Anda di halaman 1dari 13

JIJI

JIM FKep Volume V No. 1 2021

LENGTH OF STAY PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Length Of Stay Patients In The Emergency Room

Nelza Delinda1; Halimuddin2; Irfanita Nurhidayah3


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email:
nelza.delinda@gmail.com; halimuddin.ners@gmail.com; irfanita.nurhidayah@gmail.com

ABSTRAK

Length Of Stay yang memanjang menimbulkan berbagai permasalahan yang komplek di IGD, salah satunya dapat
menyebabkan overcrowded. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran Length Of Stay pasien di IGD, dengan
melihat variabel waktu kedatangan, jalur administrasi, tingkat kegawatdaruratan, respon time, kualitas pelayanan,
dan fasilitas rumah sakit. Jenis penelitian yaitu kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi
seluruh pasien didampingi keluarga yang berkunjung di IGD berjumlah 61 pasien dengan teknik pengambilan
sampel Purposive sampling dari tanggal 08-24 Juli 2021 di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Instrument dalam
penelitian berupa kuesioner dan observasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa waktu kedatangan pasien terbanyak
pada siang hari, jalur administrasi terbanyak menggunakan BPJS, tingkat kegawatdaruratan kondisi pasien triase
kuning (urgent), respon time cepat sesuai standar ≤ 5 menit, kualitas tenaga kesehatan baik, tersedianya fasilitas
rumah sakit, dengan perolehan Length Of Stay di ruang IGD baik sesuai standar yaitu 6 jam, dinilai dari pasien
datang sampai dengan pasien dipindahkan ke unit lain. Disimpulkan bahwa Length Of Stay di IGD RSUD Meuraxa
Banda Aceh berada pada kategori sesuai standar. Direkomendasikan data yang dibuat peneliti sebagai informasi
dalam menentukan kebijakan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

Kata Kunci : Length Of Stay

The prolonged length of stay causes various complex problems in the ER, one of which can cause overcrowded.
This study aims to determine the description of the Length of Stay of patients in the ER, by looking at the
variables of arrival time, administration route, emergency level, response time, service quality, and hospital
facilities. The type of research is descriptive quantitative with a cross sectional approach. The population of all
patients accompanied by their families who visited the ER was 61 patients with a purposive sampling technique
from July 8-24 2021 at the Meuraxa Hospital Banda Aceh. Instruments in the research in the form of
questionnaires and observations. The results showed that the most patient arrival times were during the day, the
most administrative route using BPJS, the emergency level of the yellow triage patient condition (urgent), the
response time was fast according to the standard ≤ 5 minutes, the quality of health workers was good, the
availability of hospital facilities, with the acquisition of Length Of stay in the emergency room is good according
to the standard, which is 6 hours, assessed from the patient arriving until the patient is transferred to another
unit. It was concluded that the Length Of Stay in the ER at the Meuraxa Hospital Banda Aceh was in the category
according to the standard. It is recommended that the data made by researchers serve as information in
determining hospital policies in improving service quality.

Keywords : Length Of Stay

PENDAHULUAN Of Stay tidak hanya melihat lama nya perawatan


Length Of Stay adalah rentang waktu saat di Instalasi gawat darurat tetapi juga bisa
kedatangan pasien untuk di berikan pelayanan melihat hari lama perawatan di ruang inap suatu
kesehatan diukur dari kedatangan pasien sampai rumah sakit. Pada Instalasi gawat darurat untuk
ditransfer atau dipindahkan ke unit lain. Length menilai tingkat Length Of Stay terkait dengan

179
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

pelayanan maka dipakai standar Length Of Stay, supervisi Instalasi gawat darurat bulan
selain itu digunakan untuk melihat tingkat Agustus 2017 mencatat sekitar 47,2 %
kepadatan dan kinerja klinis (Ardiyani, Andri, menghabiskan waktu lebih dari 6 jam di
and Eko 2015). Instalasi gawat darurat di mana 28,1 % nya
Standar Length Of Stay diruang rawat menunggu lebih dari 12 jam dan 5,1 %
inap yaitu dari standar idealnya 6-9 hari (Rinjani meninggal dalam rentang waktu perawatan
and ETriyanti 2016). Sedangkan standar di Instalasi gawat darurat (Ismail 2017).
Indonesia Length Of Stay pasien di Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan di
Instalasi gawat darurat adalah ≤ 8 jam, di Instalasi gawat darurat RSPAU
Instalasi gawat darurat belum ada standar yang dr.S.Hardjolukito, waktu tunggu rata-rata
pasti mengenai Length Of Stay, namun di salah secara keseluruhan dihabiskan oleh pasien
satu rumah sakit yang ada di Indonesia yaitu selama meninggalkan Instalasi gawat darurat
RSUD dr. T. C. Hillers Maumere, Length Of atau ditransfer ke ruang rawat inap
Stay yang digunakan ≥ 6 jam (Yuliani Pitang, menghabiskan waktu sekitar 67,12 menit. Hal
Edi Widjajanto 2016). ini diakibatkan karena keterbatasan sumber
Salah satu rumah sakit dunia yang daya manusia seperti tenaga medis dan ruang
mengalami Length Of Stay yang memanjang rawat
>68 jam adalah Rumah Sakit Alnoor Mekkah di (Sartianingrum 2015).
Arab Saudi, 44% pasien menunggu di Instalasi Berdasarkan studi pendahuluan yang
gawat darurat selama 59 menit, 32,6 % dilakukan oleh peneliti di Instalasi gawat
menghabiskan waktu selama 1-4 jam, 15,2 % darurat RSUD Meuraxa kota Banda Aceh di
menghabiskan waktu 4-8 jam, dan 8,2 % ketahui dari rekam medik pasien berkunjung
menghabiskan waktu >8 jam (Romiko 2018). Di ke Instalasi gawat darurat RSUD Meuraxa
Amerika Serikat, sebanyak 24,5 % pasien Banda Aceh adalah 10.940 kunjungan pasien
memiliki waktu tunggu Instalasi gawat darurat data pada tahun 2020, dan 2.506 pasien yang
selama 4 jam dan 47,7% memiliki waktu tunggu berkunjung di ambil data pada tahun 2021
di Instalasi gawat darurat selama 6 jam dari bulan Januari sampai April. Hasil
(Horwitz, Green, and Bradley 2010). wawancara kepada salah satu perawat selaku
Di Indonesia itu sendiri, berdasarkan kepala ruang Instalasi gawat darurat
penelitian sebelumnya data rekam medis menyebutkan bahwa standar Length Of Stay
Instalasi gawat darurat Dr.Soetomo Surabaya di RSUD Meuraxa menghabiskan waktu
selama tahun 2016 mencatat 56.452 sekitar 6 jam, namun kenyataanya pasien
kunjungan ke Instalasi gawat darurat dimana pernah mengalami Length Of Stay yang
19.239 nya dirawat masuk rumah sakit. Data memanjang diakibatkan tidak cukupnya

180
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

ruangan untuk mentransfer pasien ke ruang Tidak 5 8,2


unit lainnya sehingga membuat pasien harus sekolah
Tingkat 25 41,0
menunggu diruang Instalasi gawat darurat, dasar
begitu juga saat di lakukan observasi pada Tingkat 15 24,6
menengah
tanggal 23 April 2021 di dapatkan 2 pasien Tingkat 16 26,2
yang menunggu untuk di transfer ke unit lain tinggi
3 Status
dengan kondisi triage kuning. Tujuan
pekerjaan:
penelitian adalah mengetahui gambaran Tidak 12 19,7
Length Of Stay pasien di Instalasi gawat bekerja
Wiraswasta 26 42,6
darurat RSUD Meuraxa Banda Aceh.
PNS 11 18,0
METODE
Pensiunan 12 19,7
Jenis penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Berdasarkan tabel 1, dapat disimpulkan
Populasi penelitian adalah seluruh pasien
bahwa distribusi jenis kelamin pasien
didampingi keluarga yang berkunjung ke
terbanyak yaitu perempuan dengan jumlah 34
Instalasi gawat darurat RSUD Meuraxa Banda
pasien, 25 pasien dengan berpendidikan
Aceh dari tanggal 08 sampai dengan 24 Juli
terakhir tingkat dasar, dan 26 pasien bekerja
2021. Sampel penelitian berjumlah 61 pasien
sebagai wiraswasta.
yang ditetapkan dengan tehnik purposive
sampling dengan alat ukur menggunakan Tabel 2. Distribusi Data Pasien Berdasarkan
kuesioner dan lembar observasi. Usia (n= 61)
HASIL
Mean Median SD
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada 61 Mode
pasien, didapatkan hasil sebagai berikut: Min
95% Max
Tabel 1. Data Pasien Berdasarkan Jenis lower Upper
Kelamin, Pendidikan Terakhir, dan Pekerjaan
45,25 43,00 15,883 26 23 41,18 49,31
(n=61)
83
No Data F %
Demografi
1 Jenis Berdasarkan tabel 2, menunjukkan rata-
kelamin:
pasien Laki- rata usia pasien adalah 45,25 tahun (95% CI:
laki 27 44,3 41,18- 49,31), median 43 tahun dengan
Perempuan 34 55,7
standar deviasi 15,883 tahun. Terbanyak
2 Pendidikan
terakhir:

181
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

adalah pasien berusia 26 tahun. Usia termuda pada triase urgent atau bisa dikatakan zona
23 tahun dan usia tertua yaitu 83 tahun. kuning berjumlah 43 pasien.

Tabel 3. Distribusi Data Pasien Berdasarkan Tabel 6. Distribusi Data Pasien Berdasarkan
Waktu Respon Time (n=61)
Kedatangan (n=61) Respon time F %
Waktu F %
Cepat 48 78,7
kedatangan
Lama 13 21,3
pasien
Pagi 14 23,0
Siang 38 62,3 Berdasarkan tabel 6, dari 48 pasien
Malam 9 14,8
menjelaskan bahwa respon time di Instalasi
Berdasarkan tabel 3, menjelaskan bahwa gawat darurat cepat dalam menangani pasien
waktu kedatangan pasien terbanyak sesuai ketentuan standar yaitu ≤ 5 menit.
berkunjung pada siang hari berjumlah 38
pasien. Tabel 7. Distribusi Data Pasien berdasarkan
kualitas pelayanan (n=61)
Kualitas pelayanan F %
Tabel 4. Distribusi Data Pasien Berdasarkan
tenaga kesehatan
Jalur Administrasi (n=61)
Jalur F % Baik 61 100,0
administrasi
Non BPJS 28 45,9 Berdasarkan tabel 7 diatas, dapat
BPJS 33 54,1
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan di
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat Instalasi Gawat Darurat baik dengan
disimpulkan bahwa terbanyak jalur persentase (100%) dari 61 pasien.
administrasi pasien yaitu melalui jalur BPJS
berjumlah 33 pasien. Tabel 8. Distribusi Data Pasien Berdasarkan
Fasilitas Rumah Sakit (n=61)
Tabel 5. Data Pasien Berdasarkan tingkatan Fasilitas rumah F %
kegawatdaruratan (triase) (n=61) sakit
Tingkat F %
Tersedia 47 77,0
kegawatdaruratan
Tidak tersedia 14 23,0
Immediate 2 3,3
Urgent 43 70,5
Berdasarkan tabel 8 diatas, dapat
Non urgent 16 26,2
disimpulkan bahwa 47 pasien mengatakan
tersedia fasilitas rumah sakit.
Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan
bahwa tingkatan kegawatdaruratan terbanyak Tabel 9 Distribusi Data Pasien Berdasarkan

182
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

Length Of Stay (n=61) Berdasarkan penelitian Primanita (2011)


LOS F % mengatakan bahwa jenis kelamin
Sesuai standar 31 50,8 mempengaruhi persepsi seseorang untuk
Tidak sesuai 30 49,2
memanfaatkan fasilitass kesehatan, dimana
standar
perempuan lebih banyak melaporkan adanya
gejala penyakit dan berkonsultasi dengan dokter
Berdasarkan tabel 9 diatas, dapat
dari pada laki-laki. Berdasarkan penelitian
disimpulkan bahwa Length Of Stay pasien di
diatas maka peneliti berasumsi banyaknya
Instalasi Gawat Darurat sesuai standar
jumlah pengunjung dengan jenis kelamin
berjumlah 31 pasien.
perempuan dikarenakan perempuan lebih
PEMBAHASAN
mencemaskan situasi dan kondisi dirinya
Berdasarkan hasil penelitian dari data
dibanding laki-laki (Kumaat 2019).
karakteristik pasien didapatkan hasil yang
Pada data pendidikan terakhir di dapatkan
menjelaskan bahwa distribusi usia pasien
dari total 61 pasien berpendidikan tingkat
ratarata 45,25 tahun, dengan usia termuda 23
dasar sebanyak 25 pasien (41,0%). Hal ini
tahun dan tertua 83 tahun. Dari hasil estimasi
sesuai teori dari Natoaddmojo (2003) yang
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang
bahwa rata-rata usia pasien diantara 41,18
tentang kesehatan dapat dipengaruhi oleh
sampai dengan 49,31 tahun. Furwanti (2014)
tingkat pendidikan, seseorang dengan
menyebutkan bahwa kematangan seseorang
berpendidikan tingkat tinggi akan mempunyai
secara objektif dapat dilihat dari periode usia
pengetahuan tentang kesehatan karena
yang menunjukkan pengalaman, wawasan,
informasi yang didapatkan tentang kesehatan
keterampilan dan kemandirian, oleh karena itu
lebih banyak dibandingkan dengan yang
usia yang semakin tua akan cenderung memiliki
berpendidikan rendah, sebaliknya pendidikan
pengalaman yang lebih dalam menyikapi
yang kurang dapat menghambat
kesehatannya (Kumaat 2019). Berdasarkan hasil
perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai
penelitian diatas maka peneliti beramsumsi
yang baru dikenal. Pengetahuan pendidikan
semakin tua usia seseorang akan semakin rentan
juga dapat dilihat berdasarkan kesehatan
untuk sakit akibat perubahan fisiologis tubuh.
individu, semakin baik pendidikan kesehatan
Data distribusi tabel 2 menjelaskan bahwa
individu seseorang maka semakin
dapat jenis kelamin pasien terbanyak yaitu
meningkatkan rasa membina dan memelihara
perempuan dengan jumlah 34 pasien, 25 pasien
perilaku hidup sehat, juga berperan aktif
dengan berpendidikan terakhir tingkat dasar,
dalam mewujudkan kesehatan yang optimal
dan 26 pasien bekerja sebagai wiraswasta.
(Pradono and Sulistyowati 2014).

183
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

Status pekerjaan didapatkan dari data 61 banyak pasien yang berkunjung akibat dari
pasien bahwa pasien yang berkunjung ke kecelakaan.
Instalasi gawat darurat bekerja sebagai Penelitian ini ditemukan 61 pasien yang
wiraswasta berjumlah 26 pasien (42,6%). Hal paling banyak waktu kedatangannya yaitu
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan shift siang berjumlah 38 responden (62,3%),
Yudi Sejahtera (2020) menyebutkan bahwa hal ini dapat menimbulkan meningkatnya
wiraswasta lebih banyak mengunjungi dan jumlah pasien di Instalasi gawat darurat,
memanfaatkan Instalasi gawat darurat sebanyak sehingga dapat mengakibatkan Length Of
52 orang (32,1%). Dapat disimpulkan bahwa Stay pada pasien di Instalasi gawat darurat
pekerjaan wiraswasta lebih banyak dilihat dari karena jumlah tenaga kesehatan tidak
kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat seimbang dengan jumlah pasien yang masuk,
derajat keterpaparan tersebut serta besarnya jumlah tenaga kesehatan di Instalasi gawat
resiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan darurat pershiftnya berjumlah 5 perawat
kerja, dan sifat sosial ekonomi karyawan pada sedangkan jumlah pasien yang masuk ke
pekerjaan tersebut (Sebayang 2018). Instalasi gawat darurat rata-rata perharinya
Waktu kedatangan pasien didapatkan data kurang lebih 30 pasien, sehingga semua
bahwa 14 pasien (23,0%) datang di Shift pagi, pasien yang masuk di Instalasi gawat darurat
38 pasien (62,3%) datang di shift siang, dan 9 tidak secara serentak tertangani dalam artian
pasien (14,8%) datang di Shift malam. Dari data secara bertahap dan tergantung tingkat
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah pasien keparahannya, dimana pasien yang masuk
yang datang diwaktu shift siang lebih banyak dengan tingkat kegawatdaruratan yang
dibandingkan pada waktu shift pagi dan shift mengancam nyawa atau kecacatan harus lebih
malam. dahulu ditangani dibanding dengan pasien
Penelitian (Deviantony, Ahsan, and yang datang tidak mengancam nyawa
Setyoadi 2017) menunjukkan bahwa waktu (Hardyanti and Chalidyanto 2015). Hal ini
kedatangan pasien pada waktu shift siang hari sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
memiliki kemungkinan untuk terjadinya Length (Ulama 2019) yang mengatakan bahwa shift
Of Stay pasien dikarenakan pada waktu shift siang lebih banyaknya pasien berkunjung ke
siang jumlah kunjungan pasien yang datang Instalasi gawat darurat dibandingkan shift
meningkat sehingga jumlah kecelakaan semakin pagi dan malam hal ini diketahui menurut
tinggi akibatnya pasien yang masuk ke Instalasi data yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
gawat darurat juga meningkat. Seperti pada saat dari 37 responden, 21 responden (56,8%)
observasi yang dilakukan di Instalasi gawat datang di shift siang, 9 responden (24,3%)
darurat RSUD meuraxa didapatkan bahwa

184
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

datang di shift pagi, dan 7 responden (18,9%) tidak menggunakan sistem asuransi BPJS atau
datang di shift malam. rujukan yaitu pasien yang mengunjungi rumah
Berdasarkan data pasien yang berkunjung sakit dengan penyakit klinis kecelakaan, dimana
yang menggunakan jalur administrasi dari 61 pasien terlebih dahulu harus membayar
pasien didapatkan bahwa 28 menggunakan pelayanan pengobatan setelah itu baru petugas
jalur non BPJS (45,9%) dan 33 pasien kesehatan akan menangani pasien, dan ini akan
menggunakan jalur BPJS (54,1%). Semua menjadi penghambat bagi keluarga pasien atau
pasien dengan non BPJS seperti pasien yang pasien yang tidak memiliki biaya, dimana
datang dengan sistem rujukan memiliki pasien akan menunggu adanya biaya terlebih
respon time sesuai standar karena ketika dahulu atau terpaksa harus dipulangkan, sistem
pasien rujukan datang langsung segera pembayaran inilah akan menimbulkan Length
ditangani dan melanjutkan terapi utama yang Of Stay, yang seharusnya pasien segera
diberikan oleh petugas kesehatan ditangani tetapi terkendala biaya, pasien
sebelumnya. Hal ini sesuai yang disebut terpaksa harus menunggu penanganan dari
dalam indikasi BPJS Kesehatan (2011) petugas medis.
dikarenakan pasien yang dirujuk dari fasilitas Proses triase yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sebelumnya membutuhkan
medis yang bertugas dimana diketahui dalam
pelayanan kesehatan yang lebih spesifik
distribusi dari 61 pasien, didapatkan data
sesuai kewenangannya dan peralatan yang
immediate 2 pasien (3,3%), urgent 43 pasien
telah memadai dibandingkan fasilitas
(70,5%), non urgent 16 pasien (26,2%),
kesehatan sebelumnya. Ketika pasien dirujuk,
proses triase ini menentukannya tenaga medis
fasilitas kesehatan sebelumnya harus
dalam waktu tanggap melayani pasien.
melakukan koordinasi dengan rumah sakit
Mahyawati (2015) tentang hubungan
yang menerima pasien guna mengetahui
kegawatdaruratan pasien dengan waktu
tindakan klinis khusus yang dilakukan
tanggap perawat di Instalasi gawat darurat RS
kepada pasien (Verea-Hernando et al. 2011).
PKU Muhammadyah Yogyakarta dapat
Perawat bertugas mengkaji kondisi umum
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pasien rujukan juga langsung akan melakukan
kegawatdaruratan dengan waktu tanggap
serah terima dari petugas fasilitas kesehatan
dimana semakin tinggi tingkat kondisi
sebelumnya yang bertugas menghantarkan
kegawatdaruratan pasien tersebut semakin
pasien ke lokasi rumah sakit yang dituju. Pada
cepat dalam memberikan pelayanan
hasil observasi yang dilakukan peneliti, pasien
(Mahyawati and widaryati 2015).
yang memiliki respon time yang tidak sesuai
Disimpulkan bahwa kegawatdaruratan
umumnya merupakan pasien pasien umum yang
pasien dapat mengalami perburukan kondisi

185
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

atau akan semakin gawat jika terjadi Ketidaksesuaian waktu tanggap pasien yang
komplikasi dan kematian apabila jika tidak ditemukan terhadap standar yang sudah ada
ditangani dengan segera. Sangat penting dilapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam memprioritaskan kegawatan pasien diantaranya, jumlah pasien yang datang dalam
sesuai triase karena akan mempermudah rentang waktu yang berdekatan, jumlah petugas
tindakan selanjutnya. Dimana dengan kesehatan yang bertugas, dan sistem jalur
ketanggapan tenaga medis dalam administrasi pasien. Jumlah pasien yang datang
memberikan pelayanan maka tidak akan dalam rentang waktu berdekatan dapat memecah
terjadi memanjangnya Length Of Stay. Hal ini konsentrasi petugas dalam memberikan
sejalan dengan penelitian yang di lakukan tindakan, sehingga dapat menurunkan waktu
oleh (Mahyawati and widaryati 2015) bahwa tanggap petugas kesehatan
kasus kegawatdaruratan pasien di (Erenler et al. 2014).
Instalasi gawat darurat RS PKU Ketidakseimbangan antara petugas
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu pasien kesehatan dan pasien menyebabkan
dengan darurat tidak gawat atau bisa dikatakan penundaan dari tindakan tanggap dalam
pasien urgent sebanyak 32 pasien (58,2%), penilian. Sama halnya dikemukakan oleh
pasien dengan gawat darurat yaitu sebanyak 16 (Yarmohammadian et al. 2017) bahwa
pasien (29,1%), dan kasus kegawatdaruratan dengan adanya ketidakseimbangan antara
yang tergolong tidak gawat dan tidak darurat jumlah kebutuhan pasien dan sumber daya
yaitu 7 pasien (12,7%). yang dimiliki oleh Instalasi gawat darurat
Respon time didapatkan bahwa dari 61 akan membuat meningkatkan kinerja pertugas
pasien, 48 pasien (78,7%) ditangani dengan tenaga kesehatan dalam melayani pasien
cepat sesuai dengan standar peraturan rumah bahkan mengakibatkan pasien akan lama
sakit yaitu menangani pasien ≤ 5 menit, waktu untuk menunggu di
sedangkan 13 pasien (21,3%) ditangani lama > 5 Instalasi gawat darurat.
menit yang tidak sesuai standar pelayanan Kualitas pelayanan tenaga kesehatan
rumah sakit. Hal ini dijelaskan dalam Keputusan didapatkan bahwa kualitas pelayanan yang
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dilakukan pada RSUD Meuraxa dikatakan
No.856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar baik dari 61 pasien, dimana kualitas
Instalasi gawat darurat yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan dinilai dari penerimaan
respon time untuk Instalasi gawat darurat pasien, informasi, tindakan standar perawat
dilakukan selambat-lambatnya 5 menit. Namun non medic, biaya/tagihan. Menurut (Yuliani
tidak semua pasien diberikan pelayanan secara Pitang, Edi Widjajanto 2016), bahwa
tanggap. pengalaman bekerja dan kinerja tenaga

186
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

medis terutama perawat yang bertugas di diruang rawat inap lain. Kurangnya tempat tidur
Instalasi gawat darurat dapat mempengaruhi di ruang rawat inap lain akan berdampak
efektifitas penanganan sehingga berdampak terhadap keselamatan pasien. Selain itu
pada lamanya Length Of Stay pasien. kurangnya tempat tidur diruang rawat inap juga
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat menyebabkan Length Of Stay pada pasien
(Kusumaningrum and Winarti 2020) waktu di Instalasi gawat darurat meningkat karena
sebagai alat yang penting untuk mengukur pasien yang akan dipindahkan kurang intensif
kualitas dari pelayanan mutu di Instalasi atau ruang rawat inap lain dari instalasi gawat
gawat darurat, jika lama waktu tunggu pasien darurat (Rose et al. 2012).
di Instalasi gawat darurat yang memanjang Berdasarkan hasil penelitian, pada saat
akan menimbulkan overcrowded dan akan peneliti temukan dilokasi penelitian bahwa
memberikan dampak pada pelayanan pasien mengatakan ketersediaan tempat tidur
kesehatan. Jika ada kondisi pasien satu jam di ruang rawat inap lain masih ada, namun
tambahan Length Of Stay di Instalasi gawat belum dipindahkan karena menunggu
darurat pada pasien prioritas satu akan keputusan dari tenaga kesehatan untuk
berdampak meningkatnya morbiditas dan diperbolehkan pulang atau diperbolehkan
memberikan tingkat kepuasaan yang rendah. untuk masuk keruang rawat inap karena
Pada penelitian (Kusumaningrum and menunggu keputusan laboratorium dan
Winarti 2020) menyebutkan bahwa hasil dikarenakan musim pandemi di haruskan tes
penelitian kepuasan pelayanan tenaga kesehatan swab terlebih dahulu. Tetapi ada juga pasien
adalah 57,45 jika dikategorikan termasuk cukup mengatakan tidak ada ketersediaan tempat
puas, hal ini dilihat dari keramahan tenaga tidur diruang rawat inap lain sehingga pasien
medis dan cepat tanggap apabila pasien harus menunggu diruang Instalasi gawat
membutuhkan. Peneliti berasumsi bahwa darurat.
Kepuasan pasien dan keluarga berhubungan Penelitian ini didukung oleh hasil
dengan kualitas pelayanan tenaga kesehatan, penelitian (Nurmansyah, Sri Susilaningsih,
jika kualitas pelayanan tenaga kesehatan and S 2014) yaitu Length Of Stay pasien di
semakin baik maka mengurangi dampaknya Instalasi gawat darurat adalah rata-rata 442
morbiditas dan mortalitas rumah sakit. menit/7,37 jam. Maksud Length Of Stay
Hasil penelitian fasilitas rumah sakit pasien di Instalasi gawat darurat dalam
didapatkan 47 pasien (77,0%) yang memiliki penelitian ini adalah lamanya pasien berada
ketersediaan tempat tidur diruang rawat inap di Instalasi gawat darurat sejak berstatus
lain sedangkan 14 responden (23,0%) yang sebagai pasien yaitu pasien yang berada di
tidak memiliki ketersediaan tempat tidur Instalasi gawat darurat lebih dari 6 jam

187
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

sebelum masuk rawat inap, dirujuk, pasien melebihi jumlah yang datang dan tidak
meninggal dunia dan atau di pulangkan. Salah ada pasien yang keluar maka terjadinya lah
satu bertambahnya length of stay pasien di overcrowded dan dapat mempengaruhi lama
Instalasi gawat darurat adalah tertahannya perawatan pasien dikarenakan menunggu untuk
pasien mendapatkan ruangan rawat inap ditangani. Hal ini sejalan dengan yang
akibat terbatasnya tempat tidur atau disebutkan oleh (Ningsih 2015) bahwa
ketersediaan tempat tidur itu sudah penuh kurangnya bed pasien akan mempengaruhi
dengan pasien lain, ketidakseimbangan secara signifikan sebagai faktor terjadinya
jumlah pasien dan ketersediaan tempat tidur overcrowded disebabkan ketidakcukupan bed
diruang rawat inap dapat menyebabkan pasien dan akan menambah waktu tunggu
Length Of Stay pasien di Instalasi gawat sehingga dapat mempengaruhi memanjangnya
darurat. waktu Length Of Stay pasien. Hal ini juga dapat
Berdasarkan dari penelitian dari 61 pasien mendukung teori dari affeck (2013) yang
didapatkan distribusi data Length Of Stay bahwa menyatakan bahwa adanya keterbataan jumlah
31 pasien (50,8%) sesuai standar Length of stay, bed diruangan akan melakukan beberapa hal
sedangkan 30 responden (49,2%) tidak sesuai kompensasi berupa menunda/ menurunkan
standar. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penanganan pasien sehingga mengakibatkan
pemanjangan Length Of Stay pasien dirawat di memanjangnya periode waktu pasien di rawat
Instalasi gawat darurat RSUD Meuraxa Banda diruang Instalasi gawat darurat.
Aceh yaitu tenaga medis yang berjaga dalam Tenaga kerja medis yang dimiliki oleh
Shift, konsultasi dokter spesialis, pasien yang ruang Instalasi gawat darurat salah satu yang
berdekatan waktu datang berkunjung, biaya bagi berkontribusi karena tidak adanya dokter
pasien jalur umum, dan uji lab serta uji swab. spesialis yang berjaga di ruang Instalasi
Selama penelitian, terdapat kondisi dimana gawat darurat. Berdasarkan hasil wawancara
pasien yang datang dengan jumlah yang banyak dengan perawat yang bertugas dalam ruangan
dalam rentang waktu yang berdekatan atau sama tersebut, dokter spesialis yang bertugas di
jam. Terlebih lagi, pasien yang berada di Instalasi gawat darurat merupakan dokter
ruangan mendapatkan penanganan yang tidak spesialis yang memiliki tugas di ruangan lain
sebentar dalam hitungan menit. selain ruang Instalasi gawat darurat sehingga
Data ruang Instalasi gawat darurat RSUD dokter spesialis tidak menetap di ruangan
Meuraxa Banda Aceh, terdapat 12 bed dan Instalasi gawat darurat dan terkadang harus
sudah termasuk bed cadangan yang digunakan dihubungi terlebih dahulu sehingga apabila
untuk pasien yang datang ke ruangan tersebut. terdapat pasien dengan kondisi khusus harus
Sehingga apabila terjadi pelonjakan jumlah berkonsultasi dengan dokter spesialis terkait

188
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

hal ini yang membuat Length Of Stay melakukan konsultasi dengan dokter spesialis
dikarenakan harus menunggu dokter spesalis media komunikasi lainnya. Masih terdapat
memberikan intervensi dimana dokter kendala yang berdampak secara langsung
speasialis tidak menetap di ruang Instalasi terhadap memanjangnya Length Of Stay pasien.
gawat darurat. Menurut salah satu beberapa perawat yang
Pasien dengan kondisi yang komplek bertugas di ruangan tersebut menyatakan bahwa
sangat membutuhkan saran dan konsultasi sebagian besar pasien di Instalasi gawat darurat
dengan spesialis merupakan aspek yang yang mengalami pemanjangan Length Of Stay
penting untuk tindakan gawat darurat, hasil disebabkan karena lamanya menunggu respon
dari konsultasi dan penambahan saran dokter spesialis, terlebih lagi apabila waktu
mengakibatnya memanjangnya Length Of konsultasi pada malam hari sehingga
Stay pasien (Baig et al. 2015). mengakibatkan pasien harus menunggu lebih
Hasil observasi konsultasi dokter spesialis lama dari standar semestinya.
merupakan salah satu faktor memanjangnya Penelitian serupa yang dilakukan oleh
Length Of Stay pasien di Instalasi gawat (Fatimah, Maria, & Wihastuti, Titin Andri,
darurat. Baik pada Length Of Stay yang Ningsih 2016) menyebutkan pemanjangan
memanjang atau yang sudah sesuai. Hal ini waktu konsultasi dokter spesialis
dikarenakan tidak adanya dokter spesialis mengakibatkan memanjangnya waktu tunggu
yang jaga ruangan seperti yang dijelaskan pasien dan terjadi penumpukan pasien di
pada poin sebelumnya. Sehingga dokter ruangan sehingga dapat berdampak pada
umum yang jaga di ruang Instalasi gawat beban kerja dan Length Of Stay pasien di
darurat terlebih dahulu melakukan konsultasi Instalasi gawat darurat. Selain dokter
via media komunikasi kepada dokter spesialis spesialis pemeriksaan penunjang pasien juga
yang berkaitan. bisa membuat memanjangnya Length Of Stay.
Lamanya waktu tanggap dari dokter Penelitian menurut Howanitz (2005)
spesialis akan mempengaruhi lamanya dalam sari R. (2015) menjelaskan bahwa
pengambilan keputusan tindakan selanjutnya terdapat tiga fase kritis dalam tahapan
kepada pasien di Instalasi gawat darurat. pemeriksaan laboratorium yaitu, fase
Menurut (Herkutanto 2007), ketersediaan tenaga prenalitik, analitik dan fase post analitik.
kesehatan di Instalasi gawat darurat salah satuna Yang termasuk dalam ke-3 fase tersebut
dokter spesialis juga perlu guna dukungan adalah identifikasi pasien dan sampel
dalam pemberian intervensi kepada pasien yang pemeriksaan, pengumpulan dan transpor
dirujuk dari fasilitas kesehatan lainnya. spesimen, kualitas analisa, dan interpretasi
Meskipun sudah diantisipasi dengan tetap hasil yang akurat (plebani,2009). Hal ini

189
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

sejalan dengan Truchaud et al (1997) dalam dapat diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan
sari R (2015) yang paling umum dipakai khusus penelitian yaitu Waktu kedatangan
adalah klasifikasi TAT dibagi dalam tiga fase, pasien dominan berkunjung pada siang hari
yaitu pre-analitik (sejak permintaan berjumlah 38 pasien, jalur administrasi pasien
pemeriksaan sampai persiapan), fase analitik dominan melalui jalur BPJS berjumlah 33
(analisis), dan post-analitik (pelaporan hasil pasien, tingkat kegawatdaruratan kondisi pasien
sampai tindak lanjut pengobatan). Turn yang berkunjung dengan kondisi pada tingkatan
around time adalah salah satu parameter yang urgent atau triase kuning, respon time yang di
sering digunakan untuk menilai kinerja lakukan di Instalasi gawat darurat RSUD
laboratorium, terutama untuk pelayanan di Meuraxa Banda Aceh sesuai ≤ 5 menit dengan
Instalasi gawat darurat (Mutmainnah 2019). kategori cepat, kualitas pelayanan tenaga
Data observasi yang dilakukan peneliti kesehatan kategori baik dengan menilai dari
bukan hanya pemeriksaan laboratorium yang penerimaan pasien, informaasi, tindakan
membuat memanjang Length Of Stay perawat non medic, dan biaya, fasilitas rumah
melainkan tes swab yang di lakukan seluruh sakit dengan menilai ada tidaknya bed tempat
pasien yang berkunjung guna mengetauhi tidur di ruang rawat inap lain dikatakan
apakah hasil postif covid-19 atau negatif, tersedianya fasilitas rumah sakit, Length Of Stay
dikarenakan dimasa pandemi dimana ruang pasien di Instalasi gawat darurat RSUD
Instalasi gawat darurat merupakan tempat Meuraxa Banda Aceh dikatakan sesuai standar.
transmisi pertama kalinya saat bertemu Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti
dengan pasien sehingga semua orang yang merekomendasikan data yang dibuat peneliti
sakit dan belum dilakukan screening harus sebagai informasi dalam menentukan
dilakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu kebijakan rumah sakit dalam meningkatkan
di Instalasi gawat darurat, hasil swab ini kualitas pelayanan
diberikan kurang lebih 2-3 jam dan
REFERENSI
menunggu hasil nya inilah bisa berdampak Ardiyani, Vita Maryah, M. Titin Andri, and
pada lamanya pasien di Instalasi gawat Rinik Eko. 2015. “Analisis Peran
Perawat Triage Terhadap Waiting Time
darurat. Dan Length Of Stay Pada Ruang Triage
KESIMPULAN Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Dr
Berdasarkan hasil penelitian dan
Saiful Anwar Malang.” Jurnal CARE
pembahasan yang sudah dipaparkan mengenai 3(1):39–50.
Length Of Stay serta yang mempengaruhi Deviantony, Fitrio, Ahsan Ahsan, and Setyoadi
terjadinya Length Of Stay di Instalasi gawat Setyoadi. 2017. “Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Waktu Tunggu
darurat RSUD Meuraxa Banda Aceh, maka Pasien Setelah Keputusan Rawat Inap

190
JIJI
JIM FKep Volume V No. 1 2021

Di Putuskan Di Zona Kuning Instalasi 2016.” Jurnal Manajemen Informasi


Gawat Kesehatan Indonesia 4(1):38–45. doi:
Darurat RSUD Dr. Iskak Tulungagung.” 10.33560/.v4i2.130.
NurseLine Journal 2(c):1–4.
Romiko. 2018. “Faktor-Faktor Yang
Horwitz, Leora I., Jeremy Green, and Berhubungan Dengan Lama Waktu
Elizabeth H. Bradley. 2010. “US Tunggu Pasien DI IGD RS
Emergency Department Performance on Muhammadiyah Palembang Tahun 2018.”
Wait Time and Length of Visit.” Annals Jurnal ‘Aisyiyah Medika 2:1–17.
of Emergency
Medicine 55(2):133–41. doi: Sartianingrum, Marsha Vibriana. 2015. “Faktor
10.1016/j.annemergmed.2009.07.023. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelengkapan Informasi External Causes
Ismail, Akhmad. 2017. “Analisis Faktor Yang Pasien Instalasi Gawat Darurat Kasus
Mempengaruhi Lenght of Stay Pasien Di Kecelakaan Di RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Instalasi Gawat Darurat Menggunakan Soeharsono Surakarta.” Universitas
Pendekatan Time Frame Guide Muhammadiyah Surakarta.
Emergency Model of Care.”
Perpusatakaan Sebayang, Yudi Sejahtera. 2018. “Gambaran
Universitas Airlangga 2020. Kumaat, Kunjungan Pasien Ke IGD Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2016.”
Lucky. 2019. “Hubungan Kondisi Stikes Santa Elisabeth Medan 80.
Overcrowded Dengan Ketepatan Yuliani Pitang, Edi Widjajanto, Dewi
Pelaksanaan Triase Di Instalasi Gawat Kartikawati Ningsih. 2016. “Kondisi
Darurat Rsu Gmim Pancaran Kasih Gawat Darurat Merupakan Keadaan Klinis
Manado.” Jurnal Keperawatan 7(1):1–7. Dimana Pasien Membutuhkan Tindakan
Medis Segera Guna Penyelamatan Nyawa
Mahyawati, and widaryati. 2015. “Hubungan Serta Pencegahan Kecacatan Lebih Lanjut
Kegawadaruratan Pasien Dengan Waktu ( Undang- Undang Republik Indonesia No
Tanggap Perawat Di IGD RS PKU . 44 , 2009 ). Penanganan Gawat Darurat
Muhammadiyah Yogyakarta.” E-Jurnal Ada F.” 4(2):240–55.
Keperawatan (e-Kp) 14.
Ningsih, Dewi Kartikawati. 2015.
“Overcrowding Patient and Improving
Emergency Patient Flow in Emergency
Department : A Literature Review.”
3(2):150–54.
Pradono, Julianty, and Ning Sulistyowati. 2014.
“Hubungan Antara Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan Tentang Kesehatan
Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat Dengan
Status Kesehatan (Studi Korelasi Pada
Penduduk Umur 10-24 Tahun Di Jakarta
Pusat).” Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan 17(1):89–95.
Rinjani, Viki, and Ndang ETriyanti. 2016.
“Analisis Efisiensi Penggunaan Tempat
Tidur Per Ruangan Berdasarkan Indikator
Depkes Dan Barber Johnson Di Rumah
Sakit Singaparna Medika Citra Utama
Kabupaten Tasikmalaya Triwulan 1 Tahun

191

Anda mungkin juga menyukai