Anda di halaman 1dari 15

SPONDYLOSIS LUMBALIS

Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan

Kepaniteraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI

RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

Disusun Oleh:

OLIVIA PRATIWI (1210070100067)

Pembimbing : dr. Saulina Sembiring, M.Ked, Neu, Sp.S

SMF ILMU BAGIAN NEUROLOGI

RSU DR. PIRNGADI

MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Spondilosis Lumbalis”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada


dr.Saulina Sembiring, M.Ked, Neu, Sp.S khususnya sebagai
pembimbing penulis , dan semua staff pengajar di SMF NEUROLOGI Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, serta teman-teman di Kepanitraan Klinik
Senior.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan


baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk kesempurnaan
laporan kasus ini. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................2

2.1 Definisi ..................................................................................................3

2.2 Anatomi ................................................................................................3

2.3 Etiologi...................................................................................................5

2.4 Patogenesa .............................................................................................5

2.5 Gambaran Klinis ...................................................................................7

2.6 Pemeriksaan Radiologi .........................................................................8

2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................9

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Columna Vertebralis .............................................................................4

Gambar 2. Struktur Columna Vertebralis Lumbal ..................................................5

Gambar 3. Spondilosis Lumbal...............................................................................8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang asimtomatis. Di


Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun
mengalami spondilosis lumbalis, meningkat dari 3% pada individu berusia 20-29
tahun. Di dunia, spondilosis lumbal dapat mulai berkembang pada usia 20 tahun.
Hal ini meningkat, dan mungkin tidak dapat dihindari, bersamaan dengan usia.
Kira-kira 84% pria dan 74% wanita mempunyai osteofit vertebralis, yang sering
terjadi setinggi T9-10. Kira-kira 30% pria dan 28% wanita berusia 55-64 tahun
mempunyai osteofit lumbalis. Kira-kira 20% pria dan 22% wanita berusia 45-64
tahun mengalami osteofit lumbalis.

Daerah lumbal terdiri atas L1 sampai L5 dan L5 – S1 yang paling besar


menerima beban atau berat tubuh sehingga daerah lumbal menerima gaya dan
stress mekanikal paling besar sepanjang vertebra. Menurut The Healthy Back
Institute (2010), daerah lumbal merupakan daerah vertebra yang sangat peka
terhadap terjadinya nyeri pinggang karena daerah lumbal paling besar menerima
beban saat tubuh bergerak dan saat menumpuh berat badan. Disamping itu,
gerakan membawa atau mengangkat objek yang sangat berat biasanya dapat
menyebabkan terjadinya cidera pada lumbal spine.

Nyeri pinggang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Kondisi – kondisi


yang umumnya menyebabkan nyeri pinggang adalah strain lumbal, iritasi saraf,
radiculopathy lumbar, gangguan pada tulang (stenosis spinal, spondylolisthesis),
kondisi – kondisi sendi dan tulang (spondylosis) dan kondisi – kondisi tulang
kongenital (spina bifida dan skoliosis). Diantara kondisi tersebut telah diobservasi
bahwa sekitar 90% pasien nyeri pinggang mengalami spondylosis lumbal.

Spondylosis lumbal merupakan pennyakit degeneratif pada corpus vertebra


atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita.
Faktor utama yang bertnggung jawab terhadap perkembangan spondylosis lumbal
adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang
jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang
yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga bereperan dalam menyebabkan
perkembangan spondylosis lumbal.

Spondylosis lumbal merupakan gangguan degeneratif yang terjadi pada corpus


dan diskus intervertebralis yang ditandai dengan pertumbuhan osteofit pada
corpus tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus. Osteofit pada lumbal
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri pinggang karena ukuran
osteofit yang semakin tajam.

Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa pasien yang berusia 40 tahun


keatas dan umunya wanita mengalami kondisi spondylosis lumbal dengan
problem nyeri pinggang serta gangguan gerak dan fungsi pada lumbal. Keadaan
ini biasanya membatasi aktivitas kegiatan sehari – hari penderita dan setelah
beberapa kali ditangani oleh fisioterapi kondisinya menjadi membaik.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi.

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang.


Spondilosis lumbal dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan
ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan
pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari
tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang -
kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus).

2.2. Anatomi.

Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang


memungkinkanuntuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7
columna vertebra cervical,12 columna vertebra thoracal, 5 columna vertebra
lumbal, 5 columna vertebra sacral dan4 columna vertebra coccygeal. Vertebra
sacral dan cocygeal menyatu menjadi sacrumcoccyx pada umur 20 sampai 25
tahun. Columna vertebrales juga membentuk saluranuntuk spinal cord. Spinal
cord merupakan struktur yang Sangat sensitif dan penting karena menghubungkan
otak dan sistem saraf perifer.

Canalis spinalis dibentuk di bagian anterior oleh discus


intervertebralis atau corpus vertebra, di lateral oleh pediculus, di
posterolateral oleh facet joint dan diposterior oleh lamina atau ligament
kuning. Canalis spinalis mempunyai dua bagian yang terbuka di lateral di tiap
segmen, yaitu foramina intervertebralis. Recessus lateralis adalah bagian lateral
dari canalis spinalis. Dimulai di pinggir processus articularis superior dari
vertebra inferior, yang merupakan bagian dari facet joint. Di bagian recessus
inilah yang merupakan bagian tersempit. Setelah melengkung secara lateral
mengelilingi pediculus lalu berakhir di caudal di bagian terbuka yang lebih
lebar dari canalis spinalis di lateral, yaitu foramen intervertebralis. Dinding
anterior dari recessus lateralis dibatasi oleh discus intervertebralis di bagian
superior, dan corpus verterbralis di bagian inferior.

Dinding lateral dibentuk oleh pediculus vertebralis. Dinding dorsal


dibatasi oleh processus articularis superior dari vertebra bagian bawah, sampai ke
bagian kecil dari lamina dan juga oleh ligamen kuning (lamina). Di bagian sempit
recessus lateralis, dinding dorsalnya hanya dibentuk oleh hanya processus
lateralis, dan perubahan degeneratif di daerah inilah mengakibatkan
kebanyakan penekanan akar saraf pada stenosis spinalis lumbalis.

Akar saraf yang berhubungan dengan tiap segmen dipisahkan dari kantong
dura setinggi ruang intervertebra lalu melintasi recessus lateralis dan keluar
dari canalis spinalis satu tingkat dibawahnya melalui foramina intervertebralis. Di
tiap-tiap titik ini dapat terjadi penekanan.

Gambar 1. Columna Vertebralis.


Gambar 2. Struktur Columna Vertebralis Lumbal.

2.3. Etiologi.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa spondilosis terjadi karena


adanya proses degeneratf. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan
resiko spondilosis lumbalis adalah:

1. Kebiasaan postur yang buruk.


2. Stres mekanik akibat gerakan mengangkat, membawa atau memindahkan
barang.
3. Herediter.

2.4 Patogenesis.

Spondilosis muncul sebagai akibat pembentukan tulang baru di tempat


dimana ligament anular mengalami ketegangan. Verbiest pada 1954, menganggap
sebagai penyakit yang asalnya tidak diketahui, dengan kelainan genetik, dimana
efek patologis secara keseluruhan hanya muncul saat pertumbuhan sudah lengkap
dan vertebra sudah mencapai ukuran maksimal.

Kebanyakan ahli menerima teori yang menjelaskan stenosis spinalis


lumbalis terjadi melalui perubahan degeneratif yang menjadi instabilitas dan
penekanan akar saraf yang menimbulkan masalah jika anatomi canalis spinalis
seseorang tidak baik.

Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan
ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi dan perubahan
hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau
spur atau taji. Dengan penyempitan rongga intervertebra, sendi intervertebra dapat
mengalami subluksasi dan menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga
ditimbulkan oleh osteofit.

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:


(a) annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan
muncul retak pada berbagai sisi, (b) nucleus pulposus kehilangan cairan, (c) tinggi
diskus berkurang, (d) perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi
pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan
penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan
mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.

Problematik :

Spondylosis lumbal menggambarkan adanya osteofit yang timbul dari


vertebra lumbalis. Osteofit biasanya terlihat pada sisi anterior, superior, dan sisi
lateral vertebra. Pembentukan osteofit timbul karena terdapat tekanan pada
igamen. Apabila hal ini mengenai saraf, maka akan terjadi kompresi pada saraf
tersebut, dan dari hal itu dapat menimbulkan rasa nyeri, baik lokal maupun
menjalar, parastesia atau mati rasa, dan kelemahan otot.
2.5. Gambaran Klinis.

Manifestasi klinis yang muncul berupa neurogenik claudication yang


mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai serta rasa kebas dan kelemahan motorik
pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan dan
diperingan saat duduk atau tidur terlentang.

Gejala dan tanda yang menetap yang tidak berhubungan dengan postur
tubuh disebabkan oleh penekanan permanen pada akar saraf. Nyeri tungkai
bawah, defisit sensorik motorik, disfungsi sistem kemih atau impotensi seringkali
dapat ditemukan. Gejala dan tanda yang intermiten muncul ketika pasien berdiri,
termasuk nyeri pinggang bawah, nyeri alih, atau kelemahan pada punggung.
Gejala-gejala ini berhubungan dengan penyempitan recessus lateralis saat
punggung meregang. Oleh karena itu, gejala-gejala akan dipicu atau diperburuk
oleh postur tubuh yang diperburuk oleh lordosis lumbal, termasuk berdiri, berjalan
terutama menuruni tangga atau jalan menurun, dan termasuk juga memakai sepatu
hak tinggi.

Nyeri alih (nyeri pseudoradikuler) disebabkan oleh instabilitas segmental


tulang belakang dan akan berkurang dengan perubahan postur yang mengurangi
posisi lordosis lumbalis : condong ke depan saat berjalan, berdiri, duduk atau
dengan berbaring.

Spondilosiss merupakan cacat arkus neuralis yang ditutupi oleh jaringan


fibrosis pada aderah hubungan antara prosesus artikularis superior dan inferior.
Kelainan ini paling sering terjadi pada vertebra lumbal V (85%), sisanya pada
vertebra lumbal IV. Etiologinya tidak jelas. Kadang kelainan ini terjadi akibat
kegagalan penyatuan bawaan atau fraktur akibat tekana setempat yang berulang
atau fraktur akibbat trauma. Sebagian kasus tidak bergejala, tetapi kadang
menimbulkan nyeri sehingga memerlukan pemasangan alat penguat atau cagak
lumbosakral. Bila kelainan mengenai dua bagian korpus tulang belakang, akan
terjadi spondilolistesis.
2.5. Pemeriksaan Radiologis.

Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk
menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina
intervertebralis dan facet joint, menunjukkan spondilosis, spondiloarthrosis,
retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis.

Gambar 3. Lumbar Spondylosis.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk melihat gambaran yang


mungkin dapat terlihat, seperti:

1. Penyempitan ruang discus intervertebralis.


2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf.
3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae.
4. Celah sendi menghilang.

CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus dan pada saat
yang sama juga nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan setebal 3 mm,
ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga
morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga
terlihat.
Elektromiografi (EMG) dan nerve conduction velocity (NCV) hanya
digunakan pada keadaan dengan komplikasi).

2.6. Penatalaksanaan.

Konservatif.

Pengobatan ini terdiri dari analgesik dan memakai korset lumbal yang mana
dengan mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki gejala dan
meningkatkan jarak saat berjalan. Pada beberapa kelompok pasien, perbaikan
yang mereka rasakan cukup memuaskan dan jarak saat berjalan cukup untuk
kegiatan sehari-hari. Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai
bentuk pengobatan awal kecuali terdapat defisit motorik atau defisit neurologis
yang progresif.

Terapi Pembedahan.

Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan adanya


gejalagejala permanen khususnya defisit mototrik. Pembedahan tidak
dianjurkan pada keadaan tanpa komplikasi.

Tindakan fisioterapi
Tujuan tindakan fisioterapi antara lain:

1. Jangka panjang: mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan


fungsional berjalan pasien.
2. Jangka pendek:
a. Mengurangi nyeri.
b. Mengurangi spasme m.piriformis dan gastrok.
c. Mengurangi kontraktur m.hamstring.
d. Melepaskan jepitan pada nervus spinalis.
BAB III

KESIMPULAN

Spondylosis lumbal merupakan suatu kelainan dengan ketidakstabilan


lumbal, sering mempunyai riwayat robekan dari diskusnya dan serangan nyeri
yang berulang – ulang dalam beberapa tahun. Nyeri pada kasus spondylosis
berhubungan erat dengan aktivitas yang dijalani oleh penderita, dimana aktivitas
yang dijalani terlalu lama dengan rentang perjalanan yang panjang.

Spondilosis lumbalis sering bersifat asimtomatis, sehingga kita sebagai


dokter sangat perlu untuk mengetahui patogenesis, gejala klinis yang sering
tampak serta pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang untuk dapat
menegakkan diagnosa dan memberikan penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jong, De. “Buku Ajar Ilmu Bedah”. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2012. hal 975.

2. Surdhawati, Herly Maulidha. “Spondilosis Lumbalis” .(online). (28 Juli).


Available from http://docshare01.docshare.tips/files/29491/294915919.pdf

3. Wati, Ambar. “Penatalaksanaan Nyeri Pada Tulang Belakang”. (Online).


(28 Juli). Available from http://eprints.ums.ac.id/32658/3/3.BAB%20II
%20KTI.pdf

4. Andryanto dkk. “Intervensi William Flexion Exercise Lebih Baik dari


Masase Pada Kombinasi IR DAN TENS Untuk
Penurunan Nyeri Penderita Spondilosis Lumbal”. (Online). (29 Juli).
Available from https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/article/view/8427

5. Syafiq, Bahar. ”Spondilosis Lumbalis”. (Online). (29 Juli). Available from


https://dokumen.tips/documents/spondilosis-lumbalis.html

Anda mungkin juga menyukai