Anda di halaman 1dari 11

HANDOUT KEWIRAUSAHAAN

“MACAM-MACAM PELUANG USAHA DAN


PENGEMBANGANNYA”

A. Faktor Munculnya Peluang Usaha


Entrepreneur merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang
sedang berkembang. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja,
bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar dari pada sebelumnya dan juga orang yang
melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Berwirausaha memiliki keuntungan untuk
dapat memiliki kebebasan yang tinggi untuk mengatur sendiri usaha sesuai dengan keinginan,
selain itu dengan berwirausaha juga memiliki kebebasan dalam mengatur waktu, memanajemen
keuangan, dan bebas terhadap aturan atasan karena pada dasarnya wirausahawanlah yang
menjadi bos pada perusahaannya sendiri. Kebebasan dalam bekerja tersebut diduga memberikan
motivasi bagi mahasiswa berkeinginan menjadi wirausaha (Satiti dan Ekowati, 2014).
Mahanani (2014) menyatakan bahwa dewasa ini jumlah orang yang berminat terjun kedalam
bidang entrepreneur sudah semakin banyak, terutama dikalangan usia yang masih terbilang
muda (kurang dari 30 tahun). Kemudian akses dan jaringan merupakan keuntungan dalam proses
perkembangan para wirausaha. Tidak sedikit para wirausaha muda di Indonesia telah mampu
mengembangkan usaha baru yang diminati oleh pasar lokal maupun global dan telah
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Minat berwirausaha dapat didorong oleh faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri individu itu sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau
lingkungan terdekat individu tersebut. Faktor-faktor internal yang dapat mendorong minat
berwirausaha seseorang antara lain adalah tolerasi terhadap risiko, keberhasilan diri kebebasan
dalam bekerja, dan lingkungan keluarga. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri
perilaku entrepreneur yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan
keluarga (Koransti, 2013) (Suryana;2013).
Faktor internal Berkembangnya Peluang Usaha:

1. Toleransi terhadap risiko


Toleransi terhadap risiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang
dalam mengantisipasi besar kecilnya suatu risiko yang diambil untuk mendapatkan
penghasilan yang diharapkan.
2. Keberhasilan diri keberhasilan diri artinya apa yang dicapai merupakan pencapaian tujuan
kerja yang diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja
3. Kebebasan dalam bekerja. sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan
sedikit tetapi memperoleh hasil yang besar
4. Adanya inovasi menurut Larsen P dan Lewis A (2007) menyatakan bahwa salah satu
karakter yang sangat penting dari wirausahawan adalah kemampuan berinovasi. Tanpa
adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama.

B. Faktor-Faktor Pendorong Keberhasilan Kewirausahaan.


Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu yang mencangkup hal –hal
berikut:
1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan
dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan
menjadi wirausahawan yang sukses. Sebaliknya, orang yang memiliki kemauan dan
dilengkapi dengan kemampuan akan menjadi orang yang sukses. Kemauan saja tidak cukup
bila tidak dilengkapi dengan kemampuan.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki
kemauan untuk bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad
yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang, sebaliknya tidak ada solusi tidak adanya
peluang. Kesempatan yang datang bukan untuk dicari, melainkan kesempatan yang baik
adalah hal yang harus dikejar.

C. Cara Memasuki Dunia Usaha Baru


Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha,
yaitu:

2
1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan model, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Tiga bentuk
usaha baru yang dapat dirintis, diantaranya:
a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan
dikelola sendiri oleh seseorang.
b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang
secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar
hukum dengan modal saham-saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah
didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi
usaha yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara enterprenuer (franchisee)
dengan perusahaan besar (franchisor/partner company) dalam mengadakan persetujuan jual-
beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerja samam ini biasanya
dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencara bangunan, pembelian peralatan, pola
arus kerja, pemilihan karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultan, penetapan
standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber
permodalan.

D. Macam-Macam Peluang Usaha


1. Bidang usaha pertanian (agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan
perkebunan.
2. Bidang usaha pertambangan (mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu dan
bata.
3. Bidang usaha pabrikasi (manufacture), meliputi usaha industry, perakitan, dan sintetis.
4. Bidang usaha kontruksi (construction), meliputi usaha kontruksi bangunan, jembatan,
pengairan, dan jalan raya.
5. Bidang usaha perdagangan (trade), meliputi usaha perdagangan kecil (retailer), grosir, agen,
dan ekspor-impor.
6. Bidang usaha jasa keuangan (financial service), meliputi usaha perbankkan, asuransi, dan
koperasi.

3
7. Bidang usaha jasa perorangan (personal service), meliputi usaha potong rambut, salon,
laundry, catering.
8. Bidang jasa-jasa umum (public service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel,
dan distribusi.
9. Bidang jasa wisata (toutism), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No. 9/1990
tentang kepariwisataan ada 86 jenis usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi ke dalam
tiga kelompok usaha pariwisata, meliputi:
a. Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi: jasa biro perjalanan wisata; jasa agen
perjalanan wisata; jasa pramuwisata; jasa konveksi perjalanan intensif dan pameran; jasa
impresariat; jasa konsultan pariwisata; jasa informasi pariwisata.
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi: pengusahaan objek dan daya Tarik
wisata alam; pengusahaan objek dan daya Tarik wisata budaya; pengusahaan objek dan
daya Tarik wisata minat khusus; pengusahaan objek dan daya Tarik wisata minat khusu.
c. Usaha saranan wisata, meliputi: penyediaan akomodasi; penyediaan makan dan
minuman; penyediaan angkutan wisata; penyediaan sarana wisata dan sebagainya.

Ada beberapa bentuk kepemilikan usaha yang, diantaranya:

1. Perusahaan perorangan (soleproprietoship), yaitu perusahaan yang dimiliki dan


diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah
untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan memiliki daya
rangsangan yang lebih tinggi.
2. Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih
yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan ada dua
macam anggota, yaitu: (a) sekutu umum (general partner), yaitu anggota yang aktif dan
duduk sebagai pengurus persekutuan, (b) sekutu terbatas (limited partner), yaitu anggota
yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal yang
disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam perusahaan.
3. Perseroan (corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas atas para
pemegang saham (persero/stockholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas
terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetor.

4
4. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama.
Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi ditanggung
bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara anggota.

E. Mengembangkan Suatu Ide Baru


Menurut Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2000: 61) ada beberapa cara untuk
mengembangkan suatu ide baru tentang suatu produk atau jasa, namun diantara kita masih banyak
menemukan kesulitan untuk menciptakan konsep-konsep baru. Cara-cara tersebut dapat sebagai
berikut:
1. Mengenal suatu kebutuhan pasar sangat penting bagi perusahaan untuk mengembangkan
produk dan jasa-jasa baru. Apakah pasar perlu perbaruan produk dan jasa, atau perlu tambahan
kegunaan produk dan jasa atau perlu kemudahan-kemudahan dari produkdan jasa tersebut.
Biaya, kebaruan apa? Tambahan kegunaan apa? Kemudahan seperti apa?
2. Memperbaiki produk yang sudah ada sangat diperlukan dengan mengidentifikasi produk-
produk mana yang tidak mengalami perubahan beberapa tahun terakhir ini, kemudian coba
kembangkan beberapa perubahan yang diperlukan.
3. Kombinasi industri-industri, yaitu dengan mengombinasikan bebrapa industri yang saling
mendukung, misalnya mengombinasikan industry music dengan industri komputer.
4. Pahami kecenderungan-kecenderungan yang akan dihadapi, karena lingkungan demografi
berubah seperti usia dan pola-pola kehidupannya, gaya hidup, pengetahuan, dan kemampuan
masyarakat beruba, maka harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut.
5. Peduli terhadap segala sesuatu, kebanyakan orang terbiasa dengan kehidupan yang normal
dan kebiasaan, tidak pernah peduli terhadap sesuatu yang ada.
6. Mempertanyakan asumsi-asumsi, misalnya apakah semua orang makan pagi dengan nasi atau
kita harus menyediakan makanan lain untuk memulai makan sebelum makan nasi? Untuk
mengembangkan produk kita harus mempertanyakan asumsi-asumsi untuk membuat produk
yang normal.
7. Pertama beri nama, kemudian kembangkan nama itu. Ketika mengembangkan produk baru
harus dipikirkan tentang nama baru. Jangan menggunakan namanama itu juga.

5
Peluang dalam wirausaha (Sumber-sumber potensial peluang)

Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, wirausahawan harus
bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus. Proses
penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk
menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah-langkah dalam
penjaringan ide dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Menciptakan produk baru dan berbeda


Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang
atau jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk atau jasa
yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi
pembeli atau penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai bagi
konsumen, baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu,
wirausahawan harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
a. Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan
b. Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab apabila wirausahawan ingin
menciptakan produk dan jasa unggul dan memberikan nilai kepada konsumen. Apakah
produk-produk barang dan jasa tersebut lebih menarik, ada kebaruan, ada nilai tambah
dalam manfaat? Ada nilai tambah kemudahannya dan ada efisiensinya? Berapa
besarnya? Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli
potensial? Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut?
Pertanyaan-pernyataan tersebut penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausahawan baru fokus pada segmen pasar, maka
secara spesifik peluang itu akan sangat bergantung pada perilaku segmen pasar.
Kemampuan untuk memperoleh kemampuan itu sendiri sangat bergantung pada
kemampuan wirausahawan untuk menganalisis pasar, yaitu meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1) Kemampuan menganalisis demografi pasar

6
2) Kemampuan menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing
3) Kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan kevakuman pesaing yang
dapat dijadikan sebagai peluang.
2. Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing. Misalnya
kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan dalam
mengembangkan produk baru, dukungan keuangan dan keunggulan-keunggulan yang
dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar
dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan
modal barunya. Pintu peluang dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki pesaing serta peluang yang
dapat kita peroleh, ada beberapa pertanyaan penting, yaitu mencangkup hal-hal sebagai
berikut:
a. Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing dalam
mengembangkan produk, meliputi:
1) Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam mengembangkan
produk jika dibandingkan dengan kemampuan teknik yang kita miliki?
2) Bagaimana catatan prestasi pesaing untuk mencapai sukses dalam
mengembangkan produknya?
b. Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing tentang kepabilitas
dan sumber-sumber yang dimiliki, meliputi:

7
1) Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk melakukan investasi
dalam mengembangkan produk baru dan produk awal?
2) Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?
c. Pertanyaan untuk menentukan, apakah pintu peluang ada atau tidak, meliputi:
1) Sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk ke pasar dapat
mendahului pesaing?
2) Apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan cukup untuk
membawa produk ke pasar yang sedang dikuasai pesaing?
3) Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup untuk menguasai serangan
pesaing?
Menurut Zimmer (1996:87), ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan sebgaia
peluang, yaitu:

a. Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif singkat.
b. Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik harus
dipertimbangkan sebelumnya.
c. Ketika pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya.
d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
e. Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.
f. Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan
produk barunya.
3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk
yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan? Apakah biaya
yang kita keluarkan lebih efisien daripada biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
4. Menaksir biaya awal
Menyangkut biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru. Dari mana sumbernya
dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan untuk operasi, perluasan, dan biaya
lainnya? Dalam hal itu tentunya sangat menjadi permasalahan yang cukup vital bagi
seorang wirausahawan yang akan berkembang, hal tersebut memberika gambaran yang

8
cukup mendasar bagaimana usaha berjalan jika tidak adanya modal yang cukup sebagai
dasar untuk memopang.
5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
Risiko yang mungkin terjadi di antaranya: risiko teknik, finansial, dan pesaing. Risiko
pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahannkan posisinya
di pasar. Risiko pesaing meliputi pertanyaan sebagai berikut.
a. Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang dikembangkan pesaing?
b. Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam mengembangkan
produknya?
c. Seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan
produk yang diperkenaklannya?
d. Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi serangan-serangan pesaing?

Risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan produk yang cocok


dengan yang diharapkan atau yang menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara
actual dapat ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas
dan karakteristiknya. Contoh risiko teknik, diantaranya kegagalan dalam proses
pengembangan produk.

Risiko finansial adalah risiko yang timbul akibat ketidakcukupan finansial, baik
dalam tahap pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan
mempertahannkan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru. Contoh risiko
finansial, misalnya kegagalan akibat ketidakcukupan dana.

Risiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahannkan


posisinya di pasar. Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman (strength,
weakness, apportunity, and threat-SWOT) sangat penting dalam menciptakan
keberhasilan perusahaan baru.

9
Kesimpulan
David C. McClelland (1961:107) berdasarkan (Suryana;2013) mengemukakan bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai, dan status kewirausahaan
atau keberhasilan. Keberhasilan wirausahawan ditentukan oleh perilaku kewirausahaan. Faktor yang
mempengaruhi perilaku kewirausahaan itu sendiri adalah faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor
internal meliputi; hak kepemilikan (property right-PR), kemampuan/kompetensi
(competency/ability-C), dan intensif (incentive-I), sedangkan faktor eksternal meliputi, lingkungan
(environment-E). Menurut Ibnoe Soedjono dalam buku (Suryana; 2013) Ekonomi Kreatif: Ekonomi
Baru, Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang mengemukakan bahwa karena kemampuan afektif
mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi
lingkungan yang ada, dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif merupakan bagian dari
pendekatan kemampuan kewirausahaan.
Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengombinasikan kreatifitas, inovasi kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk
memperoleh peluang. Dapat dikatakan bahwa peluang usaha muncul bukan karena tersedia atau telah
ada sebelumnya, peluang usaha membutuhkan analisis serta pengujian bagaiaman dan untuk apa
usaha tersebut bermula. Pada dasarnya berwirausaha memerlukan berbagai pertimbangan terkait
seperti apa usaha tersebut dan untuk siapa produk tersebut. Sehingga analisis pasar tersebut menjadi
kunci permasalahan, sehingga peluang usaha secara kebetulan akan muncul dalam pemikiran kita
sendiri.

Daftar Pustaka
Aryo, R. (2016). IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG
MENDORONG MAHASISWA BERWIRAUSAHA . Studi Universitas Telkom
Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, 3-4. Diunduh pada
tanggal 8 September 2018 pada 13.07

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.telkomuni
versit y.ac.id/pustaka/files/101654/jurnal_eproc/idenfikasi-faktor-faktor-internal-dan-
eksternalyang-mendorong-mahasiswa-
berwirausaha.pdf&ved=2ahUKEwjI6sStqLfdAhUTMt4KHcdCrQQFjAAegQIARAB&
usg=AOvVaw3f1trBnn194EgMXqltcfOE

Kasali, R. (2010). Pengusaha Muda Mandiri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

10
Suryana. (2013). Ekonomi Kreatif: Ekonomi Baru, Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang.
Jakarta: Salemba Empat.

Wirasasmita, d. (1993). Kerja sama Perguruan Tinggi dengan Lembaga Perbankan dan Keuangan
Lainnya dalam Menciptakan Wirausahawan-wirausahawan Baru. Bandung: LM-UNPAD.

Yenny Pratiwi, I. M. (2016). PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP


MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.8,
2016: 5215-5242 ISSN : 2302-8912 , 1-28. Diunduh pada tanggal 8 September pada 14.42

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/
Manajemen/article/view/22691/15064&ved=2ahUKEwjI6sStqLfdAhUTMt4KHcdCrQQFjABegQI
BxAB&usg=AOvVaw3m6xKQ6HlpYdrES5WgHzAT

11

Anda mungkin juga menyukai