Spondylosis Lumbalis
Spondylosis Lumbalis
Disusun Oleh:
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Spondilosis Lumbalis”.
Penulis
DAFTAR ISI
2.3 Etiologi...................................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................9
PENDAHULUAN
2.1. Definisi.
2.2. Anatomi.
Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong
dura setinggi ruang intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar
dari canalis spinalis satu tingkat dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di
tiap-tiap titik ini dapat terjadi penekanan.
2.3. Etiologi.
2.4 Patogenesis.
Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan
ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan
hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau
spur atau taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat
mengalami subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga
ditimbulkan oleh osteofit.
Problematik :
Gejala dan tanda yang menetap yang tidak berhubungan dengan postur
tubuh disebabkan oleh penekanan permanen pada akar saraf. Nyeri tungkai
bawah, defisit sensorik motorik, disfungsi sistem kemih atau impotensi seringkali
dapat ditemukan. Gejala dan tanda yang intermiten muncul ketika pasien berdiri,
termasuk nyeri pinggang bawah, nyeri alih, atau kelemahan pada punggung.
Gejala-gejala ini berhubungan dengan penyempitan recessus lateralis saat
punggung meregang. Oleh karena itu, gejala-gejala akan dipicu atau diperburuk
oleh postur tubuh yang diperburuk oleh lordosis lumbal, termasuk berdiri, berjalan
terutama menuruni tangga atau jalan menurun, dan termasuk juga memakai sepatu
hak tinggi.
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk
menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina
intervertebralis dan facet joint, menunjukkan spondilosis, spondiloarthrosis,
retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis.
CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus dan pada saat
yang sama juga nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan setebal 3 mm,
ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga
morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga
terlihat.
Elektromiografi (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV) hanya
digunakan pada keadaan dengan komplikasi).
2.6. Penatalaksanaan.
Konservatif.
Pengobatan ini terdiri dari analgesik dan memakai korset lumbal yang mana
dengan mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki gejala dan
meningkatkan jarak saat berjalan. Pada beberapa kelompok pasien, perbaikan
yang mereka rasakan cukup memuaskan dan jarak saat berjalan cukup untuk
kegiatan sehari-hari. Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai
bentuk pengobatan awal kecuali terdapat defisit motorik atau defisit neurologis
yang progresif.
Terapi Pembedahan.
Tindakan fisioterapi
Tujuan tindakan fisioterapi antara lain:
KESIMPULAN
1. Jong, De. “Buku Ajar Ilmu Bedah”. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2012. hal 975.