Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021/2022
A. KONTROL LINGKUNGAN YANG MEMBENTUK BUDAYA (JAWA TENGAH)
a. Kebudayaan Lingkungan dan Kesehatan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan suatu pola
hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan diaanut oleh masyarakat
Jawa khususnya Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur . Budaya Jawa secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan Jawa Timur.
Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya Jawa menjungjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Bahkan budaya
Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri.
Beberapa Budaya Jawa yang paling diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris,
Kebaya, dan Gamelan. Budaya termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi
beberapa tingkat yaitu ngoko, madya, dan karma.
a. Sistem pertanian
• Adaptasi tradisional dan modern
• Cara membakar lahan dengan teknologi land clearing
• Ikut berburu dengan pendatan dari suku lain
b. Belief system dan sistem religi
• Percaya pada adanya tuhan dan mempercayai adanya leluhur yang memberikan
keberkahan cocok tanam melalui doa-doa
c. Organisasi produksi
• Kolektif
• Tidak ada pembagian tegas
• Dilakukan secara bersama-sama
d. Kepemimpinan
• Patuh pada pemerintahan desa
• Kepemimpinan tokoh agama
e. Kelembagaan sosial produksi
• System pelarian (gentian tenaga) dan bagi hasil
Menurut orang Jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin.
Bahkan semua itu berakar pada batin. Jika batin karep ragu nututi artinya berkehendak, raga
atau badan akan mengikuti. Sehat dalam kontek raga berarti waras apabila seseorang tetap
mampu menjalakan peranan sosial sehari-hari. Untuk menentukan sebab-sebab suatu
penyakit ada 2 konsep yaitu, konsep personalistik dan konsep naluralistik.
a. Dukun bayi, menangani terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi.
d. Dukun klenik, menangani orang yang terkena guna-guna atau “digawa uwong“
a. Dari Allah
c. Dari jin/setan
A. PENGKAJIAN
1. Faktor Teknologi
Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di
sana, Klien mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua. Klien mengeluh mengalami
perdarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien biasa berobat kedukun. Klien masih
percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
6. Faktor ekonomi
a. Pekerjaan
Klien bekerja sebagai petani
b. Sumber biaya pengobatan
Klien dan keluarga telah menyiapkan tabungan untuk persalinan klien
c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien
Klien menggunakan tabungannya untuk biaya bersalin
7. Faktor pendidikan
a. Pasien hanya pendidikan akhirnya hanya SMP
b. Setelah didiagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat ke
dukun.
c. Kemampuan klien masih minim karena masih percaya hal-hal gaib daripada medis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa
1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultur
3. Kurang penngetahuan berhubungan dengan kepercayaan dan sistem nilai yang dianut klien tentang
aborsi.
B. BUDAYA, NUTRISI, DAN MASALAH SPESIFIK (BUDAYA JAWA TENGAH)
2. Kultur
Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok
masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam
wujud fisik maupun abstrak. Oleh karena itu, suatu kultur secara alami akan diwariskan oleh
suatu generasi kepada generasi berikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama yang didesain
untuk memeperlancar proses transmisi kultural antar generasi tersebut (Ariefa Efianingrum,
2009: 21)
3. Nutrisi
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan
dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi.
4. Masalah Kesehatan Masyarakat Spesifik
Makanan rebung dan ujung tanaman muda menyebabkan mudah tertipu karena
tanaman muda itu masih empuk dan lemah. Kemudian daun kelor menjadikan lemah atau
dilemahkan karena biasa digunakan untuk melumpuhkan ajian. Lalu daging kerbau dapat
menjadikan tubuh tidak kuat karena kerbau terkenal binatang yang malas, itu yang ada pada
Serat Munasiyat Jati,” terangnya.
Serat Munasiyat Jati juga memberikan beberapa larangan dan anjuran serta akibat
dari perbuatan- perbuatan mengkonsumsi jenis makanan tertentu.“Orang yang tidak makan
sehari artinya mendekatkan pada kematian. Lalu orang yang Begadang terus-menerus
menjadikan dirasuki siluman. Orang suka bertapa berperilaku seperti hewan. Kemudian
menghindari makan nasi, daging, dan garam menjadikan badan selalu sehat dan bebas dari
segala penyakit. Berikutnya orang yang canduk atau bekam akan menghilangkan pegal dan
linu,” imbuhnya.
Selain tradisi pengobatan secara herbal, masyarakat Jawa juga memiliki tradisi
pengobatan dengan binatang sejak ratusan tahun silam. Tradisi pengobatan tersebut biasanya
bercampur dengan kepercayaan atau ritual.“Binatang yang banyak digunakan untuk
pengobatan tradisional ialah ayam yang nantinya akan dimanfaatkan telurnya. Dalam budaya
Jawa, telur ayam yang biasa digunakan sebagai obat ialah telur ayam yang keluar pertama
dari ayam yang sebelumnya belum pernah bertelur. Telur ini disebut telur tembean yang
artinya baru bertelur. Telur ayam kampung juga dipercaya menyehatkan badan untuk semua
umur,” pungkasnya.
Dilema nutrisi merupakan suatu keadaan yang terdiri dari dua pilihan yang sama-
sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan bagi seorang perawat maupun klien
dalam pemberian asuhan keperawatan pemenuhan nutrisi bagi klien.
Contoh kasus:
Seorang pasien post op secar 2hr yang lalu menolak makan makanan dari rumah
sakit yang pagi itu menu makanannya adalah telurayam dan sayur. Perawat melihat
makananyang disediakan dari RS tidak dimakan,setelah ditanyakan pada pasien dan
keluarga,mereka mengatakan tidak makan telurkarena menurut kepercayaannya kalau
adaluka tidak boleh makan telur karenaditakutkan dapat menyebabkan gatal-gatalpada area
luka sehingga luka tidak segera sembuh.
Dari segi pandangan medis orang yang memiliki luka dianjurkan makan makanan
yang TKTP. Salah satu protein yang disediakan RS denganpemberian makanan telur. Jika
pasien memiliki keyakinan dengan makanan yang dikonsumsi bahwa telur dianggap
menyebabkan luka menjadi gatal dan tidak segerasembuh, kita harus menghargai. Namun
harustetap diberi penyuluhan sesuai dengan kondisi pasien. Dan perawat dapat mengatasi hal
ini dengan Culture Care Accomodation/Negotiation Yaitu menggantikan protein telur
denganprotein yang lain misalnya protein nabati (tahu tempe)
Untuk mencegah makanan menjadi rusak/basi, maka setelah dimasak harus pastikan
makanan tidak berada terlalu lama dalam “danger zone”. Bakteri dapat bertumbuh sangat
cepat pada suhu 5°C - 60°C (41°F - 140°F), bahkan mereka mampu berlipat ganda setiap 20
menit, rentang suhu inilah yang disebut juga dengan istilah “danger zone”. Itulah mengapa
makanan sebaiknya dimakan segera setelah dimasak. Aturan ini berlaku terutama pada makan
yang mudah basi/perishable foods.
Namun, karena suhu “aman” untuk setiap makanan berbeda-beda, maka masing-
masing harus disajikan secara khusus. Makanan panas harus dikonsumsi selagi panas dan
makanan dingin harus dimakan saat masih dingin. Hal yang sama berlaku ketika akan
membawa bekal atau ingin menyiapkan MPASI ketika ingin traveling. Makanan seperti sayur
dan buah segar, serta ragam olahan susu sebaiknya disimpan pada suhu dingin. Sedangkan,
makanan seperti sup dan yang berkuah harus disimpan pada tempat tahan panas. Terdapat
pula makanan yang tahan pada suhu ruang dengan cara penyimpanan yang lebih mudah,
seperti roti, kacang dan buah kering (dried fruit).
Pada budaya Jawa Tengah untuk makan atau sarapan pagi biasanya disajikan saat baru
masak dan masih terasa panas. Pada siang dan malam hari biasanya disajikan dengan menu
sama yang dimasak pada siang hari dan dipanaskan pasa saat akan makan dimalam hari.
Makanan tradisional dapat ditinjau dari tujuannya, kapan, dan apa yang disajikan, hal
ini terutama berkaitan dengan aspek ritual. Beberapa makanan tradisional mempunyai arti
khusus dari segi ritual dan kepercayaan yang sudah turon temurun. Sebagai contoh
dikalangan suku Jawa dikenal upacara selamatan yang menggunakan jenis makanan tertentu,
misalnya beberapa jenis bubur. Ada bubur merah putih, bubur sengkala dan bubur tujuh
warna, bubur sapar, bubur sura dan lain sebagainya. Biasanya sajian bubur ini untuk menolak
bala atau untuk memperingati peristiwa tertentu misalnya kelahiran.
Bagi suku Jawa tumpeng merupakan hidangan yang dihidangkan pada beberapa
peristiwa penting baik syukuran, kelahiran atau kematian. Dikenal bermacam-macam
tumpeng, antara lain tumpeng robyong, tumpeng pungkur dll. Pada upacara bingkeng di desa
Lebakrejo, Kabupaten Purwodadi Kabupaten pasuruan Jawa Timur yaitu upacarayang
bertujuan agar desa selamat danjauh dari bala, disajikan tumpeng bayi, tumpeng agung dan
tumpeng kendit (soejono, 1992).
Tumpeng disajikan dengan lauk pauk tertentu yang mempunyai makna khusus. Antara
lain sayur kluwih dengan harapan rejekinya luwih-luwih; kacang panjang yang tidak dipotong
biar usinya panjang. Beberapa tanaman untuk pelengkap sesaji antara lain tebu yang berarti
anteping kalbu; cengkir kencenging pikir (Puspitaningtias, 1992).
Nasi atau pulut (ketan) kuning merupakan makanan sacral untuk beberapa suku baik
Jawa, Sumatera maupun Kalimantan. Beberapa daerah menyajikannya dengan lauk pauk dan
daerah lain dengan kelapa parut yang diberi gula merah.
Makanan tradisional juga membedakan makanan untuk kelompok umur tertentu dan
bahkan mempunyai makanan khusus untuk peristiwa daur hidup manusia mulai dari
kehamilan. kelahiran maupun kematian. (Kasniyah, 1995).
Makanan yang disajikan pada upacara kehamilan pada umumnya bertUjuan untuk
keselamatan dan kesehatan ibu dan bayinya. Makanan tertentu digunakan sebagai prediksi
jenis kelamin bayi dalam kandungan ibu, misalnya hidangan rujak Manis yang rasanya sedap
pertanda bayi di dalam kandungan bakallahir wanita. Sebaliknya bila rasa rujak hambar
diduga bakallahir laki-laki.
Anjuran dan pantangan makan makanan tertentu juga terdapat pada suku Jawa dan
Sunda. Makan buah nanas merupakan pantangan bagi Ibu hamil muda dibeberapa daerah.
Pada suku Sasak Lombok wanita hamil dilarang makan nanas dan mangga rawe. Bagi ibu
haroil dianjurkan untuk sering makan kunyit karena dianggap anak yang bakallahir akan
berkulit kuning.
Jenis makanan tabu bagi ibu hamil menurut Suku Jawa Tengah (Harnany, 2006)
N0 Jenis makanan Makna simbolis (hal yang terjadi bila dilanggar)
1. Daging kambing Khawatir terjadi abortus, dapat memicu hipertensi,
membahayakan janin
2. Telur (semua jenis) Bayi yang dikandung akan besar, bayi akan bisulan,
"memeti", setelah lahir bayi lemah dan bodoh, lapisan
selaput ketuban menjadi tebal seperti telur sehingga bayi
sulit keluar pada saat melahirkan
3. Udang Darah menjadi bau, sulit melahirkan, "Mletik-mletik", anak
akan susah keluar saat melahirkan, bayi lahir sungsang, bayi
bisa ngiler, anak akan bungkuk dan berwarna merah seperti
udang
4. Terung Anak lahir benjol-benjol, bayi akan mengecil kembali
meskipun lahirnya besar, menyebabkan gatal-gatal pada
anak
5. Durian "Landep", menyebabkan keguguran, kandungan akan terasa
panas, anak menjadi ingusan, mengandung pewangi yang
berbahaya bagi kehamilan
6. Nanas Menyebabkan keguguran, "Landep", menyebabkan
korengan, Diare, proses persalinan akan sulit dan kulit bayi
bersisik, gatal, kepala anak seperti nanas, menyebabkan
panas pada janin, anak akan membesar sehingga sulit saat
persalinan, membahayakan jani
7. Es/Air yang dingin Bayi menjadi besar didalam kandungan sehingga
menyebabkan sulit dikeluarkan saat persalinan,
Menyebabkan perdarahan, Bayi yang dikandung menjadi
influenza, Darah menjadi kental, Menyebabkan bayi lahir
cacat
8. Jamu Air ketuban berubah menjadi keruh
9. Makanan pedas Keguguran, Diare, Anak akan mengeluarkan banyak tahi
mata, Berat janin dalam kandungan akan berkurang, Wajah
bayi berwarna merah, Bayi sakit mata, Berpengaruh buruk
terhadap kondisi bayi, Gangguan perut, Sifat anak menjadi
pemarah
10. Minuman bersoda Membahayakan janin, "Landep”
11. Penyedap rasa Kelainan pada janin yang dikandung dan berpengaruh
berlebihan terhadap kesehatan ibu
12. Tape Menyebabkan keguguran, Janin menjadi kepanasan,
"Landep”
Dalam budaya Jawa Tengah, para ibu hamil tidak boleh makan buah nanas dan
durian karena bersifat panas. Pantangan ini dilakukan demi mencegah keguguran pada ibu
hamil. Selain itu, ini dipercaya juga dapat menyebabkan keputihan. Dalam budaya Jawa
Tengah juga para ibu hamil tidak boleh atau tidak dianjurkan memakan daging yang
bersifat panas seperti daging rusa dan daging kuda. Sebab jika memakan daging hewan
tersebut akan mengakibatkan pendarahan. Ibu hamil yang terlalu banyak memakan daging
dianggap berpotensi menimbulkan tensi darahnya naik dan juga membahayakan
perkembangan janin dan ibunya.
Adapula pantangan untuk ibu hamil di Jawa Tengah agar tidak memakan ikan
gabus, hal ini dikhawatirkan dapat membuat bayi sewaktu dikandungan hilang. Ikan gabus
merupakan jenis ikan tawar yang secara simbolik merupakan ikan yang bisa memakan
dirinya sendiri. Masih banyak lagi pantangan-pantangan makanan bagi ibu hamil menurut
Jawa Tengah, ada yang beranggapan ibu hamil tidak boleh makan jeroan, minum minuman
yang bersoda, yang mengandung kafein, dll.
Hal ini terjadi karena pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang semakin luas.
Sehingga mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dikonsumsi
dari segi medis. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada beberapa yang masih
mempercayai dan mempraktekkan pantangan makan ketika masa kehamilan. Orang yang
melakukan pantang makanan sudah tidak seketat dahulu. Upaya-upaya untuk memperbaiki
gizi telah dilakukan oleh tenaga medis dalam bentuk pengarahan kepada masyarakat,
khususnya ibu hamil. Masyarakat pun banyak yang menerima pengetahuan baru tentang
makanan untuk ibu hamil dari segi medis. Sebenarnya dari sisi medis, pantang makanan
sangat tidak dianjurkan karena semua makanan itu pada dasarnya baik semua untuk tubuh
asalkan tidak berlebihan dalam mengonsumsinya.
Perilaku memantang makanan diakui oleh ibu hamil di Desa Tiripan diperoleh dari
orang tua, mertua, atau tetangga. Mereka mengakui bahwa apabila tidak dilakukan pantangan
pada makanan tertentu sebenarnya tidak memberikan pengaruh apa-apa. Dipercaya bahwa
dilakukan pantangan agar mendapatkan keselamatan bagi ibu maupun bayi dalam kandungan.
Di Desa Sejahtera hiduplah kelurga kecil. Keluarga tersebut berjumlah empat anggota
keluarga yang terdiri dari Nenek N (60 tahun), Ny. X (35 tahun), An. Z (12 tahun), dan An.
W (10 tahun). An. Z (12 tahun) kini sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6,
sedangkan An. W (10 tahun) sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Sang Nenek
sehari-hari hanya berada di rumah dengan kegiatan memasak dan bersih-bersih rumah,
sedangkan Ny. X bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah tetangganya. Keluarga
Ny. X mempunyai kebiasaan memasak sayur blendrang. Di Desa Sejahtera tersebut warga
desanya sudah turun temurun memasak dan memakan sayur blendrang tersebut. Sayur
blendrang ini merupakan sayur yang sering dipanasi berhari-hari hingga menimbulkan rasa
gurih dan menjadi bubur. Setiap hari, Nenek N sering sekali memasak sayur blendrang
tersebut. Keluarga tersebut tidak mengetahui tentang dampak dari memasak sayur blendrang
terlalu sering bisa menyebabkan penyakit gondongan akibat kekurangan yodium. Hal
tersebut bisa terjadi karena proses pengolahan makanan yang lama dan proses pemanasan
berulang-ulang membuat manfaat yodium dalam garam hilang. An. Z mengeluh sakit pada
bagian lehernya dan merasa lehernya mengalami bengkak disertai demam. An. Z mengeluh
sakit sudah beberapa hari, namun keluhan dari An. Z tersebut dianggap sebagai hal biasa.
Gejala An. Z bertambah disertai susah makan karena leher dan pipinya membengkak. Ny. X
sebagai ibu memeriksakan anaknya ke mantri terdekat dari rumahnya untuk mengetahui
sakitnya tersebut. Dari beberapa keluhan diatas, keluarga tidak memahami atau kurangnya
pengetahuan penyakit apa yang sedang terjadi pada An. Z dan apa penyebab dari sakit dari
An. Z tersebut.
A. PENGKAJIAN
c. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Budaya yang masih kental dalam keluarga Ny. X mempengaruhi kebiasaan yang
dilakukan oleh keluarga Ny. X. Kebiasaan menghangatkan makanan secara terus-menerus
yang dilakukan oleh Ny. X merupakan kebiasaan dari ibunya yang juga sering memasak
dengan cara demikian, sehingga Ny. X menirunya. Kebiasaan-kebiasaan ini diturunkan dari
keluarga ke keluarga yang lain dan menjadi suatu warisan resep makanan sehingga menjadi
kebiasaan di daerah tersebut.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Amaluddin. (2015, Februari 22). Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi. Retrieved Mei
27, 2015, dari Metrotvnews: file:///G:/Angka%20Kematia n%20Ibu%20di%20Indonesi
a%20Masih%20Tinggi.htm
Cakrawati, D., dan NH, M. (2012). Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (2012). Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rajawali Per
Depkes RI. (2011). Kesehatan Ibu “Refleksi Hari Ibu: Skenario Percepatan Penurunan Angka
Kematian Ibu”. http://www.kesehatanibu.de pkes.go.id/ archives/335.
Fikawati, S., Syafiq, A., dan Karima, K. (2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers.
Foster, G. M., dan Anderson, B. G. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press).
Mahardika, A. (2011). Hal-Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Ibu Hamil. Yogyakarta:
Araska.
Miles, M. B., dan Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis second edition. California:
Sage Publications. Miles, M. B., dan Huberman, A. M. (2009). Data Management and Analysis
Methods. In N. K. Denzin, dan Y. S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research (pp. 591-609).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwitasari, D., dan Maryanti, D. (2009). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogjakarta: Nuha
Medika.