BAGIAN INTERNA
HARI/TANGGAL: Senin, 23 Agustus 2021
DISKUSI CBL
PUKUL : 08.00- 09.00 WITA
DPK PEMBIMBING : dr. Edward Pandu Wiriansya Sp.P(K)
MPPD PRESENTER : Ghita Shupiyesa S/ 11120202111
JUDUL MATERI : Asma
ABSEN : 17 orang
DOKUMENTASI
PERTANYAAN:
1. Pada pemeriksaan fisik , apa yang bisa kita dapatkan pada pasien asma akut
berat? (Jihan Adjdjbiyan Azzubaidi)
Kita lihat keadaan umum pasien. Pasien dengan kondisi sangat berat akan
duduk tegak. Penggunaan otot-otot tambahan untuk membantu bernapas
juga harus menjadi perhatian, sebagai indicator adanya obstruksi yang berat.
Adanya retraksi otot sternokleidomastoideus dan supra sternal menunjukkan
adanya kelemahan fungsi paru. Frekwensi pernapasan Respiratory Rate (RR)
> 30X/ menit, takikardi > 120 x/menit atau pulsus paradoxus > 12 mmHg
merupakan tanda vital adanya serangan ama akut berat. Lebih dari 50%
pasien dengan asma akut berat, frekwensi jantungnya berkisar antara 90-120
X/menit. Umumnya keberhasilan pengobatan terhadap obstruksi saluran
pernapasan dihubungkan dengan penurunan frekwensi denyut jantung,
meskipun beberapa pasien tetap mengalami takikardi oleh karena efek
bronkotropik dari bronkodilator kunci dasar dari pemeriksaan fisis yang cepat
adalah penilaian semua status pasien (misalnya kewaspadaaan, status cairan,
distress pernapasan) tanda vital (termasuk oximetri nadi dan temuan di dada
(misalnya wheezing, penggunaan otot tambahan). Pemeriksaan juga harus
focus terhadap identifikasi komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Kapan Pasien asma harus mencari fasilitas kesehatan ? (Made Selly Dwilestari
Putri)
Apabila
> Serangan asma derajat berat : pasien sesak napas saat istirahat,posisi
membungkuk kedepan , berbicara dalam kata daripada kalimat, agitasi,
mengantuk atau bingung, bradikardi, frekuensi respirasi lebih dari 30 x/menit.
Suara wheezing keras atau tidak ada, nadi lebih dari 120 x/menit, PEF kurang dari
60% prediksi atau bahkan setelah terapi inisial, pasien kelelahan.
> Respon terapi inisial bronkodilator tidak sesuai dan berkelanjutan minimal 3
jam.
> Tidak ada perbaikan dalam 2-6 jam setelah terapi glukokortikosteroid oral
dimulai.
> Adanya pemburukan.