Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Kelas
D
Disusun Oleh:
Faturrahman Yunaz 1702110156
Dexta Tiara Salsabila 1702110060
Dwi Kasih Shaumi Putri 1702121996
Mona Azwani 1702110111
Nurul Fajrina 1702110006
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020/2021
1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................III
3
BAB I
PENDAHULUAN
Teori akuntansi positif dimulai dari suatu modal ilmiah, dan kemudian
dirumuskan masalah penelitian untuk mengamati fenomena yang nyata yang tidak
ada dalam teori. Untuk selanjutnya dikembangkan teori untuk menjelaskan
fenomena tersebut dan melakukan penelitian secara terstruktur serta
peraturanyang sesuai standar yaitu dengan melakukan perumusan masalah,
penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistik ilmiah, sehingga
diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Jika tidak ada intervensi, seharusnya model-model tradisional sudah cukup
menjadi dasar dalma penyusunan laporan keuangan, dan pilihan kebijakan model
akuntansi yang digunakan netral dampaknya, namun kenyataannya ada pihak-
pihak yang terpengaruh dari penyajian informasi akuntansi perusahaan sehingga
mereka berusaha mempengaruhi penyusunann standar akuntanis yang berarti ada
pihak-pihak yang terpengaruh oleh standar akuntanis yang dikeluarkan. Hal ini
menunjukkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki dampak ekonomi, atau
ada konsekuensi ekonomi pilihan keijakan akuntansi yang ditetapkan perusahaan.
Menurut doktrin konsekuensi ekonomi, kebijakan akuntansi akan menajdai
masalah, atau berpengaruh terhadap pihak-pihak baik penyaji maupun pengguna
laporan keuangan, meskipun tidak berpengaruh terhadap aliran kas perushaan.
Sementara itu, menurut pandangan teori pasar efesien kebijakan akuntansi akan
berpengaruh terhadap cash flows perusahaan.
Ide konsekuensi ekonomi tertuju pada masalah yang ditimbulkan akibat
adanya standar ekonomi yang dikeluarkan pemerintah atau lembaga yang
berwenang (dewan standar akuntansi) terkait kebijakan akuntansi perusahaan,
yang menjadi maslah bagi manajemen. Tapi, jika menjadi masalah bagi
manjemen, maka standar akuntansi tersebut, juga menjadi masalah bagi investor
yang memiliki perusahaan.
6
akuntansi yang dibuat oleh Accounting Principle Board (yang dahulunya FASB)
dan pendahulunya The Commite on Accounting Procedure.
Intervensi pihak ketiga ini, seperti yang disebutkan oleh Zeff, memperumit
penyusunan standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak penting, pemilihan
kebijakan tersebut akan dilakukan secara ketat antara badan pembuat standar
akuntansi dan auditor yang tugasnya mengimplementasikan standar, karena
mereka adalah bagian utama yang terlibat dalam pemilihan kebijakan akuntansi.
Pilihan kebijakan akuntansi akan netral pada dampaknya.
Standar dibentuk untuk mengurangi moral hazard yaitu manajemen
berusaha untuk overstated (aset dan revenue) dan understated (liability dan cost)
walaupun pada akhirnya juga muncul moral hazard yang lain yaitu proses politik.
Pembentukan standar sebagai proses politik mempengaruhi pemerintah, sektor
publik, dan sektor privat. Standar yang dibentuk digunakan umtuk pengungkapan.
Standar yang dibentuk selalu berkaitan dengan konsekuensi ekonomi yang
berkaitan dengan kos keagenan dan economics goods.
7
kas. Konsep konsekuensi ekonomi berkaitan dengan a) masalah kepemilikan, b)
kebijaksanaan akuntansi tidak bertentangan dengan pengalaman akuntan, dan c)
konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan “mengapa” berbeda. Teori pasar
efisien mengimplikasikan pentingya full disclosure, termasuk pengungkapan dari
kebijakan akuntansi. Bagaimanapun juga, ketika full disclosure dari kebijakan
akuntansi dibuat, pasar akan menginterpresentasikan nilai sekuritas perusahaan
dalam hal kebijakan yang digunakan dan tidak akan ditipu oleh variasi dalam
pelaporan net income yang timbul dari perbedaan dalam kebijakan akuntansi.
Dalam tiga bidang pilihan kebijakan akuntansi, kita telah melihat bahwa tiga
anggota dari pengguna laporan keuangan - manajemen, pemerintah dan investor –
memang bereaksi pada perubahan dokumen dalam kebijakan akuntansi.
Keunggulan reaksi manajemen agaknya mengejutkan, meskipun melibatkan
permohonan pada otoritas pemerintahan untuk mengintervensi kepentingannya.
Berbagai reaksi ini diringkas dalam konsep konsekuensi ekonomi; yaitu, pilihan
kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah meski dalam ketiadaan dampak arus
kas.
Jadi, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan
rill manajemen, termasuk keputusan untuk mengintervensi baik untuk atau
menentang standar akuntansi yang diusulkan. Aspek ini pada konsekuensi
ekonomi ini lebih mengejutkan karena banyak fakta menunjukkan bahwa
perubahan utama sekuritas digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.
8
implikasinya adalah yang menunjukkan langsung pada konsep full disclosure.
Hubungan antara teori pasar sekuritas efisien dan konsekuensi ekonomi adalah
teori pasar efisien mengimplikasikan pentingnya full disclosure, termasuk
pengungkapan dari kebijakan akuntansi (Scott, 2003).
Ball dan Brown (1968) memberikan dua ilustrasi model penelitian dalam
pengujian salah satu komponen laporan keuangan yang mempengaruhi harga
saham, yaitu pengujian perubahan harga saham (return studies) pengujian dari
harga saham (level studies). Studi return menguji bagaimana perubahan dalam
spesifik atribut perusahaan dihubungkan dengan perubahan harga pasar saham.
Studi levels menguji apakah levels dari spesifik atribut perusahaan berhubungan
dengan levels dari harga saham. Alternatif spesifik kedua model dalam literature
akuntansi adalah sebagai berikut:
9
harga mengandung informasi tentang perubahan laba masa depan dan juga ketika
laba mengandung nilai yang tidak relevan. Penelitian ini menggunakan spesifikasi
model return dengan return sebagai variabel dependen, sedangkan alternatif laba
(earnings) adalah perubahan earnings yang dibagi dengan earnings periode
sebelumnya (ΔXt / ΔXt - 1).
10
Tuntutan atas adanya pendekatan positive terhadap akuntansi terjadi ketika
Jensen (1976) menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau
atau dua pengecualian yang dapap dicatat) tidak bersifat ilmiah karena fokus
penelitian telah sangat normatif dan terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan
adanya perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan
mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang
mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan
orang dan sumber daya.
Watt dan Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu:
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris,
karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat
diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individual dari pada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumberdaya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat
bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme
pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat
dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Lebih lanjut Watt dan Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran
untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana
dan tidak memberikan dasar teoris yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari
teori normatif, Watts dan Zimmerman mengembangkan pendekatan positive yang
berlaku dalam spesifik scientific period (1970 – sekarang).
11
Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut
bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi
alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.
Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis
atau faktor-faktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji
validitas dari hipotesis ini secara empiris:
1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas
pengamatan perataan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu
kecenderungan yang dianggap terbaik atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi
angka pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya
dengan menurunkan kovarians pengembalian perusahaan dengan
pengembalian pasar.
Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi
berasumsi bahwa harga saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang
dilaporkan. Lebih jauh lagi pada pasar yang efisien dua perusahaan dengan
distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama tanpa memperhatikan perbedaan
penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam teori positif adalah untuk
menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas, dan kemudian
fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas faktor yang
mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari
masalah ini di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini:
1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela
yang timbul di antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang
efisien terhadap konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi
suatu pandangan atas perusahaan sebagai suatu “penghubung (nexus)
kontrak” melalui pernyataan Jensen dan Macklin yang menyatakan bahwa
perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai penghubung atas
serangkaian hubungan kontrak antara individu. Farma memperluas
pandangan “penghubung kontrak” ini dengan mencakup baik pasar modal
maupun pasar untuk tenaga kerja manajerial.
12
2. Dengan adanya perspektif “penghubung kontrak” terhadap perusahaan ini,
teori biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan
penegak atas kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari
konflik kepentingan tertentu. Satu konflik yang mungkin muncul adalah
konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan pemegang saham dari
perusahaan terhadap utang yang ada. Dalam kejadian seperti ini keputusan
yang menguntungkan pemegang saham tidaklah harus selalu keputusan
yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi. Hal ini mungkin meminta
perjanjian pemberian pinjaman untuk mendefinisikan aturan perhitungan
guna menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan perjanjian yang
terbatas.
Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak
bergantung pada besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:
1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)
2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa
akibat keputusan yang disfungsional)
3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang
ada ketika kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa
yang tidak dapat diperkirakan)
5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya
keputusan yang disfungsional).
Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan
memprediksikan praktek akuntans. Penjelasan berarti memberikan alas an-alasan
terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori akntansi positif berusaha
menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansi cost histories dan
mengapa perusahaan tertentu mengubah taktik akuntansi mereka. Predisi terhadap
praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum
diamati.
Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usaha menguji atau
menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta
13
dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiric
terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya
dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji
sikap manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu.
Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvey pendapatan-
pendapatan analisis keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau
kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan
membeli atau menjual saham, dll).
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha
menguji tiga hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode
yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite
kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang
dipilih (Watts dan Zimmerman, 1990).
b. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan
bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba.
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas
perjanjian atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit
makin besar kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran
biaya. Manajer akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba
sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya
kesalahan teknis (Watts dan Zimmerman, 1990).
c. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan
merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang
mendasari hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi
bagi individu untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul
14
menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu
untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam
rangka menegakkan aturan hokum dan regulasi, yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Dengan demikian individu yang rasional cenderuang
memiliki untuk tidak mengetahui informasi yang lengkap. Proses politik tidak
beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar cost informasi dan cost monitoring
tersebut, manajer memiliki insentif untuk memiliki laba akuntansi tertentu
dalam proses politik tersebut (Watts dan Zimmerman, 1990).
3 (tiga) hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga
hubungan keagenan :
1) Manjemen dengan pemilik
2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah
Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari
bagi pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT telah
memberikan konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :
Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan
penjelasan spesifik terhadap pola tersebut.
Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka
dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.
Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada
prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
15
aplikasi teori akuntansi positif. Keenam proksi tersebut meliputi ukuran
perusahaan, tingkat risiko, kompensasi manjerial, porsi utang terhadap aktiva atau
modal., pembatas-pembatas dalam penyelesaian utang dan rasio pembayaran
dividen.
Dalam makalah Januarti (2004) diuraikan riset yang mendukung teori
akuntansi, diantaranya meliputi penelitian yang dilakukan oleh Lev (1979), Healy
(1985), Jones (1991) dan Sweeney (1994). Penelitian Lev (1979) terkait hipotesis
bonus-debt convennat., dimana adanya kecenderungan manajer menjadi
opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengakibatkan perubahan debt
convenant ketika efesiiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.
Penelitian berikutnya dilakukan untuk mencoba meneliti efek dari rencana
kompensasi bonus manjemen. Penelitian tersebut dilakukan oleh Healy (1985:85-
107) dan selanjutnyadiikuiti oleh Holthousen Larker, dan Sloan (1995 : 29-74).
Penelitian ingin membuktikan bahwa para manajer yang mendasarkan bonusnya
pada income netto lebih memilih untuk mengguankan kebiakan akuntansi accrual
untuk pelaporan pendapatannya sehingga dapat memaksimalkan bonus. Hasil
penelitian menemukan bukti yang kuat bahwa keputusn manjemen untuk memilih
atau mengadopsi suatu peraturan akuntansi tekait erat dengan seberapa sensitif
bonus yang ada diakitkan dnegan pencapaian target keuntungan. Hasil tersebut
mencerminkan pentingnya pemahaman atas perilkau manajer terhadap keberadaan
rencana kompensasi yang daapat mempengaruhi kemakmurannya baik saat ini
maupun mas awaktu yang akan datang.
Penelitian berikutnya adalah yang dilakukan oleh Sweeney (1994) dengan
hipotesis perjanjian hutang. Hasil penelitian membuktikan bahwa perusahaan
sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan
ekuitas pemegang saham.
16
dengan sosiologi akuntansi. Hal ini disebabkan karena isinya beerupa deskripsi
dan prediksi mengenai perilaku individu, baik akuntan maupun manajer, dalam
memilih metode akuntansi. Menurut Christenson, pada sisi pembangunan teori
akuntansi, perilaku yang dijelaskan dan prediksi seharusnya adalah perilaku
entitas akuntansi. Hal ini senada dengan Godfrey et al (2010:39) yang menyatakan
bahwa teori akuntansi positif lebih merupakan sosiologi kauntans, karena
memfokuskan pada perilaku manusia daripada perilaku atau pengukuran entitas
akuntansi.
Lebih lanjut Chritenson (1983) mengatkan bahwa memandang ilmu
pengetahuan tidaklah harus dipandang dari perbedaan antara normatif dan positif,
tetapi bisa dipandang sebgaai produk, yaitu seperangkat pengetahuan yang
tersistem atau dipandang sebagai proses, yaitu aktivitas manusia dalam
menghasilkan pengetahuan. Namum aktivis menekankan pandangan bahwa ilmu
pengetahuan merupakan suatu produk yang ditunjukkan melalui struktur formal
dalam bentuk proporsi empiris yang melahirkan teori positif yang indektif.
Sedangkan filsafat ilmu menekankan pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan suatu proses yang berawal dan beridealis kemudia diturunkan menjadi
teori normatif deduktif. Christenson menyatakan bahwa pada satu waktu
pencapaiana ilmu pengetahuan peelu dilakukan secara normatif, kemudian pada
akhinya bersifsat positif.
Kritik kedua disampaikan oleh Sterling (1990) yang dibagi dalam tiga
bagian, yaitu 1) dua pilar utama terkait studi fenomena dan value free, 2) asumsi
dasar ekonomi yang berakar pada teori ekonomi positif, 3) scyense yang berakar
dari positivis logis dan pencapaian yang aktual dan potensial.
1. Pilar pertama kritik Sterling terdiri dari studi fenomena yang berkaitan
dengan penelitian praktek akuntansi, praktek akuntan dan utility
maximazation.
Studi fenomena praktek akuntansi mengungkapkan bahwa teori dianggap
ilmiah apabila berdasarkan praktek karena dengan demikian teori dapat digunakan
untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku individual, baik akuntan maupun
17
manajer, terkait pemilihan metode akuntansi. Hal ini implisit menyatakan bahwa
yang dianggap ilmiah adalah teori positif. Sedangkan teori yang tidak
dipraktekkan, yaitu teori normatif yang dinggap tidak ilmiah.
Studi fenomena praktek akuntan didasarkan pada tujuan teori akuntansi
untuk memprediksi danmnejelaskan praktek individu, yaitu akuntan dan manajer
(bukan entitas akuntansi) dalam membuat keputusan dengan menggunakan rumus
dan kontruksi matematis. Jadi teori akuntansi yang diabnun dengan teori positif
hanya menangkap realitas data dalam bentuk informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan yang selanjutnya kana di presentasikan dengan mengguakan
konstruksi matematis. Dalam hal inoi Sterling (1990) memandang bahwa
konstruksi matematis hanya dapat memotret kata-kata dan angka tanpa dapat
melihat bentuk riil dan kejadain selama proses akuntansi sampai laporankeuangan
sebagai produk akuntansi selesai disusun.
Studi fenomena utility maximazation mangasumsikan bahwa utilitas
diproksi dengan mengguankan income atau casflows, wealth,atau variabel
finanasial lainnya. Hal ini disebabkan karena teori positif memiliki asumsi sentral
dimana individu memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kepentingan diri sendiri. Sterling (1990) berpendapat bahwa asumsi tersebut tidak
selamanya benar, dimana utilitas menurut philantropist dapat dipandang bukan
sebagai income tetapi sebagai altruistik yaitu lupa akan dirinya sendiri atau tidak
egois.
Lebih lanjut sterling menyampaikan bahwa utility maximazation sebenarnya
ridka hanya dapat dijelaskan dalam seluruh perhitungan statistik yang merupan
konstruksi matematis. Dalam hal ini apabila setiap individu memiliki utility
maximization, seharusnya hasil penelitian menunjukkan 100%. Namun
kenyataannya, selalu terdapat R3 yang mengindikasikan tidak adanya kepentingan
utility mazimization yang 100 %. Hal ini disebabkan realitas yang ditangkap tidak
sepenuhnya, yaitu hanya kata-kata dan angka yang diambil dari laporan keuangan,
tanpa realitas proses akuntansi hingga laporan keuangan sebagai produk akuntansi
selesai disusun. Untuk itu diperlukan metode penelitian diluar penelitian
kuantitatif yang mampu menjelaskna realitas maxmimization yang bukan hanya
18
dikonstruk dalam bentuk income dan turunannya, namum bahkan perilaku diluar
utility maxmimizaion. Dalam hal iini Sterling mengusulkan adanya antropologi
akuntansi yang diharapkan mampu melihat fenomena akuntansi bukan hanya dari
hasil konstruksi matematis yang itu laporan keuangan.
19
Sedangkan kata positif sesungguhnya merujuk pada ilmu ekonomi yang banyak
dipengaruhi oleh positivisme. Kritik Sterling terakhir terkait pencapaian aktual
dan potensial teori akuntansi positif, sebagaimana sudah diprediksi oleh teori
normatif, merujuk pada argumen Wattz dan Zimmerman (1986) bahwa setiap
individu, baik akuntan maupun manajer akan memaksimalakan utilitas ketika
melakukan pemilihan metode akuntansi sesuai dengan manfaat yang diperoleh,
apakah biaya regulasi dan proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan
manfaatnya, apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap harga saham.
Kritik berkutnya terjadi setelah Wattz dan Zimmerman menulis sebuah
artikel pada tahun 1990. Artikel tersebut sebagai evalusai atas perkembanagan teri
akuntansi positif secara konseptual dan sekaligus sebagai tanggapan atas kritik
terhadap teori akuntansi positif.
Wetz dan Zimmerman melakukan evaluasi atas konsep metodologi,
bagaimana perkembanagannya sampai saat ini, dan pengembanagan hipotesis
yang dapat menunjang konsep utama teori akntansi positif, yaitu memprediksikan
dan menjelaskan perilaku individu, baik akuntan maupun manajer, sebagai upaya
memaksimalkan utilitasnya. Wattz dan Zimmerman mengakui tidak konstruksinya
asumsi filosofis dan saintifik dan juga mengakui bahwa science tidak bebas nilai.
Kritik asumsi dasar teori akuntansi positif sesudah artikel Watz dan
Zimmerman dilakukan oleh Boland dan Gordon (1992 :145) yang menyatakan
bahwa asumsi dasar teori akuntansi positi berasal dari Economic bassed
Accounting Theory (1978 : 4, 1986 : 1, 13). Secara terperinci menurut Bolanda
dan Gordon asumsi Wattz dan Zimerma merupakan penggabungan dari
instrumemtalismenya Milton Friedman. Dimana instrumentalisme menyatakan
teori dan penjelasannya harus di justifikasi untuk kepentingan pengguna daripada
realismenya.
Lebih lanjut Bolanda dan Gordon menatakan bahwa asumsi Wattz dan
Zimmerman juga berasal dari positivnya Paul Samuelson yang menyatakan abhwa
dalam kondisi idela, teori berbasis empiris tidak akan berjalan. Sedangkan asumsi
Wattz dan Zimmerman pada tahun 1986 berasal dari kombinasi Hampel dan
Popper, yaitu mengenai konvesionalisme. Dalam hal ini konvesionalisme
20
menaytakan bahwa teori tidak pernah sepenuhnya benar atau salah. Jadi sepanjang
teori itu belum digantikan oleh teori yang abru yang diakui kebenarannya, maka
teori bisa terus digunakan.
Kritik Bolanda dan Gordon (1992) dinyakan dalam tida asumsi yaitu
metodologi, filosofis dan akuntansi berbasisi ilmu ekonomi. Terkait metodologi,
sebagaimana kritik juga disampaikan oleh Lev dan Ohison (1982 : 71), para
ktitikus memandang bahwa teori akuntansi positif ternyata gagal mendeskripsikan
model dari multiperson dan multiperiod secara keseluruhan dan terdapat
kesenjanagan natara strategi yang terkait dengan pertimbanagan dan pendekatan
game-theory yang mungkin berguna dalam perkembanagan teori formal. Maslah
utama dalah terkait pengguna ilmu ilmu ekonomi neoklasik sebagao basis utama
untuk memahami teori akuntansi (gaffikin, 2008 : 58). Teori positif menganut
pendekatan bahwa maksimalisai utilitas dapat diperoleh melalui harga
keseimbangan pasar. Menurut pengkritik hal ini tidak mungkin karena penelitin
dengan hargsa keseimbanagan pasar sangta sedikit pengaruhnya terhadap
kontribusi penelitian akuntansi.
Kritik terkait filosofi lebih banyak didasarkan pada penekanan Wattz dan
Zimmerman yang memberi batasan positif atau normatif. Kritikan diantaranya
datang dari Bolan dan Gordon (1992) sebagaimana kritikan sterling yang telah
diuraikan sebelumnya. Dalam tulisan pertama Wattz dan Zimmerman, utnuk
mendukung metodologi yang dikemabnagkan, mereka tidak bersandar pada
filsafat argumen-argumen ilmu pengetahuan lain. Dalam hal ini mereka
menganggap bahwa social world dan srrukturnya bisa dipandang secara terpisah
dari individu yang dipelajari. Hal ini tidak objektif karena tidka mungkin peneltii
terpisah dari objek yang diteliti.
Kritik terkait penelitian akuntansi yang berbasiis ekonomi, menurut Boland
dna Gordon (1992) bebrapa pengkritik (Sterling, 1990 dan Mouck, 1990) melihat
keterbatsaan penjelasan teori akuntansi positif. Menurut teori ekonomi,
maksimisasi kepentingan individu tidak sepenuhnya dilakukan karena
maksimisasi juga mempertimbangkan maksimasasi kesejahteraan masyarakat.
Inilah yang dimaknaisebagai general aqultibrium yang dihilangkan dari asumsi
21
Wattz dan Zimmerman. Selama ini Wattz dan Zimmerman hanya menyandarkan
pada satu gagasan penjelasan fenomena sebagai konsekuensi maksimasasi utilitas
atau secara tidak langsung pada profit atau maksimisasi kekayaan individu.
Akibatnya bentuk atau model yang diabnun harus memberikan dukungan pada
asumsi utama tersebut. Hal inilah yang menurut Booland dan Gordon yang
disebut sebagaikonvesionalism atau instrumentalismenya Milton Friendman, yaitu
model merupakan aproksimasi yang baik dan realita.
Hingga saat ini teori akuntansi positif tidak berubah dari subtansi asalnya.
Hal ini ditegaskan oleh Gaffikin (2005) bahwa teori akuntansi positif memiliki
asumsi sentral bahwa individu memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kepentingan diri sendiri. Kritik Giffikin menyatakan bahwa teori akuntansi
positif tidak pernah preskripsi, tidak bebas nilai, memiliki asumsi kperilakuan
yang simplistis, secara keilmuan mengandung cacat, dan msikin atau tidak meiliki
kontribusi praktis akuntansi.
Agar laporankeunagan menjadi bermanfaat, relevan dan terpercaya, maka
International Accounting Standart Board (IASB) menetapkan fair value diguakan
sebaai dasar untuk mengukur aset dan kewajiban. Fairvalue adalah harga yang
akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk transfer kewajiban
dalam transaksi yang tertata antara pastisipan dipasar dan tanggal pengukuran.
Terdapat 3 hirarki dalam mengestimasi fair value, yaitu dengan mengguakan nilai
pasar, komparasi dengan harga psar dari item yang dapat di perbandingkan
dengan item yang dinilai dan dengan menggunakan estimasi. Pengukuran atas aset
dan kewajiban berdasarkan fair value, bukan dalam pengukuran awal. Pengukuran
awal atas aset dan kewajiban tetap dilakukan entitas dnegan menggunakan dasar
kos pada saat terjadinya transaksi. Setelah pengukuran awal, yaitu saat pelaporan
keuangan, entitas boleh memilih pengukuran berdasar historical cost atau
merevaluasi aset dan kewajibannya berdasar fair value dan menerapkan kebijakan
tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama (IAI, SAK 16
paragraf 29). Dalam hal ini fair value digunakan sebagai dasar ketika aset dan
kewajiban bisa ditukar, bukan ketika aset dan kewajiban benar-benar ditukar.
Kelebihan fair value adalah mencerminkan kondisi riil aset dan kewajiban. Tapi
22
kelemahannya fair value tidak berdasarkan bukti historis, sehingga menimbulkan
implikasi yang bersifat subyektif.
23
pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut,
memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan
peran utama contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa
akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-
pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi menekankan
pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah
untuk menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar
manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan
tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan pengalokasian
sumber daya ekonomi. Teori akuntansi positif didasarkan pada adanya dalil
bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur adalah rasional dan
bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka yang secara
langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya kesejahteraan
mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok
tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur
akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan
mereka.
Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori
ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi
realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan
Zimmerman, 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan
dengan akuntansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi
yang seharusnya berlaku, it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan
meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori
ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan
bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori
akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang
nyatanya terjadi (what it is).
24
ini merupakan sekumpulan proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari
konstruk yang didefinisikan secara luas dan menghubungkan berbagai unsur yang
terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi positif, menurut Friedman
(1953), pada hakekatnya terbebas dari ikatan berbagai aspek etika, sebagaimana
dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is)
daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be).
Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi
ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya
pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini
mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah
meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan
sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para
auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit
mereka.
25
Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi
ketika Jensen menyatakan bahwa “penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau
dua pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus
penelitian ini telah sangat normatif dan terdefinisi”. Jensen selanjutnya meminta
akan adanya “perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan
mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang
mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan
orang dan sumber daya.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori akuntansi positif berkembang seiring dengan kebutuhan untuk
menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di
dalam masyarakat. Teori akuntansi positif dimulai dari suatu modal ilmiah, dan
kemudian dirumuskan masalah penelitian untuk mengamati fenomena yang
nyata yang tidak ada dalam teori. Untuk selanjutnya dikembangkan teori untuk
menjelaskan fenomena tersebut dan melakukan penelitian secara terstruktur serta
peraturan yang sesuai standar yaitu dengan melakukan perumusan masalah,
penyusunan hipotesa, pengumpulan data dan pengujian statistik ilmiah, sehingga
diketahui apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak
Kehadiran teori akuntansi positif telah memberikan sumbangan yang
berarti bagi pengembangan akuntansi, yaitu menghasilkan pola sistematik dalam
pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik terhadap pola tersebut,
memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi, menunjukkan
peran utama contracting cost dalam teori akuntansi, menjelaskan mengapa
akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan-
pilihan akuntansi, mendorong riset yang relevan dimana akuntansi menekankan
pada prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Kritik terhadap teori akuntansi positif merupakan diskursus yang justru
dapat memberikan kontribusi keilmuan akuntansi. Kritik muncul dikarenakan
kerangka berpikir Watts dan Zimmerman lebih dimotivasi oleh adanya
pragmatism utility of knowledge of accounting research, dimana ukuran yang
digunakan ditetapkan sesuai dengan kontribusi yang dihasilkannya, yaitu teori
akuntansi positif dapat memberikan manfaat langsung berupa kemampuan untuk
menjelaskan dan meramalkan praktek akuntansi yang dikaitkan dengan perilaku
individu dalam maksimisasi utilitasnya. Para kritikus mengharapkan peran lebih
yaitu masuk ke dalam keilmuan akuntansi dan tidak hanya pada praktek
akuntansi saja.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, I dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
28