Anda di halaman 1dari 39

i

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor perikanan memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.
Ditinjau dari potensi sumberdaya alam, Indonesia dikenal sebagai negara maritime
terbesar di dunia karena memiliki potensi kekayaan sumberdaya perikanan yang
relatif besar. Dua pertiga dari negara Indonesia merupakan laut. Negara ini memiliki
17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Indonesia memiliki Zona
Ekonomi Eksklusif seluas 2,936.355 km², perairan kepulauan seluas 3.110.000 km²
dan luas laut teritorial adalah 290.000 km² (Badan Informasi Geospasial, Pusat
Hidrografi dan Oceanografi, 2015).
Kabupaten Sikka adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara
Timur dengan luas wilayah 7553,24 km2 yang terdiri dari luas laut mencapai
5.821,33 km2 atau 77,07% dan luas daratan seluas 1.613,18 km2, dengan 17 buah
pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 444,50 km. Potensi perikanan tangkap di
Kabupaten Sikka sangat besar dengan hasil tangkapan mencapai 21.175 ton yang
terdiri atas berbagai jenis ikan tertangkap yaitu ikan pelagis maupun ikan demersal
(BPS Sikka, 2019).
Salah satu komponen penting dalam aktivitas penangkapan ikan adalah kapal.
Kapal perikanan atau yang biasa disebut dengan kapal ikan menurut
Undang-Undang RI No. 31 tahun 2004 tentang perikanan adalah kapal, perahu
atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan.
Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan
tujuan usaha penangkapan, spesies target dalam usaha penangkapan dan kondisi
perairan. Oleh karena itu, klasifikasi kapal ikan juga berbeda-beda baik menurut alat
penggerak kapal, ukuran kapal, fungsi kapal, kelompok tipe penggunaan alat tangkap,
maupun menurut besarnya skala usaha perikanan (Widodo, 2014).

1
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (2004) mengklasifikasikan perahu atau
kapal penangkap ikan di Indonesia secara umumya yaitu perahu tidak bermotor,
perahu motor tempel dan kapal motor. Material yang dapat digunakan dalam
pembuatan kapal perikanan yaitu besi, kayu, fiberglass dan alumunium.
Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan sumber
daya laut maka pemerintah sebagai motor penggerak dalam pembangunan dan
melalui pemerintah daerah mengusahakan dibangunnya kapal 1 Gross Ton (GT) yang
memadai dan sesuai dengan kondisi perairan yang ada di Indonesia khususnya
di Kabupaten Sikka.
Kelurahan Wuring merupakan salah satu Kelurahan di wilayah Kecamatan
Alok Barat di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini
menjadi fokus pembuatan kapal 1 Gross Ton (GT). Kapal 1 GT yang dapat
dipergunakan untuk mengoperasikan alat tangkap berupa pancing. Kapal tersebut
dibuat dari bahan FRP (Fibreglass Reinforced Plastic) dengan propulsi digerakan
dengan mesin diesel inboard berbaling-baling satu dan untuk penangkapan ikan
di perairan kurang dari 100 mil dari pantai. Kapal ini mempunyai palka hasil
tangkapan yang sesuai dan efisien dalam pemeliharaan serta efektif dalam
operasional.
Oleh karena itu, perencanaan anggaran biaya produksi perlu dicermati secara
seksama karena selama ini anggaran biaya produksi kapal ikan 1 GT ( fiberglass)
dibuat dengan memperkirakan harga dengan mengacu pada rencana anggaran biaya
yang sudah ada, baik untuk bahan fiberglass maupun peralatan/perlengkapan
komponen kapal sehingga dapat mengakibatkan biaya produksi kapal menjadi tidak
ekonomis dan hal ini berpeluang akan terjadi penyalahgunaan anggaran biaya
produksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau dapat mempengaruhi kualitas
produksi kapal (Marasabessy, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai
analisis biaya investasi pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) di Kelurahan Wuring,
Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka agar proses pembuatan kapal 1 GT
(fiberglass) menjadi lebih efektif dan efisien.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana analisis biaya investasi dalam pembuatan kapal 1 GT
(fiberglass) di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis biaya
investasi dalam pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) di Kelurahan Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Pemilik kapal sebagai pihak yang menanamkan modal dapat mengetahui
biaya investasi dalam pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) dan kelayakan dari
kegiatan investasi yang akan dilakukan.
2. Pemilik kapal dapat mengetahui proyeksi keuntungan atau kerugian yang
diperoleh jika melakukan investasi yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam melakukan investasi.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini diperlukan agar ruang lingkup penelitian
tidak melebar, tetapi terfokus pada satu pokok permasalahan. Disamping itu batasan
masalah ini diperlukan untuk menyederhanakan suatu masalah sehingga bisa
diselesaikanya itu dengan membuat asumsi-asumsi yang jelas dan benar. Penelitian
ini hanya akan terfokus pada analisis biaya investasi dalam pembuatan kapal 1 GT
(fiberglass) di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Penangkapan Ikan


Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi pengangkutan
ikan, pembudidayaan ikan, pengangnkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan merupakan
kapal yang secara khusus digunakanuntuk menangkap ikan, termasuk menampung,
mengangkut, menyimpan,mendinginkan atau mengawetkan ikan (Undang-Undang RI
No. 31 Tahun 2004).
Perikanan tangkap tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang mendukung
untuk meningkatkan hasil tangkapan, seperti kapal perikanan dan segala peralatan
yang ada. Menurut Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2004, kapal perikanan adalah
kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan
penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan penelitian atau
eksplorasi perikanan.
Kapal-kapal ikan terdiri dari kapal atau perahu berukuran kecil termasuk
perahu sampan (perahu tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga dayung atau
layar, perahu motor tempel yang terbuat dari kayu, hingga pada kapal ikan berukuran
besar yang terbuat dari kayu, fiberglass, maupun besi baja dengan tenaga penggerak
mesin diesel. Secara umum, nelayan di Indonesia masih banyak menggunakan kapal
berbahan dasar kayu, namun saat ini dengan semakin sulitnya mendapatkan kayu
sebagai bahan dasar pembuatan kapal, para nelayan beralih menggunakan bahan
dasar fiberglass (Rahardjo dkk, 2017).
Bahan fiberglass memiliki banyak keunggulan dibanding kayu, di antaranya
umur pakai fiberglass yang lebih lama dari kapal kayu, lalu perawatan fiberglass
yang lebih sedikit daripada kapal kayu, serta fiberglass yang tidak dimakan cacing
laut ataupun tritip/kerang laut (Rahardjo dkk, 2017). Keunggulan lain penggunaan

4
bahan dasar fiberglass untuk pembuatan kapal yaitu kapal dengan bahan dasar
fiberglass adalah massanya yang lebih ringan daripada kapal dengan bahan dasar
kayu (Ikhsan, 2016).
Waktu pembuatan kapal fiberglass relatif lebih singkat dan mudah dibentuk
dan lebih ringan. Bila dibandingkan dengan kapal berbahan aluminium yang juga
ringan, galangan kapal fiberglass tidak memerlukan investasi besar, teknologinya
sederhana, dan tidak memerlukan kualifikasi tenaga kerja yang tinggi (Ma’ruf, 2013).

2.2 Gambaran Umum Kapal Fiberglass di Indonesia

Gambar 1. Kapal 1 GT (Fiberglass)

Menurut (Widodo, 2014) beberapa sifat yang menguntungkan dari kapal


fiberglass jika dibandingkan dengan kapal jenis lainnya, yaitu:
1. Dilihat dari berat konstruksi, kapal fiberglass merupakan kapal yang paling
ringan jika dibandingkan dengan kapal dengan bahan material kayu,
ferrocement dan terlebih lagi baja pada ukuran yang sama.
2. Dilihat dari kekuatannya maka kapal fiberglass mempunyai kekuatan konstruksi
yang cukup kuat.
3. Dilihat dari ketahanan materialnya pada air laut maka kapal fiberglass
memberikan hasil yang sangat baik.
4. Pada kapal fiberglass pertumbuhan binatang-binatang laut pada badan kapal
dapat dieliminir dengan penambahan racun-racun tertentu pada campuran
gelcoat. Hal ini sangat penting untuk mempertahankan kekuatan dan umur kapal.

5
5. Permukaan luar kapal fiberglass lebih licin dibandingkan dengan kapal jenis
lain, yang berarti koefisien gesek dengan air akan lebih kecil. Hal
ini menyebabkan pada model/bentuk kapal, ukuran dan daya mesin yang
sama tentunya kapal fiberglass akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi.
6. Dilihat dari bentuk akhir yang mewah, menawan dan warna yang menarik
untuk jenis kapal yang sama, dan akan mengundang minat untuk memilikinya
dibandingkan dengan kapal dari material lain.
Selain sifat yang menguntungkan, ada juga kelemahan dari kapal yang
berbahan fiberglass, antara lain :
1. Stabilitas terlihat lebih buruk daripada kapal dengan material lain.
2. Kapal mudah terbawa oleh angin.
3. Pada kapal ikan, tenaga untuk menarik peralatan penangkapan terlihat lebih lemah
daripada kapal dengan material lain.
4. Teknik khusus dikehendaki dalam membangun kapal FRP (Fibreglass Reinforced
Plastic).
5. Material tidak cukup kuat bila bergesekan dengan peralatan penangkapan, dan
6. Material mudah terbakar semudah kayu.
Menurut (Pasaribu, 2013), karakteristik kapal ikan yang dibuat dari bahan
FRP (Fibreglass Reinforced Plastic) memiliki ciri :
1. Konstruksi tidak memerlukan sambungan-sambungan.
2. Daya tahan pemakaian lebih lama.
3. Kapal lebih ringan.
4. Mengapung lebih cepat.
5. Memiliki nilai stabilitas yang rendah, dan
6. Mudah mengalami defleksi.
Di Indonesia perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi kapal
Fiberglass dapat ditemukan hampir di setiap daerah di Indonesia, di bawah ini
beberapa daftar perusahaan yang memproduksi kapal fiberglass di Indonesia :
 PT. Sirabu Primajaya di Bekasi Utara.
 PT. Mutiara Fibrindo di Jakarta Barat.

6
 CV. Javanese Indonesia di Surabaya.
 CV. Putera Indonesia Marine Division di Sidoarjo, dan
 CV. Wahana Fiberglass di Ambon, Maluku.
Jenis kapal fiberglass yang diproduksi tidak hanya kapal perikanan, melainkan
jenis kapal lain seperti, speed boat, kapal pesiar, kapal penumpang, kapal pemadam
dan kapal patrol. Kapal berbahan fiberglass memiliki banyak keunggulan, selain
biaya perawatan yang lebih kecil, umur pakai kapal fiberglass bisa mencapai 20 tahun
dibandingkan kapal kayu yang hanya sampai 10 tahun (Pasaribu, 2013).

2.3 Komponen Biaya Produksi Kapal Perikanan


Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mempermudah faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut (Sukirno, 2005).
Menurut (Ayuningsari, 2007), biaya dalam pembuatan kapal perikanan
dihitung berdasarkan komponen-komponen yang mendukungnya, komponen biaya
tersebut meliputi :
1. Biaya material utama
Biaya material utama adalah biaya bahan baku dasar dalam pembuatan
kapal perikanan. Biaya material utama ini seperti kayu, baja dan fiberglass
yang merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan suatu kapal
perikanan, sehingga keberadaan bahan baku tersebut sangat mempengaruhi usaha
galangan kapal.
2. Biaya material pendukung
Biaya material pendukung adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung
proses pembuatan kapal perikanan selain bahan baku utama. Pada kapal kayu
material pendukung ini seperti paku, lem, baut. Material pendukung memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu pembuatan kapal di galangan. Penggunaan
material pembantu yang optimal (tidak berlebihan) akan berpengaruh sangat baik

7
bagi kualitas kapal (kekuatan dan ketahanan kapal menjadi tinggi) dan pengeluaran
biaya tidak terlalu besar.
3. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar
upah tenaga kerja dalam pembuatan suatu kapal perikanan. Sistem upah tenaga
kerja ada dua jenis, yaitu borongan dan harian. Upah sistem borongan
pembangunan kapal sama halnya dengan upah borongan pembangunan suatu
rumah atau bangunan.

2.4 Proses Produksi Kapal fiberglass


Proses produksi kapal fiberglass umumnya menggunakan metode hand lay
up, di mana proses laminasi dilakukan secara manual (Baskoro, 2018). Pembangunan
kapal fiberglass harus mengacu pada standar penggunaan material kapal fiberglass,
standar fasilitas dan peralatan galangan, standar proses pengerjaan laminasi
fiberglass dan standar kondisi lingkungan di areal produksi (Fitriansyah, 2019).
Pada umumnya, dalam keseluruhan proses pembangunan kapal fiber dari
awal hingga selesai pembangunan, kapal tidak mengalami pemindahan lokasi. Akan
tetapi, material dan peralatan produksi yang dipindahkan mendekati kapal. Hal ini
tidak efektif juga digunakan untuk melakukan mass product. Padahal sejatinya proses
produksi kapal fiber bisa digunakan sebagai produk tipe mass product. Pembuatan
produk tipe mass product rata-rata diproduksi dengan menggunakan sistem ban
berjalan (Alfath dkk, 2016).
Kapal-kapal ikan terdiri dari kapal atau perahu berukuran kecil termasuk
perahu sampan (perahu tanpa motor) yang digerakkan dengan tenaga dayung atau
layar, perahu motor tempel yang terbuat dari kayu, hingga pada kapal ikan berukuran
besar yang terbuat dari kayu, fiberglass, maupun besi baja dengan tenaga penggerak
mesin diesel. Jenis dan bentuk kapal ikan berbeda sesuai dengan tujuan usaha,
keadaan perairan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan lain-lain, sehingga
menyebabkan ukuran kapal yang berbeda pula (Purbayanto dkk, 2004).

8
2.5 Rancangan Pembuatan Kapal Fiberglass
Penetapan rencana kegiatan berhubungan dengan lamanya atau waktu yang
dibutuhkan dalam menjalankan program. Sehingga harus betul-betul memahami dan
menerapkan teknologi yang ditawarkan dalam rangka meningkatkan hasil pendapatan
dan kesejahteraan nelayan. Galangan kapal harus mampu memanajemen dan
pemasaran galangan dengan baik dan kelompok nelayan tradisional dapat memiliki
ketrampilan dalam memlihara dan mereparasi kapal berbahan fiberglass. Harapan
lain dari program ini adalah kegiatan ini bisa menjadi contoh dan menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan dan bimbingan
terhadap seluruh nelayan dalam meningkatkan pengetahuan dan teknis mengenai
rancangan pembuatan kapal berbahan fiberglass (Romadhoni, 2017).
1. General Arrangement dan Lines Plan
General arrangement dan lines plan adalah gambar yang didesain untuk
memperlihatkan peralatan/perlengkapan kapal, perlengkapan keselamtan,
perlengkapan tambat, perlengkapan navigasi/komunikasi, deckmachinery, pembagian
ruangan/akomodasi dan lain sebagainya. Sedangkan Lines plan adalah gambaran
proyeksi kapal yang terdiri dari proyeksi stengah lebar, proyeksi body plan dan
proyeksi half breadth plani (Hatuwe dkk, 2017).
2. Midship Section dan Contrucion Profile Midship Section dan Contrucion
Profile
Midship section dan contrucion profile midship dan contrucion profile
adalah gambar yang didesain untuk memperlihatkan ukuran profil dan ketebalan pelat
dari pelat keel sampai dengan pelat isi, pelat deck dan diding bangunan atas
disamping dengan memperlihatkan metode penyambungan kontruksi (Antoko, 2018).
3. Spesifikasi Teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Spesifikasi teknis adalah petunjuk teknis untuk pelaksanaan pekerjaan
produksi yang memuat antara lain jumlah layer dan bahan fiberglass untuk bagian-
bagian kontruksi. Menjelaskan merek/jenis/kapasitas/jumlah dari bahan/material dan
peralatan/perlengkapan bagian komponen kapal secara menyeluruh yang akan
digunakan dengan standard marine use. Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah

9
untuk memperlihatkan harga satuan dan kuantitas dari bahan/material produksi dan
peralatan/perlengkapan komponen kapal dan sebagai petunjuk untuk pembelian
bahan/material dan peralatan/perlengkapan bagian komponen kapal (Romadhoni,
2017).
4. Bahan Utama Produksi Kapal
Bahan utama yang digunakan untuk penentuan rencana anggaran biaya
produksi kapal yakni bahan fiber glass, dimana jumlah kebutuhan material fiber glass
dan bahan pendukung lainnya ditentukan dengan menggunakan maxsurf programe,
disamping bahan kayu untuk pembuatan cetakan (moulded) semi parmen dan
parmanen (Hatuwe dkk, 2017).
Tabel 1. Bahan Utama Produksi Kapal menurut (Romadhoni, 2017)
No Nama dan Bahan Gambar Volume / Kapasitas

1. Resin (Yukalac BQTN 157) 2 Drum

2. Katalis 2 kg

Mirror Glaze
3. 2 Kaleng

10
4. Tepung Aerosil 7 kg

Kain Bekas
5. 6 Koli

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini di lakukan mulai dari tanggal 16 Juni 2021 sampai dengan
tanggal 23 Juni 2021 di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.

3.2 Metode Penelitian

11
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut
Nazir (2018), metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara
faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok
ataupun suatu daerah. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta
perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam
menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
yaitu data yang dikumpulkan langsung di lapangan. Data ini diperoleh secara
langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi, dan
wawancara.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut
juga data tersedia (Hasan, 2015). Data sekunder ini kebanyakan merupakan data urut
waktu yang diperoleh dari instansi/dinas terkait seperti Dinas Perikanan Kabupaten
Sikka dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sikka.

Tabel 2.Tujuan Penelitian, Jenis Data dan Metode Pengambilan Data


Jenis Data Metode Pengambilan Data
Tujuan
Data
Penelitian Data Primer Data Sekunder Data Primer
Sekunder
Analisis Biaya - Biaya Investasi Usaha - Data Dinas
Investasi - Data Teknis Kapal Perikanan
Pembuatan (Panjang, Lebar, Tinggi) Kabupaten Sikka Wawancarada Studi
Kapal 1 Gross - Kepemilikan usaha - Data Badan Pusat n Kuisioner Literatur
Ton (GT) Statistik Kabupaten
Sikka

12
3.4 Teknik Penentuan Sampel
Penentuan lokasi sampel menggunakan teknik purposive sampling
(ditentukan/dipilih secara sengaja) dengan memilih Kelurahan Wuring sebagai unit
analisis. Kelurahan Wuring dipilih sebagai lokasi penelitian (unit analisis) atas
pertimbangan bahwa Kelurahan Wuring merupakan salah satu Kelurahan di wilayah
Kecamatan Alok Barat di Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
yang saat ini menjadi fokus pembuatan kapal 1 GT (fiberglass).
Responden yang dipilih untuk penelitian ini adalah nelayan pengrajin kapal
1 GT (fiberglass) di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.
Nelayan pengrajin yang dimaksud adalah kelompok nelayan produsen atau perakit
kapal 1 GT (fiberglass) yang terdiri dari pemilik usaha sebanyak 1 orang dan
karyawannya yang berjumlah 3 orang.
Pemilihan responden nelayan kapal 1 GT (fiberglass) dengan teknik
convenience yaitu prosedur memilih responden yang paling mudah tersedia,
sembarang atau kebetulan dijumpai (Nazir, 2018).

3.5 Analisis Data


Perhitungan biaya produksi kapal dilakukan untuk mengetahui biaya yang
diperlukan dalam produksi kapal. Biaya produksi kapal merupakan penjumlahan
dari biaya komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat suatu kapal.
Elemen-elemen biaya yang merupakan bagian penyusun dari biaya produksi kapal
adalah sebagai berikut :

1. Biaya kasko;
2. Biaya pembelian mesin; dan
3. Biaya tenaga kerja.
Perhitungan biaya produksi kapal dilakukan menggunakan rumus seperti dibawah
ini :
TC = F1.X1 + F2.X2 + F3.X3 +.......+ Fn . Xn
Keterangan :

13
TC = Biaya total produksi kapal
Fn = Komponen biaya pembuatan kapal
Xn = Harga satuan

3.6 Tahapan Penelitian


Untuk membuat perencanaan biaya kapal ikan 1 Gross Ton (GT) berbahan
fiberglass dibuatkan tahap penelitian sebagai berikut :
1. Survei ke galangan fiberglass untuk pengumpulan dan identifikasi data primer
kapal ikan 1 GT berbahan fiberglass antara lain berupa gambar lines plan,
general arrangement, midship section, shell expantion, spesifikasi teknis dan
Rencana Anggaran Biaya (RAB).
2. Pengolahan data berupa pemeriksaan/pengecekan dan pengukuran bagian-bagian
dari gambar desain, mempelajari bagian-bagian yang tercantum dalam spesifikasi
teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3. Penentuan kebutuhan bahan kayu untuk pebuatan bahan cetakan (moulded) semi
permanen berdasarkan gambar desain lines plan dan genral arrangement.
4. Penentuan kebutuhan bahan fiberglass dan berdasarkan gambar desain
5. Penentuan kebutuhan peralatan/perlengkapan bagian komponen kapal
berdasarkan gambar desain rencana umum (general arrangement) dan spesifikasi
teknis berikut kebutuhan peralatan kerja produksi.
6. Survei lapangan untuk pengecekan harga satuan bahan kayu, bahan fiberglass,
peralatan/perlengkapan bagian komponen kapal dan peralatan kerja produksi.
7. Survei lapangan untuk pengecekan biaya jasa pembuatan moulded semi permanen
dan biaya produksi
8. Perencanaan biaya kapal ikan 1 GT berbahan fiberglass.
9. Menyusun laporan, dan persiapan pelaksanaan seminar
10. Publikasi hasil penelitian dalam bentuk jurnal dan sebagai pedoman biaya
produksi kapal ikan 1 GT berbahan fiberglass.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Kelurahan Wuring merupakan salah satu Kelurahan di wilayah Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kelurahan ini
merupakan satu dari empat desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Alok Barat,
dengan luas 1.600 Ha atau 8 km2. Kondisi topografi Keluarahan Wuring merupakan
kawasan dataran rendah (pesisir) dengan ketinggian 0-45 m di atas permukaan laut.

15
Curah hujan rata-rata daerah ini adalah 1.329 mm, 71 hh / tahun dengan suhu udara
berkisar antara 27-32ºC. Kelurahan Wuring mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Utara : Laut Flores, berbatasan dengan Luat Jawa
Timur : Kelurahan Hewuli, berbatasan dengan Kecamatan Magepanda
Selatan : Desa Wuliwutik, berbatasan dengan Kecamatan Mego
Barat : Desa Kolisia, berbatasan dengan Kabupaten Ende
Kelurahan Wuring ditetapkan sebagai Kampung Keluarga Berencana karena
merupakan daerah pesisir dan pingiran kota dengan jumlah keluarga pra sejahtera dan
keluarga sejahtera sebanyak 624 dari total 1.165 kepala keluarga. Mayoritas
penduduk Kelurahan Wuring menganut agama Islam dengan jumlah 4680 orang dan
sebagian kecil beragama Katolik dengan jumlah 886 orang. Sebagian besar penduduk
bekerja sebagai nelayan dengan jumlah 561 orang dan sebagian lagi bekerja sebagai
petani 205 orang, peternak 306 orang, wiraswasta 278 orang, PNS 63 orang
TNI/POLRI 21 orang, buruh 77 orang dan guru 80 orang (Data Sekunder, 2021).
Perekonomian masyarakat Kelurahan Wuring ditopang oleh sektor perikanan
dan sektor perdagangan, serta sebagian kecil dari sektor pertanian. Selain itu,
masyarakat Kelurahan Wuring juga melakukan usaha pembuatan kapal 1 Gross Ton
(GT) yang berbahan fibreglass, yang mana usaha ini telah menjadi fokus pemerintah
Kabupaten Sikka sejak 4 tahun lalu (DKP, 2017).

Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kelurahan Wuring


Masyarakat Kelurahan Wuring didominasi oleh penduduk yang beragam Islam
dimana dalam kehidupan sosial masyarakat sama sekali tidak terdapat strata sosial.
Hal ini tercermin dari kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong antara satu
dengan yang lain. Dari segi gender kelompok laki-laki memberikan kontribusi cukup
besar dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Kaum laki-laki sangat berperan aktif
dalam kegiatan di bidang perikanan sebagai nelayan.

Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Wuring

16
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Wuring masih sangat rendah,
hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Berikut adalah
Tabel data tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Wuring.
Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Wuring
No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa
1. Belum Tamat SD 1030
2. Tamat SD 1424
3. Tamat SLTP 974
4. Tamat SLTA 1115
5. DIII/S1 264
Total 4807
Sumber : Data Primer (2021)
Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah mempengaruhi tingkat pendapatan
masyarakat. Perekonomian masyarakat Kelurahan Wuring ditopang oleh sektor
perikanan dan sektor perdagangan. Dilihat dari sektor perikanan, masyarakat
Kelurahan Wuring umumnya berprofesi sebagai pemancing ikan tuna, ada yang
berprofesi sebagai ABK lempara serta sebagiannya lagi merupakan pengolah dan
penjual ikan asin.
Sektor perdagangan masyarakat Kelurahan Wuring antara lain warung sembako
yang jumlahnya mencapai lebih dari 10 buah. Selain warung sembako dapat dijumpai
antara lain warung es batu, kios pengisian ulang air minum, kios pulsa, tempat
penggilingan padi, pabrik kayu besar, bengkel kayu, warung makan serta sebuah
penginapan.

4.2 Karakteristik Responden Nelayan Kapal 1 GT (Fiberglass)


Responden yang diteliti adalah kelompok nelayan pembuat kapal 1 Gross Ton
(GT) berbahan fiberglass yang tersebar di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat,
Kabupaten Sikka. Respondennya berjumlah 3 orang, yang terdiri dari pemilik usaha
pembuatan kapal 1 GT dan pekerjanya.
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Usia bagi tenaga kerja berada diantara 20 hingga 40 tahun, usia ini dianggap
sangat produktif bagi tenaga kerja karena apabila usia dibawah 20 tahun rata-rata

17
individu masih belum memiliki kematangan skill yang cukup selain itu juga masih
dalam proses pendidikan. Sedangkan pada usia diatas 40 tahun mulai terjadi
penurunan kemampuan fisik bagi individu (Priyono dan Yasin, 2016).
Klasifikasi umur kelompok nelayan pembuat kapal ikan 1 GT (fiberglass)
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Umur Responden berdasarkan Usia
N
o Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 15-24 0 00.00
2. 25-34 1 33.33
3. 35-44 1 33.33
4. 45-54 1 33.33
Total 3 100.00
Sumber : Data Primer (2021)
Rata-rata umur responden pada pembuatan kapal ikan 1 GT (fiberglass)
berada pada usia produktif yaitu dari rentang umur 25-54 tahun dan seluruhnya
berjenis kelamin laki-laki.
Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden sangat rendah. Hal ini terlihat dari komposisi
jumlah responden terbanyak menempuh pendidikan SD berjumlah 2 orang atau
66,67%. Satu responden saja yang menamatkan SLTP.
Klasifikasi tingkat pendidikan kelompok nelayan pembuat kapal ikan 1 GT
(Fiberglass) disajikan pada Tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak Tamat SD 0 00.00
2. Lulusan SD 2 66.67
3. Lulusan SLTP 1 33.33
4. Lulusan SMA 0 00.00
Total 3 100.00
Sumber : Data Primer (2021)

Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

18
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang masih
menjadi tanggungan responden. Jumlah tanggungan keluarga responden bervariasi
dari tidak memiliki tanggungan sampai memiliki tanggungan.
Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga disajikan
pada Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
No Jumlah Tanggungan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak Ada Tanggungan 0 00.00
2. 1 0 00.00
3. 2 0 00.00
4. 3 2 66.67
5. 4 1 33.33
6. 5 0 00.00
Total 3 100.00
Sumber : Data Primer (2021)

Karakteristik Responden berdasarkan Status dan Lama Pekerjaan


Status pekerjaan nelayan biasanya terbagi kedalam tiga kelompok yaitu
nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan
penuh yaitu seorang yang hanya memiliki satu mata pencaharian, yaitu sebagai
nelayan dan tidak memiliki pekerjaan dan keahlian selain menjadi seorang nelayan.
Nelayan sambilan utama yaitu mereka yang menjadikan nelayan sebagai profesi
utama tetapi memiliki pekerjaan lainnya untuk tambahan penghasilan. Sedangkan
nelayan sambilan tambahan adalah mereka yang memiliki pekerjaan lain sebagai
sumber penghasilan, sedangkan pekerjaan sebagai nelayan hanya sebagai penghasilan
tambahan (Fitriansyah, 2019).
Status pekerjaan responden nelayan pembuat kapal 1 GT (fiberglass) yang
diwawancarai adalah keseluruhannya nelayan sambilan utama. Lama waktu bekerja
responden rata-rata kurang dari 25 tahun. Karakteristik responden berdasarkan lama
pekrjaan responden disajikan pada Tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Lama Pekerjaan Responden
No Lama pekerjaan (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. < 25 2 66.67
2. 25-50 1 33.33

19
3. > 50 0 00.00
Total 3 100.00
Sumber: Data Primer (2021)

4.3 Kapal 1 GT (Fiberglass)


Gambaran Umum
Indonesia dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia karena memiliki
potensi kekayaan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Untuk memenuhi
kebutuhan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan sumber daya laut tersebut
khususnya untuk kapal ikan 1 GT maka pemerintah sebagai motor penggerak dalam
pembangunan dan melalui pemerintah daerah mengusahakan dibangunnya kapal ikan
1 GT yang memadai dan sesuai dengan kondisi perairan yang ada di Indonesia
khususnya di kabupaten Sikka.
Kapal 1 GT dapat dipergunakan untuk mengoperasikan alat tangkap berupa
pancing. Kapal tersebut dibuat dari bahan FRP (Fibreglass Reinforced Plastic)
dengan propulsi digerakan dengan mesin diesel 24 PK dan untuk penangkapan ikan
di perairan kurang dari 100 mil dari pantai. Kapal 1 GT (fiberglass) ini dibuat secara
maksimal supaya dapat berfungsi sebagai layaknya kapal ikan yang akan di
operasikan di daerah pelayaran Indonesia terutama pantai utara dan selatan
kabupaten Sikka.
Kapal ini dapat menampung awak kapal hingga 3 orang. Kapal ini
mempunyai palka hasil tangkapan yang sesuai dan efisien dalam pemeliharaan serta
efektif dalam operasional.
Proses pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) secara umum meliputi:
1. Pembuatan cetakan (mold);
2. Setelah mold selesai, kemudian di lepas;
3. Pelapisan mirror glaze bertujuan agar kapal yang dicetak mudah
dilepaskan dari cetakan;
4. Pembuatan gelcoat. Gelcoat dibuat dari campuran resin, erosil dan
pigmen;
5. Pembuatan badan perahu, dilakukan dengan teknis laminasi yaitu :

20
 Pelapisan gelcoat
 Pelapisan matt
 Pelapisan woven roving
6. Pembuatan tulang-tulang fiber untuk kekuatan pada lambung kapal;
7. Pembuatan ruangan-ruangan sesuai desain gambar; dan
8. Finishing body kapal serta pemasangan mesin.
Proses pemesanan kapal 1 GT (fiberglass) dilakukan oleh pemesan kapal
kepada pemilik usaha dengan melakukan transaksi dan perjanjian yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Selanjutnya, pemesan kapal menyerahkan
perencanaan dan desain kapal yang akan di bangun sesuai keinginan pemesan
kapal 1 GT (fiberglass) tersebut.
Proses penyerahan kapal yang telah dibangun diserahkan dalam bentuk
kasko kapal yang telah dicat dan sudah dilengkapi mesin. Ukuran kapal 1 GT
(fiberglass) yang menjadi objek penelitian adalah : Panjang 9 m, Lebar 1,5 m dan
Tinggi 45 m.

Biaya Investasi Produksi Kapal 1 GT (Fiberglass)


Komponen biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan kapal 1 GT
(fiberglass) meliputi (1) biaya kasko kapal, (2) biaya tenaga kerja dan (3) biaya
pembelian mesin. Biaya tersebut sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dalam
memproduksi satu unit kapal.
Dibawah ini dijelaskan masing-masing komponen biaya tersebut :
Biaya Kasko Kapal
Biaya kasko kapal dalam pembuatan kapal 1 GT berbahan baku FRP
(Fiberglass Reinforced Plastic), meliputi komponen biaya material. Biaya material
ini dibagi menjadi biaya bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pengerjaan
kapal tersebut. Fiberglass reinforcement plastic atau yang biasa kita kenal dengan

21
fiberglass merupakan bahan baku utama dalam pembuatan cetakan kapal 1 GT.
Fiberglass digunakan karena sifatnya yang lentur, awet serta mudah dalam
perawatanya. Resin yang digunakan pada kapal 1 GT yang dibangun yaitu resin
dengan jenis polyester orthophthalic yakni resin Yukalac 157. Material yang
digunakan pada pembuatan kapal dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Bahan Pembuatan Kapal 1 GT (Fiberglass)
No Bahan Banyaknya Satuan Harga Jumlah
1. Lem (Resin) 1 kg 14 Kaleng 950.000 13.300.000
2. Sarung Fiber
-Rofing / sarung kasar 150 m 30.000 4.500.000
-Mek / sarung halus 100 m 27.000 2.700.000
3. Pipa Paralon
-1” 6 Batang 25.000 150.000
-¾” 8 Batang 45.000 360.000
-2,5” 6 Batang 37.000 222.000
4. Talak 33 Kg 10.000 330.000
5. Pengering 3 Liter 120.000 360.000
6. Balok Ukuran 5x7 10 Batang 70.000 700.000
7. Papan Ukuran 3x25 4 Lembar 100.000 400.000
8. Cat 1 kg 20 Kaleng 50.000 1.000.000
9. Kuas Rol No. 3 10 Buah 10.000 100.000
10. Kuas Tangan No. 5 10 Buah 10.000 100.000
11. Kuas Tangan No. 4 4 Buah 10.000 40.000
12. Triplek 3 ml 6 Lembar 98.000 588.000
13. Lem 5 Liter 50.000 250.000
14. Balok 10 Buah 70.000 700.000
15. Paku 3 cm 2 Kg 15.000 30.000
Total Rp. 25.830.000
Sumber : Data Primer (2021)

Material pendukung dalam pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) digunakan


untuk menguatkan, menyambung dan merapikan bagian-bagian konstruksi kapal.
Material pendukung yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.
Tabel 9. Alat yang digunakan dalam Pembuatan Kapal 1 GT (Fiberglass)
No Alat Banyaknya Satuan Harga Jumlah
1. Gurinda 1 Unit 520.000 520.000
-Pisau gurinda potong 15 Buah 5.000 75.000
-Pisau gurinda kasar 6 Buah 15.000 90.000
2. Pemukul 2 Buah 37.000 74.000
3. Meter 2 Buah 25.000 50.000
4. Genset 1.500 watt 1 Unit 1.500.000 1.500.000
5. Bor 1 Unit 700.000 700.000
 Mata bor 2 Buah 70.000 140.000
.Total Rp. 3.149.000
Sumber : Data Primer (2021)

22
Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja usaha perikanan adalah daya manusia untuk melakukan ikhtiar
yang dijalankan untuk menghasilkan barang dan jasa di bidang perikanan. Tenaga
kerja usaha pembuatan kapal 1 GT berbahan fiberglass dipekerjakan oleh pemilik
usaha. Status usaha pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) dikategorikan menjadi dua
yaitu kepala tukang dan pembantu tukang (Arthajaya, 2008).
Pendapatan untuk masing-masing pekerja dengan jabatannya dapat dilihat
pada Tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Pendapatan Pekerja Kapal 1 GT (Fibreglass)
No Jabatan Orang Upah Kerja Hari Jumlah
1. Kepala Tukang 1 150.000 30 4.500.000
2. Pembantu Tukang 2 100.000 30 6.000.000
Total Rp. 10.500.000
Sumber : Data Primer (2021)
Status usaha pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) dikategorikan menjadi dua
yaitu kepala tukang dan pembantu tukang. Pemberian upah dilakukan setelah selesai
pengerjaan kapal 1 GT (fibreglass). Sistem bagi hasil pada usaha ini disepakati
dengan ketentuan upah dibayar per hari kerja yang disesuaikan dengan jabatan
pekerja. Nilai upah dari kedua kategori nelayan pembuat kapal 1 GT (fiberglass)
cukup bervariasi yaitu untuk kepala tukang sebesar Rp. 4.500.000 dan pembantu
tukang sebesar Rp. 3.000.000 per orang. Nilai upah ini lebih tinggi dari upah
minimum kabupaten (UMK) sebesar Rp 1.600.000.
Biaya Pembelian Mesin
Komponen lain yang tidak kalah penting adalah mesin. Mesin yang digunakan
pada kapal 1 GT (fiberglass) adalah mesin diesel 24 PK dengan harga Rp. 8.550.000
yang dapat diperoleh dari sekitar Kota Maumere. Selanjutnya, komponen mesin ini
tidak dicantumkan pada perhitungan biaya produksi kapal 1 GT (fiberglass). Hal ini
dikarenakan pembelian mesin tersebut disesuaikan dengan kemampuan pemilik kapal
apakah akan menggunakan mesin baru atau bekas, sehingga pada penelitian ini hanya
melihat biaya produksi pembuatan kapal 1 GT yang meliputi biaya kasko kapal, biaya
tenaga kerja dan biaya lain-lain.

Biaya Lain-lain

23
Biaya lain-lain yang dimaksudkan disini meliputi biaya makan dan minum,
biaya rokok serta biaya transportasi yang keluarkan selama proses pengerjaan kapal
1 GT (fiberglass) berlangsung. Biaya makan dan minum selama pengerjaan kapal
1 GT (fiberglass) dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini :
Tabel 11. Biaya Makan dan Minum selama Pengerjaan Kapal 1 GT (fiberglass)
No Makan / Minum Orang Hari Biaya Makan / Minum Jumlah
1 Makan Siang 3 30 10.000 900.000
2 Kopi 3 30 1.000 90.000
Total 990.000
Sumber : Data Primer (2021)
Selain itu, biaya rokok dan biaya transportasi yang dikeluarkan selama
proses pengerjaan kapal 1 GT (fiberglass) berlangsung, masing-masing yaitu :
 Biaya rokok 1 hari sebesar Rp. 20.000 selama 30 hari adalah Rp. 600.000
 Biaya transportasi 1 hari sebesar Rp. 20.000 dengan 10 kali perjalanan
adalah Rp. 200.000
Jadi, keseluruhan atau total dari biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama
proses pengerjaan kapal 1 GT (fiberglass) yaitu sebesar Rp. 1.790.000
Biaya produksi kapal merupakan penjumlahan total biaya-biaya yang
digunakan dalam pembangunan satu unit kapal. Biaya tersebut meliputi biaya
kasko kapal, biaya tenaga kerja, serta biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh pemilik
usaha pembuatan kapal. Besar biaya produksi dijadikan pertimbangan bagi pihak
pemilik usaha dalam menentukan berapa besar keuntungan yang ingin diperoleh
dari penjualan satu unit kapal 1 GT (fiberglass). Dibawah ini dapat kita lihat pada
Tabel 12 rincian biaya produksi kapal 1 GT (fiberglass) yang menjadi objek
penelitian.
Tabel 12. Rincian Biaya Produksi Kapal 1 GT (Fiberglass)
No Komponen Biaya Jumlah
1. Biaya Kasko Kapal Rp. 28.979.000
2. Biaya Tenaga Kerja Rp. 10.500.000
3. Biaya lain-lain Rp. 1.790.000
Sumber : Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wuring, Kecamatan
Alok Barat, Kabupaten Sikka, diperoleh total biaya produksi pembuatan kapal 1 GT
(fiberglass) adalah sebesar :

24
TC = F1.X1 + F2.X2 + F3.X3 +.......+ Fn . Xn
TC = 28.979.000 + 10.500.000 + 1.790.000
TC = Rp. 41. 269.000

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wuring, Kecamatan


Alok Barat, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dapat simpulan
sebagai berikut :
1. Komponen biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan kapal 1 GT (fiberglass)
meliputi biaya kasko kapal, biaya tenaga kerja, biaya pembelian mesin dan biaya
lain-lain. Biaya tersebut sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dalam

25
memproduksi satu unit kapal. Namun, komponen mesin ini tidak dicantumkan
pada perhitungan biaya produksi kapal 1 GT (fiberglass). Hal ini dikarenakan
pembelian mesin tersebut disesuaikan dengan kemampuan pemilik kapal apakah
akan menggunakan mesin baru atau bekas, sehingga pada penelitian ini hanya
melihat biaya produksi pembuatan kapal 1 GT yang meliputi biaya kasko kapal,
biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain.
2. Total biaya produksi pembuatan kapal 1 GT (fiberglass) yang dikeluarkan oleh
pemilik usaha adalah sebesar Rp. 41. 269.000

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai biaya penyusutan dan biaya


perawatan kapal 1 GT (fiberglass) sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan pemilik usaha dalam menjalankan usahanya, agar tidak terjadi
penyalahgunaan anggaran yang dapat mempengaruhi kualitas produksi kapal 1 GT
(fiberglass).

DAFTAR PUSTAKA

Alfath M, Pribadi S. R. W & Soejitno S. 2016. Studi Peningkatan Kemampuan


Galangan Kapal di Jawa Timur untuk Mendukung Program Pengadaan
Kapal Penangkap Ikan Nasional Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jurnal Teknik ITS, Vol. 5 (2): G332-G337 hal. 32.
Antoko B. 2018. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Kapal Ikan 30 GT.
(Skripsi). Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

26
Arthajaya B. 2008. Biaya Tenaga Kerja Kapal Ikan 1 GT Konstruksi Fiberglass
Reinforced Plastic (FRP) Sesuai Standar Biro Klasifikasi Indonesia. Jurnal
Perikanan Indonesia, Vol 07 (2).
Ayuningsari. 2007. Jurnal Teknik Perkapalan. Analisis Perbandingan Ekonomis pada
Kapal Ikan FRP “KM.BBPI-33” Mesin Inboad dengan Kapal Ikan
Tradisional Mesin Outboard Longtail.
Badan Informasi Geospasial, Pusat Hidogrfi & Oseanografi. 2015. Data Rujukan
Kelautan Indonesia.
Baskoro A. 2018. Analisa Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Ukuran
10GT-20GT Konstruksi Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) Sesuai Standar
Biro Klasifikasi Indonesia. Jurnal Teknik ITS, Vol. 7 (1): G25-G30.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2019. Luas Wilayah Kabupaten Sikka. Sikka dalam
Angka.
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, 2004. Macam dan Jenis Alat Tangkap yang
ada di Kabupaten Sikka.
Fitriansyah L. A. 2019. Analisis Kapasitas Galangan Kapal Ikan untuk Memenuhi
Rencana Pengolahan Kapal Ikan Hiba, Sudi Kasus Kementrian Kelautan dan
Perikanan.
Hasan A. 2015. Data Primer dan Data Sekunder. Yogyakarta : CAPS.
Hatuwe R, Marasabessy A & Sudjasta B. 2017. Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
Ikhsan. 2016. Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap
Pembuatan Kapal Pada Universitas Mercu Buana Jakarta, Jurnal Ilmiah
Manajemen dan Bisnis Volume 2, Nomor 1, Maret 2016.
Marasabessy A. 2010. Studi Ekonomi Teknik Pembuatan Perahu Cadik Jenis Bottom
Glass dari Bahan Fiberglass untk Wisata Bahari di Kelurahan Banten,
Kecamatan Kota Serang, Provinsi Banten.
Ma’ruf B. 2013. Anlisis Kekuatan Laminasi Lambung Kapal Fiberglass yang
menggunakan Bahan Multiaxial. UPT Balai Pengkajian dan Penelitian
Hidrodinamika, BPPT, Surabaya.

27
Pasaribu B.F. 2013. Literatur Pengajaran Ekonomi Perikanan. Depok: Universitas
Gundarma.
Puryono A. dan Yasin. 2016. Biaya-biaya dalam Produksi Kapal Perikanan. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut (Edisi Khusus). Bogor. 345 hal.
Purbayanto, Romimohtarto K & Juwana S. 2004. Alat Penangkapan Ikan. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut (Edisi Khusus). Jakarta. 248 hal.
Rahardjo, Masdjojo & Sukartono, 2017. Biaya Invetasi Pembuatan Kapal. Jurnal
Telaah Manajemen. Vol 6 Edisi 1. Hlm. 32-50.
Romadhoni. 2017. IbM Aplikasi Pembuatan Kapal Nelayan Fiberglass Menggunakan
Komposit Kain Bakas. Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri
Bengkalis.
Sukirno. 2005. Kapal Fiberglass di Indonesia. Penerbit PT. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
Widodo B. 2014. Kapal Penangkapan di Indonesia. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan dalam penyusunan penelitian


mengenai ”ANALISIS BIAYA INVESTASI PEMBUATAN KAPAL
1 GT (FIBREGLASS)” Data yang diterima dari kuesioner ini bersifat
rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Terima kasih
atas bantuan dan kerjasama Anda.

28
I. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………………………
2. Alamat : ……………………………………………………
Kelurahan/Desa : ……………………………………………………
Kecamatan : ……………………………………………………
3. Umur : …………Tahun
4. Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
5. Status Pernikahan :
Belum Menikah
Menikah
6. Jika sudah menikah, jumlah tanggungan keluarga selain anda : ….. orang
7. Status dalam keluarga :
Kepala Keluarga
Ibu rumah tangga
Lainnya
8. Pendidikan Terakhir (pilih salah satu) :
Tidak tamat SD
Lulus SD/MI/Tidak tamat SLTP
Lulus SLTP/MTs/Tidak tamat SMA
Lulus SMA/SMK/MAN
Diploma/D3/Sarjana Muda
Sarjana/S1/S2
9. Pekerjaan utama anda :…………………………………………………
10. Pekerjaan sampingan (jika ada, sebutkan) :….…………………………
11. Berapa lama anda bekerja sebagai nelayan? ………………….…. (Tahun)

II. Keadaan Usaha Penangkapan


A. Teknis Umum
1. Ukuran perahu/ kapal yang dubuat : ………………………..GT
2. Dimensi (L, B, D) : ………x….…..x……...m
3. Jenis mesin penggerak : Motor tempel/diesel
4. Jenis alat tangkap yang digunakan : ……………………………..
5. Jumlah alat tangkap yang digunakan : ……………… unit
6. Alat bantu penangkapan : ……………………………..
7. Ukuran/skala alat tangkap (p x l x t) : ………………
8. Skala usaha :

29
Subsisten
Artisanal (kecil/sedang/besar)
Industri (kecil/sedang/besar)
9. Status kepemilikan usaha :
Milik sendiri
Kelompok nelayan
Perusahaan
10. Jumlah tenaga pembuat :
a. Pemilik Usaha :……………………... orang
b. Pekerja :……………………... orang

III. Biaya Investasi Pembuatan Kapal 1 GT (Fibreglass)

a. Petunjuk : berikan tanda “√” pada kolom yang menurut anda benar!

1. Menurut saudara, bagaimana dengan keuntungan dari kegiatan


pembuatan kapal 1 GT (Fibreglass)?
Sangat menguntungkan
Menguntungkan
Break Even Point (impas/balik modal)
Kurang Menguntungkan

2. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat kapal 1 GT


(Fibreglass)?
Rp.50.000.000-Rp.100.000.000
Rp.100.000.000- Rp.200.000.000
Rp.200.000.000- Rp.300.000.000
Rp.300.000.000- Rp.400.000.000
>Rp.400.000.000

3. Bagaimana dukungan modal kepemilikan peralatan usaha yang


saudara operasikan untuk pembuatan kapal 1 GT (Fibreglass)?
Modal sendiri
Modal sendiri dan Pinjaman Bank
Bantuan modal asing

4. Jika tidak kapal 1 GT (Fibreglass), apakah saudara bisa mempunyai


pekerjaan atau sumber pendapatan lain?
Tidak ada
Ada dengan sedikit pilihan
Ada dengan banyak pilihan
5. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah untuk usaha
pembuatan kapal 1 GT (Fibreglass) saudara?

30
Tidak Ada
Sedikit / Beberapa
Besar / Banyak
Sangat Tergantung
Hampir seluruh

6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat kapal 1 GT


(Fibreglass)?
5-10 hari
10-20 hari
20-30 hari
30-40 hari
40-50 hari

7. Kemanakah tujuan dari pemasaran hasil pembuatan kapal 1 GT


(Fibreglass)?
Lokal
Nasional
Internasional

8. Bagaimana gaji/upah rata-rata pekerja kapal 1 GT (Fibreglass)


terhadap UMK?
Sangat jauh dibawah UMK
Di bawah UMK
Sama atau seimbang dengan UMK
Lebih tinggi dari UMK
Sangat tinggi

Lampiran 2. Identitas Responden

No Responden Identitas

31
Nama : Hajumai
Umur : 54 Tahun
Status Pernikahan : Menikah
1. Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan Utama : Nelayan
Jabatan : Kepala Tukang

Nama : Dacing
Umur : 32 Tahun
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
2.
Pekerjaan Utama : Nelayan
Jabatan : Pembantu Tukang

Nama : Aling
Umur : 29 Tahun
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
3.
Pekerjaan Utama : Nelayan
Jabatan : Pembantu Tukang

Lampiran 3. Alat dan Bahan Pembuatan Kapal 1 GT (Fiberglass)


No Alat dan Bahan Nama

32
1.

Mek / Fiber Halus

Rofing / Sarung Fiber Kasar

3.

Triplek 3 mm

33
4.

Papan

7.

Resin / Lem (Yukalac)

8.

Gurinda

34
9.

Mata Gurinda Potong

10
.

Mata Gurinda Kasar

11
.

Kuas Rol

35
12
.

Palu

13
.

Gagang Kuas Rol

14
.

Kuas Tangan No.4 dan No.5

15 Gergaji Tangan
.

36
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara bersama


Nelayan Pembuat Kapal 1 GT

37
Gambar 2. Pencatatan Hasil Wawancara

38

Anda mungkin juga menyukai