Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN STUDI KASUS

PROSEDUR PEMERIKSAAN MAGNETIC RESONANCE IMAGING


(MRI)
LUMBAL PADA KASUS HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan 5

Disusun Oleh:
WAHYU INDRIYANI
P1337430215087

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 5 atas mahasiswa Jurusan
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang
bernama:
Nama : WAHYU INDRIYANI
NIM : P1337430215087
Kelas : 4B
Dengan judul laporan “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Lumbal pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih”.

Jakarta, November 2018


Pembimbing

Muhammad Naufal Hamdi

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan 5
dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Lumbal pada
Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”.
Penulisan laporan praktik kerja lapangan tersebut bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Kerja Lapangan 5.
Dalam penulisan laporan kasus tersebut penulis menemui beberapa kendala, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rini, S.Si, M.Kes selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi,
2. Ibu Siti Masrochah, S.ST, M.Si selaku ketua prodi D-IV Teknik Radiologi,
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis,
4. Bapak Muhammad Naufal Hamdi, selaku Clinical Instructure yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Seluruh Radiografer RSIJ Cempaka Putih yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu.
6. Teman sejawat Seli Yulita, Karina Widya Nastiti, dan Nidaa Azmii S. yang telah
menjadi sahabat seperjuangan selama penulis menimba ilmu praktik klinik di RSIJ
Cempaka Putih.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan manajemen radiologi ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis
berharap laporan studi pustaka ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan studi
bersama.

Jakarta, November 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. Anatomi dan Fisiologi Lumbal .......................................................... 4
B. Prosedur Pemeriksaan MRI Lumbal .................................................. 9
C. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) ....................................................... 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 15
A. Paparan Kasus .................................................................................... 15
B. Teknik Pemeriksaan ........................................................................... 15
C. Hasil Pemeriksaan .............................................................................. 26
D. Pembahasan........................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 29
A. Kesimpulan ........................................................................................ 29
B. Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 30
LAMPIRAN ............................................................................................................. 31

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemeriksaan radiodiagnostik merupakan salah satu pemeriksaan
penunjang di bidang kedokteran dalam membantu menegakkan diagnosa
suatu penyakit. Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik adalah pemeriksaan
dengan menggunakan modalitas imejing salah satunya berupa Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan MRI menghasilkan gambaran
potongan tubuh manusia dengan memanfaatkan medan magnet. Sehingga
pemeriksaan MRI tidak menimbulkan efek ionisasi radiasi layaknya
pemeriksaan imejing lainnya seperti CT Scan.

Pemeriksaan dengan menggunakan MRI mampu menghasilkan citra


yang lebih baik dan mempunyai beberapa kelebihan diantaranya dapat
memberikan gambaran dengan spasial resolusi yang baik khususnya kontras
antar jaringan lunak, tanpa radiasi pengion dan dapat menghasilkan
gambaran dengan berbagai potongan (multi planar) yaitu potongan axial,
coronal serta sagital tanpa dilakukan rekonstruksi gambar terlebih dahulu.

MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat


jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi pada jaringan lunak atau soft
tissue. Hal ini dikarenakan prinsip kerja MRI ialah meng-eksitasi atom
hydrogen di dalam tubuh sehingga menghasilkan sinyal. Salah satu
pemeriksaan MRI yang sangat sering ditemukan di Rumah Sakit adalah
pemeriksaan pada tulang belakang untuk menilai adanya kelainan pada
medulla spinalis maupun jaringan sekitarnya.Oleh karena itu, MRI dipilih
karena lebih unggul dalam pemeriksaan pada jaringan lunak.

Pada pemeriksaan MRI Lumbal Spine menurut Westbrook (2014),


indikasi yang sangat sering ditemukan adalah kelinan pada medulla spinalis
seperti disc disease, cord compression, MS plaque, cord tumor, syrinx, Low

1
Back Pain dan Hernia Nukleus Pulposus. Sehingga, penulis tertarik untuk
mengetahui pengaturan batas-batas scanning atau prosedur pemeriksaan
untuk Lumbal dan sequence atau parameter yang digunakan pada
pemeriksaan ini, dan mengangkat kasus ini sebagai laporan kasus praktik
kerja lapangan 5 dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) Lumbal pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih?
2. Apa saja sequence atau parameter scanning yang digunakan pada
pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan 5
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada
kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.
b. Mengetahui sequence atau parameter scanning yang digunakan
pada pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
c. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang
prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) dan sequence atau parameter scanning
apa saja yang diperlukan guna menegakkan diagnose.

2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis adalah menambah pengetahuan penulis tentang
tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) serta sequence atau parameter scanning yang
diperlukan serta alasan digunakannya Whole Spine pada pemeriksaan
MRI Lumbal guna menegakkan diagnose.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit untuk menambah bahan referensi dalam
pemeriksaan MRI Lumbal tidak hanya pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) melainkan pada pemeriksaan MRI Lumbal dengan
kasus lainnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Lumbal


1. Tulang Belakang (Vertebrae)
Vertebrae merupakan penyusun aspek posterior dari tubuh dan
merupakan penopang badan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 buah, pada
susunan yang normal terdiri dari 7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5
sacrum dan 4 kogsigeal. Pada orang dewasa, tulang vertebrae
membentuk kurva kebelakang (lordosis) pada bagian servikal dan
lumbal, sedangkan bagian thorakal dan sacrum membentuk kurva
kedepan (kyphosis).(Drake, et al. 2015).

Gambar 2.1.Kurvatura vertebral column.


(Sumber: Drake, et al. 2015).

4
Tulang belakang serta otot-ototnya berfungsi sebagai penopang
berat pada badan, menguatkan pelvis hingga ke ekstremitas bawah,
menetapnya posisi kepala, dan membantu maneuver ekstremitas atas.
Pada saat dilihat dari posisi lateral, vertebrae akan membentuk
kurvatura lordosis dan kyphosis (Drake, et al. 2015).
Kurvatura pertama dari vertebrae membentuk kurva kedepan yang
terdiri dari tulang thoracal dan sacrum. Sedangkan kurvatura kedua dari
vertebrae membentuk kurva kebelakang yang terdiri dari stulang
servikal dan lumbal yang berfungsi sebagai penahan gravitasi pada saat
tubuh tegak dan membagi berat tubuh sama rata pada setiap ekstermitas
(Drake, et al. 2015).
Setiap column vertebral terdiri dari badan/body vertebral dan arkus
vertebral. Body vertebral berada pada bagian anterior dan bentuknya
akan semakin membesar dari vertebrae C2 hingga L5. Bagian body
vertebral di pisahkan oleh diskus intervertebralis dan kemudian
disatukan membentuk satu kesatuan oleh pedicle.Pada bagian arkus
vertebral, terdapat kanal spinalis yang dindingnya terbentuk dari arkus
vertebral mulai dari sisi lateral hingga posterior.Kanal spinalis berisi
spinal cord dan membran pelindungnya, vaskularisasi darah, lemak dan
pada bagian proksimal terdapat saraf spinalis.(Drake, 2015).

Gambar 2.2.Aspek superior (A) dan lateral (B) dari column vertebral
(Sumber: Drake, et al. 2015).

5
2. Vertebrae Lumbal
Vertebra lumbal terdiri dari 5 ruas, masing masing ruas memiliki
unit fungsional yang terdiri dari dua segmen yaitu bagian depan dan
bagian belakang. Bagian depan dari unit fungsional vertebra lumbal
terdiri atas corpus vertebra yang dihubungkan oleh diskus
intervertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinal anterior dan
posterior yang melekat erat pada korpus vertebra. Pada vertebra lumbal
setinggi L1 ligamentum longitudinal mulai menyempit. Bagian depan
vertebra lumbal ini berfungsi sebagai penahan berat badan dan peredam
gerakan yang tiba –tiba (Osborn, 1994).
Vertebra lumbal bagian belakang terdiri dari dua arcus vertebra dua
prosessus transversus dan prosessus spinosus serta sepasang persendian
facet atas dan bawah yang diikat satu sama lain oleh ligamentum
interspinosum, ligamentum intertransversum dan ligamentum flavum.
Pada arcus vertebra, prosessus transversum dan prosessus spinosus
vertebra lumbal merupakan tempat melekatnya otot yang menunjang
dan melindungi columna vertebra (Osborn, 1994).

Gambar 2.3. Perbedaan column vertebralis dari setiap vertebrae.


(Sumber: Drake, et al. 2015).

Bagian dari tulang vertebra lumbal , yaitu:


a. Korpus vertebra
Korpus Vertebra merupakan tulang berbentuk silinder yang
terletak di sebelah anterior, permukaan superior dan inferior
merupakan bidang yang datar serta kasar. Korpus berfungsi untuk
menahan dan menyalurkan penyebaran berat badan (Bajpai, 1991).

6
b. Arcus neuralis (arkus vertebralis)
Arcus neuralis (arkus vertebralis) dibentuk oleh sepasang
pedikel yang menjorok dari bagian posterolateral bagian atas
korpus menonjol di bagian posterior. Sepasang lamina menjorok
dari ujung posterior ke pedikel-pedikel, berjalan ke sebelah
posterior dan bertemu di garis tengah untuk menyempurnakan
terbentuknya arkus neuralis (Bajpai, 1991).

c. Prosesus-prosesus pada Vertebra Lumbal


Arkus vertebra mempunyai tujuh prosesus yaitu satu prosesus
spinosus, dua prosesus tranversus dan empat prosesus artikularis
(Snell, 1997). Prosesus spinosus menonjol ke posterior dari
pertemuan dua lamina, prosesus tranversus menonjol lateral dari
titik pertemuan lamina dan pedikulus. Kedua jenis prosesus ini
berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat perlekatan otot
dan ligamentum. Prosesus artikularis tersusun vertikal dan terdiri
atas dua prosesus superior dan dua prosesus inferior. Menonjol dari
perbatasan lamina, pedikulus dan fasies artikularis ditutup tulang
rawan hialin.

d. Medula Spinalis
Medulla spinalis berjalan mulai dari medula oblongata
sampai pada Vertebrae Lumbal I dimana ujung distalnya disebut
conus medullaris (Sjahriar dan Sukamto, 1990).
Medulla spinalis merupakan bagian susunan saraf pusat,
berbentuk silinder memanjang dan seluruhnya terletak didalam
saluran tulang belakang (Sukardi, 1984). Medulla spinalis terletak
memanjang dalam kanalis spinalis mulai dari foramen magnum
sampai lebih kurang pada batas Vertebrae Lumbal II (FK. Undip,
1996).

7
Susunan tulang belakang terdiri dari 3 lapis selaput
Meningen, selaput paling dalam Piameter, selaput Arachnoid
meter, dan selaput terluar adalah Durameter. Bagian tengah dari
medulla spinalis terdapat lubang yang disebut kanalis sentralis.
Medulla spinalis berada di kanalis spinalis kolumna vertebralis dan
mempunyai proteksi yaitu tulang belakang, selaput atau meningen
serta bantalan cairan (Sidharta dan Dewantoro, 1986).

e. Cerebro Spinal Fluid (CSF)


Fungsi dari CSF atau liquor serebro spinal adalah sebagai
bantalan trauma mekanis, disamping itu diduga pula pada liquor
serebro spinal mempunyai fungsi nutrisi bagi neuron-neuron dan
bertindak sebagai pengangkut sampah metabolik dari jaringan
susunan saraf pusat. berikut gambar beserta keterangannya

Gambar 2.4. Vertebra Lumbal (Osborn, 1994)

8
B. Prosedur Pemeriksaan MRI Lumbal
1. Indikasi (Westbrook, 2014)
a. Disc Disease
b. Cord Compression
c. Multiple-Sclerotic Plaque
d. Cord Tumor
e. Syrinx

2. Persiapan Alat dan Bahan (Westbrook, 2014)


a. Spine Matrix Coil
b. Earplugs/headphone
c. Foam pads
d. PE Gating
e. Media kotras Gd-DTPA (untuk mengevaluasi tumor dan abses).

3. Persiapan Pasien (Moeller, 2010)


a. Pasien dipersilahkan berganti baju pasien dan melepas seluruh
benda logam yang terdapat di tubuh.
b. Anamnesa pasien untuk memastikan tidak adanya klip anurisma,
paju jantung atau benda-benda logam lainnya yang tertanam di
dalam tubuh.
c. Skrening akhir pasien dengan menggunakan metal detector untuk
memastikan pasien telah melepaskan seluruh benda logam.
d. Beritahu pasien tentang prosedur pemeriksaan dan lamanya
pemeriksaan agar pasien tetap nyaman.

4. Posisi Pasien (Westbrook, 2014)


a. Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan head first.
b. Beri bantalan pada knee joint sebagai fiksasi agar pasien lebih
nyaman karena pemeriksaan MRI memakan waktu yang cukup
lama.

9
c. Beri body strap untuk fiksasi dan memastikan agar tubuh pasien
tidak bergerak selama pemeriksaan berlangsung.

5. Posisi Objek (Westbrook, 2014)


a. Pastikan bagian base cranial berada di atas neck coil.
b. Atur tubuh pasien tepat berada di pertengahan spine coil
c. Atur sentrasi sinar longitudinal pada MSP tubuh pasien dan sentrasi
sinar horizontal melalui ketinggian tulang hyoid atau di atas
cartilage tyroid.

6. Teknik Pemeriksaan (Moeller, 2010)


a. Beri PE Gating sebagai sensor pernafasan.
b. Lakukan scanning scout tri-plane dengan FOV ± 500 mm (bila
perlu full spine scout).
c. Scanning pada thoracolumbar mencakup vertebrae thoracal hingga
lumbar.
d. Potongan Sagittal
1) Gunakan scout potongan coronal sebagai plot, kemudian atur
garis plot tepat berada di pertengahan vertebrae.
2) Gunakan slice thickness 4 mm, matrix 512, dan FOV 300 –
350.
3) Jalankan berberapa NEX untuk mengurangi flow artifact dan
phase encoding gradient: PA, flow compensation.
4) Untuk sequence FSE, gunakan ETL berkisar antara 15-25.
5) Gunakkan saturasi band pada regio anterior spine untuk
meminimalisir artefak yang disebabkan oleh aorta, intestine
dan breathing.

10
6) Parameter sequence:
Tabel 2.1. Parameter sequence potongan sagittal.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)

T2 FSE 2500-4000 100-120 170 0

PD FSE 1200-2000 12-20 170 0

T1 FSE 450-600 12-25 90 0

e. Potongan Axial
1) Gunakan scout potongan sagittal sebagai plot, kemudian atur
garis plot tegak lurus terhadap diskus intervertebralis.
2) Gunakan slice thickness 3-4 mm, slice gap 10% of slice
thickness, matrix 512, dan FOV 180 – 200.
3) Jalankan berberapa NEX untuk mengurangi flow artifact dan
phase encoding gradient: PA, flow compensation.
4) Untuk sequence FSE, gunakan ETL berkisar antara 15-25.
5) Gunakkan saturasi band pada regio anterior spine untuk
meminimalisir artefak yang disebabkan oleh aorta, intestine
dan breathing.
6) Parameter sequence:
Tabel 2.2. Parameter sequence potongal axial.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)

T1 FSE 300-700 12-25 90 0

PD FSE 1500-2000 12-25 90 0

T2 GRE 850 26 30 0

T2 FSE 3500-4000 90-120 170 0

T2 400-1000 12-20 20 0

11
f. Potongan Coronal
1) Gunakan scout potongan sagittal sebagai plot, kemudian atur
garis plot berada di pertengahan vertebrae.
2) Gunakan slice thickness 4 mm, slice gap 10% of slice
thickness, matrix 512, dan FOV 200 – 250.
3) Jalankan berberapa NEX untuk mengurangi flow artifact dan
phase encoding gradient: PA, flow compensation.
4) Untuk sequence FSE, gunakan ETL berkisar antara 15-25.
5) Parameter sequence:
Tabel 2.3. Parameter sequence potongan coronal.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)

T2 FSE 3000-4000 90-140 90 0

T2 GRE 850 26 30 0

T2 FSE 3500-4000 90-120 170 0

T2 400-1000 12-20 20 0
MERGE

g. Untuk pasien dengan klinis Tumor atau Spondylitis dan Abses,


harus dilakukan injeksi intravena media kontras Gd-DTPA.
Kemudian dilakukan scanning post kontras dengan sequen T1 FSE
potongan sagittal, axial dan coronal.

C. Hernia Nukleus Pulposus


1. Pengertian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus
pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus
fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara
lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc,
prolapsus disc dan sebagainya. HNP sering menyebabkan nyeri

12
punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung bawah atau LBP
adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi gejalanya lebih
merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang
membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang
keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti
bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

2. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis.
Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang
diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan
dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan
annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal
yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.

3. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein dalam polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air
pada nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Herniasi nukleus
pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervetebralis sehingga
menimbulkan sobeknya anulus fibrosus.
Setelah trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
seperti mengangkat, kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien,
gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa

13
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus,
kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Gejala yang sering muncul adalah:
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi
saraf skiatik.
b. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari
pantat
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk
jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho
berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan
kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5—S1 (garis antara dua krista iliaka)
ditekan

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Kasus
Pada tanggal 15 November 2018, pasien dengan inisial Ny. L berumur
54 tahun, datang ke Instalasi Radiologi RSIJ Cempaka Putih. Pada lembar
permintaan tersebut, tertulis permintaan pelayanan radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan MRI Lumbal dengan diagnosa Suspek HNP
(Lampiran 1).
Setelah lembar permintaan pemeriksaan MRI penulis terima, kemudian
dilakukan anamnesa kepada pasien.
Setelah dilakukan anamnesa, pasien dipersilahkan berganti baju pasien
dan melepaskan seluruh benda logam yang masih menempel pada tubuh
pasien dengan dibantu oleh keluarga pasien. Kemudian pasien dimasukkan
kedalam ruang pemeriksaan MRI dan di posisikan berdasarkan prosedur
pemeriksaan Spine di RSIJ Cempaka Putih.
Prosedur pemeriksaan MRI pada regio Spine yang dilakukan di RSIJ
Cempaka Putih pada kasus HNP atau LBP dan tidak ditemukannya adanya
patologi seperti lesi, abses dan sebagainya dilakukan pemeriksaan MRI
tanpa menggunkan kontras kecuali apabila terdapat permintaan
menggunakan media kontras. Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk
membahas prosedur dan parameter yang digunakan pada pemeriksaan MRI
Lumbal dengan kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di RSIJ Cempaka
Putih.

B. Teknik Pemeriksaan
1. Standar Prosedur Operasional
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) RSIJ Cempaka
Putih mengenai pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP,
menjelaskan langkah-langkah prosedur pemeriksaan yang dapat di
terapkan dalam pelayanan pemeriksaan, yaitu:

15
a. Persiapan pasien
1) Seluruh benda berlogam (ferromagnetic) dilepas
2) Pasien diperiksa dengan metal detector
3) Mengenakan baju yang telah disiapkan di ruang ganti baju
4) Diberikan era plug/ ear phone
5) Memberikan penjelasan sebelum pemeriksaan dimulai
6) Untuk kenyamanan pasien letakkan bantalan di lutut pasien
b. Posisi Pasien dan Objek
1) Posisi pasien supine (Head First)
2) Letakkan lumbal pada coil spine
3) Atur posisi lumbal isocenter dengan medan magnet
4) Untuk kenyamanan pasien letakkan bantalan pada lutut pasien
5) Gunakan saturation di anterior vertebrae
6) Pada kasus kifosis letakkan bantalan di bawah kepala

c. Parameter Scanning
1) Lakukan scanning dengan parameter sebagai berikut:
Tabel 3.1. SPO Parameter scanning MRI Lumbal.
Parameter

Survey

T2W_TSE_Sag

T1W_TSE_Sag

T2W_TSE_Ax

T1W_TSE_Ax

T2W_TSE_Cor

Myelo_Radial

16
d. Editing
1) Mengatur brightness dan kontras WW/WL yang cukup untuk
membedakan antara anatomis dan patologis.
2) Melakukan magnifikasi citra sesuai dengan kebutuhan, tidak
terlalu besar sehingga menghilangkan informasi citra dan tidak
terlalu kecil sehingga sulit menilai informasi citra.
3) Melakukan penamaan atau marking pada spine sesuai dengan
nama vertebrae dan level vertebrae.

e. Dokumentasi
1) Film pertama diisi potongan sagittal T1W_TSE.
2) Film kedua diisi sagittal T2W_TSE.
3) Film ketiga diisi potongan Axial T1W_TSE
4) Film keempat untuk diisi potongan Axial T2W_TSE
5) Film kelima
a) Kolom 3x3 diisi potongan coronal T2W_TSE
b) Kolom 2x3 diisi citra Myelo

2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat MRI
a) Merk : Philips
b) Model : Achieva 1.5 Tesla
2) Printer film radiografi
a) Merk : Kodak
b) Model : Carestream Dry View 5800
3) Film radiografi
a) Merk : Kodak
b) Model/ukuran : DryView Film (35 x 43 cm)
4) Spine coil
5) Emergency buzzer

17
6) Body strap, pads, ear plug dan selimut sebagai fiksasi.

b. Teknik Pemeriksaan
1) Penulis megambil lembar permintaan MRI Lumbal,
mencocokkan identitas pasien, melakukan anamnesa dan
inform consent lalu memasukkan pasien kedalam ruang
pemeriksaan dan memindahkan pasien ke atas meja
pemeriksaan.
2) Kemudian melakukan langkah-langkah seperti berikut:
a) Melakukan positioning dengan posisi pasien supine head
first dan posisi tangan disamping tubuh.
b) Memasangkan alat bantu fiksasi berupa ear plug, pads,
body strap dan selimut.
c) Mengatur ketinggian meja pemeriksaan
d) Mengaktifkan sinar laser dan menempatkan central point
pada pertengahan crista illiaca. Kemudian central point
dikunci dengan menekan tombol “isocenter”.
e) Memberikan emergency buzzer kepada pasien dan
menjelaskan cara menggunakannya.
f) Memasukkan pasien kedalam Bore Magnet.
3) Memastikan pintu ruang pemeriksaan MRI sudah tertutup
rapat agar tidak menimbulkan artefak pada saat akuisisi citra
berlangsung.
4) Melakukan register pasien kedalam computer dan memilih
protocol pemeriksaan “Lumbal Spine”. Kemudian dilakukan
scanning untuk tri-plane, dibuat potongan Axial, Sagittal dan
Coronal dengan parameter:

18
Tabel 3.2.Parameter tri-plane MRI Lumbal.
Parameter Tri-plane

FOV 400 x 400 x 32 mm

TR 23 ms

TE 3,9 ms

Slice 3

Gap 1 mm

Matrix 268 x 200

NSA 1

Gambar 3.1. Hasil citra tri-plane.


5) Setelah dibentuk tri-plane, selanjutnya yaitu mengtatur plot
potongan sagittal tepat pada pertengahan corpus vertebrae
dengan menggunakan tri-plane coronal. Mengatur jumlah
potongan 11 slice, kemudian jalankan sequence dengan detail
parameter sebagai berikut:

19
Tabel 3.3. Parameter scanning Lumbal potongan sagittal.
Parameter T1W_TSE T2W_TSE

TR 450 ms 2.767 ms

TE 10 ms 10 ms

Voxel 0.99 x 1.38 x 4.00 mm 0.99 x 1.14 x 4.00 mm

FOV 278 x 350 x 54 mm 278 x 249 x 54 mm

Slice 11 11

Gap 1 mm 1 mm

Matrix 280 x 253 280 x 305

NSA 2 2

Gambar 3.2. Hasil plotting potongan sagittal

20
A. T1 FSE Sagittal

B. T2W_TSE Sagittal
Gambar 3.3. Hasil citra Lumbal potongan sagittal dengan pembobotan (A) T1W
(B) T2W

21
6) Gunakan potongan sagittal sebagai plot potongan axial.
Kemudian mengtatur plot potongan axial tepat pada masing-
masing diskus intervertebralis dan mengatur kemiringan
potongan agar tegak lurus dengan diskus inteervertebralis,
kemudian jalankan sequence dengan detail parameter sebagai
berikut:
Tabel 3.4. Prameter scanning Lumbal potongan axial.
Parameter T1W_TSE T2W_TSE

TR 539 ms 3.116 ms

TE 8.0 ms 120 ms

Voxel 0.89 x 1.15 x 4.00 mm 0.69 x 0.93 x 4.00 mm

FOV 200 x 200 x 22 mm 200 x 200 x 22 mm

Slice 5 5

Gap 0.4 mm 0.4 mm

Matrix 224 x 174 288 x 214

NSA 2 2

Gambar 3.4. Hasil plotting potongan axial

22
A. T1W_TSE Axial

B. T2W_TSE Axial
Gambar 3.5. Hasil citra thoracal potongan axial dengan pembobotan (A) T1W
(B) T2W

23
7) Gunakan potongan sagittal sebagai plot potongan coronal.
Kemudian mengtatur plot potongan coronal tepat pada
pertengahan corpus vertebrae dan atur kemiringan potongan
sesuai dengaan kemiringan corpus. Selanjutnya jalankan
sequence dengan detail parameter sebagai berikut:
Tabel 3.5. Prameter scanning Lumbal potongan coronal.
Parameter T2W_TSE

TR 2.500 ms

TE 100 ms

Voxel 0.90 x 1.27 x 5.00 mm

FOV 300 x 159 x 47 mm

Slice 8

Gap 1 mm

Matrix 332 x 124

NSA 2

Gambar 3.6. Hasil plotting potongan Coronal.


8) Gunakan potongan axial sebagai plot potongan myelografi
secara radial dengan jumlah potongan 6 slice. Letakkan
potongan tepat pada pertengahan myelo/spinal cord, pada

24
plane sagittal kemudian jalankan sequence dengan detail
parameter sebagai berikut:
Tabel 3.6. Prameter scanning myelografi Lumbal.
Parameter Myelo_radial

TR 8000 ms

TE 1000 ms

Voxel 0.50 x 1.00 x 40.0 mm

FOV 250 x 300 mm

Slice 6

Matrix 500 x 300

NSA 1

Gambar 3.7. Hasil plotting potongan Myelografi

25
Gambar 3.8.Hasil citra myelografi thoracal.
9) Setelah seluruh proses diatas selesai, lakukan dokumentasi
hasil pemeriksaan sesuai dengan SOP yang berlaku.

C. Hasil Pemeriksaan
Hasil ekspertisi dokter spesialis radiologi (Lampiran 2), Alignment
vertebrae lumbosacral normal, tak tampak listesis atau kompresi, discus
intervertebralis lumbalis ketebalan dan intensitas menurun, tampak
penonjolan ke posterior L2-3, L3-4 dan L4-5, tak tampak penekanan radiks,
tak tampak lesi intradural, tak tampak penebalan jaringan lunak
paravertebral, MR myelografi tampak identasi setinggi L2-3, L3-4 dan L4-
5.

26
D. Pembahasan
1. Tata laksana
Tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) di RSIJ Cempaka Putih dilaksanakan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur dan dilakukan tanpa adanya persiapan
khusus tetapi jika pemeriksaan memerlukan kontras maka pemeriksaan
harus di sertakan dengan nilai ureum dan kreatinin, sebelum diperiksa
pasien melepas semua benda yang terbuat dari bahan logam yang dapat
mengganggu selama proses pemeriksaan dan mengisi formulir
penyaringan pemeriksaan MRI. Posisi pasien selama pemeriksaan adalah
supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala dekat dengan gantry
(Head First). Koil yang digunakan adalah koil lumbal.

2. Sequence atau parameter scanning


a. Lumbal potongan Sagittal, Axial dan Coronal, dengan detail
parameter sebagai berikut:
Tabel 3.7. Detail parameter lumbal potongan sagittal, axial dan
coronal.

Sagittal Axial Coronal


Parameter
T1W_TSE T2W_TSE T1W_TSE T2W_TSE T2W_TSE

TR 450 ms 2.767 ms 539 ms 3.116 ms 2.500 ms

TE 10 ms 10 ms 8.0 ms 120 ms 100 ms

Voxel 0.99 x 1.38 0.99 x 1.14 0.89 x 1.15 0.69 x 0.93 0.90 x 1.27
x 4.00 x 4.00 x 4.00 x 4.00 x 5.00
(mm)

FOV 278 x 350 278 x 249 x 200 x 200 x 200 x 200 x 300 x 159 x
x 54 54 22 22 47
(mm)

27
Slice 11 11 5 5 8

Gap 1 mm 1 mm 0.4 mm 0.4 mm 1 mm

Matrix 280 x 253 280 x 305 224 x 174 288 x 214 332 x 124

NSA 2 2 2 2 2

b. Myelografi Lumbal, dengan detail parameter sebagai berikut:


Tabel 3.8. Detail parameter myelografi lumbal.

Parameter Myelo_radial

TR 8000 ms

TE 1000 ms

Voxel 0.50 x 1.00 x 40.0 mm

FOV 250 x 300 mm

Slice 6

Matrix 500 x 300

NSA 1

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tatalaksana pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP di RSIJ
Cempaka Putih dilaksanakan tanpa menggunakan kontras media.
Penggunaan kontras media hanya digunakan apabila terdapat
permintaan pemeriksaan MRI dengan menggunakan media.
2. Parameter yang digunakan pada pemeriksaan MRI terdapat beberapa
sequence. Pada sequence potongan sagittal digunakan pembobotan
T1W dan T2W, kemudian 2 sequence potongan Axial pembobotan
T1W dan T2W, dilanjutkan 1 sequence potongan coronal dengan
pembobotan T2W, dan 1 sequence Myelografi.

B. Saran
1. Saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan kasus ini yaitu untuk
mahasiswa praktik agar dapat memahami dan mempelajari teknik
pemeriksaan MRI Lumbal di RSIJ Cempaka Putih.
2. Saran untuk Instalasi Radiologi RSIJ Cempaka Putih sebaiknya
disediakan kamar ganti baju pasien khusus untuk pemeriksaan MRI
yang tentunya terpisah dengan ruang pemeriksaan lain sehingga apabila
terdapat pasien MRI tidak harus menunggu kamar ganti pemeriksaan
lain, mengingat tempat pemeriksaan lain digunakan untuk pemeriksaan
pada tempat pemeriksaan tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, Ringgo. 2011. Penatalaksanaan, Pengobatan dan Prognosis Spondilitis


Tuberkulosa/Tuberkulosis Tulang. Online: http://doc-
alfarisi.blogspot.co.id/2011/04/penatalaksanaan-pengobatan-dan.html.
Diakses pada: 7 November 2017.

Drake, Richard L, A. Wayne Vogl, dan Adam W. M. Mitchell. 2015. Gray’s


Anatomy for Studenta. Edisi Ketig a. Churcill Livingstone Elsevier: Kanada.

Hidalgo, Jose A. 2016. Pott Disease. Online:


https://emedicine.medscape.com/article/226141-overview. Diakses pada: 7
November 2017.

Moeller, Torsten B. dan Emil Reif. 2010. MRI Parameters and Positioning. Edisi
Kedua. Thieme: New York.

Thurston, Mark dan Hani Salam, et al. 2011.Pott Disease. Online:


https://radiopaedia.org/articles/pott-disease. Diakses pada: 7 November
2017.

Westbrook, Catherin. 2014. Handbook of MRI Technique. Edisi Keempat. Wiley


Blackwell: London.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar permintaan pelayanan radiologi

31
Lampiran 2. Hasil expertise pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP

32

Anda mungkin juga menyukai