Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENDIRIAN INDUSTRI

MINUMAN

Dosen :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Pendirian Industri Minuman” ini sesuai dengan berbagai sumber informasi dan
literatur yang sudah dikembangkan. Dan juga kami berterimakasih kepada ibu Prof.
Dr. Teti Indrawati, MS., Apt selaku Dosen mata kuliah Industri Farmasi yang telah
memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Industri Farmasi kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
2.1.1 Permohonan Izin Prinsip Industri Farmasi
2.1.2 Permohonan Izin Industri Farmasi
2.1.3 Alur Permohonan Izin Indusri Farmasi
2.1.4 Tata Cara Permohonan Izin Industri Farmasi
2.2 Industri Minuman
2.2.1 Alur Perizinan Pendirian Industri Minuman
2.2.2 Jenis Permohonan Izin
2.2.3 Masa Berlaku Izin
2.2.4 Pencabutan Izin
2.2.5 Keputusan BPOM
2.2.6 Langkah – langkah Mendirikan Industri Farmasi
2.3 Lokasi Pabrik
2.3.1 Umum
2.3.2 Pertimbangan lokasi pabrik/tempat produksi
2.4 Tata Letak Pabrik
2.5 Bangunan
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Ide pendirian Industri Minuman
3.1.1 Lokasi dan Pembangunan
3.1.2 Struktur Organisasi
3.1.3 Fasilitas
3.2 Pembiayaan
3.3 Harga jual
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri merupakan seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2010, jumlah pendapatan
industri makanan, minuman, dan tembakau pada tahun 2008 sebesar 139.921,9 milyar
rupiah. Jumlah nominal yang dapat dihasilkan dari sektor ini merupakan yang
menyumbangkan pendapatan terbesar kedua setelah industri peralatan, mesin, dan
perlengkapan pada industri pengolahan non-migas.
Minuman merupakan segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat
menghilangkan rasa haus dan dahaga juga mempunyai efek menguntungkan terhadap
efek kesehatan. Minuman salah satu bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, kualitas minuman
harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman yang
mengandung bahan tambahan makanan, seperti bahan pengawet makanan.
Pola hidup masyarakat saat ini yang mementingkan kepraktisan dalam
mengkonsumsi produk-produk yang sifatnya siap saji seperti produk makanan dan
minuman ringan dalam kemasaan mulai banyak diminati pasar.Sehingga industri ini
masih sangat potensial untuk dikembangkan.
Berdasarkan latar belakang diatas akan dibuat makalah yang berjudul
Proposal Mendirikian IndustriMinuman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat proposal pendirian industri minuman ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara membuat proposal pendirian industri minuman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Farmasi


Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
Farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan konsumen, baik
karena ketidakamanan, ketidakefektifan, maupun mutu obat yang substandar (Menkes
RI, 2010).
Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin yang wajib diperoleh untuk mendirikan
perusahaan industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas. Syarat dan
Kelengkapan DokumenMelalui Tahap Persetujuan Prinsip

a. Mengisi formulir Model Pm-I ;


b. Melampirkan fotokopi NPWP ;
c. Melampirkan fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.
IUI Tanpa Melalui Tahap Persetujuan Prinsip :
a. Mengisi Formulir Model SP-I dan SP-II;
b. Melampirkan fotokopi NPWP;
c. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen
Kehakiman dan HAM;
d. Fotokopi IMB;
e. Formulir Model Pm-II (informasi pembangunan proyek).

2.1.1 Permohonan Izin Prinsip Industri Farmasi


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi, terdapat
beberapa aturan mengenai persetujuan prinsip yaitu:
1. Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip.
2. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal.
3. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh industry
Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon
harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang
menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal setelah pemohon
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala
Badan. Pengajuan permohonan persetujuan RIP kepada Kepala Badan
dilakukan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
formulir 2 terlampir. Persetujuan RIP diberikan oleh Kepala Badan paling
lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
diterima.
Persyaratan
Dalam pengajuan persetujuan prinsip, industri farmasi wajib
memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen Permohonan Persetujuan
Prinsip sebagai berikut:
1. Permohonan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan
AlatKesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan POM dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
2. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk / Identitas direksi dan komisaris
perusahaan
4. Susunan direksi dan komisaris
5. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
6. Fotokopi sertifikat tanah / bukti kepemilikan tanah
7. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang
Gangguan (HO)
8. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
9. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
10. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
11. Persetujuan Lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi
12. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan
13. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
14. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker
penanggung jawab pemastian mutu, dan
15. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan
mutu dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan
perusahaan.

2.1.2 Permohonan Izin Industri Farmasi


Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip
dapat mengajukan permohonan izin industri minuman. Permohonan izin
industri minuman diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala
Badan dan Kepala Dinas Kesehatan propinsi setempat dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam formulir 7 terlampir; Surat Permohonan
Izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker
penanggung jawab pemastian mutu.
Persyaratan
Kelengkapan persyaratan permohonan izin industri minuman adalah
sebagai berikut:
1. Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi yang masih berlaku;
2. Surat persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka
Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri
3. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
4. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
5. Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
6. Rekomendasi kelengkapan administratif izin Industri Farmasi dari kepala
Dinas Kesehatan Propinsi;
7. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPKB dari Kepala Badan;
8. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
9. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masingmasing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan
mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu;
10. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung
jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan
apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan;
11. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu;
Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung
maupun tidak langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang
kefarmasian.

2.1.4 Alur Permohonan Izin Indusri Farmasi

2.1.4 Tata Cara Permohonan Izin Industri Farmasi


1. Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat
mengajukan permohonan izin industri farmasi.
2. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh Direktur
Utama dan Apoteker penanggung jawab pemastian mutu diajukan ke
Kementerian Kesehatan beserta kelengkapannya.
3. Pemohon mengajukan surat permohonan ke Kementerian Kesehatan RI
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi setempat menggunakan contoh Formulir
4. Paling lama dalamwaktu 20 (duapuluh) hari kerjasejak diterimanya
tembusan permohonan, Kepala Badan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOB .
5. Paling lama dalamwaktu 20 (duapuluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
6. Paling lama dalamwaktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhipersyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon dengan
menggunakan contoh Formulir 8.
7. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon
dengan menggunakan contoh Formulir 9.
8. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal
menerbitkanizinindustri farmasi dengan menggunakan contoh Formulir 10.

2.2 Industri Minuman


Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk
hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, kualitas
minuman harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman
dapat terhindar dari penyakit akibat minum terlebih minuman yang
mengandung bahan tambahan makanan seperti bahan pengawet makanan.
Penggolongan Minuman
a. Non Alkohol
Minuman non alkohol adalah semua jenis minuman yang tidak
mengandung alkohol. Minuman non alcohol dapat dibedakan menjadi.
1. Mineral water
Mineral water atau air mineral adalah air yang murni dengan
kandungan mineral yang tinggi. Air mineral dibedakan menjadi 2 :
 Natural mineral water (air mineral murni)
 Artificial mineral water (air meneral buatan)
2. Refreshing Drinks (Minuman Menyegarkan)
Refreshing drinks adalah minuman yang dicampur dengan soda/air
tawar. Yang termasuk dalam refreshing drinks adalah squashes dan
syrup.
3. Tall Drinks (Minuman Santai)
Tall drink banyak dikembangkan menjadi minuman-minuman spesial
yang menjadi unggulan di restoran. Jenis minuman ini seperti milk
shake, strawberry float, cola float, es soda gembira, vanilla blue, dan
macam-macam ice cream.
4. Stimulant (Minuman Perangsang)
Kategori minuman stimulant yang dapat meningkatkan aktivitas sistem
saraf pusat dan perifer adalah minuman yang berupa coffee, tea,
chocolate, and milk.
 Coffee (Kopi) : Black Coffee, Expresso Coffee, Cappucino Coffee,
Freddo, Hag, Latte.
 Teh
 Susu
 Chocolate
5. Nourishing (Minuman Bergizi)
Jenis minuman yang mengandung zat-zat makanan atau bergizi.
Minuman ini terbagi menjadi :
 Jus
 Sari Buah
 Sari Alami
b. Alkohol
Minuman keras alkohol mengandung etil alkohol yang diperoleh
dari hasil fermentasi madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian. Lamanya
proses fermentasi bergantung pada bahan dan jenis produk minuman keras
yang dihasilkan. Kandungan etanol yang dihasilkan dalam fermentasi
minuman keras beralkohol biasanya berkisar antara sekitar 18%.
Umumnya, minuman keras tidak akan awet pada lingkungan dengan
kandungan etanol di atas 18%.
Minuman keras beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih
tinggi dapat dihasilkan melalui proses distilasi terhadap produk yang
dihasilkan melalui proses fermentasi. Misalnya, untuk menghasilkan
minuman keras alkohol berkadar etanol tinggi, dengan cara mencampur
produk hasil fermentasi dengan produk hasil distilasi.
Berdasarkan Kepres No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman Beralkohol, minuman beralkohol dibagi menjadi 3
golongan :
1. Golongan A : Kadar etanol 1-5%
2. Golongan B : Kadar etanol 5-20%
3. Golongan C : Kadar etanol 20-55%

2.2.1 Alur Perizinan Pendirian Industri Minuman


Dalam pelaksanaan pelayanan izin Industri Farmasi, pelaksana
pelayanan perizinan dan pemohon harus mengikuti alur tata cara perizinan
sebagai berikut:
Persetujuan Prinsip
Alur permohonan persetujuan prinsip Industri Farmas

2.2.2 Jenis Permohonan Izin


a. Persetujuan Prinsip
Persetujuan Prinsip yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala
Badan, sebelum pelaku usaha melakukan persiapan, pembangunan,
pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi
percobaan.
b. Izin Industri Minuman
Izin yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah selesai melaksanakan
tahap persetujuan prinsip, sebelum industri farmasi melakukan kegiatan
produksi.
c. Perubahan Izin Industri Minuman
Perubahan Izin Industri Minuman harus dilakukan apabila: perubahan
kapasitas produksi, perubahan fasilitas produksi, perubahan alamat/lokasi,
perubahan penanggung jawab, perubahan nama industri.
d. Perpanjangan
Perpanjangan persetujuan prinsip dikarenakan pemohon mengalami
kendala yang berkaitan dengan pembangunan sarana produksi,
diperpanjang selama 1 (satu) tahun.

2.2.3 Masa Berlaku Izin


a. Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun. Dalam hal tertentu yang
berkaitan dengan pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas
permohonan pemohon, persetujuan prinsip dapat diperpanjang paling lama
1 (satu) tahun.
b. Izin industri minuman berlaku untuk seterusnya selama industri minuman
yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.2.4 Pencabutan Izin


a. Persetujuan Prinsip Persetujuan prinsip batal apabila setelah jangka waktu
3 (tiga) tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan,
pemohon belum menyelesaikan pembangunan fisik.
b. Izin Industri Farmasi Izin produksi industri farmasi dapat dicabut apabila
melanggar ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
2.2.5 Keputusan BPOM
Berdasarkan keputusan dari kepala badan pengawas obat dan makanan
(BPOM) dan perda setempat, untuk seluruh produksi makanan dan minuman
yang diedarkan secara luas harus memiliki izin produksi, jika tidak akan
dikenakan sanksi, seperti di bawah ini.
1. Penutupan industri.
2. Penarikan semua barang hasil industri yang beredar di pasaran.
3. Pelarangan izin beredar.
4. Bahkan dalam beberapa perda, ada sanksi yang paling berat, yaitu sanksi
pidana berupa kurungan paling lama tiga (3) bulan dan atau denda yang
besarnya variatif.
Pihak Badan POM memang tidak main-main mengenai izin terkait
pengendalian peredaran makanan, minuman, atau obat-obatan yang dapat
membahayakan masyarakat. Untuk mengurus izin produksi makanan atauobat
di dinas kesehatan, harus memenuhi syarat administratif sebagai berikut.
1. Membuat surat permohonan izin produksi makanan atau minuman kepada
dinas kesehatan.
2. Data produk makanan atau minuman yang diproduksi.
3. Sampel hasil produksi makanan atau minuman yang di produksi.
4. Label yang akan dipakai pada produk makanan-minuman yang diproduksi
(label atau merek yang kemudian akan dikoreksi dan dicocokkan dengan
produk dan proses produksi. Jika ada ketidakcocokan akan disesuaikan
oleh petugas dari dinas kesehatan).
5. Peta lokasi produksi.
6. Salinan KTP pemilik atau penanggungjawab perusahaan.
7. Pas foto berwarna berukuran 3×4 cm bergambar wajah pemilik atau
penanggung jawab.
8. Untuk produk minuman, disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
air baku.
Secara umum, tidak semua permohonan izin diterima dan dikabulkan
oleh Dinas Kesehatan. Untuk beberapa produk makanan dan minuman, izin
yang dikeluarkan harus dari Kementerian Kesehatan dan Badan POM adalah
sebagai berikut.
1. Susu dan hasil olahannya
2. Unggas dan hasil olahnnya yang memerlukan proses dari/atau
penyimpanan beku.
3. Pangan kalengan.
4. Makanan bayi.
5. Minuman beralkohol.
6. Air minum dalam kemasan.
7. Pangan lainnya yang wajib memenuhi persyaratan SNI (standar nasional
indonesia) dan Badan POM.

2.2.6 Langkah – langkah Mendirikan Industri Farmasi


Berikut adalah langkah-langkah perizinan mendirikan industri rumahan.
1. Pemohon mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada kepala
dinas kesehatan dengan dilengkapi persyaratan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Mempelajari surat permohonan untuk disesuaikan dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
3. Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan dengan cara
kolektif.
4. Pemeriksaan setempat sarana produksinya.
5. Memberikan pertimbangan terhadap permohonan izin yang diajukan.
6. Menyusun dan mengajukan izin kepada instansi setempat.
7. Menandatangani konsep izin.
8. Menyampaikan surat keputusan izin kepada pemohon setelah membayar
retribusi.
9. Setelah permohonan diajukan, dinas kesehatan akan melakukan
penyuluhan produksi pangan yang sesuai standar kepada pengelola.
Selama penyuluhan dan pelatihan ini pihak dinas kesehatan juga akan
meninjau ke lokasi produksi.
10. Jika semua persyaratan sudah lengkap dan kondisi di lapangan sudah
memenuhi syarat maka izin akan diberikan.
2.3 Lokasi Pabrik
2.3.1 Umum
Untuk mendapatkan letak/pabrik tempat produksi, perlu
mempertimbangkan lokasi dan keadan lingkungan yang bebas dari sumber
pencemaran dalam upaya melindungi pangan olahan yang diproduksi.

2.3.2 Pertimbangan lokasi pabrik/tempat produksi


1. Pabrik/tempat produksi harus jauh dari daerah lingkungan yang tercemar
atau daerah tempat kegiatan industri/usaha yang menimbulkan pencemaran
terhadap pangan olahan;
2. Jalan menuju pabrik/tempat produksi seharusnya tidak menimbulkan debu
atau genangan air, dengan disemen, dipasang batu atau paving block dan
dibuat saluran air yang mudah dibersihkan.
3. Lingkungan pabrik/tempat produksi harus bersih dan tidak ada sampah
teronggok;
4. Pabrik/tempat produksi seharusnya tidak berasa di daerah yang mudah
tergenang air atau daerah banjir;
5. Pabrik/tempat produksi seharusnya jauh dari tempat pembuangan sampah
umum, limbah atau pemukiman penduduk kumuh, tempat rongsokan dan
tempat-tempat lain yang dapat menjadi sumber cemaran; dan
6. Lingkungan di luar bangunan pabrik/tempat produksi yang terbuka
seharusnya tidak digunakan untuk kegiatan produksi.

2.4 Tata Letak Pabrik


Area tanah yang di cadangkan +/- 2 Ha, sehingga dapat mengatur
penggunaannya dengan leluasa, serta memiliki kemampuan untuk memenuhi
ketentuan proses pengolahan limbah. Luas area tanah ini digunakan untuk digunakan
beberapa area pabrik, bangunan kanton, mess karyawan, masjid, unit pengolahan air,
jalan, taman, pos keamanan dan termasuk area cadangan tanaman di Banggai khusus
yang di tangani oleh pabrik.Tata letak alat tersebut disusun berdasarkan urutan proses
produksi, dimana perpindahan bahan dari alat ke alat lainnya dilakukan dengan alat
bantu seperti confeyor, pipa dan pompa.
2.5 Bangunan
a. Umum
Bangunan dan ruangan dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan higiene sesuai dengan jenis pangan olahan yang diproduksi
serta sesuai dengan jenis pangan olahan yang diproduksi serta sesuai urutan proses
produksi, sehingga mudah dibersihkan, mudah dilakukan kegiatan sanitasi, mudah
dipelihara dan tidak terjadi terkontaminasi silang diantara produk.
b. Desain dan atau letak
Bagian dalam ruangan dan tata letak pabrik/tempat produksi seharusnya dirancang
sehingga memenuhi persyaratan higiene pangan olahan yang mengutamakan
persyaratn mutu keamanan pangan olahan, dengan cara: baik, mudah dibersihkan
dan didesinfeksi serta melindungi makanan atau minuman dari kontaminasi silang
selama proses.
c. Struktur ruangan
Struktur ruangan harus terbuat dari bahan yang tahan lama, mudah dipelihara dan
dibersihkan atau didesinfeksi. Struktur ruangan pabrik/tempat produksi
pengolahan pangan meliputi: lantai, dinding, atap, pintu, jendela, ventilasi, dan
permukaan tempat kerja serta penggunaan bahan gelas, dengan persyaratan
sebagai berikut:
1) Lantai
Konstruksi lantai didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi
praktek higiene pangan olahan yang baik yaitu tahan lama, memudahkan
pembuangan air, air tidak tergenang dan mudah dibersihkan serta mudah
didesinfeksi.
2) Dinding
Konstruksi dinding atau pemisah ruangan didesain sehingga tahan
lama dan memenuhi syarat higiene pangan olahan yang baik yaitu, mudah
dibersihkan dan didesinfeksi serta melindungi pangan olahan dari
kontaminasi selama proses.
3) Atap dan langit-langit
Konstruksi atap dan langit-langit didesain sehingga memenuhi
syarat higiene pangan olahan yang baik yaitu dapat melindungi ruangan dan
tidak mengakibatkan pencemaran pada produk.
4) Pintu
Pintu seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah
pecah dan permukaan pintu rata, halus, berwarna terang serta mudah
dibersihkan.
5) Jendela dan ventilasi
Jendela dapat dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah atau
rusak, permukaannya harus rata, halus, berwarna terang serta mudah
dibersihkan. Jendela dari lantai seharusnya setinggi minimal 1 m untuk
memudahkan membuka dan menutup, dengan letak jendela tidak boleh
terlalu rendah karena dapat menyebabkan masuknya debu.
Ventilasi seharusnya menjamin peredaran udara dengan baik dan
dapat menghilangkan uap, gas asap, bau, debu, dan panas yang timbul
selama pengolahan yang dapat membahayakan kesehatan karyawan dan
mencemari produk pangan olahan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Ide pendirian Industri Minuman


3.1.1 Lokasi dan Pembangunan
Atas petimbangan lokasi sementara ini kami menyarankan untuk
dapat dibangun di daerah Larantuka, Propinsi Nusa Tenggara Timur,
Kabupaten Flores timur, dari lokasi tersebut dapat di alokasikan +/- 7
hektar untuk lokasi pembangunan industri
Pertimbangan dalam mengambil lokasi pabrik/tempat produksi
tentunya memenuhi syarat dalam pertimbangan mendirikan industri yaitu :
1. Lokasi Pabrik jauh dari lokasi tercemar
2. Tempat pendirian pabrik bukan didaerah yang mudah
tergenang air atau daerah banjir.
3. Lokasi pabrik jauh dari tempat pembuangan sampah umum/
limbah.
Pertimbangan bangunan dan ruangan dibuat berdasarkan
perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik & higiene yang sesuai
dengan jenis pangan olahan yang diproduksi serta sesuai dengan jenis
pangan olahan yang diproduksi serta sesuai urutan proses produksi,
sehingga mudah dibersihkan, mudah dilakukan kegiatan sanitasi, mudah
dipelihara dan tidak terjadi terkontaminasi silang diantara produk. Dan
struktur ruangan harus terbuat dari bahan yang tahan lama, mudah
dipelihara dan dibersihkan atau didesinfeksi. Struktur ruangan
pabrik/tempat produksi pengolahan pangan meliputi: lantai, dinding, atap,
pintu, jendela, ventilasi, dan permukaan tempat kerja.
3.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dimulai dari direktur utama sebagai pemimpin
tertinggi perusahaan yang dibantu oleh plan meneger.Plan manager
dibantu oleh bagian PPC, R dan D, material kontrol manager, manager
umum, personalia, dan manager produksi. Selain itu terdapat kepala
bagian yang bertanggung jawab langsung kepada manager produksi, yaitu
kepala bagian barang jadi, kepala bagian kualiti kontrol, kepala bagian
produksi, kepala bagian teknik.
Struktur organisasi yang baik harus menampung dan menangani
seluruh aktifitas perusahahan, dengan di dukung oleh uraian tugas yang
baik dan personil yang handal dan berkualitas.
No Bagian Jumlah

1 Direktur/Plan Manager 4

2 Produksi 65

3 Kepala bagian 9

4 Teknik 17

5 Bagian umum 5

6 Quality control 10

7 Kebersihan produksi 6

8 Bagian Packing 6

9 Transportasi/Logistik/kebersihan/kesehatan 8

10 Ppc 1

11 Satpam 10

3.1.4 Fasilitas
3.1.1 Sanitasi
a. Umum
Fasilitas sanitasi pada bangunan pabrik/tempat produksi dibuat berdasarkan
perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higiene
b. Sarana meliputi penyediaan air, pembuangan air dan limbah, toilet
pembersihan/pencucian, dan higiene karyawan.
3.1.2 Mesin/Peralatan
Mesin/peralatan yang kontak langsung dengan bahan pangan
olahan didesain, dikontruksi dan diletakkan sehingga menjamin mutu
dan keamanan produk yang dihasilkan.
3.1.3 Bahan
a. Umum
Bahan yang dimaksud dalam pedoman ini adalah bahan baku, bahan
tambahan, bahan penolong termasuk air dan bahan tambahan pangan
(BTP).
b. Persyaratan bahan (bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong
termasuk air dan BTP sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan seharusnya dituangkan dalam bentuk
formula dasar yang menyebutkan jenis persyaratan mutu bahan;
2. Bahan yang digunakan harus tidak rusak, busuk atau mengandung
bahan berbahaya;
3. Bahan yang digunakan harus tidak merugikan atau tidak
membahayakan kesehatan dan memenuhi standar mutu atau
persyaratan yang ditetapkan,
4. Penggunaan BTP yang standar mutu dan persyaratannya belum
ditetapkan seharusnya memiliki izin dan otoritas kompeten.
5. Air yang merupakan bagian dari pangan olahan seharusnya
memenuhi persyaratan air bersih sesuai peraturan perundang-
undangan.
3.2 Pembiayaan
3.2.1Pembangunan, peralatan dan bahan Industri
 Bangunan pabrik seluas 3 Ha = Rp. 1.000.000.000
 Tempat budidaya ubi banggai seluas 1 Ha = RP. 15.000.000
 Pembangunan saluran air = Rp. 10.000.000
 Pengaspalan jalan Sepanjang 2.000 meter = Rp. 50.000.000
 Peralatan dan mesin = Rp. 100.000.000
 Bahan pokok dan tambahan selama 1 blan = Rp. 5.000.000
 Total Pembangunan = Rp. 1.120.000.000
3.3 Harga jual
Adapun harga jual minuman Perbotol:
 Kemasan kecil (250 ml)
Harga @botol=Rp.8.000
Total = 12×Rp.8.000
= Rp.96.000
 Kemasan besar (500 ml)
Harga @botol = Rp.20.000
Total = 8× Rp.20.000
= Rp. 160.000

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
PROPOSAL PENDIRIAN INDUSTRI MINUMAN
 Permohonan izin industri minuman diajukan kepada Direktru Jendral dengan
tembusan Kepala Badan dan Kepala Dinas propinsi setempat, dengan waktu
yang dan memenuhi semua persyaratan permohonan izin, telah dinyatakan
memenuhi pesyaratan Badan POM, dan setelah memenuhi persyaratan
administrasi.
 Lokasi industri di Larantuka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten
Flores Timur
 Luas tanah +/- 7 hektar.
 Jumlah karyawan 135 orang.
 Fasilitas industri terdiri dari Sanitasi, mesin peralatan produksi, dan
terpentingnya Bahan Baku (Lidah Buaya).
 Produk dipasarkan bekerjasama dengan berbagai toko-toko besar yang ada di
daerah setempat dan beberapa toko besar di setiap provinsi di Indonesia.
 Anggaran biaya Rp 1.120.000.000.
Harga minuman kemasan 250 mL@ Rp 8.000,
Harga minuman kemasan 500 mL@ Rp 20.000

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2010, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang industri farmasi.
Keputusan Presiden Nomor 03 Tahun 1997 Tetang Pengawasan Dan Pengendalian
Minuman Beralkohol.

Anda mungkin juga menyukai