2
1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan model, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Tiga bentuk
usaha baru yang dapat dirintis, diantaranya:
a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan
dikelola sendiri oleh seseorang.
b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar
hukum dengan modal saham-saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah
didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi
usaha yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara enterprenuer (franchisee)
dengan perusahaan besar (franchisor/partner company) dalam mengadakan persetujuan jual-
beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja samam ini biasanya
dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencara bangunan, pembelian peralatan, pola
arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultan, penetapan
standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber
permodalan.
3
7. Bidang usaha jasa perorangan (personal service), meliputi usaha potong rambut, salon,
laundry, catering.
8. Bidang jasa-jasa umum (public service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel,
dan distribusi.
9. Bidang jasa wisata (toutism), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No. 9/1990
tentang kepariwisataan ada 86 jenis usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi ke dalam
tiga kelompok usaha pariwisata, meliputi:
a. Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi: jasa biro perjalanan wisata; jasa agen
perjalanan wisata; jasa pramuwisata; jasa konveksi perjalanan intensif dan pameran; jasa
impresariat; jasa konsultan pariwisata; jasa informasi pariwisata.
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi: pengusahaan objek dan daya Tarik
wisata alam; pengusahaan objek dan daya Tarik wisata budaya; pengusahaan objek dan
daya Tarik wisata minat khusus; pengusahaan objek dan daya Tarik wisata minat khusu.
c. Usaha saranan wisata, meliputi: penyediaan akomodasi; penyediaan makan dan
minuman; penyediaan angkutan wisata; penyediaan sarana wisata dan sebagainya.
4
4. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama.
Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung
bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara anggota.
5
Peluang dalam wirausaha (Sumber-sumber potensial peluang)
Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, wirausahawan harus
bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus. Proses
penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk
menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah-langkah dalam
penjaringan ide dapat dilakukan sebagai berikut:
6
2) Kemampuan menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing
3) Kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan kevakuman pesaing yang
dapat dijadikan sebagai peluang.
2. Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing. Misalnya
kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan dalam
mengembangkan produk baru, dukungan keuangan dan keunggulan-keunggulan yang
dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar
dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan
modal barunya. Pintu peluang dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki pesaing serta peluang yang
dapat kita peroleh, ada beberapa pertanyaan penting, yaitu mencangkup hal-hal sebagai
berikut:
a. Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam
mengembangkan produk, meliputi:
1) Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam mengembangkan
produk jika dibandingkan dengan kemampuan teknik yang kita miliki?
2) Bagaimana catatan prestasi pesaing untuk mencapai sukses dalam
mengembangkan produknya?
b. Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kepabilitas
dan sumber-sumber yang dimiliki, meliputi:
7
1) Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk melakukan investasi
dalam mengembangkan produk baru dan produk awal?
2) Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?
c. Pertanyaan untuk menentukan, apakah pintu peluang ada atau tidak, meliputi:
1) Sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk ke pasar dapat
mendahului pesaing?
2) Apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup untuk
membawa produk ke pasar yang sedang dikuasai pesaing?
3) Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup untuk menguasai serangan
pesaing?
Menurut Zimmer (1996:87), ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan sebgaia
peluang, yaitu:
a. Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
b. Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik harus
dipertimbangkan sebelumnya.
c. Ketika pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya.
d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
e. Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.
f. Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan
produk barunya.
3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk
yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan? Apakah biaya
yang kita keluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
4. Menaksir biaya awal
Menyangkut biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya
dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, perluasan, dan biaya
lainnya? Dalam hal itu tentunya sangat menjadi permasalahan yang cukup vital bagi
seorang wirausahawan yang akan berkembang, hal tersebut memberika gambaran yang
8
cukup mendasar bagaimana usaha berjalan jika tidak adanya modal yang cukup sebagai
dasar untuk memopang.
5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
Risiko yang mungkin terjadi di antaranya: risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko
pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahannkan posisinya
di pasar. Risiko pesaing meliputi pertanyaan sebagai berikut.
a. Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing?
b. Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam mengembangkan
produknya?
c. Seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan
produk yang diperkenaklannya?
d. Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?
Risiko finansial adalah risiko yang timbul akibat ketidakcukupan finansial, baik
dalam tahap pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan
mempertahannkan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru. Contoh risiko
finansial, misalnya kegagalan akibat ketidakcukupan dana.
9
Kesimpulan
David C. McClelland (1961:107) berdasarkan (Suryana;2013) mengemukakan bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status kewirausahaan
atau keberhasilan. Keberhasilan wirausahawan ditentukan oleh perilaku kewirausahaan. Faktor yang
mempengaruhi perilaku kewirausahaan itu sendiri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
internal meliputi; hak kepemilikan (property right-PR), kemampuan/kompetensi
(competency/ability-C), dan intensif (incentive-I), sedangkan faktor eksternal meliputi, lingkungan
(environment-E). Menurut Ibnoe Soedjono dalam buku (Suryana; 2013) Ekonomi Kreatif: Ekonomi
Baru, Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang mengemukakan bahwa karena kemampuan afektif
mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi
lingkungan yang ada, dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari
pendekatan kemampuan kewirausahaan.
Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengombinasikan kreatifitas, inovasi kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk
memperoleh peluang. Dapat dikatakan bahwa peluang usaha muncul bukan karena tersedia atau telah
ada sebelumnya, peluang usaha membutuhkan analisis serta pengujian bagaiaman dan untuk apa
usaha tersebut bermula. Pada dasarnya berwirausaha memerlukan berbagai pertimbangan terkait
seperti apa usaha tersebut dan untuk siapa produk tersebut. Sehingga analisis pasar tersebut menjadi
kunci permasalahan, sehingga peluang usaha secara kebetulan akan muncul dalam pemikiran kita
sendiri.
Daftar Pustaka
Aryo, R. (2016). IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG
MENDORONG MAHASISWA BERWIRAUSAHA . Studi Universitas Telkom
Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, 3-4. Diunduh pada
tanggal 8 September 2018 pada 13.07
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.telkomuni
versit y.ac.id/pustaka/files/101654/jurnal_eproc/idenfikasi-faktor-faktor-internal-dan-
eksternalyang-mendorong-mahasiswa-
berwirausaha.pdf&ved=2ahUKEwjI6sStqLfdAhUTMt4KHcdCrQQFjAAegQIARAB&
usg=AOvVaw3f1trBnn194EgMXqltcfOE
10
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif: Ekonomi Baru, Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang.
Jakarta: Salemba Empat.
Wirasasmita, d. (1993). Kerja sama Perguruan Tinggi dengan Lembaga Perbankan dan Keuangan
Lainnya dalam Menciptakan Wirausahawan-wirausahawan Baru. Bandung: LM-UNPAD.
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/
Manajemen/article/view/22691/15064&ved=2ahUKEwjI6sStqLfdAhUTMt4KHcdCrQQFjABegQI
BxAB&usg=AOvVaw3m6xKQ6HlpYdrES5WgHzAT
11