Anda di halaman 1dari 3

Meningitis:

Meningitis adalah suatu penyakit yang terjadi karena peradangan atau infeksi pada sistem selaput
pelindung otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dan meningoensafalitis infeksiosa dapat
disebabkan oleh berbagai agen seperti bakteri, mikobakteria, jamur, dan virus.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta virus dan bakteri penyebab.
Gejala yang paling umum ialah demam tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, dan kejang. Setelah
itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran,
penglihatan menjadi kurang jelas, dan kesadaran menurun.

 sefotaksim merupakan antibiotik yang memiliki spektrum luas dan memiliki aktivitas
penetrasi yang bagus untuk menembus BBB meskipun dalam keadaan inflamasi. Sefotaksim
juga merupakan antibiotik yang direkomendasikanuntuk meningitis bakteri anak yang
disebabkan karena bakteri Gram positif maupun Gram negatif .
 Antibiotik golongan fluorokuinolon yang efektif digunakan untuk meningitis bakterial anak
adalah siprofloksasin dan levofloksasin. Siprofloksasin dan levofloksasin merupkan antibotik
golongan fluorokuinolon generasi II yang memiliki spektrum luas, memiliki kemampuan
untuk melawan bakteri Gram positif maupun Gram negatif, yang memiliki kemampuan
untuk penetrasi ke sistem syaraf pusat dengan baik, sehingga dapat digunakan sebagai
terapi untuk meningitis bakteri.
 Antibiotik golongan aminoglikosida seperti amikasin dan gentamisin merupakan antibotik
spektrum luas yang efektif untuk bakteri Gram negatif, tetapi pemberiannya untuk
meningitis bakteri sebaiknya diberikan secara kombinasi karena kemampuan untuk
penetrasi ke CNS kurang bagus

Multiple sclerosis

Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit autoimun yang mempengaruhi sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan selubung mielin,
sehingga sinyal saraf menurun/ melambat, bahkan berhenti. Kerusakan ini akibat inflamasi
karena sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf. Hal ini bisa mengenai otak, saraf
optikus, dan sumsum tulang belakang.

Gejala otak dan saraf lainnya: Penurunan rentang perhatian, keputusan yang buruk, dan
kehilangan memori, Kesulitan argumentasi dan memecahkan masalah, Depresi atau perasaan
sedih , Pusing dan masalah keseimbangan Kehilangan pendengaran.

 Obat Glatiramer acetate:

Mekanisme kerjanya Meningkatkan diferensiasi Th2 dan sel T-reg yang menyebabkan
penekanan dari inflamasi di susunan saraf pusat ,Meningkatkan pelepasan faktor neurotropik
dari sel imun ,Penghapusan myelin-reactive T-cells.
 Obat Fingolimod:
Menghambat reseptor S1P pada limfosit, sehingga mencegah keluarnya limfosit dari organ
getah bening sekunder.

 Obat Dimethyl fumarate


Meningkatkan aktivitas antiinflamasi dan sitoprotektif yang dimediasi oleh jalur Nrf2

 Obat Natalizumab
Menghambat α4integrine pada limfosit, sehingga menurunkan laju masuknya limfosit ke
dalam susunan saraf pusat.

Stroke
 Penggunaan obat golongan antiplatelet yang paling banyak adalah clopidogrel.
Clopidogrel merupakan tienopiridin dengan efek samping yang lebih rendah. Dosis lazim
75 mg/hari memiliki efikasi yang sama dengan aspirin 325 mg dengan perdarahan
gastrointestinal yang lebih sedikit. Asetosal bekerja sebagai antiplatelet dengan
menghambat secara irreversibel siklooksigenase dimana dapat mencegah konversi asam
arakhidonat menjadi tromboxan A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat agregasi
platelet.
 Penggunaan obat stroke golongan neuroprotektor yang digunakan adalah pirasetam,
citicoline, calcium channal blocker oral. Tujuan pemberian obat golongan
neuroprotektor adalah sebagai perlindungan pada sistem saraf pusat yang mengalami
infark. Pirasetam adalah derivat neurotransmiter gamma-aminobutyric acid (GABA) yang
mempunyai berbagai efek fisiologi. Pada level nueronal pirasetam memodulasi
neurotansmiter pada daerah kolinergik. Pada level vaskular mengurangi adhesi eritrosit
pada endotelium vaskular, menghalangi vasospasme, dan memfasilitasi mikrosirkulasi.
Golongan kortikosteroid bertujuan untuk menurunkan edema pada otak sehingga
meningkatkan aliran darah cerebral pada daerah yang mengalami iskemia. Golongan
CCB berperan pada penetrasi ke susunan saraf pusat yang berguna untuk memperkecil
kerusakan neurologi yang berhubungan dengan keadaan iskemik

Epilepsy

Obat anti epilepsy

 Fenitoin (phenytoin, selanjutnya disingkat dengan PHT) merupakan OAE generasi


pertama, dan sudah di approve oleh FDA untuk terapi profilaksis bangkitan kejang
selama dan sesudah tidakan bedah syaraf. Mekanisme kerja: PHT bekerja melalui
inhibisi excitatory synapse dengan cara menghambat voltage-gated Na+ channel
sehingga menghambat terjadinya depolarisasi dan akhirnya menghambat pelepasan
neurotransmiter glutamat vesicular
 Levetiracetam (selanjutnya disingkat dengan LEV) merupakan OAE generasi lebih baru,
memiliki struktur yang berbeda dengan OAE lainya. Levetiracetam merupakan derivat
pyrrolidine analog piracetam. Mekanisme kerja: LEV berkerja dengan berikatan secara
selektif terhadap protein vesikular sinaptik SV2A. Ikatan tersebut bersifat reversible,
saturable, dan streoselective. Fungsi protein ini sendiri belum sepenuhnya dipahami
namun tampaknya LEV mengubah pelepasan sinaptik glutamat dan GABA melalui kerja
pada fungsi vesikular.
 Fenobarbital (golongan hipnotik-sedative barbiturat) merupakan OAE yang paling tua,
bekerja dengan cara meningkatkan proses inhibisi dan menurunkan transmisi eksitasi
neuron.
 Valproat dan karbamazepin bekerja di tempat yang sama, yaitu di excitatory synapse,
menghambat voltage-gated Na+ channel sehingga menghambat terjadinya depolarisasi
dan memblok sustained high-frequency repetitive firing suatu neuron

Yanuar, W., Ika P.S., dan Titik N., 2018, Evaluasi Terapi Antibiotik Empirik Terhadap Clinical
Outcome pada Pasien Anak Dengan Meningitis Bakteri di Bangsal Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, Jurnal Majalah Farmaseutik, Vol. 14 (2).

Ruslami R., dan Tatang B., 2019, Penggunaan Obat Anti Epilepsi untuk Terapi Profilaksis
Bangkitan pada Cedera Otak Traumatik, Jurnal Neuroanastesi Indonesia, Vol 5 (1).

Jafar Y., 2019, Tatalaksana Multiple Sclerosis, Jurnal Continuing Meical Education, Vol 44 (5).

Pangandaheng, E. A., Arthur H.P., dan Winifred K., 2018, Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 5 (2).

Anda mungkin juga menyukai