LATAR BELAKANG
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada[B] kewirausahaan[/B] adalah suatu keniscayaan
yang harus menjadi dasar dalam pengembangan
program dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dengan demikian kegiatan pembangunan
mulai dari proses perencanaan sampai dengan
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus diwarnai oleh karakter kewirausahaan.
Demikian besar peran yang dapat disumbangkan oleh wirausaha terhadap pembangunan bangsa,
namun masih saja orang kurang berminat
menekuni profesi tersebut. Hal ini dikarenakan latar belakang pandangan yang negatif dalam
masyarakat terhadap profesi wirausaha.
Wirausaha ini kegiatannya banyak bergerak dalam bidang bisnis. Dalam kegiatan bisnis
termasuk kegiatan perdagangan.
Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang
berminat terhadap profesi wirausaha,
antara lain bersaing, egois, tidak jujur, sumber penghasilan tidak stabil, pekerjaan rendah, kurang
terhormat dan sebagainya.
Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik
Mereka tidak menginginkan anak-anaknya
menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri,
apalagi bila anaknya sudah bertitel
lulus perguruan tinggi.
Landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia
bisnis, sehingga tertinggal jauh
dari negara tetangga, yang seakan-akan memiliki spesialisasi dalam profesi bisnis. Di negara
tetangga, mereka dapat mengembangkan
bisnis besar-besaran mulai dari industri hulu sampai ke industri hilir, meliputi usaha jasa,
perbankan, perdagangan besar (grosir),
perdagangan eceran besar (departemen store, swalayan), eceran kecil (retail), eksportir, importir
dan berbagai bentuk usaha lainnya
dalam berbagai jenis komoditi.
Hal inilah yang merupakan salah satu ketertinggalan kita dalam mengarungi kancah bisnis, yang
harus kita kejar, mengingat potensi
baik alam maupun sumberdaya manusia amat berlimpah di negeri ini. Berawal dari pemikiran
ini, perlulah kita menggali potensi
yang ada, yang akan menghidupkan dunia kewirausahaan kita, sebagai negeri pemberi kerja
bukan pencari kerja bagi masyarakatnya.
Oleh sebab itu, wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam
mutu wirausaha itu sendiri.
Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausaha Indonesia masih sedikit dan
mutunya belum bisa optimal,
sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi
suksesnya pembangunan.
Dijelaskan oleh Zimmemer yang dikutip dari Suryana, 2001, ada beberapa keadaan yang
menciptakan peluang, yaitu:
1) Produk baru harus segera dipasarkan;
2) Kerugian teknik harus rendah;
3) Ketika pesaing tidak agresif tidak agresif mengembangkan strategi produk;
4) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih;
5) Pesaing tidak memiliki strategi dalam memperbaiki posisinya;
6) Perusahaan yang baru dirintis memiliki sumber-sumber dan kemampuan dalam menghasilkan
produknya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (dikutip dari Suryana, 2001), hampir setengah atau 43
persen responden (wirausaha)
menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa
perusahaan atau tempat-tempat
profesional lainnya. Sebanyak 15 persen mencobanya karena merasa mampu melakukan dengan
lebih baik. Sebanyak 11 persen menyatakan,
mereka memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar. Sedangkan 46 persen lagi dikarenakan
hobby.
Menurut Lambing, keunggulan dari datangnya perusahaan baru ke pasar, adalah dapat
mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan
“kemampuan pesaing”. Untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki
kompetensi usaha, yang meliputi:
a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta
cara menyajikannya.
b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan
pelanggan serta harga yang tepat.
c. Kemampuan finasial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-sumber dana
dan cara menggunakannya.
d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara dan
mengembangkan relasi, dan kemampuan
komunikasi serta negosiasi.
5) Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya perusahaan.
Lingkungan mikro dan lingkungan makro berpengaruh
terhadap kegagalan dan keberhasilan usaha. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada
kaitannya dengan operasional perusahaan,
seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen dan lainnya. Sedangkan lingkungan makro
adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, yang meliputi:
a) lingkungnan ekonomi; b) lingkungan teknologi; c) lingkungan sosiopolitik; dan d)
lingkungan demografi serta gaya hidup.
Dengan banyaknya pilihan ide dan peluang usaha baru, diharapkan bermunculan sosok
wirausaha yang dapat menyediakan sebanyak-banyaknya
lapangan kerja bagi tenaga kerja yang ada, dengan demikian pembangunan di negeri ini dapat
berlangsung dengan cepat, serta dapat
bersaing dengan negara lain yang selama ini memberikan lapangan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Saat ini, banyak orang-orang yang semakin sulit untuk mendapat pekerjaan, apalagi bagi orang-
orang yang tidak memiliki keahlian khusus. Membuka usaha sendiri dapat menjadi suatu peluang
bagi Anda untuk menghasilkan uang.
Memang tidak dapat dipungkiri, usaha sendiri terdengar sangat mengiurkan, menjadi boss untuk
diri sendiri, waktu kerja bisa lebih fleksible, dan keuntungan yang didapat apabila usaha tersebut
sukses tergolong besar. Akan tetapi, resiko yang dihadapi pun jadi jauh lebih besar dibanding
menjadi karyawan perusahaan.
Apabila Anda tertarik membuka usaha sendiri, Gajimu akan memberikan tips langkah-langkah
yang harus dilakukan sebelum membuka usaha sendiri.
Anda harus memastikan bahwa usaha yang Anda dirikan adalah jenis usaha yang Anda minati.
Hal itu akan lebih baik apabila ditunjang dengan keahlian dan pengalaman Anda di jenis usaha
tersebut. Lakukan analisis Break Event Point untuk menentukan potensi yang ada dalam jenis
usaha Anda. Setelah itu jabarkan rencana usaha Anda secara detail (Sales forecast, analisa arus
kas,etc). Setelah itu susun rencana pemasaran yang akan Anda lakukan untuk memasarkan usaha
Anda tersebut.
Jika Anda akan mencari pendanaan dari luar, rencana usaha/business plan proposal adalah
sebuah kebutuhan. Jika Anda akan membiayai usaha itu sendiri, rencana usaha juga akan
membantu Anda mengetahui berapa banyak uang yang Anda akan butuhkan untuk memulai, apa
yang perlu untuk dilakukan kapan, dan di mana Anda tuju.
c. Siapkan Modal
Modal merupakan faktor penting dalam memulai usaha sendiri. Banyak orang ingin memulai
usaha, namun tak mempunyai modal sehingga tidak jalan. Modal dapat dihasilkan dari : modal
sendiri dari hasil menabung, mencari modal dari investor, atau meminjan uang dari bank, dan
sistem partnership. Selain modal awal, Anda juga harus memiliki minimal tiga bulan
dari anggaran keluarga Anda dalam bank
Anda juga dapat memulai bisnis tanpa modal dengan menjadi reseller (pengecer) dari suatu
produk atau barang
d. Jadikanlah usaha Anda sebagai usaha yang Legal dan diakui hukum
Networking dapat menjadi landasan untuk kelangsungan usaha Anda. Anda dapat bergabung
dengan komunitas yang terkait dengan jenis usaha Anda. Hal ini dapat Anda lakukan sebelum
Anda memulai usaha sendiri, sehingga pada saat Anda mulai memasarkan produk/jasa yang
Anda tawarkan, Anda telah memiliki networking yang luas.
Untuk memulai suatu usaha baru, langkah-langkah yang diperlukan antara lain adalah
sebagai berikut:[1]
Peluang usaha ini dapt dikenali melalui pengalaman hidup maupun hubungan sosial. Pengalaman
hidup yang meningkatkan kemungkinan menemukan peluang yaitu fungsi kerja dan variasi kerja.
Dan hubungan sosia dengan masyarakat luas dapat memberikan informasi yang aktual sesuai
kebutuhan dan potensi pasar.
Dengan potensi diri yang optimal, maka calon wirausaha mampu membuat inovasi dan bersaing
di pasar. Untuk memulai usaha baru diperlukan potensi diri agar bisnis tersebut sesuai dengan
yang diinginkan.
Fokus dalam menjalani usaha sangat diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan lancar dan
terus berkembang.
4. Berani memulai
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki oleh calon
wirausaha sedikit. Oleh karena itu keberanian untuk memulai dan mengambil resiko sangat
diperlukan.
Menurut Sri Bramantara Abdinagoro, seorang pengamat bisnis, untuk memulai bisnis
sendiri calon pengusaha dapat menggunakan empat langkah berikut:[2] Langkah pertama, yaitu
amati. Ide bisnis dapat dilakukan pengamatan terhada lingkungan sekitar. Dalam pengamatan
tersebut dapat diketahui kebutuhan masyarakat (kebutuhan pasar), dan dimana dapat
memperoleh kebutuhan tersebut. Dari pengamatan tersebut akan diperoleh ide bisnis, namun
pengamatan harus dilakukan berulang-ulang agar ide tersebut dapat terealisasikan sesuai dengan
kebutuhan pasar. Langkah kedua yaitu cermati. Jika ide yang muncul dari pengamatan
memungkinkan untuk ditindaklanjuti, maka cermati dengan melakukan riset pasar, pengumpulan
data, sasaran konsumen, perhitungan biaya produksi, proyeksi keuangan, cara memasarkan,
promosi dan sebagainya. Kemudian lakukan perincian modal, prospek bisnis tersebut, hambatan
dan tantangan yang kiranya dihadapi dalam bisnis tersebut. Langkah selanjutnya yaitu tetapkan
hati karena kesuksesan hanya dimiliki oleh seseorang yang percaya diri dan berketetapan hati
untuk melangkah dan tidak takut resiko. Langkah yang keempat ialah action atau aksi.
Merupakan pelaksanaan atas ide dan perencanaan bisnis. Berani bermimpi maka harus berani
merealisasikannya.
Artinya seseorang memulai usaha dengan membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Untuk mendirikan usaha
baru seseorang perlu mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha, seperti
akte notaris, pengadilan negeri (Departemen Kehakiman), dan izin-izin yang
diperlukan. Mencari lokasi yang tepat sesuai dengan usahanya.[4]
Dalam memasuki dunia usaha, ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis, yaitu:
1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship) yaitu bentuk usaha yang dikelola dan
dimiliki sendiri oleh seseorang
2. Persekutuan (partnership) yaitu kerjasama atau asosiasi antara dua orang atau lebih
3. Perusahaan berbadan hukum (corporation) yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal berupa saham.
Menurut Peggy Lambing, untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru ada dua macam
pendekatan utama yang dapat digunakan wirausaha yaitu pendekatan inside-out dan pendekatan
outside-in:[5]
Pendekatan Inside-Out atau idea generation yaitu pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan sebuah usaha. Seorang wirausaha melihat
peluang dari keterampilan diri sendiri, kemampuan, latar belakang, dan hal-hal lainnya
sehingga dapat menentukan jenis usaha yang akan dirintis.
Pendekatan outside-in atau opportunity recognition yaitu pendekatan yang menekankan
pada ide pemenuhan dan tanggapan akan kebutuhan di pasar.
Berdasarkan pendekatan tersebut, untuk memulai usaha seorang calon wirausaha harus
mempunyai kompetensiyang menurut Norman Scarborough, kompetensi yang diperlukan adalah:
Kemampuan teknik, yaitu kemampuan bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara
penyajiannya. Kemampuan pemasaran yaitu kemampuan menemukan pasar dan pelanggan, serta
harga yang tepat. Kemampuan finansial yaitu kemampuan memperoleh sumber dana dan cara
menggunakannya. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan untuk cara mencari, memelihara,
dan mengembangkan relasi serta kemampuan komunikasi dan negoisasi.
Dalam merintis usaha baru, seorang calon wirausaha harus memperhatikan: bidang dan
jenis usaha yang harus dimasuki, bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih, tempat usaha,
organisasi usaha yang akan digunakan, jaminan usaha yang mungkin diperoleh, dan lingkungan
usaha yang akan berpengaruh.[6]
Artinya usaha ini dilakukan dngan membeli perusahaan yang sudah ada atau sudah berjalan
sebelumnya atau tidak aktif namun masih memiliki badan usaha. Pembelian meliputi saham
berikut aset perusahaan yang dimiliki.
Beberapa alasan memulai usaha dengan membeli perusahaan orang lain adalah:[7]
Namun demikian, memulai usaha dengan membeli perusahaan yang sudah ada, mengandung
kerugian dan permasalahan baik secara eksternal maupun internal. Masalah eksternal yaitu
lingkungan, seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar. Dan masalah internal yaitu
masalah yang ada dalam perusahaan seperti masalah image atau reputasi perusahaan, konflik
antar manajemen dan karyawan yang belum terselesaikan oleh pemilik perusahaan, masalah
lokasi, dan sebagainya.
Sebelum membeli perusahaan (bisnis) setidaknya beberapa aspek harus dipertimbangkan dan
dianalisis terlebih dahulu. Menurut Zimmerer, aspek yang harus diperhatikan ialah:[8]
Pengalaman yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut
Latar belakang manajemen perusahaan
Lokasi perusahaan
Harga rasional perusahaan tersebut
Keuntungan pembelian perusahaan tersebut
Sumber-sumber potensial perusahaan seperti: bank investor yang meyalani perusahaan,
kontak perusahaan seperti pemasok, pelanggan, distributor, dan lain-lain, jaringan
kerjasama bisnis dan sosial perusahaan, daftar jurnal majalah yang digunakan perusahaan
tersebut.
Dukungan yang diberikan franchisor dapat berupa pemilihan lokasi usaha, bentuk
bangunan, lay out gedung dan ruangan, peralatan, pemilihan karyawan, penentuan atau
penyediaan bahan baku atau produk, dan iklan (promosi), pencatatan dan akuntansi, pemeriksaan
dan standarisasi, dan sebagainya. Sehingga banyak kelebihan dari sistem usaha franchising
tersebut diantaranya: adanya pelatihan yang diberikan franchisor kepada franchisenya, franchise
menerima bantuan keuangan dari franchisor, kebanyakan barang dan jasa franchise mudah
dikenal secara luas. Sedangkan kelemahan franchising ialah franchise dibatasi kemampuannya
untuk melakukan inovasi secara pribadi, tidak mandiri, dan menjadi independen, rentan terhadap
perubahan franchisor.[10]
Usaha yang dilakukan dengan cara mengembangkan usaha yang telah berjalan seperti
pembukaan cabang baru atau penambahan kapasitas yang lebih besar, dan biasanya dilakukan
oleh bisnis keluarga.
[2]Sudrajat Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri, Jakarta: Citrayudha,
hlm. 90.
[3]Suryana, Kewirausahaan: Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses, Jakarta: Salemba
Empat, 2006, hlm. 100.
[4]Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 35.
[9]Gunawan Widjaya, Lisensi atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2004, hlm. 15.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha:
Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil
(small business operator), ia harus memiliki:
Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya.
Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan
lebih baik.
Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar,
sedangkan 46% lagi karena hobi.
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang
dengan mendirikan usaha baru:
Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai
kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan yang
menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci keberhasilan.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha harus
memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan
meliputi:
Kemampuan teknik
Kemampuan pemasaran
Kemampuan finansial
Kemampuan hubungan
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:
1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan
maupun pasar?
2. Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut
dan jalan raya
Organisasi usaha yang akan digunakan.
Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial dasarnya
adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin besar fungsi
kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
Lingkungan usaha
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada
mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar
Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image atau
reputasi perusahaan.
Franchising (Kerjasama Manajemen/Waralaba)
Franchisor adalah (perusahaan induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan
franchise adalah perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).
Sumber