Anda di halaman 1dari 2

2TB04/Nuha Litakuna Karima/25318391

Interpretation of Plato’s Allegory of the Cave


Ilmu filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dasar-dasar filsafat mengenai asumsi dan
implikasi dari ilmu yang meliputi ilmu alam dan social. Ilmu filsafat erat kaitannya dengan
hakikat dari pengetahuan dan keberadaan sesuatu. Apa dan bagaimana suatu konsep, asal-usul
pengetahuan, bagaimana untuk menjelaskan ilmu dan berbagai macam penalaran untuk
mendapat suatu kesimpulan terhadap ilmu pengetahuan tersebut. Ketergantungan pada bukti
(empirisme) dan pemikiran logis serta rasional dalam mengamati alam (falsifiabilitas)
merupakan konsep dasar untuk mempelajari ilmu filsafat.
Gua Plato adalah salah satu kisah dalam filsafat berisi uraian dialog antara Socrates dengan
muridnya, Glaucon, menceritakan cerminan manusia dalam memahami alam semesta
bagaimana menyuarakan fakta dalam realita.
Di dalam buku ke-7 Plato yang berjudul The Republic kiasan The Allegory of The Cave
merupakan kiasan yang terkenal dalam filsafat. Alegori ini menceritakan tentang orang di gua
yang telah ditahan sejak lahir, tanpa pengetahuan di dunia luar. Mereka dirantai menghadap
tembok, tak bisa memutar kepala, hanya melihat proyeksi dari bayangan di suatu dinding.
Mereka mengganggap bayangan yang mereka lihat adalah sesuatu yang realitas.
Jika membayangkan salah satu tahanan berhasil lepas dan keluar dari gua untuk pertama kali
melihat dunia luar, berhasil menginjak kehidupan di luar sana. Sinar matahari menusuk
matanya membuat penglihatannya menjadi putih dalam sementara, ketika sinar tersebut mulai
memudar, terlihat dengan jelas hal-hal yang tak pernah ia lihat sebelumnya di dalam gua.
Semua terlihat jelas, bentuk terlihat nyata. Tahanan tersebut mulai menyeseuaikan diri dengan
realitas yang sebenarnya. Bayangan yang ia hakimi hal tersebut merupakan nyata ketika berada
di dalam gua ternyata merupakan hal yang semu. Tahanan tersebut sadar ia hanya melihat
bayang-bayang. Ia juga menyadari bahwa matahari yang membuat bayangan dari yang biasa ia
lihat.
Tahanan tersebut kembali ke dalam gua untuk memberitahu apa yang telah ia temukan.
Namun dia mulai tidak terbiasa dengan kegelapan di dalam gua tersebut. Tahanan yang lain
beranggapan bahwa perjalanannya keluar gua membuat ia menjadi bodoh dan buta. Mereka
menolak untuk dibebaskan. Plato menggunakan hal tersebut sebagai analogi untuk
memberitahu bagaimana rasanya menjadi filsuf yang mencoba mendidik masyarakat. Ada yang
peduli namun ada juga yang tidak peduli.
Alegori Gua Plato membahas tentang perbedaan tentang relitas kehidupan apa yang selama ini
kita pikir adalah suatu yang nyata (the shadows), dengan realitas yang ada di luar persepsi kita
(outside the cave).[1]
Melalui kisah Gua Plato, saya menganalogikan gua sebagai ilmu atau wawasan yang kita punya
di dalam otak sedangkan tahanan sebagai sel atau suatu rasa. Pada awalnya ketika kita merasa
ilmu kita banyak dan hebat, kita akan merasa cukup dan paling benar. Bahkan tak jarang

[1] Sjarief, Realrich.(2019). Filsafat Arsitektur Untuk Mahasiswa. Jakarta: Omah Library
menutup pemikiran untuk menerima pendapat dari orang lain. Sel-sel tersebut akan malas
untuk menambah wawasan karena sudah terbiasa dengan realitas atau apa yang ada didalam
otak tersebut. Keluarnya tahanan atau sel tersebut biasanya didampingi oleh suatu sebab
seperti motivasi, rasa ingin tahu, atau ketidakpuasaan dengan keadaan yang sekarang. Sel atau
tahanan yang keluar saya beri nama curious cell dimana ia ingin mencari tahu dunia luar dan
berani mengambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman untuk berpikir dengan caranya
sendiri serta mencari jati diri. Adanya niat atau kemauan juga menjadi factor pendorong untuk
mempelajari sesuatu.
Keinginan untuk belajar atau rasa ingin tahu serta kemauan menambah wawasan sangat
penting dalam mempelajari suatu kebenaran walaupun terkadang sulit untuk menerima.
Alegori Plato tidak memberikan akhir dari nasib tawanan bebas tersebut apakah ia tidak mau
kembali ke dalam gua dalam kepalsuan realita atau memutuskan untuk kembali ke dalam gua
dan menceritakan kepada teman-teman, hanya saja kemungkinan besar teman-teman tawanan
tidak mempercayai dan menganggap tawanan yang bebas tersebut sudah gila. Jika kita
memberi permisalan terdapat satu cell tersebut yang mau mendengar terlebih dahulu apa yang
disampaikan dari curious cell, ia melepas rantainya dan mendengarkan namun masih
mengobservasi dunia luar artinya ia masih belum berani untuk keluar dari zona tersebut tetapi
sudah ada bayangan akan dunia luar. Sel tersebut saya namanya respect cell. Sel yang masih
menghargai dan mau menerima pendapat orang lain meskipun masih teguh pada zona nyaman
atau pendiriannya. Sel tersebut masih takut akan kenyataan yang akan dihadapinya jika ia
keluar dari gua tersebut.
Dari Alegori Plato saya belajar untuk membuat suatu keputusan terdapat banyak proses dan
melibatkan hal-hal yang tidak kita duga.
Saya setuju dengan pendapat di dalam buku Filsafat Arsitektur Untuk Mahasiswa yang ditulis
oleh Jascha Vladi Santoso, “Dengan kurangnya wawasan dan sudut pandang, maka kita seolah-
olah hiudp dalam dunia nyata menurut pandangan kita sendiri. Dunia nyata yang kita percaya
sebenarnya adalah duani virtual yang menjebak pikiran kita sehingga akan selalu terikat pada
apa yang kta lihat dari kacamata VR. Batasan putih yang mengelilingi adalah batasan antara
bayangan kenyataan dan kenyataan yang sesungguhnya. Kita terjebak pada persepsi yang
salah karena kita menjadi nyaman dan percaya dari apa yang sudah kita lihat.”
Dari ilmu filsafat kita mempelajari untuk kembali membangkitkan rasa ingin belajar dan
manambah wawasa. Membuka pandangan lebih luas dengan mengolar nalar, karya dan rasa.
Memperhatikan sesuatu yang tidak hanya memperhatikan luarnya dan hal-hal besar saja tetapi
mancakup hal-hal kecil dan detail. Perubahan cara pandang dan sikap diri akan menjanjikan
masa depan yang cerah untuk seseorang yang mempelajari ilmu arsitektur. Proses dalam berani
mengambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman dan mencari hal yang baru serta
mencoba menerima kenyataan. Membandingkan fakta dengan realita.

Anda mungkin juga menyukai