Anda di halaman 1dari 6

Karu : Assalamualaikum wr.wb, selamat pagi teman-teman semuanya.

Hari
ini, saya akan melakukan supervisi terhadap kegiatan keperawatam
agar tindakan yang kita lakukan sesuai dengan standar operasional
prosedur yang berlalu. sebelumnya mari kita awali kegiatan ini dengan
membaca basmallah.
Katim : Tindakan yang akan di supervisi hari ini apa ya ners?
Karu : Di hari senin tanggal 25 Oktober 2021 ini, saya akan melakukan
supervise terhadap tindakan rawat luka. Ners D nanti akan bertugas
merawat luka klien atas nama Ny.K pada pukul 10.00 WIB. Adakah
hal yang perlu ditanyakan terlebih dahulu Ners D?
Ners D : Format penilaian supervise terkait apa poin apa saja ners?

Hasil : perineum menonjol, vulva dan spingter ani membuka, adanya tek
pada vagina dan rectum, adanya dorongan untuk meneran

Persiapan persalinan
🗌 ✓ Senam hamil
🗌 ✓ Rencana tempat melahirkan (Puskesmas)
🗌 ✓ Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
🗌 ✓ Kesiapan mental ibu dan keluarga
🗌 ✓ Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan
🗌 Perawatan payudara
Obat – obatan yang dipakai saat ini
Suplemen Fe 1x1 dan Calcium 1x1
(Persiapan Supervisi)
Karu : Assalamualaikum selamat pagi. Jadi sesuai dengan kontrak kita sebelumnya,
hari ini saya akan melakukan supervisi terkait dokumentasi asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh tim pagi ini. Dan harapannya setelah dilakukan supervisi
ini dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan agar sesuai dengan
standar dan tujuan yang ingin dicapai. Bagaimana ners apakah sudah siap?
Katim : Baik Ners, untuk saat ini kami juga sedang mempersiapkan terkait dokumen-
dokumen yang akan Ners periksa. Sambil menunggu PA 1 PA 2 yang masih
sedang melakukan tindakan ke pasien. Nah ini kebetulan mereka baru selesai bu
PA 1 2 : Selamat siang bu

Subjektif:
Objektif:
a. Dx medis: close fraktur 1/3 distal dextra
b. Hasil rontgen: close fraktur 1/3 distal dextra
Assesment:
Masalah keperawatan resiko jatuh belum teratasi belum teratasi
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi
Pencegahan jatuh (I.14540)
Observasi
a. Identifikasi faktor resiko jatuh (memiliki riwayat jatuh)
b. Hitung skala jatuh menggunakan fall morse scale = 65 (resiko jatuh tinggi)
Terapeutik
a. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi roda, walker)
IMPLEMENTASI
1. Memonitor tanda-tanda gangguan sirkulasi; nyeri, pucat, nadi tidak teraba,
parastesia, paralisis
2. Memonitor sirkulasi dan fungsi neurologis pada bagian proksimal dan distal dari
lokasi pemasangan gips
3. Menopang gips dengan bantal sampai gips kering
4. Membersihkan kulit sekitar area pemasangan gips dan sisa material gips
5. Memposisikan gips pada bantal untuk mengurangi ketegangan
6. Meninggikan ekstremitas yang terpasang gips diatas level jantung
7. Memberikan bantalan pada tepi gips
8. Menghindari gips basah
9. Menginformasikan gips akan terasa hangat selama proses pemasangan sampai
keirng
10. Menginformasikan pembatasan aktivitas selama masa pengeringan gips
11. Menganjurkan tidak menggaruk kulit dibawah gips
Mengajarkan cara merawat gips
- Menggidentifikasi perubahan sensasi atau peningkatan nyeri area fraktur
- Memonitor tanda-tanda infeksi; eritema, gips berbau, demam
- Memonitor tanda-tanda gangguan sirkulasi; nyeri, pucat, nadi tidak teraba,
parastesia, paralisis
- Memonitor sirkulasi dan fungsi neurologis pada bagian proksimal dan distal dari
lokasi pemasangan gips
- Menopang gips dengan bantal sampai gips kering
- Membersihkan kulit sekitar area pemasangan gips dan sisa material gips
- Mengatasi segera gangguan sirkulasi; reposisi gips, lakukan rentang gerak
ekstremitas, hilangkan tekanan akibat gips
- Memposisikan gips pada bantal untuk mengurangi ketegangan
- Meninggikan ekstremitas yang terpasang gips diatas level jantung
- Memberikan bantalan pada tepi gips
- Menghindari menekan gips selama masa pengeringan
- Menghindari gips basah
- Menginformasikan gips akan terasa hangat selama proses pemasangan sampai
keirng
- Menginformasikan pembatasan aktivitas selama masa pengeringan gips
- Menganjurkan tidak menggaruk kulit dibawah gips
Mengajarkan cara merawat gipsPasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

terhadap makanan atau obat- obatan,Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di


Rumah Sakit
Wajah pasien tampak meringis kesakitan,nadi 94
x/menit,RR;20x/menit,TD:130/80 mmHg, Suhu 36,7 C

Berat badan sakit : 54 kg,Tinggi Badan :155 cm


- Pasien mengatakan bisa untuk melakukan aktivitas sendiri seperti mandi,
toileting, berpakaian
- Pemeriksaan penunjang
Laboratorium ( tanggal 12-09-2021 ) HGB 12.2 (g/dl)

1. Faktor sumbatan

Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis


(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing, dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh
parasit dan cacing.

Manifestasi dari DM tipe II menurut (Aini, 2016), yaitu :


a. Poliuri (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis dan
hiperglikemia.
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus), poliuri menyebabkan hilangnya
glukosa, elektrolit (na, klorida, dan kalium) dan air sehingga pasien mersa
haus.
c. Polifagi (peningkatan rasa lapar), sel-sel tubuh mengurangi kekurangan
energi karena glukosa tidak dapat masuk ke sel,akibatnya pasien merasa
sering lapar.
d. Rasa lemah dan kekerasan otot
e. P (Provokatif ) : Klien mengatakan timbul nyeri pada saat mau
bergerak.
f. Q (qualiti ) : Klien mengatan nyeri terasa seperti diiris-iris setiap ingin
melakukan aktivitas bergerak.

g. R (radiation ) :Klien mengatakan nyeri disekitar area abdomen


h.
i. S (severity) : Klien tanpak meringis, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan
klien disertai nadi dan nafas cepat, klien merasa tidak nyaman ketika nyeri
datang.

j. T (Time ) : Klien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, nyeri dirasakan saat
mau bergerak.
1. Komplikasi
Menurut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
2. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susalaningrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut.
a. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
b. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
f. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
SGOT/SGPT mungkin meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Susalaningrum, R. (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut.
h. Hb dan PCV meningkat (> 20 %).
i. Trmbisitopenia (< 100.000/ml).
j. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
k. Ig D dengue positif
l. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatremia.
m. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
n. Asidosis metabolik: pCO2 < 35-40 mmHg, HCO3 rendah.
o. SGOT/SGPT mungkin meningkat
1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) (2015),
diagnosa yang mungkin muncul pada kasua DSS yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus (D.0130)
c. Hipovolemia berhubungan dengan perpindahan cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler (D.0023)
d. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit. (D.0012)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. (D.0019)
f. Resiko syok (hipovolemik) (D.0039

1. Kepala & Leher


a. Kepala:
Persebaran rambut merata, rambut hitam
Rambut sedikit kotor
Bentuk kepala normochepal
Tidak ada lesi
Tidak ada perdarahan
Tidak teraba massa
b. Mata:
Pupil isokor
Konjungtiva anemis
Reflek cahaya +/+
Tidak ada gangguan penglihatan
Ikterik (-)
c. Hidung:
Bentuk simestris
Tidak ada perdarahan
Tidak terdapat lesi
Terpasang nasal canule dengan aliran oksigen 5 liter/menit
d. Mulut & tenggorokan:
Mukosa bibir kering
Sianosis tidak ada
Tidak terdapat perdarahan
Tidak ada lesi
e. Telinga:
Daun telinga simestris
Lubang telinga bersih
Tidak ada lesi
Tidak ada perdarahan
Tidak ada cairan telinga
Tidak ada gangguan pendengaran
f. Leher:
Tidak ada lesi
Tidak ada edema
Tidak ada massa
Tidak ada deviasi trakea
Nadi karotis teraba kuat
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
Tidak ada distensi vena jugularis
2. Thorak & Dada:
a. Paru
- Inspeksi:
Tidak ada otot bantu pernafasan, pergerakan dinding dada simetris,
- Palpasi:
Traktil fremitus teraba
1) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare,


lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen
pada anak-anak.
2) Gangguan gizi

Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini


disebabkan oleh:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
3) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, sehingga
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi pasien bisa meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry. 2015. Fundamental of Nursing. USA: Mosby


Wartonah, Tarwoto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry. 2015. Fundamental of Nursing. USA: Mosby


Wartonah, Tarwoto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai