Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola
sendiri oleh seseorang.
Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang secara
bersama-sama menjalankan usaha bersama.
Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar badan
hukum dengan modal saham-saham.
Menurut hasil survei Peggy Lambing: Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide
bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat
profesional lainnya, Sebanyak 15% responden telah mencoba dan mereka merasa mampu
mengerjakannya dengan lebih baik dan Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai
usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.
01
Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang
dengan mendirikan usaha baru:
1. Pendekatan ”in-side out ” atau ”idea generation” yaitu pendekatan berdasarkan gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
2. Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition” yaitu pendekatan yang
menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci keberhasilan.
Berdasarkan pendekatan ”in-side out ”, untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha harus
memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan
meliputi:
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
02
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya perusahaan perseorangan,
persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan sekutu terbatas), perseroan, dan firma.
Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau pelanggan maupun
pasar?
Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangk ut
dan jalan raya
Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha dan skala usaha.
Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan manajerial dasarnya
adalah fungsi- fungsi manajemen. Semakin kecil perusahaan maka semakin besar fungsi
kewirausahaan, tetapi semakin kecil fungsi manajerial yang dimilikinya.
5. Lingkungan usaha
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan,
seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan makro adalah lingkungan diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup
perusahaan secara keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan
sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.
03
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada daripada
mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain:
1. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang
pasar
2. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya image
atau reputasi perusahaan.
Menurut BPS (1988) usaha kecil memiliki tenaga kerja 5 s/d 19 orang yang termasuk
pekerja kasar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga. Perusahaan yang memiliki tenaga
kerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga.
Menurut Stanley dan Morse industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk
industri kerajinan rumah tangga, Industri kecil menyerap tenaga kerja 10-49 orang,
industri sedang menyerap 50–99 orang dan industri besar menyerap tenaga kerja 100
orang atau lebih
2. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan tempat
usaha, atau
3. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,-
Sedangkan menurut Komisi Perkembangan Ekonomi mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai
berikut :
Selain memiliki ciri-ciri diatas usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan.
aspek kelemahan struktural adalah kelemahan usaha kecil dalam manajemen, organisasi,
teknologi, sumber daya dan pasar.
05
Kelemahan kultural adalah kelemahan dalam budaya perusahaan yang kurang
menceminkan perusahaan sebagai Corporate culture. Kelemahan kultural mengakibatkan
kelemahan struktural.Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran dan
bahan baku.
Perencanaan Usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue print) yang berisikan tentang misi
usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian financial, strategi usaha, peluang pasar yang
mungkin diperoleh, dab kemampuan serta keterampilan pengelolaannya. Perencanaan usaha
mempunyai dua fungsi penting, yaitu :
Dalam Perencanaan bisnis umumnya memuat sejumlah topic, yang meliputi : Ringkasan
eksekutif, Pernyataan misi, Lingkungan Usaha, Perencanaan pemasaran, Tim Manajemen, Data
financial, Aspek-aspek legal, Jaminan Asuransi, Orang-orang penting, Pemasok dan Risiko.
A. PENGELOLAAN KEUANGAN
Tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuangan :
06
4. Penggunaan laba yang tidak dibagi
5. Dana yang berasal dari luar perusahaan (pembelanjaan eksternal)
6. Dana dari pemilik atau penyertaan.
7. Dana yang berasal dari pinjaman, baik jangka panjang atau jangka pendek.
8. Dana bantuan program pemerintah dari pusat dan daerah.
9. Dana dari teman atau keluarga yang menanamkan modalnya.
10. Dana ventura (investasi dana dari perusahaan besar)
Perencanaan Keuangan & Penggunaan dana, hal- hal yang harus diperhatikan :
1. Biaya awal, adalah biaya yang diperlukan ketika perusahaan akan berdiri.
2. Proyeksi atau rancangan keuangan meliputi :
Neraca harian
Laporan laba rugi
Laporan arus kas
Analisa pulang pokok
Pasar individual
Pasar khusus
07
Segmentasi pasarMenempatkan strategi pemasaran dalam persaingan.
Ada enam strategi pemenuhan permintaan dari lingkungan (juga masuk dlm strategi dari bauran
pemasaran):
C. PRODUK
Produk memiliki siklus hidup yang terdiri dari tahap pengembangan, pengenalan, pertumbuhan,
penjualan, kematangan, kejenuhan dan penurunan.
D. HARGA
Factor- faktor yang harus dipertimbangkan antara lain ;
08
2. Pengembangan pasar, peningkatan penjualan dengan pengenalan produk pada pasar baru.
3. Pengembangan produk, modifikasi produk yang sudah ada untuk meningkatkan
penjualan.
4. Segmentasi pasar, pemasaran produk berdasarkan segmennya.
1. Menghasilkan produk yang dapat diterima oleh konsumen potensial, tidak peduli berapa
banyaknya.
2. Memelihara pangsa pasar sebagai akibat tumbuhnya persaingan.
3. Memperoleh laba.
4. Untuk jasa
Menentukan harga berdasarkan material yang digunakan untuk menyediakan jasa, tenaga kerja
dan untuk memperoleh laba.
G. PROMOSI
Promosi bertujuan :
09
1. Menginformasikan barang/jasa yang dihasilkan pada konsumen
2. Membujuk konsumen agar mau membeli barang/ jasa yang dihasilkan.
3. Mempengaruhi konsumen agar tertarik terhadap barang/ jasa yang kita hasilkan.
1. Peluang Pasar
2. Barang dan jasa apa yang paling dibutuhkan konsumen?
3. Berapa banyak yang mereka butuhkan?
4. Kualitas mana yang paling tepat?
5. Berapa banyaknya?
6. Tempat yang tepat
7. Banyak barang yang dibutuhkan
8. Target yang hendak dicapai
Dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, system distribusi, dan tempat usaha.
Dengan menambah jenis usaha baru, produk dan jasa baru yang sekarang diproduksi
(diversifikasi), serta teknologi yang berbeda.
10
1.4. Manaje men Dan Strategi Ke wirausahaan
Manajemen kewirausahaan semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul-
betul eksis.
Strategi kewirausahaan Kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan dengan
lingkungan eksternal.
Strategi kewirausahaan, meliputi beberapa keputusan strategis, yaitu :
Wirausaha yang berfungsi sebagai manajer perusahaan, harus memiliki kompetensi yaitu :
A. Pendahuluan
Tidak dapat disangkal lagi bahwa kesinambungan hidup perusahaan sangat bergantung pada
ketahanan wirausaha dalam meraih keunggulan dalam bersaing melalui strategi yang
dimilikinya. Strategi perusahaan adalah cara-cara perusahaan menciptakan nilai melalui
konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran. Teori ekonomi mikro dari mazhab Austria,
11
dikemukakan bahwa perusahaan bisa memperoleh keuntungan apabila memiliki keunggulan
yang unik untuk menghindari persaingan sempurna.
Dalam mata kuliah kewirausahaan, mahasiwa dituntut untuk mengerti dan memahami
perkembangan stategi kewirausahaan dalam konteks persaingan. Mahasiswa juga dituntut untuk
bisa menjelaskan strategi generik dan keunggulan bersaing dalam kewirausahaan dan juga bisa
menjelaskan konsep 7’-S” dalam memasuki persaingan. Semua ini dimaksudkan apabila
mahasiswa telah mempunyai suatu bidang usaha, mereka mampu mengembangkan dan
mempertahankan usaha mereka tersebut.
Dalam manajemen perusahaan modern seperti sekarang ini telah terjadi pergeseran strategi, yaitu
dari strategi memaksimalkan keuntungan pemegang saham (mencari laba perusahaan) menjadi
memaksimalkan keuntungan bagi semua yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder),
yaitu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam kegiatan perusahaan, tidak
hanya pemegang saham, namun juga karyawan, manajemen, pembeli, masyarakat, pemasok,
distributor, dan pemerintah. Akan tetapi, konsep laba tidak bisa dikesampingkan dan merupakan
alat yang penting bagi perusahaan untuk menciptakan manfaat bagi para pemilik kepentingan.
Menurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), perusahaan dapat mencapai keberhasilan bila
tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
1. Pertama, tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi- fungsi manajemen (seperti produksi dan
pemasaran) harus secara kolektif memperlihatkan posisi terkuat dipasar.
2. Kedua, tujuan dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan
serta diperbarui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman
lingkungan eksternal.
3. Ketiga, perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus sebagai pendorong
untuk menjalankan perusahaan.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan krisis eksternal, perusahaan kecil
dapat menerapkan teori “strategi berbasis sumber daya” (resources-based strategy). Teori ini
12
dinilai potensial untuk memelihara keberhasilan perusahaan ketika berada dalam situasi eksternal
yang bergejolak. Menurut teori ini, perusahaan dapat meraih keuntungan melalui penggunaan
sumber daya yang lebih baik, yaitu dengan:
Dalam konsep strategi pemasaran terdapat istilah bauran pemasaran (marketing mix) yang
dikenal dengan 4P. Dalam kewirausahaan, 4P tersebut ditambahkan satu P, yaitu probe
(penelitian dan pengembangan) sehingga menjadi 5P. Probe selalu ditambahkan diawal sehingga
urutan bauran pemasaran menjadi:
Dalam manajemen strategis yang baru, Mintzberg mengemukakan 5P yang sama artinya dengan
strategi, yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi (position), perspektif (perspective), dan
permainan atau taktik (plan).
Dalam karyanya yang paling terkenal Competitive Strategy, Michael P. Porter (1997 dan 1998
13
mengungkapkan beberapa strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk dapat bersaing.
Beberapa aspek inti dari teori Porter tersebut adalah:
a. Biaya Rendah.
Strategi ini mengandalkan keunggulan biaya yang relative rendah daam menghasilkan barang
dan jasa. Keunggulan biaya berasal dari:
b. Diferensiasi.
Strategi ini berasal dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang unik
dalam industrinya dan dalam semua dimensi umum yang dihargai oleh konsumen. Diferensiasi
dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:
Diferensiasi produk
Diferensiasi system penyerahan / penyampaian produk
Diferensiasi dalam pendekatan pemasaran
Diferensiasi dalam peralatan dan konstruksi
Diferensiasi dalam citra produk
c. Focus.
Strategi focus berusaha mencari keunggulan dalam segmen sasarab pasar tertentu meskipun tidak
memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan.
14
Focus biaya, dilakukan dengan mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen
sasarannya
Focus diferensiasi, dilakukan dengan mengusahakan diferensiasi dalam segmen
sasarannya, yaitu pembeli dengan pelayanan yang baik dan berbeda dengan yang lain
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi generic pada dasarnya merupakan
pendekatan yang berbeda untuk menciptakan keunggulan. Melalui keunggulan bersaing,
perusahaan dapat memiliki kinerja diatas rata-rata perusahaan lain. Keunggulan bersaing
merupakan kinerja perusahaan yang dapat tampil diatas rata-rata.
Konsep “The New 7-S’s” atau 7 kunci keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan
yang sangat dinamis ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:
1. Superior stakeholde r satisfaction. Strategi yang pertama dari The New 7-S’s ini
bertujuan memberikan kepuasan jauh di atas rata-rata kepada orang-orang yang
berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya pemegang saham, namun juga
pemasok, karyawan, manajer, konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
2. Soothsaying. Strategi yang kedua ini berfokus kepada sasaran, artinya perusahaan harus
mencari posisi yang tepat bagi produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning for speed. Strategi ketiga adalah strategi dalam memosisikan perusahaan
secara cepat di pasar.
4. Positioning for surprise. Strategi keempat adalah membuat posisi yang mencengangkan
melalui barang dan jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah
baru sehingga konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang dic iptakan perusahaan.
5. Shifting the role of the game. Strategi kelima adalah mengubah pola-pola persaingan
perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang
berbeda.
6. Signalling strategic intent. Strategi keenam adalah mengutamakan perasaan. Kedekatan
dengan karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
15
7. Simultaneous and sequential strategic thrusts. Strategi ketujuh adalah
menegmbangkan factor- faktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan san
berurutan memlalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberi kepuasaan kepada
konsumen.
Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan restrukturisasi
dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik,
berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang
dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar (UB). Kesadaran
akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-
an. Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara
bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemaka i
akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya antara industri yang satu
dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan
konsep blue ocean strategy.
Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM dan UB, dikenal dengan
istilah kemitraan (Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan
tersebut harus disertai pembinaan UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan merupakan suatu
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
Kemitraan merupakan suatu rangkaian pro ses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya,
mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi,
melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi sampai target tercapai. Pola kemitraan antara
UKM dan UB di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha
Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :
a. Inti Plasma,
16
Pola pertama, yaitu inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB sebagai inti
membina dan mengembangkan UKM yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan,
penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi,
perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi
dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, UB mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka
panjang
b. Subkontrak,
Pola kedua, yaitu subkontrak merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang didalamnya
UKM memproduksi komponen yang diperlukan oleh UB sebagai bagian dari produksinya.
Subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara UB dan UKM, di mana
UB sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk
mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada
perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini UB memberikan bantuan berupa kesempatan
perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan
pembiayaan.
c. Dagang Umum,
Pola ketiga, yaitu dagang umum merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang di
dalamnya UB memasarkan hasil produksi UKM atau UKM memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh UB sebagai mitranya. Dalam pola ini UB memasarkan produk atau menerima
pasokan dari UKM untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh UB.
d. Keagenan, dan
Pola keempat, yaitu keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di
dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya.
Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau
memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis
tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
17
e. Waralaba.
Pola kelima, yaitu waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi
waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.
Dalam pola ini UB yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang
diajukan oleh UKM sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.
Kemitraan dengan UB begitu penting buat pengembangan UKM. Kunci keberhasilan UKM
dalam persaingan baik di pasar domestik maupun pasar global adalah membangun kemitraan
dengan perusahaan-perusahaan yang besar. Pengembangan UKM memang dianggap sulit
dilakukan tanpa melibatkan partisipasi usaha- usaha besar. Dengan kemitraan UKM dapat
melakukan ekspor melalui perusahaan besar yang sudah menjadi eksportir, baru setelah merasa
kuat dapat melakukan ekspor sendiri. Disamping itu, kemitraan merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi kesenjangan antara UKM dan UB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tumbuh kembangnya UKM di Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra dari UB
yang terikat dalam suatu pola kemitraan usaha.
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan diantaranya adalah
(1).meningkatkatnya produktivitas, (2).efisiensi, (3).jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas,
(4).menurunkan resiko kerugian, (5).memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan
(6).meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional. Kemanfaatan kemitraa n dapat ditinjau
dari 3 (tiga) sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut
efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah
fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan daya saing.
Kedua, dari sudut moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam kesetaraan.
Ketiga, dari sudut pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan sosial,
kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik. Kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang
kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan
menguntungkan.
18
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra
dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus
memiliki dasar-dasar etikan bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam
menjalankan kemitraan. Menurut Keraf (1995) etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku
hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan
kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para
pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut.
Disamping itu, ada banyak prasyarat dalam melakukan kemitraan usaha antara UKM dan UB,
diantaranya adalah harus adanya komitmen yang kuat diantara pihak-pihak yang bermitra.
Kemitraan usaha memerlukan adanya kesiapan yang akan bermitra, terutama pada pihak UKM
yang umumnya tingkat manajemen usaha dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
rendah, agar mampu berperan seabagai mitra yang handal. Pembenahan manajemen, peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dan pemantapan organisasi usaha mutlak harus diserasikan dan
diselaraskan, sehingga kemitraan usaha dapat dijalankan memenuhi kaidah-kaidah yang
semestinya.
Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang k urang kuat
dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas
kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau
kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka
dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa berjalan tidaknya kemitraan usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB,
tergantung pada kesetaraan nilai- nilai, moral, sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan.
Atau dengan perkataan lain, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya kesetaran
budaya organisasi.
19
2. bargaining position
3. sebagai price taker
Sedangkan yang perlu dilakukan oleh pengusaha agribisnis skala kecil dan menengah :
Kemitraan Agribisnis
Bentuk kerjasama antara usaha kecil dan menengah atau usaha besar disertai dengan pembinaan
dan pengembangan oleh usaha menengah/usaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan.
Tujuan Ke mitraan
Dasar Kemitraan
Prinsip Ke mitraan
Saling membutuhkan
20
Saling mendukung dan menguatkan
Saling menguntungkan
1. Usaha-usaha agribisnis skala kecil dapat dirancang dalam skala ekonomis, berorientasi
pasar, terpadu usaha komersial
2. Kendala-kendala usaha kecil dapat diatasi
3. Termanfaatkannya kepedulian dari perusahaan besar swasta/BUMN terhadap pengusaha
kecil melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pola Kemitraan
Bentuk Ke mitraan
Kemitraan Vertikal
21
Pola Inti Plasma : PIR, Pola penghela, dan Pola pengelola.
Pola Subkontrak
Pola Dagang Umum
Pola Waralaba
Kemitraan Horisontal
• Ikatan tindakan meningkatkan nilai tambah
• Ikatan konsultasi / bantuan teknis
• Ikatan competitor
22
1.8. Jejaring Usaha
Jaringan bisnis yang mempunyai cirri adanya hubungan bisnis jangka panjang yang didasarkan
pada asas tolong menolong dan adanya saling percaya. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
membentuk jaringan bisnis
1. Nilai, semangat, asas yang dapat dipakai sebagai perekat antar pelaku usaha kecil dan
menengah sehingga hubungan bisnis jangka panjang tetap berlangsung.
2. Pemula dalam jaringan bisnis akan bersaing dengan jaringan bisnis yang mapan.
3. Belum adanya gambaran yang jelas tentang jaringan bisnis bagi pengusaha kecil dan
menengah.
4. Minimnya sumberdaya yang memadai dalam membentuk suatu jaringan.
Pengertian Negosiasi
Negosiasi merupakan pertemuan antara dua orang atau kubu yang masing- masing berada
di posisi yang sesuai dengan kepentingan masing- masing dan berakhir untuk
mendapatkan kepuasan yang diharapkan.
Negosiasi merupakan suatu metode untuk mencapai perjanjian dengan unsur kooperatif
maupun kompetitif.
Intisari dari negosiasi adalah kompromi.
Tiga perkiraan kondisi yang menentukan apakah negosiasi dibutuhkan atau tidak
23
Ada isu yang jelas dari pihak-pihak berkepentingan dan yang perlu dinegosiasikan.
Ada kemauan untuk mengambil dan memberi.
Ada kepercayaan satu sama lain.
Setiap pelaku negosiasi mempunyai wewenang yang cukup untuk mengikat.
24
2. Definisi-definisi
3. Lingkup kerjasama
4. Syarat-syarat
5. Ketentuan mengikat secara hokum
6. Tanda tangan kedua belah pihak
Sasaran Negosiasi
Persiapan (preparation)
Bersoal jawab (argue)
Mengusulkan (propose)
Tawar menawar (bargain)
Persiapan
25
Kelompok perundingan
Berjawab soal
A. Yang sebaiknya dihindarkan
C. Mengusulkan
26
Usulan dapat digunakan sebagai sarana untuk memancing tanggapan pihak lawan
bernego/berunding
Rumuskan kondisi anda terlebih dahulu dan usahakan sangat spesifik
Ikuti usulan anda dan usahakan “tentative”
Konsesi pembuka sebaiknya kecil atau sedikit terlebih dahulu
Kondisi pembuka/awal harus cukup luas
D. Tawar – menawar
Suaranya
Keterampilan non verbal
Ketenangan dan kalem
Terampil dalam menggunakan alat peraga
Berwawasan luas dalam hubungan bisnis
Menguasai masalah mengenai isu yang akan dinegosiasikan
Penampilan yang baik
Pandai mengelaborasi pembicaraan
Pandai melihat informasi yang kurang Fleksibel, tidak kaku
Pandai mengemukakan pikiran dengan jelas bagi pendengar
Dapat menjadi pendengar yang baik
Mempunyai tekad yang baik terhadap keinginan
27
Terlatih dalam cara berfikir analitis
Mempunyai daya tahan terhadap frustasi tinggi
Kalem dan tidak suka membuka rahasia
Percaya diri yang tinggi
Menyukai pekerjaan negosiasi
28