

Kelompok 4:

1. Ludfiana Diah Pratiwi (19620003)


2. Putri Patrisia (19620023)
3. Rofifah Az Zahro (19620060)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt. atas karunia dan berkah yang diberikan-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
yang diampu oleh Ibu Prof. Dr. Retno Susilowati, M.Si adapun pengerjaan makalah ini
dilakukan secara bersama-sama dengan pembagian tugas yang kami laksanakan dengan
penuh tanggung jawab. Makalah ini membahas tentang sistem otot dan pergerakan serta
integrasinya dengan islam. Otot adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi dalam sistem
pergerakan tubuh manusia. Sistem gerak otot terjadi saat kontraksi dan relaksasi. Fungsi otot
sangat berperan penting dalam dalam setiap aktivitas manusia, misalnya dalam bekerja,
berolah raga, belajar bahkan tidur tidak terlepas dari kerja otot. Semakin berat aktivitas
yang dilakukan maka semakin besar pula kekuatan otot yang diperlukan. Makalah ini
membahas tentang sistem otot dan pergerakann serta integrasinya dengan cillia dengan
mengacu pada beberapa studi referensi dalam kurun waktu 6 tahun terbaru. Sehingga, materi
yang dibahas dapat sesuai dengan perkembangan penelitian terbaru yang telah dilakukan
para peneliti.

Kami sadar bahwa makalah ini tentunya memiliki banyak kekurangan yang harus
diperbaiki agar menjadi evaluasi bagi kami supaya mampu membuat karya yang lebih baik
di kemudian hari. Sehingga, kritik dan saran yang membangun untuk evaluasi terhadap
makalah ini diperlukan. Kami berharap makalah ini dapat menjadi manfaat dan membawa
keberkahan untuk para pembaca.

Malang, 04 Oktober 2021

i
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Hubungan Q.S Annur ayat 41 dengan system otot dan pergeraknnya..........................3

2.2 Struktur dan Fungsi Otot Rangka..................................................................................3

2.2.1 Struktur Otot Skelet.............................................................................................4

2.2.2 Tipe Serabut Otot Skelet.....................................................................................5

2.3 Struktur dan Fungsi Otot Polos.....................................................................................6

2.3.1 Ciri Ciri dan Fungsi Otot Polos...........................................................................7

2.3.2 Bentuk Otot Polos................................................................................................7

2.3.3 Struktur Otot Polos..............................................................................................8

2.4 Struktur dan Fungsi Otot Jantung..................................................................................8

2.5 Periode Refrakter...........................................................................................................9

2.6 Sumasi Kontraksi Otot...................................................................................................10

2.7 Gerak Reflek..................................................................................................................11

2.7.1 Lekung Reflek.....................................................................................................11

2.7.1 Reflek Tegang......................................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otot merupakan bagian tubuh manusia yang berfungsi dalam sistem pergerakan tubuh
manusia. Sistem gerak otot terjadi saat kontraksi dan relaksasi. Saat kontraksi otot diawali
dengan impuls saraf, dan synopsis atau daerah hubungan antar saraf dan serabut otot yang
dipenuhi oleh osetil kolin. Setelah mengalami kontraksi maka otot juga akan mengalami
relaksasi, proses ini terjadi secara berulang-ulang. Fungsi otot sangat berperan penting dalam
dalam setiap aktivitas manusia, misalnya dalam bekerja, berolah raga, belajar bahkan
tidur tidak terlepas dari kerja otot. Semakin berat aktivitas yang dilakukan maka semakin
besar pula kekuatan otot yang diperlukan. Penggunaan otot yang berlebihan dapat
menyebabkan otot mengalami beberapa masalah kesehatan salah satunya adalah kelelahan
otot (Triadi, 2016).
Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya kontraksi.
Kontraksi otot berfungsi untuk menggerakkan bagian - bagian tubuh dan substansi dalam
tubuh. Ada tiga macam sel otot dalam tubuh manusia yaitu: polos, jantung dan lurik. Otot
polos merupakan otot besar yang menyusun organ-organ bagian dalam (otot viseral). Otot ini
disebut juga otot involunter,disebut demikian karena otot ini bekerja di luar kesadaran. Otot
jantung memiliki kemiripan struktur dengan otot lurik, tetapi apabila diperhatikan lebih teliti,
ternyata otot jantung berbeda dengan otot lurik. Perbedaan yang terdapat pada otot jantung
dan otot lurik, yaitu otot jantung serabut-serabut ototnya memiliki percabangan, sedangkan
otot lurik tidak bercabang. Di samping itu, system persarafannya pun berbeda. Jika otot lurik
bekerja di bawah pengaruh kesadaran, sedangkan otot jantung tidak karena sarafnya adalah
sistem saraf otonom. Inti sel otot jantung terdapat di tengah (Mustiadi dkk., 2017).

Firman Allah swt. dalam Al-Qur‟an Surah Al-Qamar ayat 49 yang berbunyi:

1
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu dibumi ini
menurut ukuran masing-masing sesuai porsinya. Yang dimaksutkan disini ialah segala
sesuatu diciptakan berbeda-beda ukuran pasti sudah diatur sedemikian sempurnanya menurut
fungsinya sendiri. Seperti halnya macam-macam ukuran dan bentuk otot yang ada didalam
tubuh kita, yang berbeda-beda sesuai fungsinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan antara Q.S An-Nuur (24):41 dengan Konsep Fungsi Otot dan
Pergerakannya

ۡ‫ت فِي َمن لَ ۥهُ يُ َسبِّ ُح ٱهَّلل َ أَ َّن تَ َر أَلَم‬ ‫أۡل‬ ٖ ۖ ‫ص ٰـٓفَّ ٰـ‬
ِ ‫ت َوٱلطَّ ۡي ُر َوٱ َ ۡر‬
ِ ‫ض ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ َ ُ‫َعلُونَ بِ َما َعلِي ۢ ُم َوٱهَّلل ُ َوت َۡسبِي َح ۗۥه‬
َ ‫ ّل‬ٞ ‫صاَل تَ ۥهُ َعلِ َم قَ ۡد ُك‬
Artinya: "Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit
dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah
mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan." (QS. An-Nur: 41).
Penjelasan ayat yang berada diatas memiliki penafsiran sebagai berikut: Tidakkah kamu
melihat, bahwasanya Allah kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan termasuk
ke dalam pengertian bertasbih adalah salat dan juga burung-burung lafal Thair adalah bentuk
jamak dari lafal Ath Thaair, yakni makhluk yang terbang antara bumi dan langit dengan
mengembangkan sayapnya. Lafal Shaffatain adalah Hal atau kata keterangan keadaan dari
burung-burung tadi, yaitu burung-burung itu membaca tasbih dengan mengembangkan sayapnya.
(Masing-masingnya telah diketahui) oleh Allah (cara salat dan bertasbihnya, dan Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan). Pada ayat ini, secara istimewa Allah SWT. menyebut
burung karena penciptaan burung dan kemampuan terbangnya secara nyata menunjukkan
keajaiban penciptaan Allah, yakni dalam hal sistem otot dan pergerakannya. Burung bisa terbang
dikarenakan terdapat sistem otot yang mempengaruhi kemampuan terbangnya. Dan
sesungguhnya Allah lah yang menciptakan, memiliki dan mengatur semua sistem yang ada di
dalam tubuh makhluk hidup.
2.2 Struktur dan Fungsi Otot Rangka
Otot rangka atau yang biasa kita sebut sevagai otot skelet adalah organ somatik dimana
jaringan otot. Jaringan ini mampu kerja secara mekanik dengan jalan relaksasii sel serabut.
Didalam sel otot ada struktur filamen sitoplasma, yang bentuk selnya memanjang. Struktur
filamen sitoplasmaa yang dapat melangsungkan perubahan secara singkat. Didalam otot rangka
pergerakannya juga berupa gerakan mekanik yang terjadi proses kimiawi kontaksi otot

3
(Lesmana. 2019). Didalam Tubuh manusia mengandung lebih dari 400 otot rangka, dimana
40%-50% dari total berat badan adalah otot rangka. Otot rangka memiliki 3 fungsi yakni:
 Kekuatan bergerak dan bernafas
 Kekuatan untuk mendukung postur tubuh
 Dapat bergerak dan juga bernafas.
Otot rangka melekat di tulang yang jaringan ikat tersebut biasa kita sebut sebagai tedon.
Kumpulan serabut otot yang dibungkus dalam satu ikatan yang disebut fasikuli.
Kumpulan fasikuli- fasikuli tersebut di bungkus secara bersamaan oleh jaringan pengikat yang
biasa disebut dengan perimysium, yaitu lapisan serabut-serabut kolagen yang elastis. Seluruh
jaringan yang diikat dalam perimysium yang pada ujungnya diikat oleh tendon kemudian biasa
kita sebut sebagai otot (Fox. 2000). Otot skelet atau otot rangka adalah organ somatik, yang
dipengaruhi oleh kemauan atau otot yang dapat bekerja atau bergerak dengan keadaan yang
sadar. Otot rangka merupakan alat gerak aktif bagi tubuh, karena memiliki fungsi utama untuk
sebagai kontraksi yang dapat menyebabkan tubuh bergerak. Selain itu otot skelet juga memiliki
fungsi sebagai penghasil panas tubuh, memberi bentuk tubuh dan melindungi organ yang lebih
dalam (Raven.1999).
2.2.1 Struktur Otot Skelet
Struktur yang terdapat dalam otot ranka atau otot skelet adanya ujung otot skelet yang
umumnya melekat pada tulang, ada juga sebagian melekat pada kulit. Ujung otot tersebut
disebut insertio (tempat untuk menggerakan) dan origo (tempat bertumpunya otot).
Secara anantominya atau secara struktur dalam sebuah otot rangka terdiri dari beberapa
bagian seperti: fasciculus, muscle fiber, myofibrils dan miofilamen yang terdiri dari
filament actin (filament tipis) dan filament myosin (filament tebal) (Effendi. 2009).
Untuk lebih jelasnya mengenai strukturl otot skelet atau otot rangka dapat dilihat pada
gambar berikut:

4
Otot skelet atau otot rangka dibungkus oleh sarcolemma yang disebut muscle fibers.
Muscle fibers yaitu myofibril yang terdiri dari filamen actin dan myosin. Filament actin
dan myosin merupakan bagian terkeci dari otot yang mana pada bagian inilah pusat
terjadinya gerakan dari otot secara keseluruhan. Kontraksi otot dan relaksasi dari sebuah
otot adalah sebagian diakibatkan oleh overlapnya antara filament actin dan myosin
(Bowers. 2000). Filament actin terdiri dari tiga bagian yaitu: molekul actin, troponin dan
tropomiosin. Filament myosin merupakan kumpulan myosin tipe II yang membentuk
helix (pilinan), tiap molekul myosin II terdiri atas rod (batang), hinge (leher), head
(kepala). Tahap terjadinya kontraksi dan relaksasi miofilamen actin dan myosin.
2.2.2 Tipe Serabut Otot Skelet
Tipe serabut pada otot rangka atau otot skelet bisa dilihat dari serabutnya, yang
mana otot sketel ini memiliki perbedaan dibagi menjadi dua tipe yaitu serabut otot
lambat (slow twitch) dan serabut otot cepat (fast twitch). Serabut otot cepat dibagi
kedalam dua bagian fast twitch A dan fast twitch B. Slow twitch warnanya lebih merah
sebab kandungan myoglobinya lebih tinggi karena kepadatan kapilernya juga lebih
banyak dibanding fast twitch. Dapat dikatakan otot lambat karena kecepatan kontraksinya
lebih lambat dibanding fas twitch (Baret. 1999). Namun demikian daya tahan otot ini
lebih tinggi karenan itu cocok untuk olahraga atau ankat beban yang mana lebih
membutuhkan tenaga yang ekstra untuk menjunjang kekuatan dari otot dan juga memiliki
daya tahan yang tinggi dan tidak menuntut kacepatan yang maksimal.
Berikut adalah tabel perbedaan serabut otot yang ada didalam otot rangka, yakni
antara serabut otot merah dan serabut otot putih.

Serabut otot merah Serabut otot putih


Synonym Type I Type
Oxidative II a II b
fast -oxidative fast - glycolytic
(oxidative-glycolytic)
Slow twitch muscle fiber Fast twitch muscle fiber

5
Lama kontraksi Lambat Cepat ( cepat lelah )

Fungsi Kontraksi lama Kontraksi cepat / kuat / gerakan trampil

Myoglobin Banyak Sedang Sedikit


Myosin ATP-ase Sedikit Banyak Banyak
Sarco – tubuler system Sedikit Banyak Banyak
Oxidative – enzyme Banyak Sedang Sedikit
activity

2.3 Struktur dan Fungsi Otot Polos


Otot polos adalah otot yang bekerja tanpa kita sadari atau kehendaki (otot tidak sadar) .
Otot polos bekerja atas perintah otot dan kebutuhan tubuh. Otot ini tersebar di seluruh tubuh,
mulai dari saluran pernapasan, rahim, kandung kemih, hingga saluran pencernaan. Fungsi
utama sel otot polos pada manusia adalah berkontraksi serta sitoplasmanya sebagian besar
diisi dengan filamen. Filamen ini dapat dibagi menjadi: tiga kelompok berdasarkan ukuran,
bentuk, lokasi, dan komposisi (Bambang. 2009). Berdasarkan penelitian sejauh ini jumlah
filamen terbesar yang terdapat pada otot polos memiliki ukuran berdiameter 50-80,
mengandung aktin dan tropomiosin yang mana di dalamnya terdapat banyak filamen otot
lurik vertebrata. Filamen serupa juga telah diamati di berbagai nonmuscle sel. Jenis kedua
dari filamen, yang mengandung miosin filamen yang memiliki ukuran dengan diameter
yang cukuo besar dan subjek dari banyak kontroversi.
Penelitian terbaru tentang perakitan in vitro otot polos murni miosin menunjukkan bahwa
dua jenis filamen dapat dibentuk:
1) bipolar pendek filamen mirip dengan yang terbentuk dari miosin otot rangka dan
2) lebih panjang filamen "kutub samping" yang memiliki jembatan penyeberangan dengan
satu polaritas di sepanjang keseluruhannya panjang satu sisi dan polaritas yang berlawanan di
sepanjang sisi lainnya.
Miofilamen tebal terletak sejajar dengan sumbu panjang sel otot polos dan dikelilingi
oleh filamen tipis. Jumlah filamen tebal tampaknya bervariasi sesuai dengan jumlah miosin
yang ada dalam jaringan. Berserakan sepanjang bundel miofilamen dan dari sisi sitoplasma
area plasmalemma adalah tambalan kecil dari elektron tinggi kepadatan, berbagai disebut

6
"benda gelap," "benda padat," atau "daerah padat". Seringkali terkait erat dengan atau di
sekitar benda padat adalah tipe ketiga filamen yang ditemukan di otot polos, berbagai sel dan
telah digambarkan sebagai "perantara" filamen”, “sito- filamen plasma," atau "filamen p".
Pada otot polos memiliki gambaran sebagai "filamen menengah" karena mereka perantara di
dalam ukuran antara filamen tipis yang mengandung a dalam dan filamen tebal yang
mengandung miosin (Padi. 2018). Telah disarankan bahwa filamen 100-A bersama dengan
filamen padat tubuh membentuk kerangka sitoskeletal yang berbeda dari aparatus kontraktil.
2.3.1 Ciri Ciri dan Fungsi Otot Polos
Adapun beberapa ciri untuk mengetahui otot polos, seperti di bawah ini
1. Sel otot polos berbentuk gelendong, yakni bagian tengah menggembung dan bagian
tepinya meruncing
2. Satu sel, satu inti
3. Tidak terdapat berkas gelap terang, sehingga disebut otot polos
4. Bekerja di luar kesadaran
5. Tanggapan terhadap rangsangan lambat dan tidak cepat lelah
6. Berada di bagian organ dalam
Adapun fungsi dari otot polos dalam sistem gerak tubuhadalah pada lapisan sel
otot polos yang memiliki dinding organ berongga yang berfungsi sebagai tenaga
penggerak untuk mengubah volume organ dan fleksibilitas dinding yang secara langsung
berpengaruh terhadap fungsi fisiologis organ (Guyton. 2002).
Beberapa fungsi otot polos pada organ berongga diantaranya adalah:
1. Memindahkan muatan di sepanjang saluran pencernaan melalui gerak peristaltik untuk
membantu pencernaan dan pengumpulan nutrisi
2. Membersihkan tubuh dari racun dengan mengosongkan dan mengurangi volume
kandung kemih pada sistem saluran kemih atau pembuangan
3. Serta mengendalikan respons lapisan kulit terhadap perubahan suhu
Sel-sel otot polos juga membentuk lapisan media pada dinding pada arteri pembuluh
darah bersama dengan kolagen dan elastin yang memiliki fungsi sebagai kontraksi dan
elastisitas pembuluh darah.
2.3.2 Bentuk Otot Polos

7
Bentuk dari otot polos ada 2 bentuk yakni memiliki bentuk polos dan ada juga
yang berbentuk bergelondong. Bila jaringan otot tersebut diamati dari bawah mikroskop
maka akan terlihat serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah
akan tampak polos atau tidak bergaris-garis (Lesmana. 2018).
2.3.3 Struktur Otot Polos
Struktur sel yang terdapat pada otot polos tersusun atas miosin sebagai pembentuk
filamen tebal dengan diameter 15-20 nm (nanometer) dan aktin sebagai pembentuk
filamen tipis berdiameter 6-7 nm, yang terdapat di sekitar nukleus dan sebagian besar
sitoplasma. Otot polos terbagi menjadi dua tipe berdasarkan persarafan dan fungsinya
yaitu:
 Multi unit
 Unit tungal atau disebut sebagai otot polos viseral atau singsitium.
Setiap serat otot polos pada multi unit bekerja secara terpisah seperti pada bagian
iris mata, berbeda dengan unit tunggal yang serat ototnya menyatu dan berkontraksi
bersamaan, seperti pada usus, saluran empedu, saluran ureter, dan ada juga beberapa
dalam pembuluh darah. Otot polos viseral atau unit tunggal ditandai oleh selaput sel yang
menghubungkan membran sel yang berdekatan. Sel ini dikelilingi oleh matriks
ekstraseluler yang saling berkumpul membentuk bundel sel. Sel-sel tersebut memiliki
organel seperti nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma halus dan kasar serta badan
golgi (Ganong.2019).
2.4 Struktur dan Fungsi Otot Jantung
Otot jantung hanya ditemukan di jantung dan membentuk miokardium. Berbentuk sel
tunggal dan bukan serat. Sel otot jantung bercabang cabang dan saling berhubungan pada diskus
interkalaris. Diskus interkalaris dibentuk oleh membrane sel, tautan sel berupa desmosome dan
gap junction sehingga memungkinkan eksitasi satu sel menyebar secara cepat ke sel sebelahnya
(Mescher, 2012). Otot Jantung memiliki bentuk yang sama dengan otot lurik. Memiliki warna
yang khas yaitu merah dan bersifat involunter. Kontraksi otot jantung bersifat ritmis dan
automatis. Otot jantung memiliki sarcolemma yang mirip dengan otot lurik dan berfungsi
membungkus serat otot. Myofibril pada otot jantung terpisah sehingga terlihat guratan
memanjang yang disebut dengan discus interkalaris. Inti sel otot jantung berada di tengah.
(Muryono, 2001).

8
Gambar 1. Struktur mikroskopis otot jantung (Muryono, 2001).

Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanya impuls listrik
yang dibangkitkan oleh jantung itu sendiri yang disebut “autorhytmicity”. Terdapat dua jenis
khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel otoritmik. Sel kontraktil melakukan kerja
mekanis, yaitu memompa, sedangkan sel otoritmik mencetuskan dan menghantarkan potensial
aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel
otot rangka yang memiliki potensial membran istirahat. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki
potensial membran istirahat, tetapi memperlihatkan aktivitas “pacemaker” (picu jantung), berupa
depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial membran tersebut
mencapai ambang tetap. Dengan demikian, timbulah potensial aksi secara berkala yang akan
menyebar keseluruh jantung dan menyebabkan jantung berdenyut secara teratur tanpa adanya
rangsangan melalui saraf. (Irawati, 2015).

2.5 Periode Refrakter

Setelah depolarisasi akan terjadi repolarisasi. Periode refrakter merupakan periode


dimana potensial membrane jantung akan kembali ke normal oleh karena berbagai interaksi
kanal yang melibatkan kanal ion kalium dan kalsium. Selama fase ini sel otot jantung tidak dapat
berkontraksi. (Handayani, 2017).

Tingkat refrakter ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan periode refrakter relatif.
Periode refrakter absolute terjadi selama tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan potensial aksi yang lain. Periode refrakter relatif terjadi setelah sel membran
mendekati repolarisasi seluruhnya maka dari periode refrakter absolut akan menjadi periode
9
refrakter relatif, dan apabila ada stimulus yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial
aksi yang baru (Irawati, 2015).

2.6 Sumasi Kontraksi Otot

Menurut Guyton dkk (2006) Sumasi merupakan penjumlahan kontraksi kedutan otot
(twitch) untuk meningkatkan kontraksi otot. Pada umumnya sumasi terjadi melalui 2 cara, yaitu:

1. Dengan meningkatkan unit motoric yang berkontraksi secara serentak


2. Dengan cara meningkatkan kecepatan kontraksi unit motoric

Sumasi terdapat dua macam, diantaranya:

 Sumasi Temporal
Disebut juga sumasi gelombang karena bentuknya seperti gelombang. Sumasi temporal
dapat terjadi dengan cara mengubah interval rangsangan (waktu istirahat antara
rangsangan pertama dan kedua diperpendek sehingga rangsangan kedua tepat saat
kontraksi pertama akan relaksasi). Akibatnya kontraksi pertama dan kedua bersatu
menjadi satu kontraksi yang lebih besar (sumasi kontraksi).
 Sumasi Spasial
Disebut juga multiple motor unit summation karena pertambahan besar/amplitudo
kontraksi akibat pertambahan intensitas rangsangan. Dengan meningkatkan intensitas
rangsangan maka makin banyak motor unit yang terangsang, akibatnya kontraksi akan
semakin besar. Pada umumnya sumasi dapat terjadi dengan cara meningkatkan jumlah
unit motorik yang berkontraksi secara serentak dan dengan meningkatkan kecepatan
kontraksi tiap unit motorik.

Berdasarkan intensitas dan frekuensi rangsangan, dapat dibedakan sebagai berikut:

Rangsangan subliminal: rangsangan dengan intensitas lebih kecil dari nilai ambang
(treshold) yang hanya mengakibatkan terjadinya respon berupa potensial lokal.
Rangsangan liminal: rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan potensial aksi,
oleh karena rangsangan tersebut mencapai nilai ambang.

10
Rangsangan supraliminal: rangsangan yang intensitasnya melebihi liminal, tapi
responnya juga menimbulkan potensial aksi yang sama besar dengan potensial aksi akibat
rangsangan liminal (mengikuti hukum all or none).
Rangsangan submaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih rendah dari rangsangan
maksimal tapi dapat mengaktifkan hampir semua sel saraf.
Rangsangan maksimal : rangsangan terkecil yang dapat mengaktifkan semua serat saraf
untuk menimbulkan potensial aksi maksimal.
Rangsangan supramaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih tinggi dari rangsangan
maksimal tetapi kekuatan yang dihasilkan sama dengan rangsangan maksimal.

2.7 Gerak Refleks

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor,
ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan otak
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak (Robinson, 2002).

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh
sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf
motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung
refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada
di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang
misalnya refleks pada lutut (Sherwood, 2001).

Pengertian dari refleks adalah suatu bentuk respon segera, baik motorik maupun
sekretorik terhadap impuls dari saraf sensorik aferen. Refleks merupakan suatu jalur saraf
sederhana, dimana stimulus akan disampaikan ke medulla spinalis. Dari medulla spinalis, sinyal
akan disampaikan baik ke otak maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang
terpengaruh oleh stimulus. Dengan demikian, tanpa adanya intervensi dari otak, otot dapat
berkontraksi sebagai respon dari stimulus (Robinson, 2002).

11
2.7.1 Lengkung Refleks

Alur sistem refleks dimulai dari rangsangan yang diterima suatu reseptor sampai
terjadinya respon yang dilakukan oleh efektor. Suatu sistem alur tersebut dinamakan dengan
lengkung refleks atau reflex arc.

(Guyton, 2006)

Lengkung refleks ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps
yang terdapat di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor.
Adapun kegiatan dalam lengkung refleks ini dimulai pada reseptor sensorik, sebagai potensial
reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas pada saraf aferen. Frekuensi
potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial generator. Pada sistem
saraf pusat (SSP), terjadi lagi respon yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang yang
berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potensial
inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) dihubungan-hubungan saraf
(sinaps). Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repon yang bersifat gagal atau tuntas.
Bila potensial aksi ini sampai ke efektor, maka akan terjadi lagi respon yang besarnya sebanding
dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, maka akan terjadi sumasi respon
sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos (Sherwood, 2001).

Refleks dapat terjadi secara monosinaps, disinaps, maupun polisinaps. Apabila saraf
sensorik (SN) langsung berhubungan dengan saraf motorik (MN), maka dikatakan refleks

12
monosinaps. Monosinaps berarti ”satu sinapsis”; dengan demikian hanya terdapat satu hubungan
dalam spinal cord, yakni antara SN dengan MN, pada refleks monosinaps.

(Ganong, 2008).

2.7.2 Refleks Regang

Suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul kontraksi.
Respons ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya
berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah kumparan otot (muscle spindle).
Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui serat -
serat sensorik langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang teregang itu.
Neurotransmitter disinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate. Refleks- refleks regang
merupakan contoh refleks monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti
(Sherwood, 2001).

Contoh klasik refleks regang adalah refleks tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot -
otot ekstenson lutut adalah m. quadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat
ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini,
menggunakan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan
mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya. Refleks regang yang terjadi menimbulkan
kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai
bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai pemeriksaan
pendahuluan pada fungsi sistem saraf. Refleks patella yang normal mengindikasikan bahwa
sejumlah komponen saraf dan gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen

13
neuromuskulus, dan otot itu sendiri dapat berfungsi normal. Refleks ini juga mengindikasikan
adanya keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat -
pusat yang lebih tinggi di otak. Tujuan utama refleks regang adalah menahan kecenderungan
peregangan pasif otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang
berdiri tegak. Setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot- otot
kuadriseps teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat refleks regang dengan
cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terekstensi, sehingga orang yang bersangkutan
tetap berdiri tegak (Ganong, 2008).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hubungan antara Q.S An-Nuur (24):41 dengan konsep fungsi otot dan pergerakannya
yaitu Pada ayat ini, secara istimewa Allah SWT. menyebut burung karena penciptaan burung
dan kemampuan terbangnya secara nyata menunjukkan keajaiban penciptaan Allah, yakni dalam
hal sistem otot dan pergerakannya. Burung bisa terbang dikarenakan terdapat sistem otot yang
mempengaruhi kemampuan terbangnya. Dan sesungguhnya Allah lah yang menciptakan,
memiliki dan mengatur semua sistem yang ada di dalam tubuh makhluk hidup. Otot merupakan
sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya kontraksi. Kontraksi otot berfungsi
untuk menggerakkan bagian - bagian tubuh dan substansi dalam tubuh. Ada tiga macam sel otot
dalam tubuh manusia yaitu: polos, jantung dan lurik. Masing-masing memiliki struktur dan
fungsi yang berbeda-beda

Periode refrakter merupakan periode dimana potensial membrane jantung akan kembali
ke normal oleh karena berbagai interaksi kanal yang melibatkan kanal ion kalium dan kalsium.
Selama fase ini sel otot jantung tidak dapat berkontraksi. Sumasi merupakan penjumlahan
kontraksi kedutan otot (twitch) untuk meningkatkan kontraksi otot. Sumasi terjadi melalui 2 cara,
yaitu: dengan meningkatkan unit motoric yang berkontraksi secara serentak dan dengan cara
meningkatkan kecepatan kontraksi unit motoric. Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh yang terjadi lebih cepat dari gerak sadar. Gerak refleks berjalan
sangat cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan
kontrol dari otak

15
DAFTAR PUSTAKA

Baret, J.M., Peter Abramoff, Kumaran, A.K., and Millington, W.F. (1999). Biology. New
Jersey: Prentice Hall.
Effendi, Choesnan, Kuncoro, P.S, Bambang Purwanto. (2009). Faal Sel, Cair Tubuh, Saraf
Tepi, dan Otot. Surabaya: Departemen Ilmu Faal, Universitas Airlangga.
Fox, T.L.E.L., Bowers, R.W., dan Foss, M.L. (2000). The Physiological Basis for Exercise
andSport, fifth edition. Iowa: Brown & Benchmark Publishers.
Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.
Ganong, W.F. (2019). Review of Medical Physiology. 4 ed. San Fransisco: Prentice Hall
International Inc.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani
D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
Handayani, Ahmad. 2017. Sistem Konduksi Jantung. Buletin Farmatera. Vol 2. No 3

Irawati, Lili. 2015. Aktifitas Listrik Pada Otot Jantung. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4. No 2

Lesmana HS, Padli, Broto, EP. 2018. Pengaruh Recovery Aktif dan Pasif dalam Meringankan
Gejala Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS). “Journal of Sport Science and
Education”: 2(2):38-41. http://dx.doi.org/10.26740/jossae.v2n2.p38-41
Lesmana HS. 2019. Profil Delayed Onset Muscle Soreness (Doms) Pada Mahasiswa Fik Unp
Setelah Latihan Fisik. “Halaman Olahraga Nusantara”. 2(1): 50-59.
http://dx.doi.org/10.31851/hon.v2i1.2464
Mescher, A. L. (2012). Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Muryono, S. 2001. Anatomi fungsional system Lokomosi Pengantar Kinesiologi. Semarang :


Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

16
Raven, P.H., & Johnson, G.B. (1999). Biology. Philadelphia: Times Mirror/ Mosby College
Publishing.
Robinson R. 2002. Reflex Tests. diambil dari: http://www.healthline.com/galecon
tent/reflex-tests-1. [7 Maret 2010].
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Th Guyton, A.C. (2002). Textbook of Medical Physiology. 7 ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Company. Th
Triadi, Mizan and Syafrial, Syafrial and Bayu, Insanistyo (2016) HUBUNGAN KEKUATAN
OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS BAWAH DALAM
PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS X DAN XI SEKOLAH SMK S-11
SERUNTING 2 KOTA BENGKULU. Undergraduated thesis. Universitas Bengkulu.
Mustiadi, I. (2017). Klasifikasi sinyal EMG berbasis jaringan syaraf tiruan dan discrete wavelet
transform. Teknoin, 23(3), 223-240.

17

Anda mungkin juga menyukai