Disusun Oleh :
KELOMPOK 3 :
1. PUTRI KINANTI
2. YAYUK BASUKI
3. DEVI PAKPAHAN
Dosen Pembimbing
M. AKHYAR, MA
AKADEMI KEBINANAN
TA. 2014/2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................................
BAB I .............................................................................................................................................
LATAR
BELAKANG .........................................................................................................................
A. PENDAHULUAN ................................................................................................................
1.Pengertian Agama ........................................................................................................
BAB II .............................................................................................................................................
KESIMPULAN ....................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya telah memberikan petunjuk, kesehatan, kesempatan dan
kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyajikan tulisan HUBUNGAN AJARAN
AGAMA DENGAN KESEHATAN.
Ucapan terimah kasih saya sampaikan kepada kawan-kawan semua yang telah banyak
membantu dan mengarahkan dalam penyusunan materi. Disadari bahwa dengan kekurangan dan
keterbatasan yang dimiliki oleh para penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan
untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangan , oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam lingkungan masyarakat banyak sekali berbagai macam budaya yang berpengaruh
dalam suatu kepercayaan yang di anutnya seperti Agama atau kepercayaan.
Karena penduduk di Indonesia beragam suku serta agama yang di anutnya Pemerintahpun juga
berperan penting untuk mengatur kebebasan memeluk agama sesuai kepercayaan masing –
masing yang di atur dalam UUD 1945 bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk
memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”.
Agama juga berhubungan dengan kesehatan karena ada penyakit yang di sebabkan karena virus
dan bakteri tapi ada juga penyakit yang diakibabkan karena jiwa atau hati. Penyakit tersebutlah
yang dinamakan dengan penyakit hati atau penyakit mental, untuk mengatasi penyakit tersebut
diperlukan menejemen hati atau mental yang baik.Maka, di dalam makalah ini yang berjudul”
Hubungan ajaran Agama dengan Kesehatan” kita dapat memahami yang bahwasanya ajaran
agama dengan kesehatan sangat berhubungan erat, dan semoga yang di harapkan dapat
bermanfaat untuk pembaca.
1. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar bahasa indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan
kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia,pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah
agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun
2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7%
Protestan, 3% katolik, 1,8% hindhu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari berbagai
dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri tanpa yang lain.
seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi komitmen. Seseorang
kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama tertentu dengan adanya
perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam
menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara
utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan
(lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa
yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan yang buruk.Agama berasal dari Supra
Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang.
Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan
atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui
segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama
selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara
pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan
oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan
menghasilkan kondisi ideal.
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka
yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut?
Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan petunjuk
tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh minimnya informasi
yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari segala hal yang berhubungan
dengan Tuhan.
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan tersebut
menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada pemenuhan kebutuhan
untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi ajaran agama yang melarang
mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan mereka
merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka
menganggap segi intelektual ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya,
mereka menutup indera penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan
intelektualitas yang serba terbatas.Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang
mereka miliki begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak
mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus
terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya
fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang
mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi.Padahal,
pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan membatasi potensi manusia
itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang selama ini diagungkan para penganut
realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala potensinya.
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia
untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-apakah
hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme bukanlah suatu hal
yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal, mencakup segi intelektual yang
luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak mereduksi intelektualitas manusia dengan
membatasi kuantitas maupun kualitas suatu idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada
manusia tentang bagaimana potensi manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan
sejarah telah membuktikan hal tersebut.
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita ajaran ideal
ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol mereka identikan sebagai
kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran agama. Padahal, kerusakan yang
ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat
agama-yang mengajarkan kemuliaan- disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk
mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan
keseluruhan dimensinya.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih
dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi
hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu.
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar
agama sering kali tidak terelakkan.
2.Pengertian Kesehatan
B.Hubungan
Di dalam ajaran Islam banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang terlihat
sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat dan hasiat yang luar biasa bagi
kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu adalah
salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau
berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Maidah ayat 6). Wudhu juga
merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah SWT, namun terkadang ada
sebagian umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. “Allah tidak akan menerima shalat
seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR. Bukhari Muslim).
Wudhu ternyata mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli
kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater
sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam
wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air
dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya
memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
(http://www.republika.co.id)
Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara
kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti tangan, daerah muka
termasuk mulut, dan kaki –memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing,
termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh, sebab penyakit kulit
umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di
sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Karena itu, Mochtar Salem
memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan
menggunakan air. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit
kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas
padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci
anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki.
Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari sejarah hidup Rasulullah SAW,
seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu Muhammad,
sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit, kecuali saat sakaratul maut
hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan cara yang benar niscaya dapat
mencegah berbagai macam penyakit.Menurut sejumlah penelitian, berwudhu itu dapat
menghilangkan berbagai macam penyakit. Misalnya, penyakit kanker, flu, pilek, asam urat,
rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi, dan sebagainya.Mokhtar Salem dalam
bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit.
Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan
terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan
kimia itu akan larut. Selain itu, jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak
lebih muda.Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk
kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah
seseorang dari segala penyakit. Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga menganalisis
masalah kesehatan hidung dari orang-orang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu secara
teratur selama lima kali dalam sehari untuk mendirikan shalat.Salim mengambil zat dalam
hidung pada selaput lendir dan mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan
selama berbulan-bulan. Berdasarkan analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak
berwudhu memudar dan berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta
permukaannya tampak lengket dan berwarna gelap.Adapun orang-orang yang teratur dalam
berwudhu, ungkap Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak
berdebu. “Sesungguhnya, cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan,
berkumur-kumur, lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian
mengeluarkannya. Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian,” kata
Salim.
Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang
dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah
diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian
muka.Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki,
dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru
diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini?
Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam
wudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.Rasul SAW menyatakan, wajah
orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada
hari kiamat karena bekas wudhu. “Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan
kakinya karena bekas wudhu.”
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-I’jaz Al-Ilmiy fi Al-Islam
wa Al-Sunnah AlNabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang diperintahkan dalam
wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh tangan dan menyela-nyela
jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung, membasuh muka, membasuh
kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga
mata kaki.
Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan
keutamaan wudhu. “Sekurang-kurangnya lima kali dalam sehari-semalam setiap Muslim
diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal),
disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu.
Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya pernah
berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan.Mencuci tangan dengan air seakan-akan
membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula.
Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan.
Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya
masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka
wudhunya lima kali seharisemalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT,
dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya’ (keji) dan
mungkar (dibenci).”Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. “Kita
hidup bukanlah untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal.
Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang
juga.”
KESIMPULAN
Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia
juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu
mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun
lingkungan masing-masing. Fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT ialah manusia
diciptakan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, maka tidak wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanya karena pengaruh lingkungan
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan
kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang
maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.republika.co.id)
Referensi :
Al-quran dan terjemahnya-Kementerian Agama RI.
Shahih Bukhari-Imam Bukhori
Al Jami’ Ash Shohih Al Musnad min haditsi rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam wa
sunanihi wa ayyamihi-Imam Muslim.
http://www.republika.co.id,
Lentera Hidup – Buya Hamka
http://id.wikipedia.org