21 tahun. di besarkan di lingkungan yang banyak keterbatasan Fasilitas. Dia ingin sekali mendatangi wilayah Ibu Kota, Jakarta. sudah banyak teman desa nya yang sudah ke sana. ada yang sudah menikah lalu di ajak ke Jakarta, ada yang ingin melanjutkan pendidikan di sana, dan ada juga yang nekat pergi kesana hanya dengan berbekal uang yang seadanya. “Luna, sudahlah nanti kamu juga akan kesana suatu saat nanti” Ucap Jennie, sepupu Luna yang sedikit lebih tua 2 tahun dari diri nya. “Tapi, sampai kapan kak? aku ingin sekali kesana, pasti disana sangat seru” Ucap Luna, sambil memandangi teman nya Farah, yang sudah siap ingin pergi ke Jakarta. teman nya Farah, sudah di nikahi oleh pria asal Jakarta dan berniat ingin hidup di Jakarta mengikuti suami nya. “Luna, aku pamit yah semoga kamu segera nyusul” Ucap Farah menatap mata Luna berkaca lalu memeluk tubuh sang sahabat. “Em, iya Farah. Kamu baik-baik ya disana aku pasti bakal nyusul kamu” Ucap Luna sambil membalas pelukan Farah. Farah pun beranjak dari pelukan Luna lalu melangkah kan kaki ke arah sang suami yang sudah berada dalam kemudi Mobil. Luna melambaikan tangan nya seiring nya jalan nya mobil suami sang sahabat. “Yaudah, yuk kita pulang Lun" Ajak Jennie merangkul tubuh mungil Aluna, mereka segera meninggalkan lapangan desa.
***
Rein, Raka, dan Suga sudah dalam perjalanan
menuju Yogyakarta, dengan berbekal jiwa yang nekat mereka berani kesini untuk tugas kuliah nya, mereka akan melakukan observasi di sebuah desa. “Lo percaya sama hal gituan?" Tanya Raka kepada Suga yang duduk di bagian tengah penumpang, Rein menyetir lalu ditemani sebelah nya dengan Raka.
“Bukan nya percaya sih, tapi gue takut aja udah
banyak ceritanya Rak tau sendiri kan lo" Jawab Suga dengan mata yang masih fokus menatap gawai miliknya. Raka mengangguk membenarkan, "Kalo lu Rein?" Rein menoleh kearah Raka lalu menggelengkan kepalanya. “Dia lo tanya, ya udah pasti nggak lah” Tukas Suga lalu mematikan gawai nya dan meletakan di saku baju nya. “Ya kalian aja terlalu percaya sama gituan" Ucap Rein yang masih fokus mengemudi. “Bukan gitu, tapi kita kan harus antisipasi” ding ding ding .. bunyi gawai milik Rein pun berbunyi menandakan panggilan suara masuk, Rein menatap gawai miliknya lalu mengangkat panggilan tersebut. “Hm, Ya Halo?" “... ” “Aku di jalan” “... ” “Aku kesana bukan ingin liburan tapi untuk tugas." “.. ” “Terserah." kedua teman nya melirik ke arah Rein, mereka sudah sangat hafal siapa yang menelfon sosok teman nya, itu pasti Mama rein. memang sedari awal mama Rein sangat melarang keras anaknya untuk pergi ke Yogyakarta entah untuk alasan apa tapi yang jelas mama Rein sangat melarang diri nya padahal dia ingin ke Yogyakarta untuk tugas kuliah akhirnya. makanya dengan tekad yang besar dia tetap bersikukuh pergi dengan kedua sahabatnya. *** “Luna, makan dulu yuk" Ajak Jennie mengusap lembut bahu adik sepupu nya itu. Luna pun beranjak dari sofa mengikuti Jennie yang melangkah ke arah dapur, lalu duduk di meja makan yang kecil milik Jennie. dia pun mengambil lauk pauk yang sederhana lalu menaruh di depan Luna. “Maaf ya Lun, kakak belum bisa kasih kamu makanan enak" Ucap Jennie tak enak hati sebab tak pernah bisa memberi fasilitas yang baik untuk adik sepupu nya itu. mereka memang hanya tinggal berdua di sebuah rumah peninggalan ibu Jennie kakak dari ibu Luna, ibu Jennie sudah meninggal 3 tahun yang lalu maka mereka harus siap menahan beban hidup yang sudah berat di tambah di desa ini juga banyak keterbatasan yang membuat mereka juga menerima apa ada nya. toh sudah bisa makan dan tidur lalu tempat tinggal juga sudah ber-syukur. “Iya kak, gak apa-apa kok aku malah yang harus nya minta maaf karna belum bisa balas jasa kakak" Ucap Luna, ini juga salah satu faktor yang membuat keinginan untuk ke Jakarta. dia tidak ingin memberatkan kakak sepupu nya itu sudah cukup lama dia memberatkan nya karna ibu nya yang meninggalkan dia di umur 5 tahun karna lebih memilih Pria yang berasal dari Jakarta lalu meninggalkan ayahnya yang waktu itu hanya petani di desa nya ini. “Nggak kok Lun, kakak malah senang jadi ada teman nya” Ucap Jennie tersenyum manis. “Kamu ingin ke jakarta untuk meneimu Ibu mu juga?” Tanya Jennie menatap sendu adiknya itu. “Nggak kok kak, aku hanya ingin kerja lalu membawa kakak jika disana aku sudah berhasil” Jawab Luna. “Kakak kira kamu ingin melihat Ibu mu” “Aku sudah tidak peduli lagi tentang Ibu, sudah cukup terakhir kali waktu kecil dia meninggalkan Ayah dan aku" Luna sedikit teringat kenangan masa kecil nya yang sangat menyedihkan. ***