Anda di halaman 1dari 7

Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Media Sosial terhadap Eksistensi Bahasa

Indonesia

Oleh M. Haikal Al-Arif

A. Pendahuluan
Beberapa waktu yang lalu pada tanggal 28 Oktober 2021, bangsa Indonesia baru
memperingati hari Sumpah Pemuda. Pada tahun 1928 para pemuda Indonesia berikrar
yang berbunyi sebagai berikut.
1. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
2. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia juga menjadikan bulan Oktober sebagai peringatan Bulan
Bahasa. Kita ketahui bersama bahwa Bahasa Indonesia resmi dikukuhkan
kedudukannya sebagai bahasa nasional pada tahun 1928. Bahasa Indonesia kemudian
dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945,
sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ketentuan tersebut tertuang dalam UUD
1945 Pasal 36. Pasal tersebut berbunyi "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia."
Seperti diketahui, UUD 1945 disahkan oleh PPKI atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945 dan dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 29 Agustus 1945.
Berdasarkan keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan,
menurut sejarah, bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu dan sudah digunakan sebagai bahasa
penghubung, tidak hanya di Kepulauan Nusantara melainkan hampir seluruh wilayah
Asia Tenggara. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711837/ini-persamaan-
bangsa-indonesia-yang-jadi-ikrar-sumpah-pemuda
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan harus tetap dijaga eksistensinya.
Sebagai generasi muda wajib menjaganya. Akan tetapi fenomena yang terjadi saat ini
sebagian remaja kurang menjaga eksistensi bahasa Indonesia. Salah satunya karena
penggunaan bahasa gaul. Bahasa gaul dapat memperkaya khasanah penggunaan
bahasa. Akan tetapi bila digunakan tidak sesuai dengan situasi dan kondisi bahkan
cenderung kurang berminat atau tidak mau menggunakan bahasa Indonesia maka
eksistensi bahasa Indonesia terancam punah.
Menurut Sarwono (2004) dikutip Joko Suleman dkk bahwa bahasa gaul adalah
bahasa khas remaja (kata-katanya diubah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa
dimengerti di antara mereka) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air
yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah istilah itu berkembang, berubah
dan bertambah hampir setiap hari.
Perkembangan bahasa gaul tersebut sangat dipengaruhi dengan adanya media
sosial. Saat ini perkembangan media sosial sangat pesat dan penggunaanya
memberikan dampak positif dan negatif terhadap eksistensi bahasa Indonesia.
Perkembangan penggunaan internet membuat generasi muda sebagian besar waktu
dan aktivitasnya menggunakan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Twitter,
dan Instagram. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. 1.
Dampak penggunaan bahasa gaul di media sosial terhadap eksistensi bahasa
Indonesia. 2. Bagaimana cara mengatasi dampak tersebut?

B. Pembahasan
1. Pengertian Bahasa
Menurut Pateda (1987:4) dikutip Joko Suleman dkk bahwa bahasa merupakan
saluran untuk menyampaikan semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui
seseorang kepada orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia dapat bekerja
sama dengan orang lain dalam masyarakat. Hal tersebut berkaitan erat bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bahasa untuk memenuhi hasratnya.

2. Bahasa sebagai Media Komunikasi


Bahasa adalah alat komunikasi dan keyakinan bahwa bahasa berkembang sesuai
dengan perkembangan manusia sudah jadi simpulan banyak ilmuan. Perkembangan
bahasa itu pun sepadan dengan berkembangnya kebutuhan manusia karena bahasa
memang ada untuk melengkapi sesuatu yang diperlukan manusia. Dalam konteks
inilah secara pragmatis bahasa berkembang sejalan dengan ragam kehidupan manusia
sehingga lahirlah bahasa dalam berbagai ragam.
Ragam bahasa adalah bahasa dalam situasi kegunaannya dan pemanfaatannya
oleh
masyarakat. Misalnya, lahirnya ragam bahasa ekonomi, bahasa politik, bahasa
budaya, dan ragam bahasa lainnya. Salah satu ragam bahasa yang berkembang pesat
pada kehidupan masyarakat kekinian adalah ragam bahasa media sosial (Mansyur,
2015) dikutip Ayu Nisrina Aulia dkk (2019).
3. Media Sosial
Di zaman era modern saat ini, hampir semua kalangan memiliki media sosial
baik untuk keperluan pekerjaan maupun pribadi salah satunya yaitu menggunakan
Whatsapp, twitter, instagram. Sebagian orang sering menggunakan media sosial
dengan menggunakan bahasa yang tidak baku. Tentu saja tidak bisa disalahkan
karena di dunia maya tidak jelas siapa dan di mana letak lawan berbicara meskipun
sebagian orang sudah mengadakan interaksi dan berjumpa di dunia nyata dan
berlanjut berkomunikasi di dunia maya.
Bahasa di media sosial bukanlah bahasa resmi, walaupun begitu media sosial
tentu saja bersifat resmi sebagai alat komunikasi antar teman jarak jauh sehingga
bahasa yang digunakan mendekati bahasa resmi yang tidak terlalu menyimpang dari
ejaan bahasa Indonesia. Dari beberapa macam karakteristik bahasa warganet yang
digunakan dalam media sosial, salah satunya adalah penyisipan kosa kata asing.
Pembentukkan karakter menjadi hal yang sangat penting saat ini karena banyak
perilaku bangsa yang dipertanyakan keabsahannya sebagai karakter bangsa terlebih
adanya pergeseran zaman menuju arus globalisasi (Mustika, 2013).
Memang bahasa media sosial dapat digolongkan sebagai bahasa anak muda yang
memungkinkan kecerdasan lebih dari pada bahasa lainnya. Hal tersebut terjadi
beriringan dengan peningkatan teknologi sehingga kecanggihan teknologi juga
menentukan kecanggihan bahasa. Namun, kecanggihan ini pun sejatinya tidak
“merusak” identitas bahasa Indonesia karena kerusakan jati diri menjadikan salah
satu pertanda kerusakan identitas bangsa (Mansyur, 2015) dikutip Ayu Nisrina Aulia
dkk (2019).

4. Pengertian bahasa gaul


Menurut Sarwono (2004) dikutip Joko Suleman dkk bahwa bahasa gaul adalah
bahasa khas remaja (kata-katanya dibah-ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa
dimengeri di antara mereka) bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air
yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah-istilah itu berkembang, berubah
dan bertambah hampir setiap hari.

5. Ciri-ciri Bahasa Gaul


Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, yaitu: singkat, lincah dan
kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak
panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata
yang lebih pendek.
a. Kosakata khas:
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul
Aku Gua, gue, gwa
Ayah/ Bapak Bokap
Cantik Kece
Ibu Nyokap
Kamu Lo, Lu Elu
b. Penghilangan huruf (fonem) awal:
Fonem Awal Fonem Sudah Dihilangkan
Memang Emang
Sama Ama
Saja Aja
Sudah Udah
c. Penghilangan huruf “h”: Bohong Boong
Habis Abis
Hangat Anget
Hitung Itung
Hujan Ujan
d. Penggantian huruf “a” dengan “e”
Benar Bener
Cakap Cakep
Sebal Sebel
Senang Seneng
e. Penggantian diftong "au", "ai" dengan "o" dan "e":
Capai Cape
Kalau Kalo
Pakai Pake
Sampai Sampe
f. Pemendekan kata atau kontraksi dari kata/frasa yang panjang:
Bagaimana Gimana
Begini Gini
Begitu Gitu
Ini Nih
6. Faktor-faktor Pendukung Maraknya Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
a. Adanya bahasa gaul ditandai dengan menjamurnya internet dan situs-situs
jejaring sosial yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul.
Penikmat situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi
agen dalam menyebarkan pertukaran bahasa gaul.
Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan bahasa ini,
akan dilihat dan bisa saja ditiru oleh ribuan remaja lain. Misalnya, facebook,
twitter, friendster, instagram dan lain sebagainya.
b. Karena pengaruh lingkungan. Umumnya para remaja menyerap dari percakapan
orang-orang dewasa di sekitarnya, baik teman sebaya atau keluarga.
c. Peran media:
1) Media Elektronik yang menggunakan istilah bahasa gaul dalam film-film
khususnya film remaja dan iklan, misal dari adegan percakapan di televisi.
Artinya bahasa gaul tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara
masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena “disuapi” oleh media.
2) Media Cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran.
Selain itu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang
umumnya menggunakan bahasa gaul.

Dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi, dimana


segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu terup-todate. Dampak dari
modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara berpakaian, cara
belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara bertutur kata (pemakaian
bahasa). Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang sesuai zaman
masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah “memble aje” atau
“Biarin, yang penting kece” sempat ngetren. Istilah-istilah tersebut lantas tenggelam
dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, “so what gituloh”,
“jayus”, dan “Kesian deh lo!”.

7. Dampak Bahasa Gaul terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia


a. Dampak Positif
Kaum remaja lebih kreatif menggunakan bahasa dalam
pergaulan/berkomunikasi. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa gaul
ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa
yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan
komunikan yang tepat juga.

b. Dampak Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit pengguna bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita
diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Bahasa gaul dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-
kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan
maksud dari kata-kata gaul tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat
memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
memahaminya.
Bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya dalam berkomunikasi dengan
orang lain dalam acara yang formal. Misalnya ketika sedang presentasi di
depan kelas.

8. Cara Mengatasi Dampak Negatif Penggunaan Bahasa Gaul terhadap


Eksistensi Bahasa Indonesia
a. Kaum remaja harus bisa menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi.
Jika berada di kalangan remaja dan dalam situasi formal maka dianjurkan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika dalam situasi informal
maka boleh digunakan bahasa gaul.
b. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bahasa
tulis. Ddalam membuat tulisan khususnya tulisan formal maka diwajibkan
menggunakan bahasa baku, kecuali dalam tulisan karya seni/karya sastra.
c. Menumbuhkan kecintaan berbahasa Indonesia dengan bersikap positif. Sebagai
generasi muda, kita harus mencintai bahasa Indonesia sehingga keberadaan
bahasa Indonesia dapat dipertahankan keberadaanya. Salah satu caranya yaitu
terus belajar memperbanyak kosa kata bahasa Indonesia dan tidak malu
menggunakannya dalam situasi formal. Walaupun masih banyak melakukan
kesalahan dalam berbahasa Indonesia harus tetap semangat dan terus
menggunakannya dalam berkomunikasi formal baik lisan maupun tulisan.
C. Penutup
Eksistensi bahasa Indonesia dapat teracam kelestariannya jika generasi
muda/kaum remaja hanya mau menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi.
Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan bahasa nasional yang
wajib digunakan dalam situasi formal. Bahasa Indonesia juga sebagai identitas
bangsa. Sebagai orang Indonesia harus memiliki kesadaran dalam berbahasa
Indonesia. Oleh karena itu bijaklah dalam menggunakan media sosial sehingga
generasi tetap eksis dan kreatif berbahasa dengan menguasai bahasa Indonesia dan
sekaligus bahas gaul. Hal tersebut akan membuat bahasa Indonesia tetap terjaga
eksistensinya tanpa menghambat kreativitazs berbahasa sesuai dengan kemajuan
zaman. Pergunakan bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi.

Daftar Pustaka
Ayu Nisrina Aulia1, Sajdah Nuriyam2, Reka Yuda Mahardika. 2019. “Perspektif
Generasi Millenial Terhadap Eksistensi Bahasa Indonesia di Media Sosial”.
Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Volume 2 Nomor 3, Mei
2019.
https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/viewFile/2785/pdf

Kristina. 2021.”Ini Persamaan Bangsa Indonesia yang Jadi Ikrar Sumpah Pemuda”.
Artikel detikedu, "Ini Persamaan Bangsa Indonesia yang Jadi Ikrar Sumpah
Pemuda" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711837/ini-
persamaan-bangsa-indonesia-yang-jadi-ikrar-sumpah-pemuda.

Joko Sulemana, Eva Putri Nurul Islamiyah, 2018. “Dampak Penggunaan Bahasa Gaul
di Kalangan Remaja Terhadap Bahasa Indonesia”. Prosiding SENASBASA
http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA (Seminar Nasional
Bahasa dan Sastra) Edisi 3 Tahun 2018 Halaman 153-158 E-ISSN 2599-0519.
file:///C:/Users/simcool/Downloads/Documents/foto_non_lomba_061016_15607
00655018261800.pdf

Anda mungkin juga menyukai