Anda di halaman 1dari 2

Nama : Deva Alfarizi

NPM : 21319693
Kelas : 2TB01
ESSAY UJIAN FILSAFAT ARSITEKTUR

Allegory of the cave atau dalam Bahasa indonesianya adalah perumpaan dalam gua, sebuah
perumpaan yang ditulis oleh filsuf Yunani kuno terkenal yaitu plato yang diciptakan sekitar
2400 tahun yang lalu. Plato tidak hanya menulis untuk menyampaikan ide didalam kepalanya
tetapi dia juga sering menggunakan analogi dalam bentuk dialog, seperti Allegory of the cave.
Allegory of cave yang dapat ditemukan dalam buku VII karya plato yang paling terkenal, menceritakan
tentang sekawan manusia, atau sekelom orang yang sejak lahir sudah ditawan dialam gua, dengan
kaki dan kedua tangannya diikat, bahkan lehernya pun tidak bisa menoleh, hanya bisa melihat ke satu
arah dinding gua yang ada didepan mereka, para tawanan didudukan secara sejajar kesamping,
sehingga masih bisa mendengan pembicaraana antara satu dengan yang lainnya.

Dibelakang mereka ada sebuah api yang sedikit redup sebagai pencahayaan utama yang dapat
menciptakan atau merefleksikan bayangan kearah tembok di depan para tawanan, lalu diantara api
dan sekumpulan tahanan ada sebuah jalan yang lebih rendah dari api dibelakang, jalan itu digunakan
oleh dalang untuk membuat bayangan dari suatu objek berbentuk boneka sehingga bayangannya
dapat terlihat di tembok dan dapat dilihat oleh para tawanan, selain itu dalang juga membuat suara
suara tergantung bentuk dari boneka tersebut, sebagai contoh jika sang dalang menirukan bentuk
kucing maka suara dalang juga menirukan suara kucing, begitupun yang lain.

Karna tawanan tidak bisa melihat sekeliling mereka dan hanya bisa melihat kearah tembok besar
didepannya, para tawanan menganggap bahwa bayangan yang terbentuk didinding dan suara yang
diciptakan oleh dalah itu adalah realita yang asli, mengingat bahwa para tawanan sejak lahir tidak
pernah keluar dari gua dan selalu diikat dengan menggunakan rantai serta tidak bisa melihat
sekelilingnya, hal itu terus terjadi begitu saja, sampai pada akhirnya, satu dari dari tawanan yang diikat
terbebas dari ikatan yang mengikat tubuhnya sejak lama,badannya sakit untuk digerakan, begitu juga
dengan lehernya dan kaki tangannya. lalu tawanan berjalan kearah jalan diantara api dan letak
tawanan, disana dia melihat sebuah boneka, yang sebelumnya mereka lihat, dia menyadari satu hal
bahwa bayangan yang dia lihat adalah sebuah refleksi dari sebuah boneka yang terletak disana. Lalu
tawanan dengan jalan perlahan lahan menyusuri gua sampai akhirnya dia keluar, dia menemukan
sinar matahari yang sangat terang, saat pertama kali matanya sangat sakit karna tidak pernah melihat
cahaya seterang ini, mengingat dia hanya melihat sinar dari api dibelakang badannnya. lalu matanya
pun mulai menyesuaikan lingkungan baru sehingga dia dapat melihat sekelilingnya dengan jelas, dia
menyadari bahwa bayangan yang dia lihat ternyata hanya sebuah bagian ilusi atau refleksi yang tidak
benar. Dia melihat beberapa hewan dengan jelas tanpa ilusi. Matahari sebagai sumber utama dari apa
yang dia lihat.

Lalu seketika dia teringat kepada teman temannya yang masih didalam gua, dia berniat untuk
menolong teman temannya dari semua ilusi yang dia rasakan selama ini didalam gua. Dia mulai
memasuki kedalam gua Kembali, jalannya tidak terlihat seperti seblumnya karna dia matanya yang
sudah beradaptasi terhadap sinar matahari diluar gua, dan tidak terbiasa lagi dengan kegelaan
dibawah gua. Setelah kembalinya dia keteman temannya dia mecoba menceritakan kepada teman
temannya apa yang dia lihat diluar gua, dia mecirtakan bahwa yang selama ini kita lihat hanyalah ilusi
semata dan semuanya tidak benar, ada sesuatu yang nyata diluar gua, tetapi teman temannya
menunjukan sikap yang tidak sesuai ekspetasi dari tawanan yang sudah keluar gua, teman temannya
terus mengolok olok dia, karna teman temannya percaya bahwa ilusi/bayangan yang dia lihat adalah
kenyataan, untuk sekedar bergerak dan memasitikan apa yang diucapkan si tawanan ini saja tidak
mau, alhasil dia (tawanan) menyerah karna hanya mendaptkan suatu ejekan dari teman temannya
karna menceritakan hal gila atau tidak masuk akal, akan tetapi ia melihat teman temannya yang lain
adalah orang yang paling bodoh dan picik, karna mereka tetap percaya kepada realita yang mereka
percayai (bayangan).

Plato memperkenalkan alaogi ini dengan meceritakan bagaimana susahnya menjadi filsuf untuk
meyakin orang orang disekitarnya.

Menurut saya analogi yang dibuat oleh plato menggambarkan bagaimana orang orang yang sangat
sulit diberikan tentang kebenaran yang ada, dan bahkan cenderung menyerang, karna sebelumnya
sudah terlalu percaya apa yang mereka lihat dan rasakan, saya rasa orang seperti tawanan yang
memilih untuk diam dan nyaman dialam gua masih sangat banyak sekali dijaman seperti ini, orang
orang ini merasa bahwa dialah yang paling benar dan pintar padahan realita sebaliknya salah besar,
berbeda 180 derajat apa yang mereka yakinkan,

Sebagai contoh, saya sangat tidak yakin bahwa pandemi ini adalah nyata adanya bahkan virus ini tidak
ada, orang orang percaya karna setiap hari melihat berita, tanpa melakukan riset secara langsung,
hanya disuapi berita berita yang muncul diinternet dan televisi. Saya menganalogikan bahwa tembok
yang dimaksud oleh pluto adalah sebuah media televisi yang bertujuan untuk membodohi para
penontonnya, sedangkan dalangnya adalah sipembuat berita yang akan diedarkan kepada masyarakat
luas, sedangkan matahari dianalogikan sebagai kebenaran. Sedangkan kegelapan adalah kebohongan
yang menyelimuti orang orang yang percaya akan media.

Kebanyakan orang enggan bahkan malas, padahal dia tau dia mampu untuk melakukan atau mencari
kebenaran, karna memang dari lahir kita sudah diberikan ilmu dan berita yang menurut saya salah,
akibatnya orang orang melawan jika terdapat kebenaran yang datang kepadanya karna telah dicekoki
sejak lahir.

Anda mungkin juga menyukai