Anda di halaman 1dari 2

Analisis Seni Pertunjukkan

Teater suket yang berjudul “Padang Bulan” Karya Ucok Klasta

Pendekatan Sosiologi

https://youtu.be/GjAu9QWDeRE

NOVIYANTI

181010700057

Ynoviyanti46@gmail.com

Analisis seni pertunjukkan yang berjudul “Padang Bulan” karya Ucok Klasta
menggunakan pendekatan sosiologi. pendekatan sosiologi dalam melihat karya seni serta
masyarakat seni, seperti menganalisis seni sebagai produk estetis, maupun hubungannya
dengan kelas sosial, tradisi, dan perubahan sosial. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan
kenyataan.Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang
berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.Demikianlah, pendekatan
sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra dengan landasan suatu
pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial fenomena sosial
itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan
didokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali menjadi wacana baru
dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi, imajinasi, evaluasi, dan
sebagainya) dalam bentuk karya sastra. Maka, memandang karya sastra sebagai
penggambaran dunia dan kehidupan manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya
sastra adalah "kebenaran" penggambaran, atau yang hendak digambarkan. Dengan demikian,
sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial.Artinya karya sastra ditulis
berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan
yang melatarbelakanginya.

Dalam hal ini akan menjadi bahan analisis adalah teater suket yang berjudul “Padang
Bulan” teater tersebut ditayangkan pada 20 februari 2021 Teater Suket SMAN 1 Purwokerto
mempersembahkan Studi Pentas Daring 2021 "Padang Bulan" Teater ini menceritakan tentan
kehidupan Rakyat di Indonesia dimana para pejabat merampas hak orang-orang kampung
yang dijadikan kota besar pasar-pasar dijadikan supermarket bahkan lapangan-lapangan
bermain anak-anak dijadikan wahana dufan kehidupan sosial orang-orang kampung yang
menderita dijadikan hanya sebagai karyawan kecil bangunan yang waktu sejak didaerah-
daerah terpencil di jadikan bangunan-bangunan besar. Rakyat yang tinggal di perkampungan
itu sangat menderita bahkan ada yang menjadi pengemis yang untuk mencukupi
kehidupannya tapi dia abaikan begitu saja oleh pejabat-pejabat yang tidak punya hati bahkan
tidak menolong pengemis. Bahkan banyak sekarang pejabat yang korupsi maka Rakyat yang
membutuhkan bantuan itu pun masih di kurangkan akibat ada saja pejabat yang korupsi maka
Rakyat yang membutuhkan bantuan itu pun masih di kurangkan akibat ada saja pejabat yang
korupsi jadi rakyat nya minta pertanggung jawaban atas hak yang sudah di makan sendiri
oleh pejabat. Pergusuran rumah-rumah kecil yang untuk dijadikan jalan tol rakyat kecil tidak
mendapatkan apa-apa yang dimiliki bagaimana cari tempat tinggal sekarang bahkan rumah
yang ditumpanginya sama rakyat besar tidak boleh ditumpangi karena Rakyat besar sangat
besar mendapat keuntungan dari pergusuran rumah-rumahnya. Pengemis yang berada di kota
tersebut adalah sampah Pejabat-pejabat tidak memikirkan rakyat yang susah ia
mementingkan ego nya sendiri untuk membangun dan mencapai apa yang pejabat itu
dapatkan semua untuk merampas semua yang di miliki rakyat-rakyat kecil pejabat itu hanya
ingin berjabat tangan dengan rakyat-rakyat besar yang memiliki perusahan. Teater tersebut
memiliki nilai-nilai sosial yang sangat bagus karena teater tersebut mengandung di kehidupan
Rakyat Indonesia ini banyak pejabat yang berbuat keji dan sekejam itu untuk semua
kepentingan negara itu baik tetapi pejabat tidak memikirkan bagaimana keadaan Rakyatnya.

https://blogtugasnovi.blogspot.com/2021/05/-teater-suket-berjudul-padang.html

Anda mungkin juga menyukai