LK Wahyu Indriyani PDF Free
LK Wahyu Indriyani PDF Free
Disusun Oleh:
WAHYU INDRIYANI
P1337430215087
Laporan studi kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 5 atas mahasiswa Jurusan
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang
bernama:
Nama : WAHYU INDRIYANI
NIM : P1337430215087
Kelas : 4B
Dengan judul laporan “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Lumbal pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih”.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan 5
dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) Lumbal pada
Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”.
Penulisan laporan praktik kerja lapangan tersebut bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Kerja Lapangan 5.
Dalam penulisan laporan kasus tersebut penulis menemui beberapa kendala, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rini, S.Si, M.Kes selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi,
2. Ibu Siti Masrochah, S.ST, M.Si selaku ketua prodi D-IV Teknik Radiologi,
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis,
4. Bapak Muhammad Naufal Hamdi, selaku Clinical Instructure yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Seluruh Radiografer RSIJ Cempaka Putih yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu.
6. Teman sejawat Seli Yulita, Karina Widya Nastiti, dan Nidaa Azmii S. yang telah
menjadi sahabat seperjuangan selama penulis menimba ilmu praktik klinik di RSIJ
Cempaka Putih.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan manajemen radiologi ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak. Penulis
berharap laporan studi pustaka ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan studi
bersama.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Back Pain dan Hernia Nukleus Pulposus. Sehingga, penulis tertarik untuk
mengetahui pengaturan batas-batas scanning atau prosedur pemeriksaan
untuk Lumbal dan sequence atau parameter yang digunakan pada
pemeriksaan ini, dan mengangkat kasus ini sebagai laporan kasus praktik
kerja lapangan 5 dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) Lumbal pada Kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih?
2. Apa saja sequence atau parameter scanning yang digunakan pada
pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan 5
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada
kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.
b. Mengetahui sequence atau parameter scanning yang digunakan
pada pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
c. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang
prosedur tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) dan sequence atau parameter scanning
apa saja yang diperlukan guna menegakkan diagnose.
2
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis adalah menambah pengetahuan penulis tentang
tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) serta sequence atau parameter scanning yang
diperlukan serta alasan digunakannya Whole Spine pada pemeriksaan
MRI Lumbal guna menegakkan diagnose.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit untuk menambah bahan referensi dalam
pemeriksaan MRI Lumbal tidak hanya pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) melainkan pada pemeriksaan MRI Lumbal dengan
kasus lainnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tulang belakang serta otot-ototnya berfungsi sebagai penopang
berat pada badan, menguatkan pelvis hingga ke ekstremitas bawah,
menetapnya posisi kepala, dan membantu maneuver ekstremitas atas.
Pada saat dilihat dari posisi lateral, vertebrae akan membentuk
kurvatura lordosis dan kyphosis (Drake, et al. 2015).
Kurvatura pertama dari vertebrae membentuk kurva kedepan yang
terdiri dari tulang thoracal dan sacrum. Sedangkan kurvatura kedua dari
vertebrae membentuk kurva kebelakang yang terdiri dari stulang
servikal dan lumbal yang berfungsi sebagai penahan gravitasi pada saat
tubuh tegak dan membagi berat tubuh sama rata pada setiap ekstermitas
(Drake, et al. 2015).
Setiap column vertebral terdiri dari badan/body vertebral dan arkus
vertebral. Body vertebral berada pada bagian anterior dan bentuknya
akan semakin membesar dari vertebrae C2 hingga L5. Bagian body
vertebral di pisahkan oleh diskus intervertebralis dan kemudian
disatukan membentuk satu kesatuan oleh pedicle.Pada bagian arkus
vertebral, terdapat kanal spinalis yang dindingnya terbentuk dari arkus
vertebral mulai dari sisi lateral hingga posterior.Kanal spinalis berisi
spinal cord dan membran pelindungnya, vaskularisasi darah, lemak dan
pada bagian proksimal terdapat saraf spinalis.(Drake, 2015).
Gambar 2.2.Aspek superior (A) dan lateral (B) dari column vertebral
(Sumber: Drake, et al. 2015).
5
2. Vertebrae Lumbal
Vertebra lumbal terdiri dari 5 ruas, masing masing ruas memiliki
unit fungsional yang terdiri dari dua segmen yaitu bagian depan dan
bagian belakang. Bagian depan dari unit fungsional vertebra lumbal
terdiri atas corpus vertebra yang dihubungkan oleh diskus
intervertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinal anterior dan
posterior yang melekat erat pada korpus vertebra. Pada vertebra lumbal
setinggi L1 ligamentum longitudinal mulai menyempit. Bagian depan
vertebra lumbal ini berfungsi sebagai penahan berat badan dan peredam
gerakan yang tiba –tiba (Osborn, 1994).
Vertebra lumbal bagian belakang terdiri dari dua arcus vertebra dua
prosessus transversus dan prosessus spinosus serta sepasang persendian
facet atas dan bawah yang diikat satu sama lain oleh ligamentum
interspinosum, ligamentum intertransversum dan ligamentum flavum.
Pada arcus vertebra, prosessus transversum dan prosessus spinosus
vertebra lumbal merupakan tempat melekatnya otot yang menunjang
dan melindungi columna vertebra (Osborn, 1994).
6
b. Arcus neuralis (arkus vertebralis)
Arcus neuralis (arkus vertebralis) dibentuk oleh sepasang
pedikel yang menjorok dari bagian posterolateral bagian atas
korpus menonjol di bagian posterior. Sepasang lamina menjorok
dari ujung posterior ke pedikel-pedikel, berjalan ke sebelah
posterior dan bertemu di garis tengah untuk menyempurnakan
terbentuknya arkus neuralis (Bajpai, 1991).
d. Medula Spinalis
Medulla spinalis berjalan mulai dari medula oblongata
sampai pada Vertebrae Lumbal I dimana ujung distalnya disebut
conus medullaris (Sjahriar dan Sukamto, 1990).
Medulla spinalis merupakan bagian susunan saraf pusat,
berbentuk silinder memanjang dan seluruhnya terletak didalam
saluran tulang belakang (Sukardi, 1984). Medulla spinalis terletak
memanjang dalam kanalis spinalis mulai dari foramen magnum
sampai lebih kurang pada batas Vertebrae Lumbal II (FK. Undip,
1996).
7
Susunan tulang belakang terdiri dari 3 lapis selaput
Meningen, selaput paling dalam Piameter, selaput Arachnoid
meter, dan selaput terluar adalah Durameter. Bagian tengah dari
medulla spinalis terdapat lubang yang disebut kanalis sentralis.
Medulla spinalis berada di kanalis spinalis kolumna vertebralis dan
mempunyai proteksi yaitu tulang belakang, selaput atau meningen
serta bantalan cairan (Sidharta dan Dewantoro, 1986).
8
B. Prosedur Pemeriksaan MRI Lumbal
1. Indikasi (Westbrook, 2014)
a. Disc Disease
b. Cord Compression
c. Multiple-Sclerotic Plaque
d. Cord Tumor
e. Syrinx
9
c. Beri body strap untuk fiksasi dan memastikan agar tubuh pasien
tidak bergerak selama pemeriksaan berlangsung.
10
6) Parameter sequence:
Tabel 2.1. Parameter sequence potongan sagittal.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)
e. Potongan Axial
1) Gunakan scout potongan sagittal sebagai plot, kemudian atur
garis plot tegak lurus terhadap diskus intervertebralis.
2) Gunakan slice thickness 3-4 mm, slice gap 10% of slice
thickness, matrix 512, dan FOV 180 – 200.
3) Jalankan berberapa NEX untuk mengurangi flow artifact dan
phase encoding gradient: PA, flow compensation.
4) Untuk sequence FSE, gunakan ETL berkisar antara 15-25.
5) Gunakkan saturasi band pada regio anterior spine untuk
meminimalisir artefak yang disebabkan oleh aorta, intestine
dan breathing.
6) Parameter sequence:
Tabel 2.2. Parameter sequence potongal axial.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)
T2 GRE 850 26 30 0
T2 400-1000 12-20 20 0
11
f. Potongan Coronal
1) Gunakan scout potongan sagittal sebagai plot, kemudian atur
garis plot berada di pertengahan vertebrae.
2) Gunakan slice thickness 4 mm, slice gap 10% of slice
thickness, matrix 512, dan FOV 200 – 250.
3) Jalankan berberapa NEX untuk mengurangi flow artifact dan
phase encoding gradient: PA, flow compensation.
4) Untuk sequence FSE, gunakan ETL berkisar antara 15-25.
5) Parameter sequence:
Tabel 2.3. Parameter sequence potongan coronal.
Sequence TR TE FA TI
(ms) (ms) (o) (ms)
T2 GRE 850 26 30 0
T2 400-1000 12-20 20 0
MERGE
12
punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri punggung bawah atau LBP
adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi gejalanya lebih
merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang
membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang
keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti
bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis.
Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang
diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan
dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan
annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal
yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
3. Patofisiologi
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan
protein dalam polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air
pada nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di
anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Herniasi nukleus
pulposus (HNP) terjadi kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervetebralis sehingga
menimbulkan sobeknya anulus fibrosus.
Setelah trauma jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang
seperti mengangkat, kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien,
gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
13
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus,
kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
Gejala yang sering muncul adalah:
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun). Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi
saraf skiatik.
b. Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari
pantat
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengedan, berdiri, atau duduk untuk
jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho
berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan
kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5—S1 (garis antara dua krista iliaka)
ditekan
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Kasus
Pada tanggal 15 November 2018, pasien dengan inisial Ny. L berumur
54 tahun, datang ke Instalasi Radiologi RSIJ Cempaka Putih. Pada lembar
permintaan tersebut, tertulis permintaan pelayanan radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan MRI Lumbal dengan diagnosa Suspek HNP
(Lampiran 1).
Setelah lembar permintaan pemeriksaan MRI penulis terima, kemudian
dilakukan anamnesa kepada pasien.
Setelah dilakukan anamnesa, pasien dipersilahkan berganti baju pasien
dan melepaskan seluruh benda logam yang masih menempel pada tubuh
pasien dengan dibantu oleh keluarga pasien. Kemudian pasien dimasukkan
kedalam ruang pemeriksaan MRI dan di posisikan berdasarkan prosedur
pemeriksaan Spine di RSIJ Cempaka Putih.
Prosedur pemeriksaan MRI pada regio Spine yang dilakukan di RSIJ
Cempaka Putih pada kasus HNP atau LBP dan tidak ditemukannya adanya
patologi seperti lesi, abses dan sebagainya dilakukan pemeriksaan MRI
tanpa menggunkan kontras kecuali apabila terdapat permintaan
menggunakan media kontras. Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk
membahas prosedur dan parameter yang digunakan pada pemeriksaan MRI
Lumbal dengan kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP) di RSIJ Cempaka
Putih.
B. Teknik Pemeriksaan
1. Standar Prosedur Operasional
Berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) RSIJ Cempaka
Putih mengenai pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP,
menjelaskan langkah-langkah prosedur pemeriksaan yang dapat di
terapkan dalam pelayanan pemeriksaan, yaitu:
15
a. Persiapan pasien
1) Seluruh benda berlogam (ferromagnetic) dilepas
2) Pasien diperiksa dengan metal detector
3) Mengenakan baju yang telah disiapkan di ruang ganti baju
4) Diberikan era plug/ ear phone
5) Memberikan penjelasan sebelum pemeriksaan dimulai
6) Untuk kenyamanan pasien letakkan bantalan di lutut pasien
b. Posisi Pasien dan Objek
1) Posisi pasien supine (Head First)
2) Letakkan lumbal pada coil spine
3) Atur posisi lumbal isocenter dengan medan magnet
4) Untuk kenyamanan pasien letakkan bantalan pada lutut pasien
5) Gunakan saturation di anterior vertebrae
6) Pada kasus kifosis letakkan bantalan di bawah kepala
c. Parameter Scanning
1) Lakukan scanning dengan parameter sebagai berikut:
Tabel 3.1. SPO Parameter scanning MRI Lumbal.
Parameter
Survey
T2W_TSE_Sag
T1W_TSE_Sag
T2W_TSE_Ax
T1W_TSE_Ax
T2W_TSE_Cor
Myelo_Radial
16
d. Editing
1) Mengatur brightness dan kontras WW/WL yang cukup untuk
membedakan antara anatomis dan patologis.
2) Melakukan magnifikasi citra sesuai dengan kebutuhan, tidak
terlalu besar sehingga menghilangkan informasi citra dan tidak
terlalu kecil sehingga sulit menilai informasi citra.
3) Melakukan penamaan atau marking pada spine sesuai dengan
nama vertebrae dan level vertebrae.
e. Dokumentasi
1) Film pertama diisi potongan sagittal T1W_TSE.
2) Film kedua diisi sagittal T2W_TSE.
3) Film ketiga diisi potongan Axial T1W_TSE
4) Film keempat untuk diisi potongan Axial T2W_TSE
5) Film kelima
a) Kolom 3x3 diisi potongan coronal T2W_TSE
b) Kolom 2x3 diisi citra Myelo
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat MRI
a) Merk : Philips
b) Model : Achieva 1.5 Tesla
2) Printer film radiografi
a) Merk : Kodak
b) Model : Carestream Dry View 5800
3) Film radiografi
a) Merk : Kodak
b) Model/ukuran : DryView Film (35 x 43 cm)
4) Spine coil
5) Emergency buzzer
17
6) Body strap, pads, ear plug dan selimut sebagai fiksasi.
b. Teknik Pemeriksaan
1) Penulis megambil lembar permintaan MRI Lumbal,
mencocokkan identitas pasien, melakukan anamnesa dan
inform consent lalu memasukkan pasien kedalam ruang
pemeriksaan dan memindahkan pasien ke atas meja
pemeriksaan.
2) Kemudian melakukan langkah-langkah seperti berikut:
a) Melakukan positioning dengan posisi pasien supine head
first dan posisi tangan disamping tubuh.
b) Memasangkan alat bantu fiksasi berupa ear plug, pads,
body strap dan selimut.
c) Mengatur ketinggian meja pemeriksaan
d) Mengaktifkan sinar laser dan menempatkan central point
pada pertengahan crista illiaca. Kemudian central point
dikunci dengan menekan tombol “isocenter”.
e) Memberikan emergency buzzer kepada pasien dan
menjelaskan cara menggunakannya.
f) Memasukkan pasien kedalam Bore Magnet.
3) Memastikan pintu ruang pemeriksaan MRI sudah tertutup
rapat agar tidak menimbulkan artefak pada saat akuisisi citra
berlangsung.
4) Melakukan register pasien kedalam computer dan memilih
protocol pemeriksaan “Lumbal Spine”. Kemudian dilakukan
scanning untuk tri-plane, dibuat potongan Axial, Sagittal dan
Coronal dengan parameter:
18
Tabel 3.2.Parameter tri-plane MRI Lumbal.
Parameter Tri-plane
TR 23 ms
TE 3,9 ms
Slice 3
Gap 1 mm
NSA 1
19
Tabel 3.3. Parameter scanning Lumbal potongan sagittal.
Parameter T1W_TSE T2W_TSE
TR 450 ms 2.767 ms
TE 10 ms 10 ms
Slice 11 11
Gap 1 mm 1 mm
NSA 2 2
20
A. T1 FSE Sagittal
B. T2W_TSE Sagittal
Gambar 3.3. Hasil citra Lumbal potongan sagittal dengan pembobotan (A) T1W
(B) T2W
21
6) Gunakan potongan sagittal sebagai plot potongan axial.
Kemudian mengtatur plot potongan axial tepat pada masing-
masing diskus intervertebralis dan mengatur kemiringan
potongan agar tegak lurus dengan diskus inteervertebralis,
kemudian jalankan sequence dengan detail parameter sebagai
berikut:
Tabel 3.4. Prameter scanning Lumbal potongan axial.
Parameter T1W_TSE T2W_TSE
TR 539 ms 3.116 ms
TE 8.0 ms 120 ms
Slice 5 5
NSA 2 2
22
A. T1W_TSE Axial
B. T2W_TSE Axial
Gambar 3.5. Hasil citra thoracal potongan axial dengan pembobotan (A) T1W
(B) T2W
23
7) Gunakan potongan sagittal sebagai plot potongan coronal.
Kemudian mengtatur plot potongan coronal tepat pada
pertengahan corpus vertebrae dan atur kemiringan potongan
sesuai dengaan kemiringan corpus. Selanjutnya jalankan
sequence dengan detail parameter sebagai berikut:
Tabel 3.5. Prameter scanning Lumbal potongan coronal.
Parameter T2W_TSE
TR 2.500 ms
TE 100 ms
Slice 8
Gap 1 mm
NSA 2
24
plane sagittal kemudian jalankan sequence dengan detail
parameter sebagai berikut:
Tabel 3.6. Prameter scanning myelografi Lumbal.
Parameter Myelo_radial
TR 8000 ms
TE 1000 ms
Slice 6
NSA 1
25
Gambar 3.8.Hasil citra myelografi thoracal.
9) Setelah seluruh proses diatas selesai, lakukan dokumentasi
hasil pemeriksaan sesuai dengan SOP yang berlaku.
C. Hasil Pemeriksaan
Hasil ekspertisi dokter spesialis radiologi (Lampiran 2), Alignment
vertebrae lumbosacral normal, tak tampak listesis atau kompresi, discus
intervertebralis lumbalis ketebalan dan intensitas menurun, tampak
penonjolan ke posterior L2-3, L3-4 dan L4-5, tak tampak penekanan radiks,
tak tampak lesi intradural, tak tampak penebalan jaringan lunak
paravertebral, MR myelografi tampak identasi setinggi L2-3, L3-4 dan L4-
5.
26
D. Pembahasan
1. Tata laksana
Tata laksana pemeriksaan MRI Lumbal pada kasus Hernia Nukleus
Pulposus (HNP) di RSIJ Cempaka Putih dilaksanakan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur dan dilakukan tanpa adanya persiapan
khusus tetapi jika pemeriksaan memerlukan kontras maka pemeriksaan
harus di sertakan dengan nilai ureum dan kreatinin, sebelum diperiksa
pasien melepas semua benda yang terbuat dari bahan logam yang dapat
mengganggu selama proses pemeriksaan dan mengisi formulir
penyaringan pemeriksaan MRI. Posisi pasien selama pemeriksaan adalah
supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala dekat dengan gantry
(Head First). Koil yang digunakan adalah koil lumbal.
Voxel 0.99 x 1.38 0.99 x 1.14 0.89 x 1.15 0.69 x 0.93 0.90 x 1.27
x 4.00 x 4.00 x 4.00 x 4.00 x 5.00
(mm)
FOV 278 x 350 278 x 249 x 200 x 200 x 200 x 200 x 300 x 159 x
x 54 54 22 22 47
(mm)
27
Slice 11 11 5 5 8
Matrix 280 x 253 280 x 305 224 x 174 288 x 214 332 x 124
NSA 2 2 2 2 2
Parameter Myelo_radial
TR 8000 ms
TE 1000 ms
Slice 6
NSA 1
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tatalaksana pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP di RSIJ
Cempaka Putih dilaksanakan tanpa menggunakan kontras media.
Penggunaan kontras media hanya digunakan apabila terdapat
permintaan pemeriksaan MRI dengan menggunakan media.
2. Parameter yang digunakan pada pemeriksaan MRI terdapat beberapa
sequence. Pada sequence potongan sagittal digunakan pembobotan
T1W dan T2W, kemudian 2 sequence potongan Axial pembobotan
T1W dan T2W, dilanjutkan 1 sequence potongan coronal dengan
pembobotan T2W, dan 1 sequence Myelografi.
B. Saran
1. Saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan kasus ini yaitu untuk
mahasiswa praktik agar dapat memahami dan mempelajari teknik
pemeriksaan MRI Lumbal di RSIJ Cempaka Putih.
2. Saran untuk Instalasi Radiologi RSIJ Cempaka Putih sebaiknya
disediakan kamar ganti baju pasien khusus untuk pemeriksaan MRI
yang tentunya terpisah dengan ruang pemeriksaan lain sehingga apabila
terdapat pasien MRI tidak harus menunggu kamar ganti pemeriksaan
lain, mengingat tempat pemeriksaan lain digunakan untuk pemeriksaan
pada tempat pemeriksaan tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
Moeller, Torsten B. dan Emil Reif. 2010. MRI Parameters and Positioning. Edisi
Kedua. Thieme: New York.
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 2. Hasil expertise pemeriksaan MRI Lumbal dengan kasus HNP
32