Anda di halaman 1dari 74

PENERAPAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP

PERBAIKAN KONDISI KLINIS PASIEN DENGAN HIPERTENSI


DI RUMKIT TK III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Oleh:
Harno

NIM 20101440117037

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO SEMARANG
DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Harno

Nim : 20101440117037

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui Semarang, 2020


Pembimbing Pembuat Pernyataan

Endro Haksara, S.Kep., Ners., M.Kep. Harno


NIDN 8887360018 NIM 20101440117037

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Harno NIM 20101440117037 dengan judul “Penerapan

Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Perbaikan Kondisi Klinis

Pasien Hipertensi di RUMKIT TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama” telah

diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Semarang, 2020
Pembimbing

Endro Haksara, S.Kep., Ners., M.Kep.


NIDN 8887360018

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Harno NIM 20101440117037 dengan judul “Penerapan
Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Perbaikan Kondisi Klinis
Pasien Hipertensi di RUMKIT TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama” telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns. Ainur Rahmanti, M.Kep Endro Haksara, S.Kep., Ners., M.Kep


NIDN 0608038801 NIDN 8887360018

Mengetahui
Direktur

Indah Setyawati, S.K.M., M.M


Letnan Kolonel Ckm (K) NRP 11960028180872

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan taufik dan hidayah-Nya serta inayah-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Penerapan Pemberian

Aromaterapi Lavender terhadap Perbaikan Kondisi Klinis Pasien Hipertensi di

RUMKIT TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama” .

Dengan segala keterbatasan, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat

bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang teah

membantu dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun pihak tersebut

antara lain:

1. Letnan Kolonel CKM (K) Indah Setyawati., S.K.M., M.M. selaku direktur

Akper Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang telah memberikan izin penulis

melakukan penelitian.

2. Endro Haksara, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Segenap Dosen serta staff Akademi Keperawatan Kesdam IV/Diponegoro

Semarang yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

4. Pihak Rumkit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama yang telah membantu

dalam proses penelitian ini.

v
5. Orangtua dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi serta

membantu peneliti baik secara moral, spiritual, dan materiil, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Keluarga Besar teman-teman Angkatan XXIII Akademi Keperawatan

Kesdam IV/Diponegoro Semarang yang berjuang bersama-sama dan saling

memberikan dukungan dalam pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Istri yang selalu membuat saya termotivasi untuk terus semangat dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sangat

jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Saya berharap

semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan dan

membutuhkannya.

Semarang, 2020

Penulis

Harno
NIM 20101440117037
vi
PENERAPAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP
PERBAIKAN KONDISI KLINIS PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DI RUMKIT TK III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA

Harno, Endro Haksara

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang memiliki angka
mortalitas dan mordibilitas yang tinggi. Hipertensi disebut the silent killer karena
sering tanpa keluhan. Salah satu terapi non farmakologi pada pasien hipertensi
adalah dengan pemberian aromaterapi lavender. Tujuan studi kasus untuk
menggambarkan penerapan pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan
kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu). Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi
kasus Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien yang terdiagnosa
hipertensi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi kondisi klinis pasien
berpedoman pada Standar Operasional Prosedur pemeriksaan kondisi klinis pasien
sebelum dan sesudah terapi. Hasil studi kasus didapatkan bahwa setelah dilakukan
penerapan pemberian aromaterapi lavender terdapat perbaikan kondisi klinis pada
subjek I dan II yaitu terdapat perbaikan pada tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu subjek. Simpulan studi kasus bahwa penerapan pemberian aromaterapi
lavender efektif diterapkan pada pasien hipertensi. Rekomendasi perlu dilakukan
pemberian aromaterapi lavender untuk mendukung kondisi perbaikan kondisi
klinis pasien hipertensi.
Kata Kunci : Hipertensi, Kondisi Klinis, Aromaterapi lavender.

ABSTRACT

Hypertension is a non-communicable disease which has a high mortality and


mordibility rate. Hypertension is called the silent killer because it is often without
complaints. One non-pharmacological therapy in hypertensive patients is by
giving lavender aromatherapy. The purpose of the case study is to illustrate the
application of lavender aromatherapy to the improvement of the clinical
condition of hypertensive patients (blood pressure, pulse, respiration and
temperature). This type of research is descriptive using a case study approach
method. Subjects in this study were two patients diagnosed with hypertension.
Data collection was carried out by observing the patient's clinical condition
based on the Standard Operating Procedure examining the patient's clinical
condition before and after therapy. The results of the case study found that after
the application of lavender aromatherapy application there were improvements in
clinical conditions in subjects I and II. Conclusions of the case study that the
application of lavender aromatherapy is effectively applied in hypertensive
patients. Recommendations need to be given lavender aromatherapy to support
the improvement of the clinical condition of hypertensive patients.
Keywords: hypertension, clinical condition lavender aromatherapy

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Pernyataan Keaslian ii
Lembar Persetujuan iii
Lembar Perngesahan iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................5
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Hipertensi......................................................................................................5
B. Kondisi Pasien.............................................................................................15
C. Aromaterapi Lavender................................................................................16
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus...............................................................................22
B. Subyek Studi Kasus....................................................................................22
C. Fokus Studi Kasusi ....................................................................................23
D. Definisi Operasional...................................................................................23
E. Instrumen Studi Kasus................................................................................23
F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................24
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus....................................................................24
H. Analisa Data dan penyajian Data................................................................24
I. Etika Penelitian...........................................................................................25
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus........................................................................................30
B. Pembahasan.................................................................................................38
C. Keterbatasan Studi Kasus............................................................................44

BAB V PENUTUP

viii
A. Simpulan ....................................................................................................42
B. Saran............................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

ix
Lampiran 1 Penjelasan untuk mengikuti Penelitian

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Identitas Subyek Penelitian

Lampiran 4 Lembar Observasi

Lampiran 5 Jadwal Kegiatan

Lampiran 6 SOP Pengukuran Tekanan Darah

Lampiran 7 Lembar Konsultasi

DAFTAR TABEL

x
Tabel 2.1 Klasifikasi menurut JNC VII hipertensi ........................................... 4

Tabel 4.2 Hasil Pengkajian Awal Kondisi Klinis............................................ 33

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Kondisi Klinis Pasien............................................... 34

DAFTAR DIAGRAM

xi
Diagram 4.1 Perbaikan Tekanan Darah 35
Diagram 4.2 Perbaikan Nadi Subjek Penelitian 36
Diagram 4.3 Grafik Perubahan Respirasi Subjek Penelitian ...................................37
Diagram 4.4 Grafik Perubahan Suhu ..........................................................................38

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular telah menjadi masalah kesehatan masyarakat baik

secara global, nasional, regional bahkan lokal. World Health Organization

(WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa penyakit tidak menular membunuh 40

juta orang setiap tahunnya atau setara dengan 70% kematian di seluruh dunia.
1
Salah satu penyakit tidak menular adalah hipertensi. Menurut World Health

Organization (WHO) dan The International Society of Hypertension (ISH), saat

ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta

diantaranya meninggal setiap tahunnya.2 Penyakit kardiovaskular / hipertensi

menjadi penyebab terbanyak kematian 17,7 juta orang setiap tahun, diikuti oleh

kanker sebesar 8,8 juta, penyakit pernafasan sebesar 3,9 juta, dan diabetes

sebesar 1,6 juta.1

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global berakibat peningkatan

angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan termasuk di

Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ

penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan

pembuluh darah perifer. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018

menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah

penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas

tahun 2013. 3

1
2

Hipertensi disebut the silent killer karena sering tanpa keluhan.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg

(Kemenkes RI, 2017). Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan

pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hipertensi atau tekanan darah

tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. 4

Penyakit tidak menular tertinggi tertinggi di puskesmas, fasilitas

kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit di kota Semarang tahun 2018

tertinggi adalah hipertensi. Pada tahun 2014 sampai tahun 2018 terjadi

peningkatan kasus pada penyakit hipertensi (161.283 kasus). 5

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
4
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Hipertensi juga dapat

meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Komplikasi pada

penderita hipertensi dapat dicegah melalui deteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai. 6

Pemantauan kondisi klinis pasien atau pemantauan tanda-tanda vital

pasien hipertensi penting untuk dilakukan. Tenaga kesehatan dapat segera

menentukan tindakan/terapi yang diberikan melalui pemantauan kondisi klinis

pasien/tanda-tanda vital pasien. Adapun pemantauan kondisi klinis pasien


3

dapat dipantau melalui tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, denyut

nadi, pernafasan, suhu tubuh. 7

Pemberian obat/ terapi dapat secara farmakologis maupun secara non

farmakologis. Pengobatan secara farmakologis yaitu dengan obat-obat

antihipertensi. Pengobatan secara farmakologis tidak hanya memiliki efek yang

menguntungkan tetapi ada efek yang merugikan, salah satunya efek rebound

hypertension yaitu terjadi peningkatan tekanan darah mendadak apabila

konsumsi obat dihentikan. Penurunan tekanan darah tanpa efek samping, dapat
6
dilakukan melalui kombinasi dengan terapi nonfarmakologis . Terapi

farmakologi yaitu pemberian obat-obatan seperti obat jenis diuretic seperti

HCL, alpa beta, alpa bloker dan lain lain diberikan rutin dan membutuhkan

biaya yang tidak sedikit. Terapi non farmakologi, merupakan terapi yang dapat

digunakan berdampingan dengan terapi farmakologi. 8

Salah satu terapi non farmakologi adalah dengan pemberian aromaterapi

lavender. Minyak aromaterapi lavender adalah minyak terlaris di dunia

dikarenakan minyak lavender mempunyai banyak manfaat dan dapat

digunakan dalam hampir semua keadaan darurat. Adapun manfaatnya

analgesik, anti kecemasan, anti bakteri, anti depresan, anti jamur, anti

inflamasi, antioksidan, antispasmodik dan sedatif. Lavender mempunyai sifat

terapeutik lavender berfungsi untuk menjaga kesehatan otot dan sendi,

membantu memerangi kuman, menghambat pertumbuhan virus. Lavender juga

mempunyai fungsi antispasmodik, mengurangi rasa sakit dan mendorong

keseimbangan dalam semua sistem tubuh dan minyak kecantikan untuk kulit.
4

Lavender berfungsi merangsang pertumbuhan sel baru, sebagai antibiotik,

antivirus, mencegah jaringan parut dan mengurangi rasa sakit. Secara

emosional lavender mengurangi kecemasan, mengurangi ketakutan,


9
menenangkan. Penelitian Septianty tahun 2015 menyebutkan bahwa

penggunaan aromaterapi lavender yang diberikan selama 10-15 menit dapat


10
menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Hasil penelitian Suviani tahun

2017 juga menyebutkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol dan
11
diastol setelah dilakukan pemberian aromaterapi lavender. Hasil penelitian

Juwariah tahun 2015 juga menyebutkan bahwa ada pengaruh pemberian

aromaterapi lavender terhadap tekanan darah lansia panti sosial tresna

wherdatulungagung.12 Hasil penelitian Gultom tahun 2016 juga menyebutkan

bahwa pemberian aromaterapi lavender secara inhalasi dapat menurunkan

tekanan darah sistol dan diastol pada pasien hipertensi. Aromaterapi lavender

ini dapat menjadi alternatif terapi komplementer disamping penggunaan obat

secara farmakologis.13

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

mengenai “Penerapan Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Perbaikan

Kondisi Klinis Pasien Hipertensi.”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan

kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu)?
5

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan penerapan pemberian aromaterapi lavender terhadap

perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah, nadi, respirasi dan

suhu).

D. Manfaat Studi Kasus

1. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan keluarga

tentang pemberian aromaterapi lavender membantu merbaiki kondisi klinis

pasien hipertensi

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan

untuk penelitian dalam pemberian aromaterapi lavender terapi pada

penderita hipertensi

3. Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengimplementasikan

pemberian aromaterapi lavender terapi pada penderita hipertensi


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Klinis Pasien

Kondisi klinis pasien dapat dilihat dari keadaan umum dan tanda-tanda

vital pasien.

1. Keadaan Umum Pasien

Pemeriksaan fisik dimulai dengan keadaan umum pasien yang mencakup k

esan keadaan sakit, kesadaran dan kesan status gizi. Dengan penilaian

keadaan umum secara cepat akan dapat dinilai apakah pasien dapat dinilai

apakah pasien dalam keadaan distres akut yang memerlukan pertolongan

segera atau pasien dalam keadaan stabil.14

a. Kesan keadaan sakit

Kesan keadaan sakit adalah apakah pasien tampak tidak sakit, sakit

ringan, sakit sedang atau sakit berat. Keadaan sakit bersifat subyektif.

Fasies pasien adalah istilah yang menunjukkan ekspresi wajah pasien,

terkadang fasies pasien ini memberikan informasi kondisi klinis pasien.


14

b. Kesadaran

Kesadaran dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Adapun penilaian

kesadaran adalah sebagai berikut: 14

1) Komposmentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respon

yang adekuat terhadap stimulus yang diberikan

6
7

2) Apatis:pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh terhadap keadaan

sekitar. Pasien akan memberikan respon adekuat jika diberi stimulus

3) Somnolen: tingkat kesadaran lebih rendah dari apatis, pasien tampak

mengantuk dan selalu ingin tidur. Tidak berespon pada stimulus yang

ringan dan berespon pada stimulus yang agak keras.

4) Sopor: Pasien tidak berespon terhadap stimulus ringan dan sedang.

5) Koma: tingkat kesadaran paling rendah, pasien tidak beraksi terhadap

stimulus apapun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada. 14

c. Kesan status gizi/nutrisi

Pemeriksaan status gizi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, data

antropometrik dan hasil pemeriksaan laboratorium akan memberikan

hasil akurat.

2. Tanda-tanda Vital

Selain menilai keadaan umum pasien, kondisi klinis dinilai dari tanda tanda

vital pasien. Kondisi klinis pasien dapat dipantau dari tanda-tanda vital

pasien. Adapun tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, denyut

nadi, pernafasan, suhu tubuh, tinggi badan dan berat badan. 7:

a. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan atau tenaga yang digunakan oleh darah

untuk melawan dinding arteri dan biasa diukur dalam satuan milimeter
15
air raksa (mmhg). Tekanan darah dinyatakan dalam dua angka yaitu

tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol. Tekanan darah tertinggi

terjadi selama ejeksi / kontraksi jantung disebut tekanan sistol. Tekanan


8

terendah/ketika jantung relaksasi dalam siklus ini disebut tekanan

diastol. Selisih angka tekanan sistol dan diastol disebut tekanan nadi.

Ada lima faktor yang menentukan tingginya tekanan darah yaitu curah

jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas

datrah dan kelenturan dinding arteri. Alat untuk mengukur tekanan

darah adalah sphygmomanometer atau sering disebut millimeter air

raksa dengan satuan ukur mmHg. Alat ukur tersebut menandakan

setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa.7 Nilai

tekanan darah dapat naik dan turun dalam satu hari. Nilai tekanan darah

lebih rendah ketika tidur dan meningkat ketika bahagia, panik, atau

ketika melakukan aktifitas fisik. 15

b. Nadi

Denyut nadi dimulai dengan membukanya katup aorta. Tekanan di

dalam aorta meningkat dengan cepat ketika bolus darah

menggelembungkan dindingnya. Ketika ejeksi melambat dan darah

mengalir ke perifer, tekanan di dalam aorta turun. Suatu aliran balik

yang berlangsung untuk sementara waktu menutup katup aorta dan

pantulan ke dalam dinding aorta kemudian membentuk takik dikrotik.

Takik ini biasanya tak teraba. Bentuk denyut nadi berubah ketika

gelombang tekanan bergerak menjauhi jantung. Tekanan nadi

meningkat karena peningkatan tekanan sistolik dan kurang meningkat

pada penurunan tekanan diastolik. Manfaat pemeriksaan denyut nadi

akan lebih meningkat jika dipalpasi arteri karotis dan brakialis. Pada
9

pemeriksaan denyut nadi perhatikan kecepatan, iramanya, volume dan

konturnya. Cara menghitung denyut, denyut nadi dihitung dalam

semenit penuh. 16

c. Pernafasan

Pernafasan orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah 14-18

kali/menit. Pernafasan yang cepat disebut takipnea dan pernafasan

lambat disebut bradipnea. Jika volume pernafasan berkurang karena

penyakit, pernafasan yang cepat merupakan usahan untuk

mempertahankan pertukaran volume total normal. Kombinasi

pernafasan cepat dan dangkal dijumpai pada penyakit paru kronis. 16

d. Suhu

Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan

pengeluaran panas. Suhu tubuh paling tinggi pada organ-organ dalam

dan ke arah kulit makin menurun. Dalam praktik sehari-hari, kita

mengukur suhu rektal atau oral. Suhu oral mudah diukur tetapi dapat

keliru. Pengukuran suhu rektal kurang menyenangkan tetapi lebih kecil

kemingkinan untuk salah. Kadang-kadang diperlukan pengukuran suhu

aksila yang kemungkinan lebihrendah dari suhu oral. 16

B. Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. 17.
10

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam

keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)

dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan

mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan

tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. 4

2. Etiologi

Penyebabnya hipertensi di bagi menjadi dua, adapun penyebabnya adalah

sebagai berikut :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi esensial sering disebut dengan peningkatan tekanan darah

yang tidak diketahui penyebabnya (ideopatik). Hipertensi ini dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita

hipertensi. 4

b. Hipertensi sekunder/non essensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya.Pada sekitar 5-10% penderita

hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,

penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

(misalnya pil KB). 4


11

3. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi adalah sebagai berikut 4

Tabel 2.1 Klasifikasi menurut JNC VII hipertensi sebagi berikut:

Sistolik Diastolik
a. Normal < 120 < 80
b. Pre hipertensi 120-139 80 – 89
c. Hipertensi tahapI 140 – 159 90 – 99
d. Hipertensi tahapII 160 atau > 160 100 atau > 100
Terdapat jenis hipertensi yang lain yaitu:

a Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada

pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing

dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya

hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan

penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung

kanan. 4.

Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia

pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan

perbandingan 2:1. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal

merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri

pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis

lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada

aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri,

penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya

kelainan paru. 4
12

b Hipertensi pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada

saat kehamilan, yaitu:

1) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang

diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah

yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya).

Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda

hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. 4

2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu

mengandung janin.

3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan

preeklampsia dengan hipertensi kronik.

4) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada

yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan

pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada

juga yang mengatakan diseabkan faktor keturunan, dan lain

sebagainya. 4

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi merupakan silent killer yang gejalala bervariasi pada masing-

masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Adapun

gejala yang sering muncul yaitu 4


13

a. Sakit kepala

b. Rasa berat ditengkuk

c. Vertigo

d. Jantung berdebar-debar

e. Mudah leleh

f. Penglihatan kaburSerasa akan pingsan

g. Tinnitus (suara mendengung dalam telinga)

h. Mimisan

5. Akibat hipertensi

Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit tekanan darah tinggi adalah : 15

a. Kerusakan jantung

Jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah cukup ke dalam tubuh.

b. Benjolan abnormal

Salah satu akibat penyakit hipertensi adalah terbentuknya benjolan

abnormal pada dinding arteri yang membawa yang membawa darah dari

jantung ke organ tubuh sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.

c. Penyempitan pembuluh darah di ginjal

Pembuluh darah di ginjal menyempit mengakibatkan kerusakan ginjal.

d. Penyempitan pembuluh darah arteri

Penyempitan pembuluh darah arteri dibeberapa bagian tubuh sehingga

mengurangi aliran darah ke jantung, otak dan lain-lain.


14

6. Faktor Resiko Hipertensi

Penyebab hipertensi disebabkan oleh 2 macam faktor resiko terjadinya

hipertensi yaitu faktor yang bisa dikendalikan dan faktor yang tidak bisa

diubah. Adapun faktor resiko yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah

yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat diubah

Adapun faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah sebagai berikut: 2

1) Ras

Suku yang berkulit hitam berisiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di

Amerika, penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak

dibandingkan penderita berkulit putih.

2) Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia

seseorang, resiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini

terjadi akibat perubahan alami pada jantung.

3) Riwayat Keluarga

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Anak yang salah satu orang

tuanya menderita hipertensi, memiliki resiko 25% menderita hipertensi.

60% keturunannya menderita hipertensi.

4) Jenis Kelamin

Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh

baya. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar wanita

setelah berusia 55 tahun atau setelah mengalami menopause. 2


15

b. Faktor yang dapat dikendalikan

Adapun faktor yang dapat dikendalikan adalah sebagai berikut:

1) Kegemukan

Ada beberapa sebab terjadi kelebihan berat badan bisa memicu

hipertensi. Masa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah

untuk menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya,

darah yang mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga

dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tidak hanya itu,

kelebihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar

insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh

menahan natrium dan air. 2

2) Kurangnya Aktifitas Fisik

Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung lebih tinggi

sehingga memaksa jantung bekerja keras setiap kontraksi. Olahraga

isotonic, seperti bersepeda, jogging dan aerobic yang teratur dapat

mempelancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan

darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung

mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau

mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam kedalam tubuh.

Garam akan keluar dari tubuh bersama keringat. 2


16

3) Merokok

Zat-zat kimia tembakau, seperti nikotin dan karbonmonoksida dari asap

rokok, membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah dan

menyebabkan peningkatan tekanan darah. 2

4) Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan merangsang aktivitas saraf simpatik. Adapun

stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas social, ekonomi,

dan karakteristik personal. 2

5) Asupan garam berlebih

Pada manusia yang diberi garam berlebihan dalam waktu yang pendek

akan didapatkan peningkatan tekanan perifer dan tekanan darah,

sedangkan pengurangan garam ketingkat 60-90 mmol/hari akan

menurunkan tekanan darah pada kebanyakan manusia. Pengaruh asupan

garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan

volume plasma, curah jantung dan tekanan darah tanpa diikuti

peningkatan ekskresi garam, disamping pengaruh faktor-faktor yang

lain.2
17

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Adapun penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Nonfarmakologi

1) Kurangi konsumsi garam

Penderita hipertensi dapat mengurangi konsumsi garam dengan tidak

menambahkan garam ke dalam makanan yang dihidangkan di meja atau

yang sedang dimasak. Penderita hipertensi sebaiknya makan lebih

banyak makanan segar seperti daging, buah-buahan, dan sayuran segar.

Makan makanan yang diproses jikan diperlukan, semua bumbu dapur

bebas dari garam. 13

2) Makan sedikit garam

Menyesuaikan diri dengan pola makan rendah garam bisa terasa agak

menyulitkan pada awalnya. Tetapi anda akan merasakan bahwa jika

dapat menjaga terus konsumsi garam tetap rendah, maka setelah sekitar

sebulan anda akan lebih menyukai makanan yang mengandung sedikit

garam. 13

3) Pengendalian berat badan

Selain mengurangi penggunaan garam dalam makanan, anda juga

memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai target berat badan

jika lebih banyak berolahraga dan mengurangi minum alkohol. 13

4) Pengendalian minum alkohol

Mengurangi minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah. Minum

lebih dari empat kali perhari tampaknya berkaitan dengan meningkatnya


18

risiko hipertensi dan stroke, juga berdampak merusak pada organ hati,

sistem saraf dan kualitas hidup. 13

5) Melakukan olahraga

Berbagai bentuk olahraga baik apabila tidak membuat kelelahan, tetapi

penderita hipertensi perlu melakukan usaha yang cukup untuk sedikit

meningkatkan denyut nadi dan membuat penderi berkeringat. 13

b. Farmakologi

Adapun pengobatan hipertensi secara farmakologi adalah sebagai berikut:

1) Thiazide diuretik

Obat-obatan golongan ini bekerja dengan membuka pembuluh darah

yang dapat menurunkan tekanan darah. Bekerja membuat ginjal

membuang garam dan air dalam bentuk urine, sehingga sedikit

menurunkan volume sirkulasi darah dan mengalihkan sebagian tekanan

ke luar sistem.13

2) Beta-blocker

Obat-obatan ini bekerja dengan menghambat kerja non adrenalin, yang

bersama dengan zat kimiawi lainnya yang disebut adrenalin,

mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi yang gawat yang

disebut respon. Zat ini juga mempercepat kerja jantung agar memompa

darah dengan lebih kuat, sehingga meningkatkan tekanan darah. 13

3) Penghambat saluran kalsium

Penghambat saluran kalsium (juga dikenal sebagai antagonis kalsium)

bekerja dengan menghambat kerja kalsium dalam otot halus pada


19

dinding arteriol. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa penyempitan otot

halus, yang sebagian disebabkan oleh kalsium, mempersempit

pembuluh darah yang kemudian menyebabkan terjadinya hipertensi.

Dengan menghambat kerja kalsium dapat membuka pembuluh darah

dan menurunkan tekanan darah. 13

4) Penghambat ACE Penghambat

Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) bekerja dengan

mencegah aktivitas hormon angiotensin I I dari dua perintisnya, yakni

renin dan angiostensin I. Karena angiotensin I I mempersempit

pembuluh darah, penghambat ACE secara efektif membukanya kembali

sehingga menurunkan tekanan darah. 13

5) Alpha-blocker

Obat-obatan ini bekerja dengan menghambat kerja adrenalin pada otot-

otot yang menyusun dinding-dinding pembuluh darah. Adrenalin

menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan tekanan

darah. Dengan menghambat reseptor ini dapat membuat rileks dan

menurunkan tekanan darah. Sebagai akibatnya alpha-blocker dapat juga

menyebabkan rasa pusing, khususnya ketika berdiri tiba-tiba. 13

6) Antagonis reseptor angiostensin

Obat-obatan ini bekerja dengan cara yang hampir sama seperti

penghambat ACE, tetapi lebih ringan dengan menghambat reseptor

angiostensin II dari pada menghambat aktivasi angiostensin II. Untuk

alasan ini, obat-obatan ini memiliki pengaruh yang lebih spesifik


20

terhadap tekanan darah dan tidak menyebabkan efek samping yang

mengganggu seperti batuk. 13

C. AROMATERAPI LAVENDER

1. Aromaterapi

Aromaterapi mulai digunakan kembali setelah obat-obatan tradisional mulai

kembali digunakan. Aromaterapi dapat membantu meningkatkan kecantikan

dan kesehatan dengan cara mudah dan nyaman. Aromaterapi berasal daei

kata aroma dan therapi. Aroma mempunyai arti harum atau wangi dan

therapi mempunyai arti sebagai pengobatan atau penyembuhan. Dapat

disimpulkan bahwa aromaterapi adalah suatu cara perawatan tubuh atau


18
metode penyembuhan penyakit menggunakan minyak essential.

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak

murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga.

Kata aroma mempunyai arti bau wangi atau keharuman dari tumbuhan.

Terapi adalah upaya menyegarkan, menjaga kesehatan pikiran, jiwa dan

raga dan merangsang proses penyembuhan dengan menggunakan essential

oil. Essential oil merupakan dari jenis bunga, akar, pohon, biji, daun dan

rempah-rempah yang mempunyai khasiat mengobati. 19.

2. Keunggulan Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu metode penyebuhan kuno dan turun

temurun .Adapun keunggulan aromaterapi adalah sebagai berikut: 18


21

a. Biaya murah

b. Terapi dapat dilakukan di berbagai tempat dan keadaan

c. Tidak mengganggu aktivitas yang bersangkutan

d. Menimbulkan rasa senang

e. Cara pemakaian aromaterapi praktis dan efisien

f. Efek yang ditimbulkan aromaterapi aman bagi tubuh

g. Efektitas terbukti tidak kalah dengan metode terapi yang lain.

3. Jenis dan manfaat aromaterapi

Adapun Jenis dan manfaat minyak aromaterapi adalah sebagai berikut:

a. Jasmine: sebagai pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita,

anti depresi, sakit saat menstruasi dan pegal linu.

b. Lemon: sebagai pembersih dan tonik, penurun panas, meningkatkan

sistem imun pada kondisi tubuh yang demam, menurunkan kemarahan.

c. Kenanga: untuk menurunkan kemarahan, cemas, mengurangi depresi,

insomnia, gejala stres, anti jamur, pada kulit tonik rambut.

d. Tea tree : untuk sariawan karena jamur, melindungi kulit dari bakar

selama terapi kanker, saluran reproduksi.

e. Lavender : dapat menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah

tinggi, dan mengatasi gangguan tidur, stress.13

4. Aromaterapi Lavender

Minyak Esensial lavender merupakan minyak yang merupakan hasil

ekstraksi dengan destilasi uap bunga dari tanaman Lavandula agustifolia

(suku Lamiaceae). Memang ada satu spesies lain yang masih dalam satu
22

famili yang bisa menghasilkan minyak lavender yaitu Lavandula latifolia

Medicus, tetapi yang paling sering dipakai dan sudah banyak dipakai

sebagai aromaterapi adalah dari tanaman lavandula agustifolia.2

Salah satu aromaterapi yang dapat digunakan dalam menurunkan tekanan

darah adalah aromaterapi lavender. Aromaterapi lavender adalah suatu cara

perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak

esensial (Essential Oil) . 10

Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi

juga tingkat emosi. Manfaat pemberian aromaterapi lavender bagi seseorang

adalah dapat menurunkan kecemasan, nyeri sendi, tekanan darah tinggi,

frekuensi jantung, laju metabolik, dan gangguan tidur (insomnia), stress dan

meningkatkan produksi hormon melatonin dan serotonin. Aromaterapi dapat

menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada jasmani, pikiran, dan rohani

(soothing the physical, mind and spiritual), dapat menciptakan suasana yang

damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas dan gelisah. 10

Minyak lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman sekaligus

mempunyai daya antiseptik yang kuat, antivirus dan antijamur. Karenanya

sering digunakan untuk mengobati infeksi, paru-paru, sinus, vagina, dan

kulit, juga meringankan sakit kepala dan nyeri otot. Minyak lavender

digunakan pada linimen karena dipercaya mempercepat penyembuhan sel-

sel kulit yang terbakar sinar matahari terluka, dan rash. Minyak lavender

merupakan salah satu minyak yang terpopuler dalam aromaterapi.20


23

Minyak lavender merupakan salah satu minyak yang paling aman sekaligus

mempunyai daya antiseptik yang kuat, antivirus dan antijamur. Karenanya

sering digunakan untuk mengobati infeksi, paru-paru, sinus, vagina, dan

kulit, juga meringankan sakit kepala dan nyeri otot. Minyak lavender

digunakan pada linimen karena dipercaya mempercepat penyembuhan sel-

sel kulit yang terbakar sinar matahari terluka, dan rash. Minyak lavender

merupakan salah satu minyak yang terpopuler dalam aromaterapi. 20

Arometerapi lavender bekerja dengan merangsang sel-sel saraf penciuman

dan mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat memberikan

perasaan rileks yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah

penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat

memberikan perasaan rileks yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan

darah. Pemberian aromaterapi lavender selama 10-15 menit sudah dapat

mempengaruhi sistem kerja limbik dengan memberikan efek relaksasi

sehingga membuat jantung tidak perlu bekerja lebih cepat untuk memompa

darah keseluruh tubuh yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah

pada reponden. Untuk mengurangi kecemasan, ketakutan dan menjadikan

relaksasi dapat ditambahkan 4 tetes minyak lavender ke dalam diffuser. 9

5. Cara Kerja Minyak Lavender

a. Absorsi melalui kulit

Berdasarkan sifat kulit, senyawa yang lipofilik (larut dalam lemak,

misal minyak atsiri) mudah terabsorbsi. Kebanyakan minyak atsiri

yang digunakan dalam aromaterapi dapat menembus kulit. Begitu


24

menembus lapisan epidermis, molekul minyak atsiri dapat dengan

mudah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya saluran limfa

dan pembuluh darah, saraf, kolagen, fibroblast, mast cells, dan lain-

lain.

Molekul-molekul itu akan ikut bersirkulasi dan dibawa oleh sistem

sirkulasi baik sirkulasi darah maupun sirkulasi limfatik melalui

pembuluh-pembuluh kapiler. Selanjutnya, pembuluh-pembuluh

kapiler mengantarnya ke susunan saraf pusat dan oleh otak akan

dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami gangguan atau

ketidakseimbangan. Molekul yang mencapai setiap sel otak

dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan substansi

neurokimia berupa perasaan senang, rileks, dan tenang. Minyak

esensial yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih merangsang

sistem sirkulasi untuk bekerja lebih aktif. 3

Pada proses ini essential oil dicampur dengan carrier oil terlebih

sebelum digunakan sebagai Aromatherapy Massage Oil (sebagai

minyak pijat beraromaterapi). Massage oil (Aromatherapy oil) ini

selanjutnya dibubuhi ke tubuh pengguna sambil dilakukan pemijatan

untuk memberikan efek relaksasi. Pada saat ini senyawa kimiawi

alami yang terkandung dalam essential oil masuk ke tubuh melalui

pembuluh-pembuluh yang terdapat disepanjang epidermis dan dermis

kulit sehingga memberikan efek positif pada kulit dan tubuh

pengguna. 2
25

b. Pemberian melalui nasal

Ketika minyak esensial dihirup, molekul-molkul yang ada pada

minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit

hidung. Pda langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus yang

menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Ketika

molekul minyak tertahan pada bulu-bulu ini suatu impuls akan

ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius ke

dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional

yang lewat hipotalamus bekerja sebaagi pemacar serta regulator

menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain dan

bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja

sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik,

relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh.2

c. Pemakaian Topikal

Pemakaian topikal berarti pengolesan minyak esensial yang bisa

dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Terapi dengan

masase menggunakan gerakan rutin yang teratur untuk mencapai

tujuan yang spesifik, misalnya relaksasi. Para terapis aroma yang

profesional kebanyakan menggunakan minyak esensial dengan

masase.2
26

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus merupakan kerangka konsep yang menjadi dasar

terhadap studi kasus untuk melakukan pengkajian intensif yang berhubungan

dengan satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, dan institusi. Desain

penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena tersebut bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

fenomena yang satu dengan fenomena lainya. Deskripsi kasus dilakukan

secara jelas dan tanpa manipulasi dari pada penyimpulannya. 21 Studi kasus ini

dilakukan untuk menggambarkan penerapan pemberian aromaterapi lavender

terhadap perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah, nadi,

respirasi dan suhu).

B. Subjek Studi Kasus

Subyek studi kasus ini adalah 2 orang responden yang diamati ecara

mendalam. Subyek studi kasus mempertimbangkan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan.

Kriteria inklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan oleh penulis

adalah:

26
27

1. Pasien yang terdiagnosis hipertensi grade I dan grade II

2. Pasien dengan kesadaran composmentis.

3. Mendapat ijin dari petugas medis untuk melaksanakan terapi

4. Subyek mau berpartisipasi aktif dalam terapi sampai penelitian selesai

Kriteria eksklusi berdasarkan jurnal yang diterapkan oleh penulis

adalah:

1. Subyek yang ketika dilakukan penelitian tekanan darah ≤ 140 mmHg dan

diastol ≤ 90 mmHg.

2. Subyek tidak mau berpartisipasi aktif dalam terapi sampai penelitian

selesai.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang dijadikan titik acuan

studi kasus. Dalam hal ini fokus studi kasus penulis adalah pengaruh

pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan kondisi klinis pasien

hipertensi.

D. Definisi Operasional Studi Kasus

1. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

2. Kondisi klinis pasien adalah kondisi pasien hipertensi yang dipantau melalui

tanda-tanda vital pasien meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

suhu tubuh
28

a. Tekanan darah adalah kekuatan pada dinding arteri yang dapat

mendorong darah dengan tekanan dari jantung diukur menggunakan

alat sphygmomanometer serta dilakukan sebelum dan setelah terapi.

b. Nadi adalah peningkatan detak jantung yang dapat meningkatkan

tekanan darah diukur dengan menggunakan arloji selama satu menit

penuh dan dilakukan sebelum dan setelah terapi.

c. Respirasi adalah pernafasan subyek penelitian yang diukur dengan

menggunakan arloji selama satu menit penuh dan dilakukan sebelum

dan setelah terapi.

d. Suhu adalah suhu subyek penelitian yang diukur dengan menggunakan

arloji selama satu menit penuh dan dilakukan sebelum dan setelah

terapi.

e. Pemberian aromaterapi lavender adalah pemberian aromaterapi

lavender sebanyak 4 tetes yang dilakukan oleh peneliti menggunaan

diffuser selama 15 menit untuk memperbaiki kondisi klinis pasien dan

dilakukan satu kali sehari selama 1 hari. 9 10

E. Instrument Studi Kasus

Peralatan yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

yaitu:

1. Penguji tekanan darah dan jantung (sphygmomanometer dan stetoskop)

untuk mengecek tekanan darah

2. Pengukuran nadi dengan menggunakan arloji


29

3. Diffuser dan aromaterapi lavender

4. Lembar pengamatan untuk mencatat hasil pengukuran tekanan darah dan

nadi.

F. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data peneliti tahapan sebagai berikut:

1. Mengurus perijinan dengan institusi terkait rumah sakit untuk melakukan

studi kasus.

2. Menjelaskan waktu, tujuan, maksud studi kasus pada kepala ruang atau

perawat penanggung jawab di tempat studi kasus dan meminta persetujuan

untuk melibatkan subjek pada studi kasus.

3. Melaksanakan pemeriksaan kondisi klinis pasien dan intervensi.

4. Melakukan pengumpulan data pada pasien sesuai lembar observasi.

5. Melakukan intervensi dengan pemberian aromaterapi lavender selama 15

menit yang dilakukan selama 2 hari.

6. Setelah subyek diberikan intervensi subjek dillakukan pemeriksaan kondisi

klinis mengetahui hasil perubahan setelah dilakukan terapi.

7. Melakukan pengumpulan data.

8. Menyajikan hasil pengolaan data atau studi kasus.


30

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Penelitian dilakukan di RUMKIT TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Semarang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7-11 Maret 2020.

H. Analisa Data dan Penyajian Data

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisa desktiptif

adalah digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data

yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan. Pengolahan data ini

dilakukan dengan mengukur perubahan kondisi klinis pasien meliputi tekanan

darah, nadi, pernafasan dan suhu sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

intervensi pemberian aromaterapi lavender.

Data kemudian diolah dengan merata – ratakan dan data disajikan

menggunakan table, diagram, grafik atau kurva untuk mengetahui hasil

perubahan tekanan darah dan nadi.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan. Menurut Macnee 2004 pertimbangan etik dalam penelitian ini

dilakukan dengan prinsip – prinsip The Five Right of Human Subjects in

Research:
31

1. Hak Autonomy

Hak untuk membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik

yang di miliki oleh klien serta tidak dalam penelitian atau mengundurkan

diri dari penelitian.

2. Hak Privasi dan Dignity

Bahwa klien mempunyai hak untuk dihargai tentang hal – hal yang

dilakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta kapan dan

bagaimana hal – hal tentang merek yang dibagi dengan orang lain.

3. Hak Anonymity dan Confidentiality

Semua informasi yang di dapat klien harus dijaga kerahasiaannya sehingga

orang lain tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien tentang

keterlibatannya dipenelitian. Peneliti harus menyimpan dokumen dari hasil

pengumpulan data seperti lembar persetujuan, biodata, kaset rekaman,

transkrip wawancara yang hanya bisa diakses oleh peneliti dan peneliti

menguraikan data tanpa identitas klien.

4. Hak Terhadap Penanganan yang Adil

Peneliti memberi hak individu yang sama untuk terlibat atau dipilih di

dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberi penanganan dengan cara

menghormati seluruh persetujuan yang disetujui dan untuk penanganan

masalah yang muncul selama penelitian.


32

5. Hak untuk Mendapatkan Perlindungan

Peneliti harus melindungi klien dari ketidaknyamanan, kerugian, exploitasi

dan peneliti harus memberikan jaminan untuk meminimalkan bahaya dari

penelitian serta memaksimalkan manfaat penelitian.


33

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasannya yang

meliputi penjabaran data umum dan data khusus serta analisis mengenai

penerapan pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan kondisi klinis

pasien hipertensi (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu) pada subjek I dan

subjek II terhadap tekanan darah dan nadi pada penderita hipertensi di RUMKIT

TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang yang dilakukan tanggal 7

Maret- 11 Maret 2020.

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di RUMKIT TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Semarang yang terletak di Jalan dr. Sutomo No 17 Kelurahan Barusari,

Kecamatan Semarang Selatan, Provinsi Jawa Tengah. RUMKIT TK III

04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang adalah rumkit yang berada di

bawah naungan TNI-AD khususnya dibawah kendali Kesdam IV /

Diponegoro. Rumkit Bhakti Wira Tamtama merupakan rumkit militer tipe C

dengan kapasitas 144 tempat tidur. Pelayanan kesehatan mulai dari yang

bersifat umum sampai dengan yang bersifat spesialistik, yang dilengkapi

dengan pelayanan penunjang medis. Rumkit ini mempunyai fasilitas ruangan

terdiri ruang rawat jalan dan rawat inap yaitu ruang Dahlia, Ruang Mawar,

Ruang Nusa Indah, Ruang Bougenvil, Ruang Hemodialisa, Ruang Melati,

33
34

22
Ruang Flamboyan, Ruang Anggrek, Ruang HCU, dan Ruang ICU. Data

dari ruang rawat inap di rumkit TK III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Semarang jumlah pasien hipertensi bulan Oktober- Desember 2019 sebanyak

38 pasien.

2. Gambaran Studi Kasus

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus yaitu subjek

I dan subjek II yang sesuai dengan kriteria yang penulis tetapkan.Adapun

rincian kedua subyek adalah sebagai berikut:

a. Subjek I

Subjek I Ny. S berjenis kelamin perempuan berusia 78 tahun, subjek

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Subjek masuk rumah sakit pada tanggal

06 Maret 2020 dengan keluhan sakit kepala, tengkuk terasa pegal.

Pemeriksaan tekanan darah awal masuk adalah 150/90 mmHg dan nadi 80

x/menit. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa subjek I mempunyai

riwayat keluarga (keturunan) hipertensi, subjek I mengalami kegemukan

dan sering mengkonsumsi garam secara berlebih. Diagnose medis pada

subjek I yaitu hipertensi. Subjek sudah mendapatkan terapi antihipertensi

amlodipin 5 mg 1x1. Pada tanggal 09 Maret 2020 di ruang flamboyan

dilakukan pengkajian ulang dan pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi

dan suhu sebelum dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender

didapatkan hasil tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 72 x/menit, RR 24

x/menit, suhu 36.7 ˚ C.


35

b. Subjek II

Subjek II Tn. A berjenis kelamin laki-laki berusia 51 tahun, pekerjaan

sebagai wiraswasta, subjek masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret

2020 dengan keluhan pusing, penglihatan kabur, tengkuk terasa berat,

telinga berdengung. Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa subjek II

mempunyai riwayat keluarga (keturunan) hipertensi, subjek II mengalami

kegemukan, sering mengkonsumsi garam secara berlebih, jarang

beraktifitas fisik dan seorang perokok. Hasil pemeriksaan tekanan darah

awal masuk adalah 195/130 mmHg, nadi 100 x/menit, respirasi 28x/menit

dan suhu 36.8 ˚ C. Diagnose medis pada subjek I yaitu hipertensi. Subjek

sudah mendapatkan obat antihipertensi kaptopril 25 mg 3x1. Pada tanggal

11 Maret 2020 di ruang flamboyan dilakukan pengkajian ulang dan

pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu sebelum dilakukan

penerapan pemberian aromaterapi lavender didapatkan hasil tekanan darah

190/80 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 26 x/menit, suhu 36.7 ˚ C.

3. Pemaparan Hasil Studi Kasus

a. Hasil Pengkajian Awal Kondisi Klinis Subyek Penelitian

Berdasarkan tahapan proses keperawatan langkah pertama yang harus

dilakukan adalah pengkajian. Pengkajian awal pada studi kasus ini yang

berpedoman pada SOP Pemeriksaan kondisi klinis pasien. Berdasarkan

hasil studi kasus yang didapatkan saat pengkajian kondisi klinis awal

dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu dengan


36

hasil subyek I dan subyek II lebih dari batas normal. Adapun hasil

pengkajian tersebut dapat dilihat pada table 4.1

Tabel 4.1. Hasil Pengkajian Awal Kondisi Klinis Subyek Penelitian

No Subyek Jenis Kelamin Sebelum Pemberian Aromaterapi


Hipertensi Nadi Respirasi Suhu
Tekanan Kategori (x/menit) (x/menit) ( ˚C )
Darah
(mmHg)
1 I Perempuan 140/90 1 72 24 36.6
2 II Laki-laki 195/120 II 100 26 36.8
Dari tabel 4.1 dapat ketahui bahwa subyek I Jenis kelamin perempuan

dengan tekanan darah 140/90 (grade I), nadi 72x/menit, respirasi

24x/menit dan suhu 36.6 ˚C. Subyek II jenis kelamin laki-laki dengan

tekanan darah 195/120 (Grade II), nadi 100x/menit, respirasi 26x/menit

dan suhu 36.8 ˚C.

b. Hasil Evaluasi Kondisi Klinis Pasien setelah dilakukan penerapan

pemberian aromaterapi lavender.

Setelah selesai memberikan intervensi keperawatan dengan penerapan

pemberian aromaterapi lavender selama 10 menit, peneliti melakukan

evaluasi terhadap kondisi klinis subjek studi kasus. Hasilnya menunjukkan

bahwa terdapat perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah,

nadi, respirasi dan suhu). Adapun perbaikan kondisi klinis pasien dapat

dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:


37

Tabel. 4.2 Hasil Evaluasi Kondisi Klinis Pasien Setelah dilakukan Intervensi

No Subyek Jenis Sebelum Pemberian aromaterapi Sesudah Pemberian aromaterapi


Kelamin Hipertensi Nadi Respirasi Suhu Hipertensi Nadi Respirasi Suhu
Tekanan Kate- (x/meni (x/menit) (˚C) Tekanan Kate- (x/menit) (x/menit) ( ˚C )
Darah gori t) Darah gori
(mmHg) (mmHg)
1 I Perem- 150/ I 72 24 36.6 140/80 I 68 20 36.5
puan 90
2 II Laki- 190/ II 100 26 36.8 180/ II 92 24 36.6
laki 120 110

Dari tabel 4.2 dapat ketahui bahwa subyek I jenis kelamin perempuan

terdapat perbaikan kondisi klinis dikarenakan sebelum dilakukan terapi

pemberian aromaterapi lavender TD 140/90, nadi 72x/menit, respirasi

24x/menit dan suhu 36.6 ˚C. Setelah dilakukan dilakukan penerapan

pemberian aromaterapi lavender kondisi klinis pasien menjadi TD 140/80,

nadi 68 x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36.5 ˚C. Subyek II jenis

kelamin laki-laki terdapat perbaikan kondisi klinis dikarenakan sebelum

dilakukan terapi pemberian aromaterapi lavender tekanan darah 195/120,

nadi 100x/menit, respirasi 26x/menit dan suhu 36.8 ˚C . Setelah dilakukan

penerapan pemberian aromaterapi lavender kondisi klinis pasien menjadi

TD 180/110, nadi 68 x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 36.6 ˚C.

Adapun rincian perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi adalah sebagai

berikut:
38

1) Perbaikan Kondisi Klinis (Tekanan Darah)

Diagram 4.1 Hasil Pengkajian Tekanan Darah

Dari grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbaikan tekanan darah

subjek penelitian yaitu sebelum dilakukan terapi pemberian aromaterapi

lavender tekanan darah subjek I 150/90mmHg, setelah dilakukan

dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender tekanan darah

menjadi 140/80 mmHg . Subjek II terdapat perbaikan tekanan darah yaitu

sebelum dilakukan terapi pemberian aromaterapi lavender tekanan darah

195/120mmHg setelah dilakukan penerapan pemberian aromaterapi

lavender kondisi klinis pasien menjadi TD 180/110 mmHg.


39

2) Perbaikan Kondisi Klinis (Nadi)

Diagram 4.2 Hasil Pengkajian Nadi Subjek Penelitian

Berdasarkan diagram 4.2 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbaikan

nadi subjek penelitian yaitu sebelum dilakukan terapi pemberian

aromaterapi lavender nadi 72x/menit, setelah dilakukan dilakukan

penerapan pemberian aromaterapi lavender kondisi klinis pasien menjadi

nadi 68 x/menit. Subyek II terdapat perubahan nadi yaitu sebelum

dilakukan terapi pemberian aromaterapi lavender nadi 100x/menit setelah

dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender nadi 68 x/menit.


40

3) Perubahan Kondisi Klinis( Respirasi)

Diagram 4.3 Hasil Pengkajian Respirasi Subjek Penelitian

Dari diagram 4.3 dapat ketahui bahwa terdapat perubahan respirasi pada

Subjek I dan subjek II. Subjek I sebelum pemberian aromaterapi lavender

respirasi 24x/menit, setelah dilakukan dilakukan penerapan pemberian

aromaterapi lavender respirasi 20x/menit. Subyek II sebelum dilakukan

terapi pemberian aromaterapi lavender respirasi 26x/menit dan setelah

dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender respirasi 24x/menit.


41

4) Perubahan Kondisi Klinis (Suhu)

Diagram 4.4 Hasil Pengkajian Perubahan Suhu

Dari diagram 4.4 dapat ketahui bahwa terdapat perbaikan kondisi klinis

yaitu perubahan suhu yaitu pada subjek I sebelum dilakukan pemberian

aromaterpi lavender suhu 36.6 ˚C dan setelah dilakukan dilakukan

penerapan pemberian aromaterapi lavender suhu menjadi 36.5 ˚C.

Subyek II juga perbaikan kondisi klinis dikarenakan sebelum dilakukan

pemberian aromaterapi lavender suhu 36.8 ˚C dan setelah dilakukan

pemberian aromaterapi lavender suhu 36.6 ˚C.


42

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan

penerapan pemberian aromaterapi lavender selama 10 menit terdapat perbaikan

kondisi klinis pada subjek I dan II. Sebelum dilakukan penerapan pemberian

aromaterapi lavender pada subjek I TD 140/90, nadi 72x/menit, respirasi

24x/menit dan suhu 36.6 ˚C, setelah dilakukan dilakukan penerapan pemberian

aromaterapi lavender kondisi klinis pasien menjadi TD 140/80, nadi 68

x/menit, respirasi 24x/menit, suhu 36.5 ˚C. Subjek II jenis kelamin laki-laki

terdapat perbaikan kondisi klinis dikarenakan sebelum dilakukan terapi

pemberian aromaterapi lavender tekanan darah 195/120mmHg, nadi

100x/menit, respirasi 26x/menit dan suhu 36.8 ˚C, setelah dilakukan penerapan

pemberian aromaterapi lavender kondisi klinis pasien menjadi TD 180/110

mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 92x/menit, suhu 36.6 ˚C.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
4
cukup istirahat/tenang. Hipertensi yang diderita subyek I merupakan

hipertensi grade I yaitu tekanan darah sistol 140 – 159 mmHg dan diastol

kurang dari 89. Subyek penelian II merupakan hipertensi grade 2 yaitu tekanan

darah sistol lebih dari 160 dan tekanan darah diastol lebih dari 100. Hipertensi

yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
43

otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat

pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah

tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. 4

Hasil pengkajian didapatkan data bahwa subjek I mempunyai riwayat

keluarga (keturunan) hipertensi, subjek I mengalami kegemukan dan sering

mengkonsumsi garam secara berlebih. Salah satu faktor penyebab hipertensi

yang tidak dapat dikendalikan adalah faktor keluarga (keturunan) hipertensi.

Adapun kegemukan dan sering mengkonsumsi garam secara berlebih


2 13
merupakan faktor penyebab hipertensi yang dapat dikendalikan. Subjek II

mempunyai riwayat keluarga (keturunan) hipertensi, subjek II mengalami

kegemukan, sering mengkonsumsi garam secara berlebih, jarang beraktifitas

fisik dan seorang perokok. Salah satu faktor penyebab hipertensi yang tidak

dapat dikendalikan adalah faktor keluarga (keturunan) hipertensi. Adapun

kegemukan, sering mengkonsumsi garam secara berlebih, jarang beraktifitas

fisik dan seorang perokok. merupakan faktor penyebab hipertensi yang dapat
2 13
dikendalikan. Selain pemberian obat/ terapi pada pasien hipertensi secara

farmakologis maupun secara non farmakologis, dalam proses penyembuhan

pasien hipertensi perlu mengendalikan faktor penyebab hipertensi yang dapat

dikendalikan.

Pemberian obat/ terapi pada pasien hipertensi dapat dilakukan secara

farmakologis maupun secara non farmakologis. Pengobatan secara


6
farmakologis yaitu dengan obat-obat antihipertensi. Subyek I medapatkan

obat antihipertensi amlodipin 1x5mg sehari. Amlodipipin adalah antagonis


44

kalsium yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi dan

angina pektoris. Amlodipin membuat relaksasi otot polos vaskuler dan dilatasi

arteri perifer dan koroner. Amlodipin diabsorbsi dengan baik dalam saluran

cerna. Pada pemberian oral, kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 6-12 jam

dan waktu paro eliminasi kurang lebih 35-50 jam.23 Efek samping dari

pemakaian amlodipin yang paling sering adalah adalah bengkak pada tungkai.

Amlodipin dapat diminum sebelum dan sesudah makan.24

Subyek II mendapatkan obat antihipertensi kaptopril 3x25 mg sehari.

Kaptopril adalah obat yang menghambat hormon yang dihasilkan ginjal dan

mempengaruhi tekanan darah. Kaptopril penting untuk mengontrol tekanan

darah atau payah jantung. Kaptopril dapat melindungi ginjal penderita diabetes.

Kaptoril diberikan 3 kali sehari. Efek samping dari kaptopril adalah batuk

kering,efek samping yang jarang dilaporkan adalah bengkak sekitar mulut,

bibir dan tenggorokan. Pasien hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi obat

3 kali sehari sebelum makan. Obat kaptopril ini tidak dianjurkan bagi wanita

hamil, menyusui atau wanita yang berencana hamil. 24

Pengobatan secara farmakologis tidak hanya memiliki efek yang

menguntungkan tetapi ada efek yang merugikan, salah satunya efek rebound

hypertension yaitu terjadi peningkatan tekanan darah mendadak apabila

konsumsi obat dihentikan. Penurunan tekanan darah tanpa efek samping, dapat

dilakukan melalui kombinasi dengan terapi nonfarmakologis 6. Salah satu

terapi non farmakologi adalah dengan pemberian aromaterapi lavender. 9


45

Hasil penelitian menyatakan bahwa setelah dilakukan penerapan

pemberian aromaterapi lavender selama 15 menit terdapat perbaikan kondisi

klinis (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan) pada subjek I dan II.

Pemberian aromaterapi lavender dilakukan 2 jam sebelum pasien minum obat

antihipertensi. Saat dilakukan pemberian aromaterapi lavender kedua subjek

memberikan respon yang positif, kooperatif dan terlihat nyaman selama

penelitian. Perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi ini disebabkan karena

aromaterapi lavender mempunyai manfaat yaitu dapat menurunkan kecemasan,

tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik, dan gangguan tidur

(insomnia), stress dan meningkatkan produksi hormon melatonin dan

serotonin. Aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada

jasmani, pikiran, dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual), dapat

menciptakan suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas
10
dan gelisah.

Aromaterapi lavender bekerja dengan merangsang sel-sel saraf penciuman

dan mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat memberikan perasaan

rileks yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah penciuman dan

mempengaruhi kerja sistem limbik sehingga dapat memberikan perasaan rileks

yang akhirnya dapat mempengaruhi tekanan darah. Pemberian aromaterapi

lavender selama 15 menit sudah dapat mempengaruhi sistem kerja limbik

dengan memberikan efek relaksasi sehingga membuat jantung tidak perlu

bekerja lebih cepat untuk memompa darah keseluruh tubuh yang kemudian

dapat menurunkan tekanan darah pada reponden. 9


46

Penelitian Septianty tahun 2015 juga menyebutkan bahwa penggunaan

aromaterapi lavender yang diberikan selama 10-15 menit dapat menurunkan


10
tekanan darah pasien hipertensi. Hasil penelitian Suviani tahun 2017 juga

menyebutkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistol dan diastol setelah
11
dilakukan pemberian aromaterapi lavender. Hasil penelitian Juwariah tahun

2015 juga menyebutkan bahwa ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender

terhadap tekanan darah lansia panti sosial tresna wherdatulungagung.12 Hasil

penelitian Gultom tahun 2016 juga menyebutkan bahwa pemberian

aromaterapi lavender secara inhalasi dapat menurunkan tekanan darah sistol

dan diastol pada pasien hipertensi. Aromaterapi lavender ini dapat menjadi

alternatif terapi komplementer disamping penggunaan obat secara

farmakologis.13

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam studi kasus ini penulis mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan

yang menjadikan studi kasus ini. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini

adalah jumlah subyek dalam penelitian ini hanya 2 orang dan peneliti tidak

melakukan kontrol terhadap aktivitas fisik, istirahat tidur, dan makanan yang

dikonsumsi saat di rumah sakit .


47

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender selama 15 menit

didapatkan hasil bahwa terdapat perbaikan kondisi klinis pada subjek I dan II.

Sebelum dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender pada subjek I

TD 140/90 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 36.6 ˚C,

setelah dilakukan dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender

kondisi klinis pasien menjadi TD 140/80 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi

24x/menit, suhu 36.5 ˚C. Subjek II jenis kelamin laki-laki terdapat perbaikan

kondisi klinis dikarenakan sebelum dilakukan terapi pemberian aromaterapi

lavender tekanan darah 195/120 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 26x/menit

dan suhu 36.8 ˚C, setelah dilakukan penerapan pemberian aromaterapi lavender

kondisi klinis pasien menjadi TD 180/110 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi

92x/menit, suhu 36.6 ˚C.

Dari hasil paparan dan pembahasan studi kasus tersebut maka dapat

disimpukan bahwa penerapan pemberian aromaterapi lavender efektif

diterapkan pada pasien hipertensi karena setelah dilakukan pemberian


48

aromaterapi lavender terdapat perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi

(tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu).

47
B. Saran

Berdasarkan analisa data dan kesimpulan studi kasus, maka penulis

menyampaikan beberapa saran, antara lain:

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat menerapkan pemberian aromaterapi lavender

untuk perbaikan kondisi klinis pasien hipertensi (tekanan darah, nadi,

respirasi dan suhu) dan masyarakat dapat menggunakan aromaterapi

lavender sebagai alternatif terapi komplementer disamping penggunaan

obat secara farmakologis.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan

ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan tentang penerapan

pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan kondisi klinis pasien

hipertensi (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu) pada penderita

hipertensi. Untuk penelitiannya selanjutnya dapat memperluas variabel

penelitian terkait faktor penyebeb hipertensi yaitu ras, usia, riwayat

keluarga (keturunan salah satu orang tua hipertensi), jenis kelamin,

kegemukan, merokok, stress, asupan garam berlebih, kurangnya aktifitas

fisik dan alkohol.


49

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayantie N, Heryani E, Muazir. Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja
puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muara Jambi tahun 2018. J Ners dan
Kebidanan. 2018;5(3):224-232.

2. Maulana FH. Pengaruh Masase Ekstremitas Bawah Dengan Minyak


Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Werdha Surabaya.; 2016.

3. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan


Hipertensi 2019. In: Jakarta: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia;
2019.

4. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Hipertensi. 2014.

5. Dinas Kesehatan Kota semarang. Profil Kesehatan 2018. Semarang: Dinas


Kesehatan Kota semarang; 2018.

6. Hidayah N, Damanik SRH, Elita V. PERBANDINGAN EFEKTIVITAS


TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN AROMATERAPI MAWAR
TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI.
JOM Vol 2 No 2. 2015;2(2).

7. Burnside, Mcglyn. Diagnosis Fisik. 17th ed. EGC/buku kedokteran; 1995.

8. Irawati P, Lestari MS. Pengaruh Membaca AlQuran terhadap Penurunan


Tekanan Darah pada Klien dengan Hipertensi di RSK Dr. Sitanala
Tangerang. J Ilm Keperawatan Indones. 2017;1(1):35-45.

9. Keniston-Pond K. Essential Oils 101 Your Guide to Understanding and


Using Essential Oils. Littlefield Street U.S.A: Adams Media; 2017.

10. Septianty L, Nurfianti A, Budiharto I. Efektifitas Pemberian Aromaterapi


Lavender terhadap Pengukuran Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Klinik Pratama Universitas Tanjungpura. J Univ Tanjungpura. 2015.

11. Suviani NW, Artana IW, Putra PWK. PENGARUH PEMBERIAN


50

AROMA TERAPI LAVENDER (LAVANDULA ANGUSTIFOLIA)


TERHADAP PENURUNAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI DESA
CEMAGI, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG. J Dunia
Kesehat. 2017;3(1):31-35.

12. Juwariah T. Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Kualitas Tidur dan


Tekanan Darah Lansia di Panti Sosial Tresna Wherdatulungagung tahun
2015. J Kesehat Ibu Dan Anak. 2015;1(1):60-70.

13. Gultom AB, Ginting S, Silalahi3 EL. The Influence of Lavender Aroma
Therapy on Decreasing Blood Pressure in The Influence of Lavender
Aroma Therapy on Decreasing Blood Pressure in Hypertension Patients.
Int J Public Heal Sci. 2019;5(4). doi:10.11591/.v5i4.4853

14. Rehatta NM, Suwandito, Prihatanto FSI. Pedoman Keterampilan Medik 4:


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya: Airlangga
University press; 2014.

15. Prasetyaningrum YI. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. 1st ed. Jakarta:
Fmedia; 2014.

16. Burnside JW, McGlynn TJ. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. EGC/buku
kedokteran; 1995.

17. Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. In: Jakarta:
Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Pnyakit; 2017.

18. Jaelani. Aroma Terapi. Jakarta: Yayasan Pustaka; 2000.

19. Hutasoit AS. Panduan Praktis Aromatherapi Untuk Pemula. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama; 2002.

20. Perdana KEP. Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan Pagi Dengan Relaksasi
Aroma Terapi Lavender (Lavandula Angustinfolia) Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Pada Lansia Di Kabupaten Semarang
Tahun 2016.; 2016.

21. Hasdianah, Sandu S, Indasah RW. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset


Keperawatan.; 2015.

22. Rumkit TK. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama. Rumkit TK. III 04.06.02
Bhakti Wira Tamtama. http://www.rstbwt-semarang.com/. Published 2020.
Accessed April 19, 2020.

23. Siswandono. Kimia Medisinal. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University


51

press; 2016.

24. Yahya AF. Menaklukkan Pembunuh No 1: Mencegah. BAndung: Qanita;


2010.

LAMPIRAN
52

Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari institusi Akademi Keperawatan Kesdam

IV/Diponegoro Semarang jurusan/program studi Diploma III Keperawatan

dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam

penelitian yang berjudul “Penerapan Pemberian Aromaterapi Lavender

terhadap Perbaikan Kondisi Klinis Pasien Hipertensi”.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah Menggambarkan penerapan

pemberian aromaterapi lavender terhadap perbaikan kondisi klinis pasien

hipertensi, yang dapat memberi manfaat berupa menambah ilmu pengetahuan

dan teknologi dalam bidang keperawatan khususnya untuk penelitian dalam

pemberian aromaterapi lavender terapi pada penderita hipertensi Penelitian

ini akan berlangsung selama 1 jam

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15 –


53

20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak

perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan

asuhan/ pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini

adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/ tindakan

yang diberikan.

5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang anda sampaikan akan

tetap dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,

silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp :082220329372

Peneliti

Harno
54

Lampiran 2

INFORM CONCENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

endapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

dilakuakan oleh Harno dengan judul “Penerapan Pemberian Aromaterapi

Lavender terhadap Perbaikan Kondisi Klinis Pasien Hipertensi”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi

apapun.

Semarang, ........................2020

Saksi Yang memeberikan persetujuan

_____________ ________________
55

Peneliti

Harno

Lampiran 3

IDENTITAS SUBYEK PENELITIAN

Petunjuk pengisian

Berilah tanda centang (√ ) pada salah satu jawaban dan diisi sesuai kondisi saat ini

Nama : ...................................................................................................

Usia : ...................................................................................................

Agama : ...................................................................................................

Alamat : ...................................................................................................

Jenis kelamin : □ Laki-laki

□ perempuan

Konsumsi obat : □ ya jika sebutkan.......................................................

□ tidak

Merokok : □ ya

□ tidak

Pendidikan : ..................................................................................................
56

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI ATAU PENGAMATAN

No Nama Alamat Sebelum pemberian Sesudah pemberian


Subyek Subyek aromaterapi aromaterapi
Penelitian Peneitian TD N R S TD N R S
1
2
Lampiran
57 5

JADWAL KEGIATAN

Bulan
No Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1 Proposal                                                        
Penelitian
Pengumpulan
Judul
2                                                      
Proposal ke
BAAK  
Ujian
3                                                      
Proposal  
Pengambilan
4                                                        
Kasus KTI
Penyusunan
5                                                        
KTI
6 Ujian KTI                                                        
Yudisium
7 KTI                                                        
Yudisium
8 semester VI                                                        
Pemberkasan
9 Akhir KTI                                                        
58
Lampiran 6

SOP PEMERIKSAAN KONDISI KLINIS

NO Kegiatan

A FASE ORIENTASI

1 Memberi salam

2 Memperkenalkan diri

3 Menjelaskan langkah prosedur dan tujuan

4 Menanyakan kesiapan pasien

5 Mencuci tangan

B FASE KERJA

1 Menjaga privacy

2 Mengucapkan Basmalah

3 mengatur posisi klien

4 memasang termometer di aksila, silangkan lengan


bawah klien untuk mempertahankan posisi termo
Meter

5 Diamkan termometer selama 5-10 menit

6 Sambil menunggu hasil pemerisaan suhu berturut-


turut memeriksa Nadi , Respirasi dan tekanan darah

Pengukuran Tekanan Darah

7 membuka pakaian yang menutup lengan atas klien

8 palpasi arteri brakhialis dan menempatkan manset


2,5 Cm diatas sisi denyut arteri

9 Lakukan pemeriksaan sistolik palpasi

10 Kempiskan manset, tunggu 30 detik


59

11 Kenakan stetoskup pada telinga, letakkan bagian


diafragma pada area denyut arteri brakhialis

12 Pompa manset sampai 30mmHg diatas hasil sistolik


Palpasi

13 Buka katup secara perlahan-lahan sehingga memung


kinkan air raksa turun 2-3 mmHg perdetik

14 Perhatikan angka pd saat bunyi pertama terdengar


dan bunyi terakhir terdengar, kempiskan secara total

15 Buka manset, rapikan peralatan

Penghitungan Nadi

16 Letakkan dua atau tiga jari pemeriksa diatas lekukan


radial searah ibu jari, berikan tekanan ringan sampai
denyut nadi terpalpasi

17 Saat denyutan teratur , mulai hitung frekuensi denyut


selama 60 detik

18 Kaji kekuatan, irama, dan kesetaraan denyut

Penghitungan Respirasi

19 Menganjurkan klien releks

20 Menempatkan tangan pemeriksa pada abdomen klien


observasi siklus respirasi lengkap (sekali inspirasi
dan sekali ekspirasi)

21 Lihat jarum jam dan hitung frekuensi nafas selama 60 detik


22 catat kedalaman pernapasan

23 Ambil termometer, lap memakai tissu

24 Baca hasil kenaikan air raksa

25 bersihkan termometer
60

26 Dokumentasikan hasil pengukuran : Suhu, TD, RR dan nadi

C FASE TERMINASI
1 Merapikan klien

2 Merapikan alat

3 Mengucapkan Hamdalah

4 Melakukan Evaluasi tindakan

5 Mencuci tangan
6 Berpamitan, mengucapkan salam
61

SOP PEMBERIAN MINYAK AROMATERAPI LAVENDER

Pengertian Suatu kegiatan pemberian aromaterapi lavender melalui


inhalasi.

Indikasi Pasien yang memiliki penyakit hipertensi

Tujuan Memperbaiki kondisi klinis pasien

Persiapan alat dan tempat 1. Diffuser


2. Aromaterapi lavender
3. Air mineral

Persiapan pasien 1. Pasien diberi penjelasam tentang tindakan yang akan


dilakukan,
2. Atur posisi pasien berbaring atau duduk

Persiapan lingkungan 1. Mengatur pencahayaan


2. Tutup Pintu/jendela
3. Mengatur suasana yang nyaman (tidak berisik)

Pelaksanaan 1. Mencuci tangan


2. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Mengisi diffuser dengan air mineral maximal 100 ml
4. Meneteskan aromaterapi lavender 4 tetes
5. Menghidupkan diffuser
6. Memberikan aromaterapi lavender selama selama 15
menit
7. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
8. Memberaskan alat
9. Mencuci tangan
62

Anda mungkin juga menyukai