Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BALUT DAN BIDAI

Disusun oleh :

Alyatun Alfasalam ( 2010115010)

Roviatul khoiriyah ( 2010115011)

Fadhilah nurussa’dah ( 2010115012 )

STIKES MUHAMMADIYAH CIREBON

PRODI DIII KEBIDANAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Balut Dan
Bidai “

shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi kita yaitu Muhammad SAW
beserta keluarganya sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna hal ini karena
kemampuan kami yang masih dalam keterbatasan untuk itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dalam makalah ini
yang akan yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................5
1.5 Metode Penulisan.............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Teknik Bidai.....................................................................................................................6
2.2 Teknik Pembalut Pada Klien Cidera..............................................................................12
BAB III....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN............................................................................................................18
3.2. SARAN.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin
meningkat selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
manusia tidak akan lepas dari fungsi normal system musculoskeletal. Salah
satunya tulang yang merupakan alat gerak utama pada manusia, namun dari
kelainan ataupun ketidaksiplinan dari manusia itu sendiri (patah tulang)
fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun partial . fraktur biasanya
terjadi pada cruris, karena cruris sangat kurang di lindungi oleh jaringan
lunak, sehingga mudah sekali mengalami kerusakan.
Balut bidai adalah penanganan umum trauma ekstremitas atau
immobilisasi dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya
splinting (spalk). Balut idai adalah jalinan bilah (rotan, bambu) sebagai kerai
(untuk tikar, tirai penutup pintu, belat, dsb) atau jalinan bilah bambu (kulit
kayu randu,dsb untuk membalut tangan patah dsb.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,maka
rumusan masalah makalah ini adalah bagaimana proses dalam melakukan
balut bidai
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses tindakan balut bidai
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami apa itu balut bidai
b. Mahasisawa mampu memahami dan menjelaskan proses balut bidai
c. Mahasiswa mampu mempraktekan tentang balut bidai

4
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat memberikan informasi,menambah wawasan, dan
pengetahuan tentang balut bidai
2. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Imanuel Bandung
Makalah ini dapat menjadi referensi dan sumber wawasan bagi
mahasiswa mengenai proses balut bidai
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menyusus makalah ini adalah
menggunakan metode studi literatur.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tehnik Bidai
Pada setiap kecelakaan dengan benturan yang keras, kemungkinan patah
tulang harus dipikirkan. Bahkan bila ragu-ragu, korban tetap harus
diperlakukan sebagai penderita patah tulang. Salah satu cara yag dilakukan
untuk menangani patah tulang adalah dengan teknik bidai.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma
sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh
kita yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh
yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku
maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator.
1. Tujuan pemasangan bidai
a. Mencegah pergerakan tulang yang patah (mempertahankan posisi
patah tulang)
b. Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang
c. Mengurangi rasa sakit/ nyeri
d. Mengistirahatkan daerah patah tulang (immobilisasi)
2. Indikasi pemasangan bidai
a. Pada klien patah tulang terbuka dan tertutup
b. Dislokasi persendian
3. Kontra Indikasi Pembidaian
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas,
pernapasandan sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat
gangguan sirkulasidan atau gangguan persyarafan yang berat pada distal
daerah fraktur, jikaada resikomemperlambat sampainya penderita ke
rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.
4. Persyaratan bidai yang baik
a. Terbuat dari bahan yang kaku (papan, triplek, dll)

6
b. Cukup panjang untuk immobilisasi persendian diatas dan dibawah
fraktur
c. Cukup luas untuk kesesuaian anggota tubuh secara nyaman
d. Bagian yang menempel tubuh dilapisi dengan kapas dan dibalut
dengan verban
5. Macam-macam bidai
a. Bidai keras (Rigid splint)
Jenis ini terbuat dari bahan yang keras, umumnya terbuat dari kayu,
alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada
dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan.Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum.
b. Bidai traksi (Traction splint)
Traction splint bergunauntuk immobilisasi, dan mengurangi nyeri.
Bentuk ini dirancang untuk fraktur ekstremitas bawah. Splint ini
menyebabkanimmobilisasi paha dengan melakukan tarikan pada
ekstremitas dengan menggunakan counter traction terhadap ischium
dan sendi panggul. Traksi ini akan mengurangi terjadinya spasme pada
otot. Jika traksi ini tidak dilakukan akan meebabkan nyeri hebat
karenaujung tulang akan saling bersinggungan. Ad banyak tipe dan
design dari splint yang cocok untuk traksi ekstremitas bawah, tetapi
harus hati-hati dan teliti untuk mencegah tarikan yang terlalu besar
sehingga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada kaki. Contoh:
bidai traksi tulang paha
c. Soft splint
Jenis ini terbuat dari bahan yang lembut. Jenis soft splint meliputi
splint udara, bantal, dan mitella. Soft splint sebaiknya tidak
dipergunakan pada fraktur angulasi, karenakan meningkatkan tekanan
secara otomatis. Saat akan menggunakan splint udara, harus secara
rutin diperiksa tekananya untuk memastikan bahwa splint tidak terlalu
kencang/ kendor. Splint udara baik untuk fraktur pada lengan bawah

7
dan tungkai bawah. Splint udara berguna untuk memperlambat
perdarahan, tetapi dapat meingkatkan tekanan seperti peningkatan
suhu/tekanan. Kelemahan dari splint udara adalah nadi tidak daat di
monitor bilasplint terpasang, dapat menimbulkan sindrom kopartemen
dan menimbulkan sakit pada kulit dan nyeri bila dibuka.
Bantal adalah splint yang baik untuk trauma pada lutut atau kaki dan
digunakan untuk stabilisasi dislokasi bahu.
Mitela adalah sangat baik untuk fiksasi trauma klavikula, bahu, lengan
atas, siku, dan kadang-kadang telapak tangan. Beberapa trauma pada
ahu menyebabkan bahu tidak dapat di dekatkan pada dinding dada
tanpa menggunakan paksaan. Dalam kasus ini bantal digunakan untuk
menjembatani gap yang ada antara dinding dada dan lengan atas.
6. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur
olehujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
7. Prinsip pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan. (proksimal dan distal
daerahfraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai
bawahmengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
8. Persiapan pasien
a. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan dan keadaan

8
9. Persiapan alat
a. Pelindung diri (masker/sarung tangan)
b. Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
c. Kasa steril dan desinfektan
d. Verban/ Mitella
10. Pelaksanaan pemasangan splinting
a. Petugas menggnakan masker da sarung tangan
b. Petugas 1 mengangkat daerah yang akan di pasang bidai
c. Petugas 2 meletakkan bidai melewati dua persendian anggota gerak
d. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi patah
tulang
e. Petugas 1 mempertahankan posisi, sementara petugas 2 mengikat
bidai.
f. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau kendor
g. Mengatur posisi klien, sesuaikan dengan kondisi luka
h. Pada fraktur terbuka atau tertutup dengan luka, rawat luka terlebih
dahulu dan tutup luka dengan kasa steril
i. Mencatat respon dan tindakan yang telah dilakukan dalam catat
perawat.
11. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Respon/keluhan pasien
b. Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan.
c. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang/ longgar
d. Observasi vaskularisasi daerah distal
12. Cara pemasangan bidai
a) Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Atas
Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang panjang.
Tanda-tanda patah pada tulang panjang baik lengan maupun tungkai
antara lain: nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat nyeri
sumbu. Nyeri sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila tulang itu
ditekan dari ujung ke ujung.

9
Tindakan pertolongan
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk
mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah
merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidak
dapat dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang meliputi
lengan bawah, dan biarkan lengan dalam keadaan lurus tanpa perlu
digantungkan ke leher

b) Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah


Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi yang
searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di sisi yang searah dengan jari
kelingking. Apabila salah satu ada yang patah maka yang yang lain dapat
bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah itu tidak beranjak dari
tempatnya.

Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini
dapat dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar
dan sebilah lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula dipergunakan
bidai dengan setumpuk kertas koran membungkus lengan.
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa
sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan
sehingga pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.

10
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.

c) Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha


Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang
panjang, sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak jauh berbeda
dengan pada lengan atas.

Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi
luar harus dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai
cukup sampai panggul.

11
B. Tehnik membalut pada klien cedera
Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan slah satu
kondisi yang sering terjadi. Dan pertolongan luka yang paling sering dapat
dilakukan pertama adalah dengan melakukan pembalutan
Prinsip membalut ialah untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dai
tempatnya. Sehingga tujuan pembalutan ialah
1) Mempertahankan bidai, kasa penutup dan lain-lain
2) Immobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan
menjaga agar bagian tubuh yang yang cedera tidak bergerak
3) Sebagai penekan untuk menhentikan perdarahan dan menahan
pembengkakan
4) Mempertahankan keadaan asepsis

1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membalut


a. Balutan harus rapi dan menutup luka.
b. Balutan tidak terlalu longgar karena pembalut akan bergeser terutama
pada bagian yang bergerak. Tetapi juga tidak terlalu kencang
karenadapat mengganggu peredaran darah atau menyebabkan nyeri.
Periksa tiap 15 menit untuk mengetahui apakah balutan terlalu
kencang dengan memeriksa bagian distal anggota tubuh yang dibalut
(pucat/ sianosis, nyeri yang timbul setelah dibalut, teraba dingin tersa
baal dan kesemutan (parestesi)
c. Simpul balutan yang rata agar tidak menekan kulit dan simpul balutan
dilakukan pada sisi yang tidak mengalami injuri
2. Macam-macam pembalut
a. Plester
Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi
antiseptik, juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan difiksasi
pada sendi yang terkilir
b. Pembalut segitiga (Mitella)
Pembalut segitiga disebut juga mitella yang terbuat dari kain segitiga
sama kaki, dengan ukuran panjang kakinya masing-masing 90 cm.

12
Fungsinya untuk menggantung bagian tubuh dan menggantung lengan
yang cedera.
c. Pembalut pita
Pembalut pita dapat terbuat dari kain katun, kain planel, kain kasa
(verban), bahan elastik (elastik verban). Ukuran pembalut pita
bermacam-macam meliputi 2,5 cm (untuk membalut jari-jari), 5 cm
(untuk membalut pergelangan tangan dan kaki), 7,5 cm (untuk
membalut kepala, lengan, betis), 10 cm (untk membalut paha dan
pinggul) dan 15 cm (untuk membalut dada, punggung dan perut).

3. Cara melakukan pembalutan


Secara umum untuk melakukan pembalutan diperlukan prosedur sbagai
berikut:
a. Menanyakan penyebab luka atau bagaimana luka tersebut terjadi
b. Memperhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan berdasar
pada masalah berikut:
1) Bagian tubuh yang mana ?
2) Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
3) Bagaimana luas luka ?
4) Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu ?
Jika ada luka terbuka, maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan
atau di balut dengan pembalut yang mengandung desinfektan.
Demikian pula jika terjadi dislokasi, maka perlu dilakukan reposisi
terlebih dahulu.
c. Memperhatikan bentuk bagian tubuh yang akan dibalut, yaitu:
1) Bentuk bulat seperti kepala
2) Bentuk silinder seperti leher
3) Bentuk krucut seperti lengan bawah dan tungkai atas
4) Bentuk pesendian yang tidak teratur
d. Memilih jenis pembalut yang akan dipergunakan
e. Menentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Membatasi pergeseran gerak bagian tubuh yang difiksasi

13
2) Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
3) Mngusahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan
pokok pasien
4) Tdak mengganggu peredaran darah (misalnya pada alutan berlapis,
maka lapis yang paling bawah diletakkan sebelah distal)
5) Balutan diusahakan tidak mudak mudah lepas atau kendor
f. Membalut luka/ cedera sesuai dengan jenis pembalut yang dipilih
1) Cara membalut dengan dengan pita (gulung)
a) Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka
dipilih pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.
b) Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah
satu ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke
distal untuk menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut,
kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah
bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan
yang satu dengan bebatan berikutnya.
c) Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung
yang lain secukupnya.
Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain :
1. Balutan sirkuler (spiral bandage)
Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
silinder.

2. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)


Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk
kerucut.

14
3. Balutan angka delapan (figure of eight)
Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua
bagian tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus
terkilir, ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di
lateral, karena itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi
eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung
ligamentum tersebut baru kemudian dibalut.

4. Balutan rekurens (recurrent bandage)


Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari,
misalnya pada luka di puncak kepala.

2) Cara membalut dengan mitella


Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat banyak
gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan pertama
pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu macam.
a) Membalut dada

15
b) Membalut sendi siku atau sendi lutut

c) Menggendong lengan

BAB III
PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Pembebatan dan pembidaian merupakan keterampilan medis untuk
memberikan pertolongan pertama pada trauma atau kasus kecelakaan dengan
prinsip mengimobilisasikan bagian tubuh yang mengalami gangguan atau
patah tulang.
Pembebatan atau bandage adalah pertolongan pertama pada kasus trauma
yang sifatnya non fraktur, sedangkan pembidaian atau splintdiberikan pada
kasus trauma yang dicurigai adanya tanda-tanda fraktur.

B. Saran
Sebagai penulis yang memiliki banyak keterbatasan dalam penulisan
diharapkan bagi pembaca untuk dapat mencari literature lain sebagai
pelengkap dalam menggunakan makalah yang telah penulis buat. 

DAFTAR PUSTAKA

Subandono, j. dkk. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis: Pembebatan dan


Pembidaian. Universitas Sebelas Maret Surakarta
17
Tim Penyusun Buku Pedoman Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, Markas
Besar Palang Merah Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai