Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

VIDEO ANIMASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN


SIKAP REMAJA TENTANG BULLYING VERBAL
DI SMP KRISTEN 3 SURAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Selviana Wela
NIM S16118

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020

i
2

ii
3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Selviana Wela
NIM : S16118

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1) Karya tulis saya, proposal ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar sarjana, baik di Universitas Kusuma Husada Surakarta
maupun di perguruan tinggi lain.
2) Proposal ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam proposal ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Surakarta, 4 Februari 2020


Yang membuat pernyataan,

( Selviana Wela)

NIM. S16118

iii
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Anugerah,

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi

terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang buullying verbal di SMP Kristen 3

Surakarta ”. Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat bimbingan serta

dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan

dukungan maka kurang sempurna penyelesaian proposal ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Setiyawan, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Rektor Universitas Kusuma Husada

Surakarta

2. Yunita Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing utama yang

telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam

penyusunan skripsi ini

4. Noor Fitriyani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

iv
5

6. Seluruh staf pengajar dan akademik program studi Sarjana Keperawatan

Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

7. Kedua orang tua yang tak henti – hentinya mendoakan penulis dan selalu

memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.

8. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan program studi Sarjana

Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta yang tak pernah berhenti

memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak terlepas dari kekurangan dan

kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari

berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, 4 Februari 2020

Selviana Wela

v
6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori..................................................................................10
2.2 Kerangka Teori.................................................................................37
2.3 Kerangka Konsep..............................................................................38
2.4 Hipotesis...........................................................................................38
2.5 Keaslian Penelitian...........................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIAAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................42
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian........................................................43
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................45
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran....46
3.5 Alat Penelitian dan Pengumpulan Data............................................47
3.6 Teknik pengolahan Data dan Analisa Data......................................53
3.7 Etika Penelitian.................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
7

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman


2.1 Keaslian Penelitian 38
2.2 Variabel, Definisi Operasional dan Skala 46
Penelitian
2.3 Kuisoner Pengetahuan 47
2.4 Kuisoner Sikap 48

DAFTAR GAMBAR

vii
8

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman Gambar


2.1 Kerangka Teori 36
2.2 Kerangka Konsep 37
2.3 Rancangan Penelitian 41

DAFTAR LAMPIRAN

viii
9

Nomer Lampiran Keterangan

1 Usulan Topik Penelitian


2 Pengajuan Judul Penelitian
3 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4 Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
5 Surat Balasan
6 Lembar Penjelasan Tentang Penelitian
7 Persestujuan Menjadi Responden
8 Kuisoner Pengetahun
9 Kuisoner Sikap
10 Lembar Konsultasi

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah menjadi lingkungan pada siswa atau murid dalam proses untuk

berinteraksi sosial secara langsung dengan teman sebaya atau guru. Akan

tetapi, sekarang ini banyak terjadi permasalahan yang dilakukan oleh siswa

atau murid dilingkungan sekolah. Pada masa ini siswa mengalami berbagai

macam perubahan tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Secara mental

siswa diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi yaitu

penyimpangan dalam kehidupan sosial sesuai dengan tugas perkembangan

yang dilaluinya (Safitri dkk, 2013). Seiring berkembangnya teknologi

informasi televisi dan media cetak menyita perhatian di dunia pendidikan

zaman sekarang adalah bullying yang membentuk perilaku dari segi tayangan

yang mereka tampilkan (Rowan, 2013).

Bullying merupakan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok terhadap orang-orang atau kelompok lain yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan cara menyakiti secara fisik maupun mental (Prasetyo,

2011 ). Jenis dan wujud bullying secara umum dapat dikelompokan kedalam 3

kategori yaitu bullying fisik, bullying psikologi, dan bullying verbal (Widodo

dan Nita, 2017). Bullying verbal terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa

lisan untuk mendapatkan kekuasaan atas korbannya (Lestari, 2013) .


2

Sedangkan menurut (Zakiyah, 2017) juga berpendapat bullying verbal adalah

bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan

maupun anak laki-laki berupa julukan nama, celaan fitnah, kritik kejam dan

penghinaan. Adapun jenis-jenis bullying verbal yang dapat terdeteksi kerena

dapat tertangkap indera pendengaran. Contoh –contoh bullying verbal antara

lain : berteriak, meledek, mengata-ngatai, name callying, mengumpat,

memarahi, memaki (Sucipto, 2014).

Prevalensi bullying pada anak di tingkat Asia mencapai angka 70%

(Soedjatmiko, 2013). Data bullying di Indonesia yang dirilis oleh Pusat Data

dan Informasi, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA),

menyebutkan angka kekerasan pada tahun 2011- Agustus 2014 sebanyak 369

pengaduan terkait bullying (25%) dari total pengaduan di bidang pendidikan

yang berjumlah 1480 kasus (Setyawan, 2014) . KPAI juga menyebutkan bahwa

kasus bullying yang menimpa anak-anak di Indonesia, baik itu perkotaan dan

pedesaan hampir sama rata kasusunya (Syarifah, 2014). Menurut hasil kajian

Konsorsium Nasional Pengembangn Sekolah Karakter pada 2014, hampir

setiap sekolah di Indonesia terjadi bullying dalam bentuk bullying verbal

maupun bullying fisik. . Penelitian Sasmoko (2019) tentang studi kasus

perilaku bullying verbal kelas XI SMAN 3 Kediri hasil penelitian menunjukan

bahwa bullying yang sering terjadi yaitu perilaku bullying verbal. Hal ini

menunjukkan bahwa presentase yang banyak terjadi adalah bullying verbal


3

Gillete (2009) berpendapat bahwa perilaku Bullying Verbal akan

berdampak bagi korban sebagai berikut: kecemasan, kesepian, harga diri yang

rendah, depresi, anti sosial, keluhan kesehatan fisik, melarikan diri dari rumah,

menggunakan barang terlarang, bunuh diri, kiner ja akademik yang buruk.

Bullying tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada pelaku bullying

(Dwipayanti, & Koman, 2014). Dampak bullying dalam jangka panjang dapat

membuat korban menderita, karena masalah emosional dan perilaku (Rudi,

2015). Bullying memiliki efek yang sangat negatif, seperti munculnya problem

kecemasan, depresi, dan mengalami penurunan kemampuan belajar menurut

(Hidayati, 2012).

Upaya dalam mengatasi dan mencegah munculnya masalah bullying

diperlukan adanya peran perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan

jiwa dimana harus meningkatkan usaha dan perannya baik melalui jalur

pelayanan maupun pendidikan kesehatan menurut Suryaningseh, (2016).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media video animasi. Jeong (2012)

menegaskan bahwa diantara berbagai media pembelajaran, teknologi video

sangat efektif sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

pengetahuan dan sikap. Selain itu, animasi juga efektif dalam hal

pengembangan video animasi karena terbukti bahwa penggunaan film animasi

berpengaruh dalam suatu pembelajaran (Astuti & Mustadi, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Mirnayenti, Syahniar &

Alizamar (2015) yang menegaskan bahwa, peserta didik yang telah diberikan
4

layanan informasi menggunakan media animasi dapat mengurangi perilaku

bullying pada peserta didik. Melalui layanan informasi dengan menggunakan

media animasi akan menarik perhatian peserta didik terhadap materi yang akan

disampaikan. Dapat disimpulkan bahwa penyajian tampilan media animasi

menjadikan peserta didik lebih mudah untuk memahami pembelajaran dengan

menggunakan animasi powtoon tersebut, sehingga media pembelajaran ini

diyakini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Powtoon akan

mendorong peserta didik tertarik terhadap pemberian materi yang akan

disampaikan sehingga akan lebih memotivasi peserta didik. Hal ini juga dapat

dibuktikan dengan hasil penelitian (Pratiwi, 2018) yang menegaskan bahwa

layanan informasi dengan menggunakan media animasi dapat mengurangi

perilaku bullying.

Kurangnya pengetahuan dan sikap akan memicu terjadinya bullying

verbal. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap

objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri hingga sampai pada waktu

penginderaan menghasilkan pengetahuan tersebut. Sebagian besar pengetahuan

manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan

sikap (attitude) adalah pembentukan karakter dan sistem hubungan antar

kelompok, serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasrkan lingkungan dan

pengaruhnya terhadap perubahan (Budiman, 2014). Berdasarkan hasil

penelitian Araya, Natalia & Marida (2018) pada siswa kelas VIII D dan V111
5

E di SMPN 3 Palangka Raya yaitu hasil penelitian sebelum diberikan

pendidikan kesehatan tentang bullying didapatkan bahwa yang memiliki

tingkat pengetahuan baik berjumlah 7 responden (12%), yang memiliki yang

cukup berjumlah (60%), dan tingkat pengetahuan kurang berjumlah 17

responden (28%) dan hasil penelitian pada siswa kelas VIII D dan V111 E di

SMPN 3 Palangka Raya yaitu hasil penelitian sebelum di berikan pendidikan

kesehatan tentag bullying didapatkan bahwa yang memiliki sikap baik

berjumlah 21 responden (35%), sikap cukup berjumlah 39 responden (65%).

Berdasarkan hasil penelitian (Kurnia, 2013) mengenai perilaku bullying

verbal pada peserta didik kelas X1 SMP LKIA Pontianak, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perilaku bull ying verbal pada peserta didik kelas IX

SMP LKIA Pontianak sangat tinggi yaitu 67%, artinya perilaku bullying verbal

disekolah tersebut dikatakan cukup berbahaya dan dapat mempengaruhi

perkembangan psikologis maupun masa depan peserta didik yang menjadi

korban dan perilaku bullying verbal. Dampaknya korban merasa marah, sedih,

tertekan, terpojok,malas pergi ke sekolah , bermusuhan dengan teman dan

menyimpan rasa dendam terhadap pelaku. Hal ini menyebabkan terganggunya

proses belajar dalam kelas. Hubungan sikap dengan kejadian bullying

berdasarkan hasil penelitian Yurika Fridiana (2016) dapat disimpulkan bahwa:

siswa cenderung paham tentang bullying, intensitas siswa menonton tayangan

kekerasan di televisi cenderung rendah, sikap siswa terhadap bullying

cenderung positif. Selain itu, terdapat hubungan yang positif antara

pemahaman bullying dengan sikap terhadap bullying, hubungan negative antara


6

intensitas menonton tayangan kekerasan ditelevisi dengan sikap terhadap

bullying, serta terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman bullying

dan intensitas menonton tayangan kekerasan ditelevisi dengan sikap terhadap

bullying. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wijaya (2016) menunjukan hasil

bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan sikap terhadap

bullying. Semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki maka akan

memiliki sikap terhadap bullying yang baik, sebaliknya semakin rendah

kecerdasan emosional yang dimiliki maka akan memiliki sikap yang buruk.

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 19 November 2019 terdapat 56 siswa

terdiri dari kelas 7 dan 8 SMP Kristen 3 Surakarta, hasil wawancara dengan 10

siswa tentang bullying verbal responden mengatakan pernah di bully dengan

sebutan pendek, dikatain gendut, diejek, digosipin teman, dihina,

mempermalukan di depan teman-teman, dan memanggil dengan julukan nama

yang jelek. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 10 siswa terdapat

dua siswa yang di bully sampai pindah sekolah dan perasaan mereka merasa

sedih, sakit hati, malu dan menjadi lebih pendiam. Latar belakang tersebut

mendasari peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media video animasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja

tentang bullying verbal di SMP Kristen 3 Surakarta.


7

1.2 Rumusan Masalah

Bullying verbal terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa lisan untuk

mendapatkan kekuasaan atas korbannya. Upaya dalam mengatasi dan

mencegah munculnya masalah bullying verbal diperlukan adanya peran

perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan jiwa dimana harus

meningkatkan usaha dan perannya baik melalui jalur pelayanan maupun

pendidikan kesehatan. Pengetahuan dan sikap menentukan tingkat pemahaman

siswa tentang bullying verbal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

media video animasi. Video animasi merupakan media yang cocok untuk

pembelajaran berbasis masalah karena dapat menyampaikan pengaturan,

karakter, dan tindakan dalam cara yang menarik dan dapat menggambarkan

secara kompleks dan saling berhubungan dengan masalah. Rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media

Video Animasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bullying

Verbal di SMP Kristen 3 Surakarta.”


8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video

animasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying verbal

di SMP Kristen 3 Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik responden, meliputi umur dan jenis kelamin

2. Mengidentifikasi pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan

kesehatan dengan media video animasi

3. Mengidentifikasi pengetahuan remaja sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan media video animasi

4. Mengidentifikasi sikap remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dengan media video animsi

5. Mengidentifikasi sikap remaja sesudah diberikan pendidikan kesehatan

dengan media video animsi

6. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi

terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying verbal di SMP

Kristen 3 Surakarta
9

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Lain

Sebagai acuan bahan belajar tentang bullying verbal dengan

menggunakan media video animasi

1.4.2 Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan para

siswa, sehingga tidak melakukan tindakan bullying dan lebih

mengembangkan perilaku yang lebih positif.

1.4.3 Peneliti Selanjutnya

Peneliti berharap agar hasil penelitian pengaruh pendidikan kesehatan

dengan media video animasi tentang bullying verbal dapat menambah

pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti berikutnya

1.4.4 Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

berguna bagi petugas pelaksanaan program SDIDTK anak di

puskesmas.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Bullying Verbal

1. Pengertian Bullying Verbal

Bullying verbal terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa

lisan untuk mendapatkan kekuasaan atas korbannya (Lestari,

2013). Bullying verbal adalah bentuk penindasan yang paling

umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-

laki berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, mengejek

dan penghinaan (Zakiyah, 2017). Muhammad (2009)

mengungkapkan bahwa bullying verbal merupakan jenis bullying

yang juga dapat terdeteksi karena dapat tertangkap indera

pendengaran. Jadi bullying verbal merupakan suatu tindakan atau

perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang baik oleh anak

perempuan maupun laki-laki dan merupakan jenis bullying yang

dapat terdeteksi melalui indera pendengaran berupa julukan nama,

menghina, keritik kejam dan memfitnah.


11

2. Faktor penyebab terjadinya bullying verbal

Penelitian Haibuan (2015) dan Simbolon (2012) menyatakan

bahwa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan bullying

verbal antara lain:

a. Faktor keluarga yaitu kurangnya perhatian dari orang tua, efek

dari perceraian orang tua.

b. Faktor teman sebaya yaitu apaun yang dilakukan teman

sebayanya dianggap benar karena teman memebuatnya senang

dan terhibur.

c. Media sosial yaitu suatu media yang berdampak buruk bagi

remaja sehingga dengan leluasan remaja menggunakan media

sosial dan penggunaannya untuk melakukan bullying. Faktor

penyebab terjadinya bullying verbal yaitu faktor internal dan

eksternal.

1) Karakteristik kepribadian

2) Kekerasan yang dialami sebagai pengalaman masa lalu

3) Sikap keluarga yang memanjakan anak sehingga tidak

membentuk kepribadian yang matang.

Faktor eksternal yang menyebabkan kekerasan adalah:

Lingkungan dan budaya. Kusuma (2014) mengemukakan

bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying

antara lain: keluarga dengan pola asuh permisif dan pergaulan.


12

3. Dampak bullying verbal

Wiyani (2014) mengemukakan bahwa setiap perilaku agresif,

apapun bentuknya, pasti memiliki dampak buruk bagi korbanya.

Dampak bullying verbal itu lebih mengena pada sisi psikologis

yang dapat diingat oleh korban seumur hidupnya. Bullying verbal

seringkali dianggap remeh dan sepele selain karena dampaknya

yang tidak terlihat secara fisik, orang-orang yang melakukannya

pun seringkali tidak menyadari.

Bullying memiliki efek yang sangat negatif, seperti munculnya

problem kecemasan, deperesi dan mengalami penurunan

kemampuan belajar (Hidayati 2012). Sedangkan Gillete (2009),

berpendapat bahwa perilaku bullying verbal akan berdampak bagi

korban sebagai berikut :

a Kesepian

b Harga diri yang rendah

c Anti sosial

d Keluhan kesehatan fisik

e Melarikan diri dari rumah

f Menggunakan barang teralarng

g Bunuh diri dan kinerja akademik yang buruk

4. Penyebab seseorang dibully

Menurut Tumohon (2014) mengemukakan bahwa penyebab

seseorang yang dibully adalah orang yang memiliki keterbatasan


13

fisik, karena seorang yang memiliki keterbatasan fisik ini adalah

sasaran empuk bagi pelaku bullying tersebut, karena orang dengan

karakter tersebut merupakan orang yang tidak mampu melawan

apapun terhadap perlakuan bullying yang dilakukan oleh pelaku.

Seseorang yang menjadi korban bullying karena mereka memiliki

penampilan yang berbeda atau memiliki kebiasaan yang berbeda

dalam berprilaku sehari-hari, misalnya ketinggian, kependekan dan

memiliki berat badan yang berlebihan (Nurhidayah, 2012). Pada

umumnya seseorang yang menjadi korban bullying adalah orang

yang cantik, menarik, anak orang berbeda, kuru, tampak lemah,

pandai tapi fisiknya lemah, dan disayang guru (Widayanti, 2009).

5. Pencegahan bullying verbal

Wiyani (2013) berpendapat bahwa ada beberapa hal yang bisa

untuk mengurangi kemungkinan atau pencegahan agar tidak

menjadi sasaran tindakan bullying yaitu: bantulah anak kecil atau

remaja menumbuhkan self esteem (harga diri yang baik). Self

esteem yang baik yaitu:

a Bersikap dan berfikir positif

b Menghargai dirinya sendiri

c Menghargai orang lain

d Percaya diri

e Optimis dan berani mengatakan haknya.


14

Beberapa hal yang dapat mengurangi perilaku bullying verbal salah

satunya layanan bimbingan konseling yaitu konseling kelompok.

Konseling kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan

kepada individu (konseling) yang dilakukan dalam susunan

kelompok, bersifat pencegahan dan pennyembuhan, serta bertujuan

untuk pemberian kemudahan dalam berbagai aspek perkembangan

dan pertumbuhannya (Rusma, 2009).

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukarti,

Kurniawan, Mulawaarman (2018) mengenai mengurangi bullying

verbal melalui konseling kelompok dengan teknik kontrak perilaku

menunjukan bahwa: konseling kelompok dan tehnik kontrak

prilaku efektif untuk mengurangi bullying verbal pada siswa.

Menurut Lestari (2013) konseling kelompok bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman siswa terkait dengan bullying verbal

dan adanya keinginan siswa untuk menghentikan perilaku bullying

verbal. Penelitian Rakhmawati (2013) menjelaskan bahwa

melaksanakan kegiatan layanan bimbingan secara kelompok

dengan baik maka perilaku bullying akan menurun. Sehingga

konseling kelompok dengan pendekatan behavior yaitu teknik

kontrak perilaku merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi

perilaku bullying verbal pada siswa. Upaya guru BK (bimbingan

konseling) dalam mengatasi korban bullying verbal , jadi menurut

Simbolon (2012) mengemukakan bahwa sebagai guru pembimbing


15

kita harus membantu korban bullying dengan cara membangkitkan

kepercayaan dirinya dan berkolaborasi dengan tim pelayanan

kesehatan jiwa dimana harus meningkatkan usaha dan perannya

baik melalui jalur pelayanan maupun pendidikan kesehatan

(Suryaningseh, 2016).

2.1.3 Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja (adolescent) merupakan masa terjadinya perubahan

yang berlangsung dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan

psikososial. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak-anak

menuju remaja (Hardiansyah, 2014). Remaja adalah individu yang

sedang dalam masa perkembangan transisi antara masa anak-anak

dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosio- emosional (Santrock, 2012). Jadi dapat disimpulkan remaja

merupakan masa terjadinya peralihan dari masa anak-anak menuju

masa dewasa yang tumbuh dan mengalami perubahn baik biologis,

kognitif, dan sosio-emosional.

Masa remaja menurut (Sarwono, 2012) terdiri dari masa awal

(10-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), dan masa

remaja akhir (18-19 tahun

a. Remaja awal (early adoolescense) adalah masa yang ditandai

dengan berbagai perubhan tubuh yang cepat ,sering


16

mengakibatkan kesulitan dalam penyesuaian diri, dan pada saat

ini remaja dalam pencarian identitas diri.

b. Remaja menengah (middleadolescence) ditandai dengan

berbagai perubahan bentuk tubuh yang sudah menyerupai

tubuh orang dewasa

c. Remaja akhir (late adolescene) ditandai dengan pertumbuhan

biologis yang sudah melambat, tetapi masi berlangsung di

tempat-tempat lain. Emosi,minat, konsentrasi dan cara berpikir

remaja akhir mulai stabil. Kemampuan untuk menyelesaikan

masalah sudah mulai meningkat (Sarwono, 2012).

2. Perubahan yang terjadi pada remaja

Ada 2 perubahan fisik pada remaja yaitu:

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh

kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan saraf pusat,

khususnya di hipotalamus, beberapa jenis hormon yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah

hormone pertumbuhan (growt hormone), hormon gonadotrapik

(gonadrotoapic hormone), estrogen, progesteron, serta

testoteron. Perubahab fisik berupa percepatan tinggi berat

badan dan tinggi badan, perkmebangan karaktristik seks

sekunder, perubahan bentuk tubuh dan perkembangan otak

(Depkes, 2015).
17

b. Perubahan psikis

Penelitian Boyke (2013), perubahan psikis pada remaja

meliputi:

1) Perkembangan kognitif (berfikir logis, kritis dan analitis)

2) Perkembanagn emosional (sensitive, negative,

temperamental)

3) Perkembangan moral (rasa ingin diterima, dihargai dan

perhatian positi dari orang lain)

4) Perkembangan social (minat, bakat dan hobi)

5) Perkembangan kepribadian (role modeling,: artis, tokoh,

pemimpin)

c. Karakteristik Masa Remaja

Aryani, (2016), berpendapat bahwa karakteristik

perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam

menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri

anatara lain: menilai diri secara objektif dan merencanakan

dalam mengaktualisasikan kemampuannya dengan demikian,

pada fase ini seorang remaja akan:

1) Menilai rasa identitas diri

2) Meningkatkan minat pada lawan jenis

3) Menggambarkan perubahan seks sekunder dalam citra

tubuh

4) Memulai perumusan tujuan okupasional


18

5) Memulai pemusatan diri otoritas keluarga

2.1.4 Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluative terhadap objek,

orang atau peristiwa yang merupakan konsep paling penting dalam

psikilogi sosial yang membahas unsur sikap, baik sebagai individu

maupun kelompok. Banyak penelitian yang telah dilakukan

terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam

pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta

pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan

pengaruhnya terhadap perubahan (Budiman, 2014).

Penelitian Slamet Santoso (2010) mengemukakan bahwa sikap

adalah kecendrungan berbuat atau bereaksi secara senang atau tidak

senang terhadap orang-orang, objek atau situasi. Sikap mempunyai

hubungan yang erat dengan kepentingan atau nilai yang dimiliki

individu dan sifatnya lebih laten dibanding dengan trait. Oleh

karena itu, sikap berhubungan erat dengan bagaimana individu

akan bertingkah laku sesuai dengan situasinya. Jadi dapat di

simpulkan bahwa sikap merupakan suatu pikiran, kecendrungan

dan perasaan seseorang untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada

lingkungan yang seringnya bersifat permanen karena sulit diubah.


19

2. Tingkatan Sikap

Waryana (2016), Wawan dan Dewi (2011) sikap terdiri dari

berbagai tingkatan yatu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah merupakan

indikasi dari sikap

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Faktor yang mempengaruhi sikap

Wawan dan Dewi (2011) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalamn

peribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu


20

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalamn pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

individu pada umumnya cendrung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah

sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media masa

Dalam pembertitaan surat kabar maupun radioatau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cendrung dipengaruhi oleh sikap penulisnya

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bent
21

2. 1.5 Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera

manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba dengan sendiri pada waktu penginderaan sampai

menghasilakan pengetahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh

intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu . Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi (Waryana,2016). Dari pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu.


22

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang (Wawan dan Dwi, 2016) yaitu:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah

berlangsung seumur hidup. Pengetahuan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

orang tersebut untukk menerima informasi. Dengan

pendidikan tinggi maka seseorang cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dimedia

masa

2. Massa media/ informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek ( immediate impact) sehingga mengasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Hal tersebut dibarengi dengan

kemajuan komunikasi berbagai media massa seperti televisi,

radio, surat kabar,majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang

(Wawan dan Dwi, 2016).


23

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahanya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan

menentukan tersedia suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupuun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masalalu .


24

6. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan social serta lebih banyak melakukan persiapan demi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu

orang usia muda akan lebih banyak mengunakan banyak waktu

untuk membaca. Sedangkan Waryana (2016) ada 3 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu :

a. Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri misalnya

intelegasi, minat, kondisi fisik.

b. Faktor eksternal : faktor dari luar diri misalnya keluarga,

masyarakat, sarana

c. Faktor pendekatan belajar : faktor upauya belajar,

misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.

3. Tingakatan Pengetahuan

Waryana (2016), Wawan dan Dwi (2016) mengemukakan

bahwa tingkat pengetahuan sesorang mencerminkan seberapa

banyak yang dimiliki orang tersebut. Pengetahuan yang mencakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:


25

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap

suatu materi yang telah dipelajari sebalumnya .

b. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar .

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untu k menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya

d. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain .

e. Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan baru .

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan justifikasi atau penilaiaan terhadap suatu

materi / objek
26

2.1.6 Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah bagian dari upaya kesehatan yang

menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku yang

sehat. Perilaku seseorang merupakan penyebab utama timbulnya

masalah kesehatan. Dengan mengubah perilaku seseorang, dapat

memecahkan dan mencegah timbulnya masalah. Melalui

pendidikan kesehatan kita membantu untuk memahami perilaku

mereka, dan bagaimana perilaku ini berpengaruh terhadap

kesehatan. Kita akan mendorong mereka untuk memilih cara yang

tepat untuk hidup sehat (Irianto ,2013). Pendidikan kesehatan

adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses

pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan

yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar atau

aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoadmojo,

2013). Dari pengertian diats dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan merupakan upaya yang akan membantu untuk

memecahkan dan mencegah timbulnya masalah dan dengan

pendidikan kesehatan dapat membantu utnuk mencapai tujuan

kesehatan yang direncanakan.


27

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan

dituju dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki

beberapa tujuan menurut (Joesafira, 2012) antara lain:

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku

sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik

fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka

kesakitan dankematian.

c. menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk

mengubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat

dalam bidang kesehatan

Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk

tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan

derajat kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif

secara ekonomi maupun sosial (Mubarak, 2009).

3. Metode pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2014), metode pendidikan kesehatan

merupaka suatu kegiatan yang mempunyai masukan (input),


28

proses dan keluaran (output) mempengaruhi tercapainya suatu

hasil secara optimal.

Metode yang dikemukan antara lain :

a. Metode pendidikan kesehatan perorangan (individu)

Dalam pendidikan kesehatan metode ini digunakan untuk

membina perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas

kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya

maka perlu menggunakan metode atau cara ini

1) Bimbingan dan penyuluhan kesehatan

Metode ini digunakan dengan cara kontak antara klien

dengan petugas. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien

dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.

Berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan

menerima perilaku tersebut

2) Wawancara

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan kesehatan.wawancara antara petugas

kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa tidak atau belum menerima perubahan.


29

b. Metode pendidikan kesehatan kelompok

Pemilihan metode kesehatan kelompok harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal

sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya berbeda

dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu metode akan

tergantung pada besarnya sasaran penyuluhan kesehatan.

Metode ini mencakup :

1) Kelompok besar, yaitu apabila peserta pendidikan

kesehatan lebih dari 15 orang. Metode yang baik

untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

a) Metode ceramah dapat digunakan untuk semua

tingkatan pendidikan, baik pendidikan rendah

maupun yang tinggi (Notoatmojo, 2014).

Sedangkat menurut Bany (2014) metode ceramah

adalah suatu metode pendidikan yang didalamnya

menjelaskan sesuatu secara lisan.

b) Metode seminar hanya cocok digunakan untuk

sasaran dengan pendidikan menengah keatas.

2) Metode kelompok kecil, yaitu apabila peserta

penyuluhan kurangri 15 orang. Metode yang cocok

untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah

pendapat, dan simulasi.


30

4. Media pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2014), media pendidikan kesehatan

adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan

bahan, materi, atau pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi tiga

yakni media cetak, media elektronik, media papan.

a. Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk

buku, baik tulisan maupun gambar

2) Leaflet : selembaran kertas yang dapat dilipat berisi

tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah

dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

3) Fliyer (selebaran) : seperti leaflet tapi dalam bentuk

lipatan

4) Flip chart (lembar balik) : pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar baik. Biasanya dalam

bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi

gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai

pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubik : tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,

mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal

berkaitan dengan kesehatan


31

6) Poster : bentuk media cetak berisipesan-pesan atau

informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-

tembok, di tempat-tempat umum atau dikendaraan umum

7) Foto : mengungkapkan imformasi-informasi

b. Media elektronik

1) Media Video Animasi

a) Pengertian

Salah satu media audiovisual adalah dengan media

video. Dalam pendidikan kesehatan video animasi

sering digunakan sebagai media dan sarana melakukan

penyuluhan kesehatan. Media video merupakan bahan

ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena

dapat di sampaikan kepada siswa secara langsung,

dengan menggunakan media video dapat menambah

minat siswa dalam belajar karena siswa dapat

menyimak sekaligus melihat gambar (Daryanto, 2011).

Animasi adaalah suatu kegiatan menghidupkan atau

menggerakan benda mati (gambar) menjadi seolah-olah

hidup, karena animasi mampu menjelaskan suatu

konsep atau proses yang sulit yang dijelaskan dengan

media lain sehingga menimbulkan motivasi pengguna

(siswa) untuk ikut berperan aktif dalam proses

pembelajaran (Munir, 2012).


32

Video animasi adalah sekumpulan gambar yang

berdiri sendriri dan tersusun berurut dalam setiap

perubahannya yang kemudian di proyeksikan secara

berturut-turut sehingga memunculkan ilusi gerak

(Diana, 2013). Media animasi pembelajaran merupakan

media yang berisi kumpulan gambar yang diolah

sedemikan rupa sehingga menghasilakn gerakan dan

dilengkaapi audio sehingga berkesan hidup (Furoidah,

2009). Media video animasi dapat meningkatakn

perhatian, konsentrasi, imajinasi dan pemahaman

subjek penelitian terhadap materi yang di sampaikan.

Animasi sangat efektif digunakan oleh penidik karena

dapat menarik perhatian peserta didik dalam situasi

pembelajaran, dan membangkitkan motivasi dan minat

siswa dalam proses belajar mengajar (Sukiyasa dan

Sukoco, 2013).

b) Kelebihan dan kekurangan video animasi

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan video animasi

menurut (Putriani, 2016)

(1). Lebih mudah diingat penggambaran karakter

yang unik

(2). Efektif karena langsung pada sasaran yang dituju


33

(3). Efisien sehingga memungkinkan frekuensi yang

tinggi

(4). Lebih fleksibel mewujudkan hal-hal yang khayal

(5). Dapat diproduksi setiap waktu

(6). Dapat dikombinasi dengan live action

(7) Kaya akan ekspresi warna

c) Jenis-jenis media animasi

Media pembelajaran berbasis animasi merupakan

model pembelajaran yang inovatif. Secara umum

penggunaan media animasi sebagai alat bantu

pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan

perkembangan teknologi dan terbatasnya waktu

didalam kelas. Sikap seseorang terhadap suatu objek

selalu berperan sebagai perantara antara responnya dan

objek yang bersangkutan. Berikut merupakan kelompok

media animasi (Pratiwi, 2018):

1) Animasi tradisional /2D

Animasi tradisional dibuat oleh animator dengan

menggunakan sketsa tangan untuk setiap

frame/gambar. 2D animasi dibuat dari kumpulan

gambar yang kemudian diwarnai, dan

menempelkannya pada background/gambar latar

yang telah diwarnai.


34

2) 3D Animasi

3D animasi adalah objek animasi yang berada pada

ruang 3D. Objek animasi ini dapat dirotasi dan

berpindah seperti objek rill. Proses pembuatan

grafis komputer 3D dapat dibagi secara sekuens

menjadi 3 fase dasar.

3) Stop Motion

Bentuk dari animsi yang dibua dari kumpulan foto

atau gambar yang disusun secara frame by frame.

Salah satu bentuk dari animasi stop motion bisa

menggunakan media lilin sebagai bahan utama

untuk pembuatan karakternya

d. Animasi Powwton

Penggunaan animasi dalam proses pembelajaran

sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dasn

efisiensi proses pengajaran, serta hasil pembelajaran

yang menigkat. Menurut Shannon Mershand powwton

merupakan fitur animasi perangkat lunak berbasis

layanan online yang memungkinkan pengguna dengan

cepat dan mudah membuat presentasi animasi dengan

memanipulasi objek, animasi ini sangat menarik bagi

peserta didik. Dalam fitur animasi powtoon dapat

memasukkan gambar animasi unik, memasukkan musik


35

dan dapat juga memasukkan rekaman suara

penggunanya.

Video animasi powwton ini mempunyai beragam

fitur animasi yang sangat menarik diantaranya animasi

tulisan tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang

lebih hidup serta pengaturan time line yang sangat

mudah. Selain itu juga media powtoon ini mudah

dijadikan media penyampaian materi pembelajaran

dengan cara yang menarik, sehingga siswa tidak jenuh

dengan materi yang guru sampaikan Sand Animation

dan Super Neli (2016). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis viedo animasi powwton.

Selain video animasi media eletronik juga dapat dibagi

menjadi 3 bagian yaitu:

1) Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara,

forum diskusi atau tanya jawab, pidato atau

ceramah, televisi kuis atau cerdas cermat

2) Radio : bisa dalam bentuk obrolan atau tanya

jawab, sandiwara radio, ceramah

3) Slide : dapat juga digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi kesehatan


36

c. Media papan

papan/ bill board yang dipasang di tempat-tempat umum

dapat dipakai untuk diisi dengan pesan-pesan atau informasi-

informasi kesehatan. Media papan juga mencakup pesan-

pesan yang ditulis pada lembaran yang di tempel pada

kendaraan umum(bus/taksi).
37

2.2 Kerangka Teori

Remaja
Faktor penyebab terjadinya Dampak bullying verbal
bullying verbal pada remaja : :
1. Faktor keluarga Bullying verbal Dampa bullying dalam
2. Teman sebaya jangka panjang (dapat
3. Media sosial Pencegahan bullying membuat korban
4. Fakor intenal verbal menderita, karena
5. Faktor eksternal 1. Memberikan masalah emosional dan
layanan bimbingan perilaku)
konseling
Kecemasan
kelompok dan
teknik kontrak Kesepian
perilaku efektif
dengan pendekatan Harga diri rendah
behavior
2. bantulah anak kecil Depresi
atau remaja Anti soial
menumbuhkan self
esteem (harga diri Keluhan kesehatan fisik
yang baik
3. Diperlukan Melarikan diri dari rumah
adanya peran Menggunakan barang
perawat sebagai Faktor yang
terlarang
salah satu tim mempengaruhi sikap:
pelayanan Bunuh diri dan kinerja
Pengalaman pribadi
kesehatan yaitu: akademik yang buruk
Faktor yang mempengaruhi Pengaruh orang lain
Pendidikkan yang dianggap penting
pengetahuan : kesehatan
Pendidikan menggunakan Pengaruh kebudayaan
Massa media/informasi video animasi
Media masa
Sosial budaya dan ekonomi
Lembaga pendidikan
Lingkungan dan lembaga agama
Pengetahuan sikap
Pengalaman
Usia Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : (Nasution dan Haibun, 2015), (Wiyani,2014), (Gillete, 2009),
(Mulawarman, 2018), (Wawan dan Dwi, 2016).
Keterangan
: Diteliti
: Tidak d teliti
38

2. 3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka fikir mengenai hubungan

antara variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan

antara konsep dengan konsep lainnya dan masalah yang di teliti

sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan

(Narsidi, 2012)

Variabel indepeden Variabel dependen

Pendidikan Kesehatan Pengetahuan


Menggunakan media video dan Sikap Remaja Terhadap
animasi
Pencegahan Bullying Verbal

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar

kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang

dirumuskan (Sugiyono,2011). Hipotesis dalam penelitian ini ada 2

yaitu:

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video

animasi terhadap pengetauan dan sikap remaja tentang

bullying verbal
39

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video

animasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying

verbal

2.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal,

didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan

peneliti, sebagai berikut:

Tabel 2.1
Keaslian Penelitian
Nama peneliti Judul penelitian Metode Hasil
Kurnia , indri Perilaku bullying Jenis penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini,
Astuti, Abbas verbal pada peserta adalah metode ditujukan bahwa bullying
Yusuf (2018) didik kelas IX SMP deskriptif verbal pada siswa kelas IX SMP
LKIA Pontianak LKIA Pontianak adalah dalam
kalender yang cukup tinggi (1)
faktor yang menyebutkan
individu melakukan bullying
verbal mencapai 70%. (2)
Faktor penyebab individu
menjadi korban bullying verbal
mencapai 66%. (3) Dampak
bullying verbal bagi korban
mencapai 69%. (4) Damapak
bullying verbal bagi pelaku
mencapai 65%. (5) Upaya guru
BK dalam meencegah korban
bullying verbal mencapai 73%.
(6) Upaya guru BK dalam
mengatasi korban bullying
Wenna Araya, Pengaruh pendidikan Penelitian ini verbal mencapi 67%.
Desy Natalia, kesehatan tentang menggunakan
Chori Marida, bullying dengan metode Pra- Berdasran hasil uji statistik
(2018) metode role play eksperimental pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap dengan terhaddap pengetahuan dan
pengetahuan dan pendekatan sikap menunjukan nilai
sikap remaja SMPN one- group significancy (p value=0,000< a
pra-post test 0,05) yang artinya Ha diterima
design dan m sehingga ada pengaruh
enggunakan pendidikan kesehatan tentang
40

teknik bullying dengan metode role


purposive play terhaddap pengetahuan dan
sampling serta sikap remaja SMPN.
menggunakan
uji statistik
wilcoxon
dengan 60
responden
Fidia Fitri Ade Efektivitas layanan Metode yang Berdasrkan hasil analisa data
Pratiwi, (2018) informasi digunakan yang diperoleh hasil hipotesis
menggunakan media adalah Ho ditolak dan H1 diterima
animasi dalam kuantitaif karena hasil anlisis uji t thitung
mereduksi perilaku dengan jenis < ttabel dengan α = 0,05,
bullying peserta penelitian yang dengan hasil diperoleh 0,00 <
didik di SMP PGRI digunakan 0,05 menunjukan bahwa adanya
6 Bandar Lampung adalah jenis efektivitas layanan informasi
(2018) Quasi menggunakan media animasi
Ekspsperiment dalam mereduksi peilaku
dengan desain bullying SMP PGRI 6 Bandar
pre-post Lampung.
control grup
desain
Faijrin, Hubungan antar Metode Hasil penelitian dari 75
Rahayu, tingkat pengetahuan penelitian responden menyatakan tingkat
Hartiti, (2013) dengan perilaku kuantitatif, pengetahuan rendah tentang
bullying pada remaja desain bullying sebanyak 1,3% ,
di SMK PGRI penelitian yang tingkat pengetahuan sedang
Semarang digunakan sebanyak 54,7% dan tingkat
adalah pengetahuan tinggi sebanyak
deskriptif 44,0%. Dari 75 responden,
dengan jenis responden yang tidak
studi melakukan perilaku bullying
korelasional. sebanyak 0%, responden yang
Pendekatan jarang melakukan perilaku
yang digunakan bullying sebanyak 60,0% dan
cross-sectional responden yang sering
melakukan perilaku bullying
sebanyak 40,0%. Penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku bullying.
Semakin tinggi tingkat
pengetahuan remaja tentang
bullying, maka semakin rendah
tingkat kejadian bullying dan
sebaliknya.
41

BAB III
METODE PENELITIAN
42

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan

penelitian pre-experimental design melalui pendekatan one group pre

post test design yaitu hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan

perlakuan (Sugiyono, 2018). Berikut adalah skema penelitian pre-

experimental design melalui pendekatan one group pre post test design

R: OI X O2

Gambar 3.1 rancangan one group pre post test design

Keterangan :
R : Responden

O1 : Pre test pada responden

O2 : Post tes pada responden

X: Intervensi pendidikan kesehatan dengan media Video Animasi

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
42
43

Populasi menurut (Sugiyono, 2019) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subyek yang menjadi kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi menurut Nursalam

(2013) adalah subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan. Pada penelitian ini populasinya adalah semua siswa

kelas 9A dan 9B di SMP Kristen 3 Surakarta dengan jumlah

populasi 56.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2019).Jumlah responden

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus dari Slovin untuk

menentukan besaran sampel dalam penelitian ini dengan tingkat

presisi (keseksamaan) 90% atau α = 0,1 (Riyanto, 2011), yang

rumus perhitungannya sebagai berikut:

n= N
1+ N(d2)
Keterangan :

n = Besarnya sampel

N= Besarnya populasi

d= Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang digunakan yaitu

sebesar 5% atau 0,1


44

Perhitungan jumlah sampel dengan rumus Slovin adalah:

n= 56
1 + 56 (0,1)2
n= 56
1 + 56 (0,01)
= 56
1 + 0.56
= 56
1.56
= 35

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin didapatkan

jumlah sampel yang dapat mewakili dalam penelitian ini sebanyak

35 responden.

3.2.3 Tehnik Pengambilan Sempel

Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan sama bagai setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Purposive samplinga dalah teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan

yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2017).


45

Penentuan kriteria inklusi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi:

a Bersedia menjadi responden

b Responden yang belum pernah mendapat pendidikan

kesehatan

c Responden yang pernah dibully

2. Kriteria ekslusi

a Responden tidak hadir saat dilakukan pengumpulan

data dan pendidikan kesehatan

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat penelitian

Penelitianini akan dilakukan di SMP Kristen Surakarta

3.1.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Independent ( Variabel Bebas )


46

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timmbulnya variabel depenent

atau terikat (Sugiyono, 2019). Variabel independent pada penelitian

ini adalah pendidikan kesehatan terhadap pencegahan bullying

verbal.

3.4.2 Variabel dependent ( Variabel Terikat )

Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel independent (Sugiyono,

2019). Variabel dependent pada penelitian ini adalah pengetahuan

dan sikap

3.4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Tabel 2.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran


No Variabel Definisi operasional Kategori Alat ukur Sk
1. Pendidikan Pemberian pendidikan kesehatan -
dengan media video animasi tentang
Kesehatan pencegahan bullying verbal dengan
durasi video 15 menit
2. Pengetahuan Hasil dari tahu setelah melihat, Kuisoner Ord
tentang mendengar, serta membaca tentang 1. Baik =76-
pencegahan pencegahan bullying verbal. 100% Pengetah
Bullying 2. Cukup =55- uan
Verbal 75%
3. Kurang =
<56%
(Nursalam, 2013)
47

3. Sikap tentang Kecendrungan berbuat atau bereaksi 1. Sangat baik Kuisoner Ord
pencegahan secara senang atau tidak senang =76 –100% sikap
Bullying tentang bullying verbal. 2. Baik =.>75%
Verbal 3. Cukup = 56%-
75%
4. Kurang = ≤
55%
(Wawan &
Dwi, 2010)

3.5 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang di amati (Sugiyono, 2019).

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner sikap dan pengetahuan bullying verbal

1. Kuisoner pengetahuan

Kuisoner pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti, isi

pertanyaan diambil dari refrensi artikel dan materi yang

berisi 19 item pertanyaan. Instrumen yang digunakan untuk

mengetahui pengetahuan. Kuesioner berisi dua jawaban

alternatif, benar atau salah. Pertanyaan di buat dua tipe

yaitu favourable dan unfavourable.

a Sifat favourable merupakan sikap positif dari

pertanyaan alternatif

benar : bernilai 1 dan salah : bernilai 0


48

b Sifat anfavourable merupakan sikap negative dari

pertanyaan alternative

benar : bernilai 0 dan salah : bernilai 1

Table 3.3 Nomor Item Pengetahuan

Aspek yang Dinilai Favourable Unfavourabl


No Jumlah
e

1. Pengertian Bullying Verbal 2,10 5,12,15 5


2. Faktor yang mempengaruhi 3,6,11,14 4 5
Bullying Verbal
3. Dampak Bullying Verbal 1,13,18 16,19 5
4. Penyebab terjadi Bullying 7 1
Verbal
5. Pencegahan Bullying Verbal 8 9,17 3

Total 11 8 19

2. Kuisoner sikap

Kuisoner pada penelitian ini juga dibuat sendiri oleh

peneliti, isi pertanyaan diambil dari refrensi artikel dan

materi yang berisi 14 item pertanyaan. Instrumen yang

digunakan untuk mengetahui sikap Remaja menggunakan

kuesioner dengan skala Likert

a. Pernyataan positif

Sangat setuju :4

Setuju :3

Tidak Setuju :2
49

Sangat Tidak Setuju :1

b. Pernyataan negatif

Sangat Setuju :1

Setuju :2

Tidak Setuju :3

Sangat Tidak Setuju :4

Table 3.4 Nomor Item sikap

No Aspek yang Favourable Unfavourable Jumlah

Dinilai
Faktor yang mempengaruhi 1,3,7 4,5,9 6

bullying verbal
Dampak bullying verbal. 6,8 2
Respon terhadap bullying 2,10,`12 11,13,14 6

verbal.
Total 6 8 14

3. SAP Pendidikan kesehatan

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) pada penelitian ini

merupakan seperangkat susunan acara penyuluhan yang

akan dilakukan seperti topik acara, tempat, sasaran acara

penyuluhan serta konsep acara penyuluhan.

4. Video animasi
50

Video animasi adalah sekumpulan gambar yang berdiri

sendriri dan tersusun berurut dalam setiap perubahannya

yang kemudian diproyeksikan secara berturut-turut

sehingga memunculkan ilusi gerak. Dalam penelitiana ini

peneliti menggunakan video animasi jenis powwton sebagai

media penyuluhan kesehatan milik Mutia Subita (2017 )

berisi tentang pencegahan bullying verbal .

3.5.2 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan angka

kevalidan dan kesasihan suatu instumen (Arikunto, 2010). Suatu

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r

tabel pada taraf signifikan 5 % (Ghozali, 2013). Uji coba instrumen

atau uji validitas akan dilakukan di SMP K risten 1 Surakarta, karena

SMP Kristen 1 Surakarta mempunyai karakteristik yang sama dan

sama-sama sekolah sewasta. Hasil uji validitas kuisoner pengetahuan

dengan 27 butir pertanyaan terdapat 19 item valid pada nomor

3,5,6,7,8,9,10,12,14,15,16,18,19,20,21,23,24,26,27 dan 8 item tidak

valid pada nomor 1,2,4,11,13,17,22,25 karena r hitung < r tabel

dengan nilai 0,117-0,324. Sedangkan hasil uji validitas kuisoner sikap

dengan 25 butir pertanyaan terdapat 14 item valid pada nomor

3,4,5,6,7,8,9,10,11,14,18,19,20,23 dan 12 item tidak valid pada nomor


51

1,2,12,13, 15,16,17,21,22,24,25 karena r hitung < r tabel dengan nilai

0,016-0,329

Alat dalam penelitian ini adalah SAP, kuisoner dan media video

animasi yang akan dilakukan proses uji val iditas konten atau uji

expert dengan dua dosen di bidang komunitas. Jumlah responden

untuk uji validitas kuisoner adalah 35 responden.

3.5.3 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik (Notoadmojo, 2015). Suatu

kuisoner dikatan reliabel jika kuisoner tersebut memberikan indikasi

yang stabil dan konsisten dari karakteristik yang diteliti. Kuisoner ini

belum baku, oleh karena itu dilakukan uji reliabilitas. Tempat yang

akan dilakukan uji reliabilitas kuisoner ini adalah SMP Kristen 1

Surakarta. Karena SMP Kristen 1 Surakarta karena mempunyai letak

geografis yang sama dan sama-sama sekolah sewasta. Jumlah

responden untuk uji reliabilitas 35 orang. Uji reliabilitas dilakukan

pada bulan Juli 2020. Untuk menguji realibilitas instrumen peneliti

menggunakan teknik Alpha Cronbach. Instrumen dikatakan reliabel

apabila nilai α >0,60. Hasil uji realibilitas pada kuisoner pengetahuan

yaitu 0,745 dan pada kuisoner sikap yaitu 0,707 sehingga dapat

disimpulkan bahwa alat ukur termasuk dalam tingkatan sangat

reliabel.
52

3.5.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk

menguumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu

dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil

penelitian. Dalam penelitianini, pengumpulan data yang akan

dilakukan peneliti dengan menggunakan kuesioner.

Langkah-langkah penngumpulan data, sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini ada beberapa yaitu:

a Pengajuan judul

b Mengurus surat izin survey pendahuluan

c Penelitian ini melakukan survey pendahuluan, perijinan

ditunjukan kepada Kepala SMP Kristen 3 Surakarta

d Survey pendahuluan

e Peneliti melakukan survey pendahuluan terlebih dahulu

di SMP Kristen 3 Surakarta dan mencari jumlah data

remaja

f Peneliti akan melakukan Uji etik di Universitas

Muhamadiyah Surakarta Fakultas Kedekoteran setelah

ACC kedua dosen pembimbing


53

2. Tahap pelaksanaan

a Peneliti meminta surat keterangan dari STIKes Kusuna

Husada Surakarta untuk melakukan penelitian di SMP

Kristen 3 Surakarta

b Setelah memperoleh ijin penelitian dari SMP Kristen 3

Surakarta, peneliti akan memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden.

c Peneliti akan memberikan lembar perstujuan bagi

responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian

d Peneliti mengumpulkan responden dalam ruangan yang

sudah disediakan oleh pihak sekolah

e Peneliti menjelaskan kepada responden terkait

pendidikan kesehatan yang akan dilakukan

f Peneliti akan melakukan pre-tes dengan membagikan

kuisoner pada responden kelompok perlakuan

g Peneliti akan melakukan pendidikan kesehatan dengan

media video animasi tentang pencegahan bullying

verbal selama satu kali dengan durasi 15 menit (Rinki,

2013)

h Setelah itu peneliti akan melakukan pos-tes pada hari

yang sama setelah melakukan pendidikan kesehatan

selesai dengan membagikan kembali kuisoner untuk


54

mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap dan

diberikan waktu selama 15 menit untuk mengisi

kuisoner.

i Setelah itu peneliti akan melakukan analisa data dan

pembahasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan

3.6 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Menurut (Hidayat, 2010) langkah-langkahdalammelakukan proses

pengolahan data terdiridari:

1. Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

pemeriksaan kelengkapan data yang telah dikumpulkan yaitu

berupa jawaban repondendari kuisoner pengetahuan dan

sikap bullying verbal.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali meliat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Kode data
55

untuk karakteristik reponden meliputi: usia dan jenis

kelamin. Kriteria pengetahuan: Baik = 76-100%, Cukup =

55-75% dan Kurang = <56%. Kriteria sikap: Sangat Baik =

76-100%, Baik= <75%, Cukup = 56%-75%, Kurang = ≤

55%.

3. Entire data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan dalam master atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias

juga dengan membuat table kongesti.

4. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan

tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti .Setelah

dilakukan tabulating maka data-data sudah disusun ke

dalam tabel sesuai dengan tujuan dan keinginan peneliti.

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan analisa univariat. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis

univariat tergantung dari jenis datanya.Bentuk analisis

univariat tergantung dari jenis datanya. Analisis univariat ini


56

untuk melihat distribusi karakteristik responden yang

meliputi: usia, jenis kelamin serta tingkat pengetahuan dan

sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang pencegahan bullying verbal.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivari at digunakan untuk mengetahui pengaruh

terhadap dua variabel (Notoatmojo,2010). Analisa bivariat

digunakan untuk menganalisis 2 variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Pada penelitian ini

menggunakan uji non parametrik karena menggunakan skala

data ordinal dan selanjutnya menggunakan uji wilcoxon.

Dikatakan ada p-value<α 0,05 maka dapat diputuskan

menerima hipotesis Ha (ada pengaruh pendidikan kesehatan

dengan media video animasi terhadap tingkat pengetahuan

dan sikap remaja tentang bullying verbal) dan menolak

hipotesis Ho (tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan

dengan media video animasi terhadap tingkat pengetahuan

dan sikap remaja tentang bullying verbal) (Sugiyono, 2018).

3.7 Etika penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,

sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung


57

tinggi kebebasan manusia. Menurut Hidayat (2011), etika penelitian

meliputi:

a Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar

persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

damapaknya, jika subyek bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut anatara lain pratisipasi responden, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, mafaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

b Anonymity (TanpaNama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.


58

c Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2011)
59

DAFTAR PUSTAKA

Araya, Natalia & Marida .(2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang


Bullying dengan Metode Role Play Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Remaja SMPN. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 2,
Oktober 2016
Aryani, R.2016, Psikologo Kesehatan Wanita (remaja, menstruasi, menikah,
hamil, nifas dan menyusui), Nuha Medika, Yogyakarta.
Astuti & Mustadi. (2014). Pengembangan Media Video Animasi Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Karakter Kerja Keras Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI, Nomor 2,
Oktober 2016
Agus Riyanto, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha. Medika
Yogyakarta.

Arikunto ,S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta:


Rineka Cipta

Boyke. (2013). Problema Seks dan Solusinya: For Teens. Bumi Aksara: Jakarta

Daryanto. (2016). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media


Diana, Ari. (2013). Bumper Animasi Sebagai Opening Video Edukasi Sumber
Daya Geologi. Universitas Widyatama.
Depertemen Kesehatan RI. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Jakarta: Depertemen Kesehatan RI: (2015)
Furoidah, M, F. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Animasi Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VII MTs Surya Buana
Malang.http://karyailmih.um.ac.id/index.php/TEP/article/viewfile/4793/3
397. Diaskes pada Tanggal 23 November 2011
Fidia Fitri Ade Pratiwi. (2018). Efektivitas layanan informasi menggunakan
media animasi dalam mereduksi perilaku bullying peserta didik di SMP
PGRI 6 Bandar Lampung (2018)
Faijrin, Rahayu & Hartiti. (2013). Hubungan antar tingkat pengetahuan dengan
perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang
Gillete, P dkk. (2009). Bullying at School and Online. USA: American
Association of School Administrators.
60

Hairani Irma Suryani Nasution & Wilda Fasim Hasibuan . (2015). Penyebab
Verbal Bullying di Kalangan Siswa SMP IT Ulil Albab Batam

Hidayat. (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta: Selemba Medika.

Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta: Selemba Medika.

Hardiansyah. (2014. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta : EGC

Hidayati. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. Jurnal
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik. Vol. 14 No. 01,
April 2012.

Irianto, K. 2013 . Ilmu Kesehatan Masyarakat . Bandung : Alfabeta


Jeong, C.H.( 2012). “The Effect of Using Three Types of Instrustional Media on
Comprehension and Motivation of Korean College Students in an Online
Course”. Disertasi, University of Nevada, 2012. Dissertation Publishing
UMI Number 3511816.

Kusuma, Monicka Putri. (2014). Perilaku School Bullying pada SISWA Dasar
Negeri Delegen 2, Dinginan, Sumberharjo, Prambanan, Slamen,
Yogyakarta. Skripsi: UNY.
Kurnia dkk .(2013). Perilaku Bullying Verbal Pada Peserta Didik Kelas IX SMP
LKIA Pontianak. FKIP Untan Pontianak
Lestari, D (2013). Menurunkan Perilaku Bullying Verbal Melalui Pendekatan
Konseling Singkat Berfokus Solusi Decreasing Verbal Bullying Behavior
Through The Approach of Solution- Focused Short Counseling. Jurnal
Pendidikan Penabur – No.21/Tahun kw-12
Muhammad. (2009). Aspek Perlindungan Anak dalam Tindak Kekerasan
(Bullying) Terhadap Siswa Korban Kekerasan di Sekolah. Jurnal
Dinamika Hukum Vol.9, No. 3..
Munir, (2012). Multimedia Konsep & Aplikasi Dalam Pendidkan. Bandung
Alfabeta

Notoatmojo, S. (2015). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nusralam. (2017). Konsep dan penerapan metodeologi penelitian ilmiah. Jakarta:


EGC
61

Prasetyo, A. B. E. (2011). Bullying di Sekolah dan Dampaknya bagi Masa Depan


Anak. Jurnal Pendidikan Islam. 1(IV).
Putri, Fellinda Arini dan Totok Suyanto. 2016. Strategi Guru dalam Mengatasi
Perilaku Bullying di SMP Negeri 1 Mojokerto. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan Vol. 1 Nol. 4: 62-76

Rudi , T. (2010). Informasi Perihal Bullying Bndung: Rajawali Pers

Rakhmawati, Ellyia .(2013). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap


Perilaku Bulying pada Siswa Kelas XIII SMP HB Isriati Semarang
Tahun 2009/2010. Jurnal Penelitian PAUDIA. Vol: 2 No: 1.

Sucipto. (2012). Bullying dan Upaya Meminimalisasikannya Bullying and to


Minimize Jurnal Prodi BK FKIP Universita Muria Kudus.
Psikopedagogia, Vol.1, Juni 2012.
Soedjatmiko. (2013). Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah
Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo
Setyawan, D. (2014). Komisi Perlindungan Anak Indonesia. [Internet]. Tersedia
pada: http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-
karakter/. [Diakses 13 maret, 2018].

Simbolon, (2012). Perilaku Bullying Pada Mahasiswa Berasrama.Jurnal


Psikologi Universitas Indonesia Advent, Bandung. Vol 39, No. 2,
Desember 2012.

Suryaningseh. 2016. Pengaruh pendidikan kesehatan melalui audiovisual terhadap


perilaku bullying pada anak usia sekolah di SD Muhammadiyah Malang
Gamping sleman Yogyakarta: Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Sasmoko. (2019). Studi Kasus Korban Perilaku Bullying Verbal Kelas XI SMAN
3 Kediri. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Nusantara kediri
Sri Sukarti, Kusnarto Kurniawan, & Mulawarman/ Indonesia Journal and
Counseling: 7 (1) (2018)

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


Alfabeta

Tumon, M. (2014). Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja. jurnal Ilmiah
Mahasiswa Univesitas Surabaya, Vol. 3, No.1.
62

Wiyani N.A.( 2014). Save Our Childern from School Bullying. Jogjakarta: AR-
Ruzz Media

Waryana .(2016 ). Promosi Kesehatan , penyuluhan , dan pemberdayaan


masyarakat . Yogyakarta : Nuha Medika
Wawan, A., & Dewi, M. (2016). Teori dan Pengukuran, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Wijaya .(2016). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Sikap terhadap


Bullying Pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Gambiranom Condong
Catur Depok Slamen Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyayah Yogyakarta
Yurika Fridiana. (2016). Hubungan antara Pemahaman Bullying dan Intensitas
Menonton Tayangan Kekerasan di Televisi dengan Sikap Terhadap
Bullying Pada Siswa Kelas VI SDN Se-Kecamatan Gunungpati Tahun
Ajaran 2016/2017 . Universitas Negeri Semarang
Zakiyah,dkk. (2017). Faktor yang Mempengarhui Remaja Dalam Melakukan
Bullying. Jurnal Penelitian & PPM. Vol 4, No:2
63

Lampiran 1

USULAN TOPIK PENELITIAN (F.01)

Nama Mahasiswa : Selviana Wela


NIM : S16118
Topik Penelitian : Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
animasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang
bullying verbal di SMP Kristen 3 Surakarta

Latar Belakang Penelitian Secara Singkat

Remaja (adolescence) adalah individu yang sedang berada pada masa perkembangan
transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosio-emosional menurut (Santrock, 2012). Pada masa ini remaja mengalami berbagai
macam perubahan tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Secara mental remaja diharapkan
mampu memecahkan masalah yang dihadapi yaitu penyimpangan dalam kehidupan sosial sesuai
dengan tugas perkembangan yang dilaluinya (Safitri dkk, 2013). Salah satu perilaku agresif yang
sering terjadi pada remaja adalah perilaku bullying (Ali, 2014)
Bullying adalah perilaku agresif pada anak-anak yang melibatkan ketidakseimbangan
kekuatan. Perilaku bullying dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu. Bullying
termasuk tindakan seperti membuat ancaman, meyebarkan gosip, meyerang seseorang secara
fisik dan verbal dilakukan mengatasnamakan individu dan kelompok (Departement of Health &
Human Servies USA, 2015). Bullying Verbal terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa lisan
untuk mendapatkan kekuasaan atas korbannya (Lestari, 2013). Sedangkan menurut Coloroso
(dalam Zakiyah dkk, 2017) juga berpendapat “Bullying Verrbal adalah bentuk penindasan yang
paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritik kejam, dan penghinaan.
Pada tahun 2016 UNICHEF melakukan riset pada 100.000 remaja di 18 negara terkait
kasus bullying. Hasilnya 67% dari mereka mengatakan pernah mengalami bullying, 25%
mengatakan di bully karena penampilan fisiknya, 25% karena jenis kelamin dan 25% karena
karena etnis atau negara asal mereka (UNICEF, 2016). Statistik di Amerika Serikata terkait
bullying menunjukan bahwa 28% siswa kelas 6 hingga 12 mengaku pernah di bully, 30%
remaja mengaku melakuan bullying terhadap orang lain, 70% mengaku pernah melihat bullying
di sekolah dan 70% staf sekolah juga mengaku pernah melihat bullying (Gomez, 2016).
Data bullying di Indonesia yang dirilis oleh Pusat Data dan Informasi , Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnsa PA), menyebutkan angka kekerasan pada tahun 2011- Agustus
2014 sebanyak 369 pengaduan terkait bullying (25%) dari total pengaduan di bidang pendidikan
yang berjumlah 1480 kasus (Setyawan, 2014).
64

Penelitian yang dilakukan oleh (Sejiwa, 2010) tentang perilaku bullying di tiga kota besar di
Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat bullying sebesar
67,5% ditingkat sekolah menengah atas (SMA) dan 66,1% di sekolah lanjutan pertama (SMP).
Bullying yang dilakukan sesama siswa, tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP 43,7%
untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi bullying psikologis dengan berupa mengucilkan.
Peringkat kedua di tempuh bullying verbal (mengejek) dan teerakhir bullying fisik (memukul).
Gambaran kekerasan di SMP tiga kota besar yaitu: Yogya :77,5% (mengakui ada bullying),
22,5% (mengaku tidak ada bullying), Surabaya: 59,85 (ada bullying), Jakarta: 61,1% (ada
bullying).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying verbal yaitu dengan melibatkan
guru BK (bimbingan koseling) untuk membangkitkan kepercayaan diri, memberikan motivasi,
dan melakukan pendidikan kesehatan (Simbolon, 2012). Dengan pengetahuan yang baik dapat
membantu mengurangi tindakan perilaku yang negatif khususnya bullying dan dapat
meningkatkan mekanisme koping yang kuat dan baik untuk mencegah perilaku bullying
(Suryagustina dkk, 2017)
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau pun masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan ( Ffitriani, 2011). Pendidikan yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan media video animasi. Menurut (Furoida, 2009), media
video animasi merupakan media pembelajaran yang berisikan kumpulan gambar yang
menghasilkan gambar dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup dan menyimpan
pesan pembelajaran. Hal ini juga di katakan oleh (Daryanto, 2010) Media video animasi di
harapkan mampu membantu perserta didik untuk menyerap dan mengingat materi lebih
maksimal dikarenakan siswa akan meningkatkan pengetahuannnya secara signifikan.
65

Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas Peneliti Merumuskan Masalahnya “Adakah
pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan media Video Animasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Remaja tentang Bullying Verbal di SMP Kristen 3 Surakarta

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi
terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying verbal di SMP Kristen 3 Surakarta
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin)
2. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap sebelum pendidikan kesehatandengan media
video animasi tentang bullying verbal
3. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap setelah pendidikan kesehatan dengan media
video animasi tentang bullying verbal
4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi terhadap
pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying verbal

Pembimbing Utama : Ns. Rufaida Nur Fitriana,M. Kep


Pembimbing Pendamping : Ns. Noor Fitiyani, M. Kep

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Animasi Terhadap Pengetahuan


dan Sikap Remaja Tentang Bullying Verbal di SMP Kristen 3 Surakarta”
66

Lampiran 2
67
Lampiran 3
68

Lampiran 4
69

Lampiran 5
70

Lampiran 6

LEMBAR PENJELASAN TENTANG PENELITIAN


Perihal : Penjelasan Penelitian
Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Selviana Wela
NIM : S16115
Institusi : STIKes Kusuma Husada Surakarta
Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video animasi terhadap pengetahuab dan sikap remaja tentang
bullying verbal di SMP Kristen 3 Surakarta”. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi terhadap
pengetahuab dan sikap remaja tentang bullying verbal di SMP Kristen 3
Surakarta. Responden dalam penelitian ini adalah yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Proses penatalaksanaan penelitian adalah tahap I responden akan
diukur ting kat persepsinya sebelum diberikan intervensi, tahap II responden
diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan media video animasi pada
kelompok perlakuan, tahap III responden akan diukur tingkat pengetahuan dan
sikap setelah diberikan intervensi. Hasil ini akan dimanfaatkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan bullying
verbal. Saya akan menjamin segala kerahasiaan dari responden. Peneliti sangat
mengharapkan partisipasi dari calon responden dalam penelitian ini, agar berjalan
dengan lancar. Atas perhatian dan partisipasinya dalam penelitian ini , saya
ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Surakarta, …………….
Peneliti Responden

Selviana Wela (…………………….)


71

Lampiran 7

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta, saya akan melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Animasi Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bullying Verbal Di Smp Kristen 3
Surakarta.”
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/informasi yang nyata dan akurat
dari siswa/siswi melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat
ini. Siswa/siswi berhak untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun
penelitian ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang kesehatan bila
semua pihak ikut berpartisipasi, bila siswa/siswi setuju terlibat dalam penelitian
ini, mohon menandatangi lembar persetujuan menjadi responden yang telah
disediakan dan menjawab pernyataan dalam kuesioner dalam sejujurnya.
Kesediaan dan perhatian bapak/ibu/saudara sangat saya harapkan dan atas
partisipasinya saya ucapkan terimah kasih.

Peneliti

(Selviana Wela)
S16118
72

Lampiran 8

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN BULLYING VERBAL

Nama : ……………………………..
Usia : ……..
Kelas : ……….
Petunjuk Pengisian
A. Pilihlah pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat kamu, dengan
memberi tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.
B : Benar
S : Salah
B. Pernyataan Kuesioner
No Pernyataan Ya Tidak
.
1 Siswa akan menjadi patah semangat bila setiap hari
menerima bullying verbal dari teman lain
2 Ucapan mengejek adalah salah satu tindakan
bullying verbal.
3 Bullying verbal terjadi karena kurangnya kesadaran
siswa dan kurangnya pengawasan sekolah
4 Orang tua tidak melarang jika kita mengatakan
perkataan kasar pada orang lain.
5 Perkataan mencemooh yang kerap diucapkan kepada
teman sebaya merupakan salah satu tindakan
bullying verbal.
6 Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada tindakan
bullying verbal
7 Apabila seseorang/anak yang sering mendapatkan
bullying, cenderung mengalami harga diri rendah
8 Seseorang yang memiliki keterbatasan fisik akan
beresiko melakukan bullying verbal
9 Bullying verbal boleh diucapkan hanya kepada orang
yang lebih tua.
10 Kita wajib menasehatai anak yang melakukan
bullying verbal
11 Anak yang sering mencemooh biasanya tinggal
dilingkungan yang sering terjadi bullying verbal
73

12 Mengejek teman dengan menyebut nama orang


tuanya adalah biasa saja.
13 Seseorang menjadi putus asa akibat sering dihina
dengan perkataan jelek.
14 Teman sebaya merupakan salah satu faktor penyebab
terjadiya bullying verbal, karena apa pun yang
dilakukan teman sebayanya di anggap benar, teman
membuatnya senang dan terhibur
15 Bullying verbal merupakan perilaku yang wajar
diusia muda.
16 Mengolok teman dapat membuatnya merasa terhibur.
17 Bullying dapat dicegah dengan kembali membalas
bullying pula.
18 Bullying verbal akan berdampak baik bagi
kelangsungan hubungan antar personal.
19 Sering mendapat bullying verbal membuat seseorang
menjadi senang.
74

Lampiran 9

SIKAP PENCEGAHAN BULLYING VERBAL

Nama : ……………………………..
Usia : ……..
Kelas : ……….
Petunjuk Pengisian
A. Pilihlah pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat kamu, dengan
memberi tanda (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S ST ST
. S
1 Saya tidak ingin mengucapkan kata yang kotor kepada
teman atau kepada siapapun.
2 Perkataan teman yang kasar dan kotor tidak akan saya
hiraukan.
3 Aku selalu diajarkan untuk bersikap sopan terhadap
siapa saja termasuk berkata-kata.
4 Mengolok teman dengan mengatakan teman binatang
adalah bentuk dari keakraban dan sudah biasa.
5 Teman menjadi murung setelah mendapat bullying
verbal.
6 Disekolah kami sering olok satu sama lain karena
sudah biasa dengan teman dekat.
7 Saya merasa ingin membalas teman yang mengatai
saya bodoh.
8 Bagi saya, bullying verbal adalah tindakan kejahatan.
9 Saya curiga kepada teman yang mengolok saya,
jangan-jangan dia benci kepada saya.
10 Saya senantiasa bersikap menyapa dengan ramah dan
sopan kepada teman maupun guru.
11 Mengejek teman dengan istilah kata yang kasar adalah
ciri siswa yang tidak baik.
12 Semangat saya bertambah besar setelah dibullying
verbal
13 Saya tidak akan perduli dengan teman yang telah
mencemooh saya.
75

14 Saya akan hina balik teman yang telah menghina saya


lebih dulu.

Lampiran 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENCEGAHAN BULLYING VERBAL

Pokok bahasan : Pencegahan Bullying Verbal

Sub Pokok Bahasan : Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video

animasi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang bullying verbal di SMP

Kristen 3 Surakarta

Sasaran : Remaja SMP Kristen 3 Surakarta

Hari/Tgl :

Waktu : 30 Menit

Tempat : SMP Kristen 3 Surakarta

A. Latar Belakang

Bullying verbal terjadi ketika seseorang menggunakan bahasa lisan

untuk mendapatkan kekuasaan atas korbannya (Lestari, 2013). Bullying

verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh

anak perempuan maupun anak laki-laki berupa julukan nama, celaan,


76

fitnah, kritik kejam, dan penghinaan (Zakiyah, 2017). Muhammad (2009)

mengungkapkan bahwa bullying verbal merupakan jenis bullying yang

juga dapat terdeteksi karena dapat tertangkap indera pendengaran. Jadi

bullying verbal merupakan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan

secara berulang-ulang baik oleh anak perempuan maupun laki-laki dan

merupakan jenis bullying yang dapat terdeteksi melalui indera

pendengaran berupa julukan nama, menghina, keritik kejam dan

memfitnah. Wiyani (2014) mengemukakan bahwa setiap perilaku agresif,

apapun bentuknya, pasti memiliki dampak buruk bagi korbanya. Dampak

bullying verbal itu lebih mengena pada sisi psikologis yang dapat diingat

oleh korban seumur hidupnya. Bullying verbal seringkali dianggap remeh

dan sepele selain karena dampaknya yang tidak terlihat secara fisik, orang-

orang yang melakukannya pun seringkali tidak menyadari. Sedangkan

Gillete (2009), berpendapat bahwa perilaku bullying verbal akan

berdampak bagi korban sebagai berikut : Kesepian, Harga diri yang rendah

, Anti social, keluhan kesehatan fisik, melarikan diri dari rumah,

menggunakan barang teralarng, bunuh diri dan kinerja akademik yang

buruk.

B. Tujuan

1. Tujuan umum :

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, responden

diharapkan dapat mengetahui pencegahan bullying verbal dan dampak

dari bullying verbal


77

2. Tujuan Khusus :

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit,

diharapkan responden mampu :

a. Mengetahui pencegahan bullying verbal

b. Mampu mengemukakan bahwa bullying verbal adalah hal yang

tidak wajar dilakukan

C. Metode Pelaksanaan

Demonstrasi

D. Sasaran

Remaja SMP Kristen 3 Surakarta

E. Media dan Alat

1. LCD

2. Meja dan Kursi

F. Setting Tempat

Penyaji

Responden
G. Waktu Pelaksanaan

a. Hari/tanggal :

b. Waktu :

c. Tempat : SMP Kristen 3 Surakarta

H. Kegiatan Operasional
78

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

Pembukaa Pendahuluan 1. Membalas salam


n (5 menit) 2. Mendengarkan
1. Menyampaikan 3. Memberi respon
salam
2. Menjelaskan
tujuan
3. Kontrak waktu
Inti (15 Inti
menit) 1. Peneliti 1. Mendengarkan
memberikan pendidikan kesehatan
pendidikan
kesehatan dengan
video animasi
Tentang
pencegahan
bullying verbal

Penutup Penutup 1. Menanyakan yang


(10 menit) 1. Tanya jawab belum jelas
2. Menyimpulkan 2. Membalas salam
hasil pendidikan
kesehatan
3. Menutup acara
pendidikan
kesehatan dengan
salam

I. EVALUASI
1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan tentang pencegahan bullying

verbal

b. Melakukan kontrak waktu sebelum dan tempat sebelum acara

dilaksanakan

c. Menyiapkan alat dalam satuan acara penyuluhan

2. Evaluasi proses
79

a. Responden dan peneliti datang sesuai dengan kontrak waktu yang

telah disepakati

b. Responden memperhatikan dan memahami materi yang diberikan

peneliti

c. Alat digunakan dengan baik

d. Responden aktif bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui

3. Evaluasi hasil

a. Remaja mengerti dampak bullying verbal

b. Remaja mampu menjelaskan kembali apa itu bullying verbal

dengan benar

4. Prosedur : post test dilakukan dihari yang sama setelah pendidikan

kesehatan selesai

5. Bentuk post test :dengan memberikan kuisioner yang diisi sendiri oleh

responden
80

Anda mungkin juga menyukai