Anda di halaman 1dari 14

MERINTIS USAHA BARU

LATAR BELAKANG
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada[B] kewirausahaan[/B] adalah suatu keniscayaan
yang harus menjadi dasar dalam pengembangan
program dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan
mulai dari proses perencanaan sampai dengan
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus diwarnai oleh karakter kewirausahaan.
Demikian besar peran yang dapat disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan bangsa,
namun masih saja orang kurang berminat
menekuni profesi tersebut. Hal ini dikarenakan latar belakang pandangan yang negatif dalam
masyarakat terhadap profesi wirausaha.
Wirausaha ini kegiatannya banyak bergerak dalam bidang bisnis. Dalam kegiatan bisnis
termasuk kegiatan perdagangan.
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang
berminat terhadap profesi wirausaha,
antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang
terhormat dan sebagainya.
Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik
Mereka tidak menginginkan anak-anaknya
menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri,
apalagi bila anaknya sudah bertitel
lulus perguruan tinggi.
Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia
bisnis, sehingga tertinggal jauh
dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis. Di negara
tetangga, mereka dapat mengembangkan
bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa,
perbankan, perdagangan besar (grosir),
perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir
dan berbagai bentuk usaha lainnya
dalam berbagai jenis komoditi.
Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah bisnis, yang
harus kita kejar, mengingat potensi
baik alam maupun sumberdaya manusia amat berlimpah di negeri ini. Berawal dari pemikiran
ini, perlulah kita menggali potensi
yang ada, yang akan menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja
bukan pencari kerja bagi masyarakatnya.
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam
mutu wirausaha itu sendiri.
Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan
mutunya belum bisa optimal,
sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi
suksesnya pembangunan.

IDE DAN PELUANG USAHA


Berawal dari ide-ide yang masih potensial, maka agar menjadi [B]peluang bisnis[/B] yang riil,
sosok wirausaha harus bersedia melakukan
evaluasi terhadap peluang secara terus menerus. Ide dan peluang merupakan dua unsur penting
dalam kewirausahaan. Agar ide menjadi
peluang, maka harus dievaluasi dengan cara screening (penjaringan), yaitu :
1) Ide harus dimunculkan dalam bentuk yang riil (barang dan jasa baru) yang berbeda di pasar.
Barang dan jasa yang berbeda itu
harus menciptakan nilai efisiensi baik bagi konsumen maupun pembeli potensial;
2) Mengamati pintu (asal-usul) peluang;
3) Menjamin jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan;
4) Menaksir biaya awal;
5) Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi.

Dijelaskan oleh Zimmemer yang dikutip dari Suryana, 2001, ada beberapa keadaan yang
menciptakan peluang, yaitu:
1) Produk baru harus segera dipasarkan;
2) Kerugian teknik harus rendah;
3) Ketika pesaing tidak agresif tidak agresif mengembangkan strategi produk;
4) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih;
5) Pesaing tidak memiliki strategi dalam memperbaiki posisinya;
6) Perusahaan yang baru dirintis memiliki sumber-sumber dan kemampuan dalam menghasilkan
produknya.

MEMASUKI [B]DUNIA USAHA[/B]


Untuk memasuki dunia usaha ( bisnis) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah
seorang yang mengorganisir, mengelola,
dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau
pelaksana usaha kecil, ia harus memiliki
kecakapan untuk bekerja, mampu mengorganisir, kreatif, serta menyukai tantangan.
Menurut Suryana (2001) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memasuki dunia usaha, yaitu:
1) Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi
dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dirintis, yaitu: (1)
Perusahaan milik sendiri
(proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang; (2) Persekutuan
(partnership), yaitu suatu
kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha
bersama, dan (3) Perusahaan berbadan hukum
(corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-
saham.
2) Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah
didirikan atau dirintis dan diorganisir
oleh orang lain dengan nama dan organisasi usaha yang sudah ada.
3) Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur (franchisee)
dengan perusahaan besar
(franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha. Kerja sama ini
biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian
peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan,
advertensi, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, standar, promosi, pengendalian kualitas,
riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber
permodalan.

Hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (dikutip dari Suryana, 2001), hampir setengah atau 43
persen responden (wirausaha)
menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa
perusahaan atau tempat-tempat
profesional lainnya. Sebanyak 15 persen mencobanya karena merasa mampu melakukan dengan
lebih baik. Sebanyak 11 persen menyatakan,
mereka memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar. Sedangkan 46 persen lagi dikarenakan
hobby.
Menurut Lambing, keunggulan dari datangnya perusahaan baru ke pasar, adalah dapat
mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan
“kemampuan pesaing”. Untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki
kompetensi usaha, yang meliputi:
a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta
cara menyajikannya.
b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan
pelanggan serta harga yang tepat.
c. Kemampuan finasial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana
dan cara menggunakannya.
d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan
mengembangkan relasi, dan kemampuan
komunikasi serta negosiasi.

UPAYA MERINTIS USAHA BARU


Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, di antaranya:
1) Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki
Pemilihan jenis usaha tergantung pada kebutuhan pasar dan sumber-sumber yang tersedia.
Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki,
diantaranya:
a.Bidang Usaha Pertanian (Agriculture), meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan
perkebunan;
b.Bidang usaha pertambangan (Mining), meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu dan
bata;
c.Bidang Usaha Pabrikasi (Manufacturing), meliputi usaha industri, assemblasi dan sintesis;
d.Bidang Usaha Konstruksi (Construction), meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan,
pengairan dan jalan raya;
e.Bidang Usaha Perdagangan (Trade), meliputi usaha perdagangan kecil, grosir, agen, dan
ekspor-impor;
f.Bidang Usaha Jasa Keuangan (Financial Service), meliputi usaha perbankan, asuransi dan
koperasi;
g.Bidang Usaha Jasa Perorangan (Personal Service), meliputi usaha potong rambut, salon,
laundry dan catering;
h.Bidang Jasa-jasa Umum (Public Service), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel
dan distribusi;
i.Bidang Jasa Wisata (Tourism), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No. 9 tahun
1990 tentang Kepariwisataan
ada 86 jenis usaha yang bisa dirintis, yang terbagi kedalam tiga kelompok usaha wisata, yaitu:
(1)Kelompok Usaha Jasa Pariwisata (meliputi: Jasa Biro Perjalanan; Jasa Agen Perjalanan
Wisata; Jasa Pramuwisata;
Jasa Konvensi Perjalanan Wisata Intensif dan Pameran; Jasa Impresriat; Jasa Konsultan
Pariwisata; dan Jasa Informasi Pariwisata).
(2)Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata, (meliputi: Pengusahaan objek dan daya tarik
wisata alam; Pengusahaan objek dan
daya tarik wisata budaya; Pengusahaan objek daya tarik wisata minat khusus)
(3)Usaha Sarana Wisata, (meliputi: Penyediaan akomodasi; Penyediaan makanan dan
minuman; Penyediaan angkutan wisata;
Penyediaan sarana wisata dan sebagainya)
2) Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan Perusahaan
Pemilihan bentuk kepemilikan badan usaha ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha dan
sumber daya yang dimiliki. Beberapa bentuk
kepemilikan usaha yang bisa dipilih, diantaranya:
a.Perusahaan Perorangan (soleproprietorship), yaitu suatu perusahan yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh satu orang;
b.Persekutuan (partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang
menjadi pemilik bersama
dari suatu perusahaan
c.Perseroan (Corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang
saham (pesero/stockholder),
yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal
yang disetor.
d.Firma, suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Apabila
untung, maka keuntungan dibagi bersama,
sebaliknya bila rugi ditanggung bersama.

3) Tempat Usaha yang Akan Dipilih


Pemilihan tempat usaha harus mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas, dengan
mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini:
a.Apakah tempat usaha tersenut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan atau pasar?
Bagaimana akses pasarnya?
b.Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga?
c.Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat angkut dan jalan
raya?
Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha, ada beberapa alternatif yang bisa dipilih , yaitu:
- Membangun bila ada tempat yang strategis;
- Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan;
- Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan.

4) Organisasi Usaha yang Akan Digunakan


Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha, semakin besar
lingkup usaha, semakin kompleks organisasinya.
Sebaliknya, semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya.

5) Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.
Lingkungan mikro dan lingkungan makro berpengaruh
terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada
kaitannya dengan operasional perusahaan,
seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen dan lainnya. Sedangkan lingkungan makro
adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, yang meliputi:
a) lingkungnan ekonomi; b) lingkungan teknologi; c) lingkungan sosiopolitik; dan d)
lingkungan demografi serta gaya hidup.

Dengan banyaknya pilihan ide dan peluang usaha baru, diharapkan bermunculan sosok
wirausaha yang dapat menyediakan sebanyak-banyaknya
lapangan kerja bagi tenaga kerja yang ada, dengan demikian pembangunan di negeri ini dapat
berlangsung dengan cepat, serta dapat
bersaing dengan negara lain yang selama ini memberikan lapangan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Kardimin, 2005. Menumbuhkan Jiwa Wirausaha; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Buchari Alma, 2005. Kewirausahaan; Bandung: Alfabeta.

Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2004. Kewirausahaan, Suatu Pendekatan


Kontemporer. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Suryana, 2001, Kewirausahaan, Jakarta: PT Salemba Empat.

Wasty Sumanto, 1984. Pendidikan Wiraswasta, Jakarta: Bumi Aksara.

Langkah Yang Dibutuhkan Untuk Membuka


Usaha Sendiri
Membuka usaha sendiri dapat menjadi suatu peluang bagi Anda untuk menghasilkan uang.
Apabila Anda tertarik membuka usaha sendiri, Gajimu akan memberikan tips langkah-langkah
yang harus dilakukan sebelum membuka usaha sendiri.

Saat ini, banyak orang-orang yang semakin sulit untuk mendapat pekerjaan, apalagi bagi orang-
orang yang tidak memiliki keahlian khusus. Membuka usaha sendiri dapat menjadi suatu peluang
bagi Anda untuk menghasilkan uang.

Memang tidak dapat dipungkiri, usaha sendiri terdengar sangat mengiurkan, menjadi boss untuk
diri sendiri, waktu kerja bisa lebih fleksible, dan keuntungan yang didapat apabila usaha tersebut
sukses tergolong besar. Akan tetapi, resiko yang dihadapi pun jadi jauh lebih besar dibanding
menjadi karyawan perusahaan.

Apabila Anda tertarik membuka usaha sendiri, Gajimu akan memberikan tips langkah-langkah
yang harus dilakukan sebelum membuka usaha sendiri.

a. Menganalisis jenis usaha terkait

Anda harus memastikan bahwa usaha yang Anda dirikan adalah jenis usaha yang Anda minati.
Hal itu akan lebih baik apabila ditunjang dengan keahlian dan pengalaman Anda di jenis usaha
tersebut. Lakukan analisis Break Event Point untuk menentukan potensi yang ada dalam jenis
usaha Anda. Setelah itu jabarkan rencana usaha Anda secara detail (Sales forecast, analisa arus
kas,etc). Setelah itu susun rencana pemasaran yang akan Anda lakukan untuk memasarkan usaha
Anda tersebut.

b. Rencanakan Bisnis Anda dengan menyusun konsep yang sesuai

Jika Anda akan mencari pendanaan dari luar, rencana usaha/business plan proposal adalah
sebuah kebutuhan. Jika Anda akan membiayai usaha itu sendiri, rencana usaha juga akan
membantu Anda mengetahui berapa banyak uang yang Anda akan butuhkan untuk memulai, apa
yang perlu untuk dilakukan kapan, dan di mana Anda tuju.

c. Siapkan Modal

Modal merupakan faktor penting dalam memulai usaha sendiri. Banyak orang ingin memulai
usaha, namun tak mempunyai modal sehingga tidak jalan. Modal dapat dihasilkan dari : modal
sendiri dari hasil menabung, mencari modal dari investor, atau meminjan uang dari bank, dan
sistem partnership. Selain modal awal, Anda juga harus memiliki minimal tiga bulan
dari anggaran keluarga Anda dalam bank

Anda juga dapat memulai bisnis tanpa modal dengan menjadi reseller (pengecer) dari suatu
produk atau barang

d. Jadikanlah usaha Anda sebagai usaha yang Legal dan diakui hukum

 Tentukan struktur hukum untuk usaha Anda


 Pilih nama yang baik bagi usaha Anda
 Daftarkan nama usaha Anda kepada Ditjen HKI sebagai merek dagang resmi dan sah di
mata hukum
 Siapkan dokumen-dokumen organisasi
 Uruslah surat-surat perijinan usaha, seperti Akta Pendirian perusahaan, Nama
Perusahaan, Hak atas nama perusahaan, Pengakuan dan pengesahan

e. Perluas Networking Anda

Networking dapat menjadi landasan untuk kelangsungan usaha Anda. Anda dapat bergabung
dengan komunitas yang terkait dengan jenis usaha Anda. Hal ini dapat Anda lakukan sebelum
Anda memulai usaha sendiri, sehingga pada saat Anda mulai memasarkan produk/jasa yang
Anda tawarkan, Anda telah memiliki networking yang luas.

Cara Memulai Usaha Baru


Langkah – langkah Memulai Usaha Baru

Untuk memulai suatu usaha baru, langkah-langkah yang diperlukan antara lain adalah
sebagai berikut:[1]

1. Mengenali peluang usaha

Peluang usaha ini dapt dikenali melalui pengalaman hidup maupun hubungan sosial. Pengalaman
hidup yang meningkatkan kemungkinan menemukan peluang yaitu fungsi kerja dan variasi kerja.
Dan hubungan sosia dengan masyarakat luas dapat memberikan informasi yang aktual sesuai
kebutuhan dan potensi pasar.

2. Optimalisasi potensi diri

Dengan potensi diri yang optimal, maka calon wirausaha mampu membuat inovasi dan bersaing
di pasar. Untuk memulai usaha baru diperlukan potensi diri agar bisnis tersebut sesuai dengan
yang diinginkan.

3. Fokus dalam bidang usaha

Fokus dalam menjalani usaha sangat diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan lancar dan
terus berkembang.

4. Berani memulai

Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki oleh calon
wirausaha sedikit. Oleh karena itu keberanian untuk memulai dan mengambil resiko sangat
diperlukan.
Menurut Sri Bramantara Abdinagoro, seorang pengamat bisnis, untuk memulai bisnis
sendiri calon pengusaha dapat menggunakan empat langkah berikut:[2] Langkah pertama, yaitu
amati. Ide bisnis dapat dilakukan pengamatan terhada lingkungan sekitar. Dalam pengamatan
tersebut dapat diketahui kebutuhan masyarakat (kebutuhan pasar), dan dimana dapat
memperoleh kebutuhan tersebut. Dari pengamatan tersebut akan diperoleh ide bisnis, namun
pengamatan harus dilakukan berulang-ulang agar ide tersebut dapat terealisasikan sesuai dengan
kebutuhan pasar. Langkah kedua yaitu cermati. Jika ide yang muncul dari pengamatan
memungkinkan untuk ditindaklanjuti, maka cermati dengan melakukan riset pasar, pengumpulan
data, sasaran konsumen, perhitungan biaya produksi, proyeksi keuangan, cara memasarkan,
promosi dan sebagainya. Kemudian lakukan perincian modal, prospek bisnis tersebut, hambatan
dan tantangan yang kiranya dihadapi dalam bisnis tersebut. Langkah selanjutnya yaitu tetapkan
hati karena kesuksesan hanya dimiliki oleh seseorang yang percaya diri dan berketetapan hati
untuk melangkah dan tidak takut resiko. Langkah yang keempat ialah action atau aksi.
Merupakan pelaksanaan atas ide dan perencanaan bisnis. Berani bermimpi maka harus berani
merealisasikannya.

Cara Memulai Suatu Usaha

Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan mempunyai keberanian


mengambil resiko. Sehingga untuk memulai sebuah usaha, seseorang terlebih dahulu harus
memiliki jiwa wirausaha agar usahanya dapat terkelola dengan manajemen yang baik. Untuk
memulai sebuah usaha, terdapat beberapa cara untuk yang dapat dilakukan baik secara
perseorangan maupun berkelompok. Adapun cara yang lazim digunakan yaitu sebagai
berikut:[3]

1. Merintis Usaha Baru (starting)

Artinya seseorang memulai usaha dengan membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Untuk mendirikan usaha
baru seseorang perlu mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha, seperti
akte notaris, pengadilan negeri (Departemen Kehakiman), dan izin-izin yang
diperlukan. Mencari lokasi yang tepat sesuai dengan usahanya.[4]

Dalam memasuki dunia usaha, ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis, yaitu:

1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship) yaitu bentuk usaha yang dikelola dan
dimiliki sendiri oleh seseorang
2. Persekutuan (partnership) yaitu kerjasama atau asosiasi antara dua orang atau lebih
3. Perusahaan berbadan hukum (corporation) yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal berupa saham.

Menurut Peggy Lambing, untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru ada dua macam
pendekatan utama yang dapat digunakan wirausaha yaitu pendekatan inside-out dan pendekatan
outside-in:[5]
 Pendekatan Inside-Out atau idea generation yaitu pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan sebuah usaha. Seorang wirausaha melihat
peluang dari keterampilan diri sendiri, kemampuan, latar belakang, dan hal-hal lainnya
sehingga dapat menentukan jenis usaha yang akan dirintis.
 Pendekatan outside-in atau opportunity recognition yaitu pendekatan yang menekankan
pada ide pemenuhan dan tanggapan akan kebutuhan di pasar.

Berdasarkan pendekatan tersebut, untuk memulai usaha seorang calon wirausaha harus
mempunyai kompetensiyang menurut Norman Scarborough, kompetensi yang diperlukan adalah:
Kemampuan teknik, yaitu kemampuan bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara
penyajiannya. Kemampuan pemasaran yaitu kemampuan menemukan pasar dan pelanggan, serta
harga yang tepat. Kemampuan finansial yaitu kemampuan memperoleh sumber dana dan cara
menggunakannya. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan untuk cara mencari, memelihara,
dan mengembangkan relasi serta kemampuan komunikasi dan negoisasi.

Dalam merintis usaha baru, seorang calon wirausaha harus memperhatikan: bidang dan
jenis usaha yang harus dimasuki, bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih, tempat usaha,
organisasi usaha yang akan digunakan, jaminan usaha yang mungkin diperoleh, dan lingkungan
usaha yang akan berpengaruh.[6]

2. Membeli Perusahaan (buying)

Artinya usaha ini dilakukan dngan membeli perusahaan yang sudah ada atau sudah berjalan
sebelumnya atau tidak aktif namun masih memiliki badan usaha. Pembelian meliputi saham
berikut aset perusahaan yang dimiliki.

Beberapa alasan memulai usaha dengan membeli perusahaan orang lain adalah:[7]

1. Untuk mengurangi resiko ketidaktentuan dan ketidaktahuan yang dihadapi dalam


memulai bisnis, karena telah mengetahui jalannya perusahaan yang dibeli
2. Untuk memperoleh bisnis dengan operasi yang sedang berjalan sehingga tinggal
mengembangkan hubungan dengan pelanggan dan pemasok
3. Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang bisa ditawar
4. Lebih mudah karena perusahaan yang dibeli telah memiliki pelanggan, pemasok,
karyawan yang andal, dan telah memiliki peralatan produksi.

Namun demikian, memulai usaha dengan membeli perusahaan yang sudah ada, mengandung
kerugian dan permasalahan baik secara eksternal maupun internal. Masalah eksternal yaitu
lingkungan, seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar. Dan masalah internal yaitu
masalah yang ada dalam perusahaan seperti masalah image atau reputasi perusahaan, konflik
antar manajemen dan karyawan yang belum terselesaikan oleh pemilik perusahaan, masalah
lokasi, dan sebagainya.

Sebelum membeli perusahaan (bisnis) setidaknya beberapa aspek harus dipertimbangkan dan
dianalisis terlebih dahulu. Menurut Zimmerer, aspek yang harus diperhatikan ialah:[8]
 Pengalaman yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut
 Latar belakang manajemen perusahaan
 Lokasi perusahaan
 Harga rasional perusahaan tersebut
 Keuntungan pembelian perusahaan tersebut
 Sumber-sumber potensial perusahaan seperti: bank investor yang meyalani perusahaan,
kontak perusahaan seperti pemasok, pelanggan, distributor, dan lain-lain, jaringan
kerjasama bisnis dan sosial perusahaan, daftar jurnal majalah yang digunakan perusahaan
tersebut.

3. Kerjasama manajemen dengan sistem waralaba (franchising)

Waralaba (franchising) merupakan kerja sama manajemen. Franchising dapat diartikan


sebagai suatu sistem pemasaran yang merupakan perjanjian sah antara dua pihak, satunya
(franchisee) dengan pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan
memanfaatkan merek dagang franchisor dengan kewajiban pada franchisee untuk mengikuti
metode dan tata cara atau prosedur yang ditetapkan franchisor.[9]

Dukungan yang diberikan franchisor dapat berupa pemilihan lokasi usaha, bentuk
bangunan, lay out gedung dan ruangan, peralatan, pemilihan karyawan, penentuan atau
penyediaan bahan baku atau produk, dan iklan (promosi), pencatatan dan akuntansi, pemeriksaan
dan standarisasi, dan sebagainya. Sehingga banyak kelebihan dari sistem usaha franchising
tersebut diantaranya: adanya pelatihan yang diberikan franchisor kepada franchisenya, franchise
menerima bantuan keuangan dari franchisor, kebanyakan barang dan jasa franchise mudah
dikenal secara luas. Sedangkan kelemahan franchising ialah franchise dibatasi kemampuannya
untuk melakukan inovasi secara pribadi, tidak mandiri, dan menjadi independen, rentan terhadap
perubahan franchisor.[10]

Dalam kerjasama waralaba, perusahaan induk memberikan bantuan manajemen secara


berkesinambunagan. Contoh bentuk waralaba misalnya McDonald’s, Kentucky Fried Chicken,
Coca Cola, Hoka Hoka Bento, diler mobil dan motor, hotel, dan sebagainya.

4. Mengembangkan usaha yang sudah ada

Usaha yang dilakukan dengan cara mengembangkan usaha yang telah berjalan seperti
pembukaan cabang baru atau penambahan kapasitas yang lebih besar, dan biasanya dilakukan
oleh bisnis keluarga.

[1] http://supardisaminja.wordpress.com/2013/02/20/strategi-memulai-usaha-baru/ diakses pada


Kamis, 10 April 2014, pkl. 22.05 WIB.

[2]Sudrajat Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri, Jakarta: Citrayudha,
hlm. 90.

[3]Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba
Empat, 2006, hlm. 100.
[4]Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 35.

[5]Suryana, Op.Cit., hlm. 101

[6] https://muhammadghazali.wordpress.com/tag/artikel-kewirausahaan/, diunduh pada Rabu, 09


April 2014, pkl. 20.16 WIB.

[7]Justin G. Longenecker, Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil, Jakarta: Salemba Empat,


2001, hlm. 99.

[8]Suryana, Op.Cit., hlm. 113

[9]Gunawan Widjaya, Lisensi atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2004, hlm. 15.

[10]Justin G. Longenecker, Op.Cit, hlm. 62-68

Merintis Usaha Baru dan


Model Pengembangannya
Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha:

 Merintis usaha baru (starting)


1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola
sendiri oleh seseorang.
2. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang secara
bersama-sama menjalankan usaha bersama.
3. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar badan
hukum dengan modal saham-saham.
 Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)
 Kerjasama manajemen (franchising)

Merintis Usaha Baru

Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian


menghadapi resiko.

Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil
(small business operator), ia harus memiliki:

 Kecakapan untuk bekerja


 Kemampuan mengorganisir
 Kreatif
 Lebih menyukai tantangan

Menurut hasil survei Peggy Lambing:

 Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya.
 Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan
lebih baik.
 Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar,
sedangkan 46% lagi karena hobi.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang
dengan mendirikan usaha baru:

 Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai
kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
 Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan yang
menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci keberhasilan.

Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha harus
memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan
meliputi:

 Kemampuan teknik
 Kemampuan pemasaran
 Kemampuan finansial
 Kemampuan hubungan

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

 Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.

Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:

1. Bidang usaha pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan).


2. Bidang usaha pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata).
3. Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis).
4. Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan raya).
5. Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor).
6. Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi).
7. Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering).
8. Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi).
9. Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan daya tarik
wisata dan usaha sarana wisata).
 Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan
perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas),
perseroan, dan firma.

 Tempat usaha yang akan dipilih

Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:

1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan
maupun pasar?
2. Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut
dan jalan raya
 Organisasi usaha yang akan digunakan.
 Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial dasarnya
adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin besar fungsi
kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
 Lingkungan usaha

Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.


Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah lingkungan
mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional
perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi,
distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya
hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan
teknologi, lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya
hidup.

Membeli Perusahaan yang sudah didirikan

Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada
mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:

 Resiko lebih rendah


 Lebih mudah
 Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar

Membeli perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan, yaitu:

 Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
 Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image atau
reputasi perusahaan.
Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)

Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti


dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan
induk.

Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan
franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).

Bentuk Kelebihan Kekurangan

 Gagasan Murni  Pengakuan nama barang


Merintis
 Bebas beroperasi  Fasilitas inefisien
usaha  Fleksibel dan mudah penggunaan  Persaingan kurang diketahui

 Kemungkinan sukses  Perusahaan yang dijual


 Lokasi sudah cocok biasanya lemah
Membeli
 Karyawan dan pemasok biasanya sudah  Peralatan tak efisien
perusahaan mantap  Mahal
 Sudah siap operasi  Sulit inovasi

 Mendapat pengalaman dalam logo,  Tidak mandiri


nama, metoda teknik produksi,  Kreativitas tidak berkembang
Kerjasama
pelatihan dan bantuan modal  Menjadi independen,
manajemen  Penggunaan nama, Merek yang sudah terdominasi, rentan terhadap
dikenal perubahan franchisor

Sumber

Mata kuliah Kewirausahaan, Teknik Informatika – Universitas Widyatama

Anda mungkin juga menyukai