Suatu perusahaan biasanya didirikan untuk memperoleh kentungan, membuka
lapangan pekerjaan, memaksimalkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan di Indonesia bermacam-macam sektor industrinya. Mulai dari pertanian, properti, infrastruktur, dan lain sebagainya. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas KRAS. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. atau biasa disebut KRAS merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang produksi baja. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) adalah salah satu perusahaan baja pertama terbesar di Indonesia. Peraturan pemerintah RI No. 35 Tahun 1970, menjelaskan bahwa PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) didirikan dengan tujuan untuk menyelesaikan dan mengoperasikan kembali proyek industri baja bekas bantuan Rusia serta mengembangkan industri baja di Indonesia agar lebih baik. Sejak didirikannya PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. mampu berkembang dengan pesat hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun. Dengan melihat perkembangan yang signifikan ini PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) menambah fasilitas, sarana dan prasananya. Hingga PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) menjadi satu-satunya perusahaan baja yang sukses di Indonesia.
Porter’s five Forces Analysis
1. Threat of New Entrants (ancaman pendatang baru) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) ini bergerak di bidang produksi baja yang sukses di Indonesia. Namun, kesuksesan ini masih memiliki masalah karena industri baja di Indonesia mendapat gebrakan baru dari industri baja impor yang murah dari China. Masalah baja impor dari China ini yang mengobrak-abrik pasar baja lokal dan industri yang ada di dalam negeri kembali mengalami kelemahan di dunia industri. Hal inilah yang menjadikan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) memiliki ancaman pendatang baru yang tinggi.
2. Threat of New Subtitutions (ancaman substitusi baru)
Perusahaan yang bergerak di bidang produksi baja, seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) memeiliki ancaman substitusi baru yang rendah. Karena baja yang mereka produksi sulit untuk disubstitusi dengan produk lainnya. Jadi, hal ini membuat industri baja lokal masih memiliki daya tarik bagi investor. 3. Bargaining Power of Customers (daya tawar pelanggan) Pelanggan dalam industri baja ini berasal dari semua kalangan, mulai dari masyarakat, pengusaha, bahkan pemerintah. Jumlah produk yang dibeli pun bervariasi terkadang sedikit dan banyak sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi, daya tawar pelanggan pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) ini dikategorikan sedang.
4. Bargaining Power of Suppliers (daya tawar pemasok)
Pemasok bahan baku untuk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) masih rendah. Karena bahan baku yang digunakan masih impor. Ada beberapa faktor mengapa melakukan impor, di antaranya yaitu pertama, jenis baja yang diimpor masih belum bisa diproduksi sendiri oleh industri baja lokal. Kedua, harga baja impor lebih murah dibandingkan harga baja lokal.
5. Rivalry Among Existing Competitor (persaingan di antara pesaing industri)
Tingkat persaingan di dalam industri pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan di daerah kecil seperti Cilegon, Banten pun memiliki jumlah pesaing yang cukup banyak. Berikut ini adalah pesaing PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dalam industri baja di Kota Cilegon, Banten, yaitu PT Krakatau Posco, PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS), dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA
DWIYANTI, R. F. (2017). ANALISIS FINANCIAL DISTRESS UNTUK MEMPREDIKSI
POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK (Doctoral dissertation, POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).
KUSUMA, S. D. P., & MAGNADI, R. H. (2017). PROSEDUR PENERIMAAN
PERSEDIAAN BARANG PADA PT KRAKATAU STEEL (PERSERO) UNIT LOGISTIK (Doctoral dissertation, Sekolah Vokasi).
Panther, S. (2016). Analisis Lima Kekuatan Porter Ud. Bumi Jaya Perkasa. Agora, 4(1), 149- 158.
Sarungu, A. (2019). ANALISIS STRATEGI BERSAING PT SEAH STEEL INDONESIA DI
INDUSTRI BAJA INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).