Laporan KP Ptba Ugm 2021
Laporan KP Ptba Ugm 2021
Disusun Oleh :
Disusun oleh:
Manajer
Satuan Kerja Pemetaan Pembimbing Kerja Praktik
PT. Bukit Asam Tbk PT. Bukit Asam Tbk
ii
SURAT PERNYATAAN
TUGAS KERJA PRAKTIK
adalah hasil kerja praktik saya sendiri. Seluruh pendapat dan materi dari sumber lain telah
dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai. Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-
benarnya dan jika pernyataan dalam lembar pernyataan ini di kemudian hari diketahui keliru,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
iii
SURAT PERNYATAAN
TUGAS KERJA PRAKTIK
adalah hasil kerja praktik saya sendiri. Seluruh pendapat dan materi dari sumber lain telah
dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai. Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-
benarnya dan jika pernyataan dalam lembar pernyataan ini di kemudian hari diketahui keliru,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
iv
SURAT PERNYATAAN
TUGAS KERJA PRAKTIK
adalah hasil kerja praktik saya sendiri. Seluruh pendapat dan materi dari sumber lain telah
dikutip melalui penulisan referensi yang sesuai. Surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-
benarnya dan jika pernyataan dalam lembar pernyataan ini di kemudian hari diketahui keliru,
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktik yang berjudul “Analisis Hasil
Hitungan Volume Progres Penggalian Tanah Dan Batubara Berdasarkan Data
Pengukuran Terrestrial Laser Scanner (TLS) Dan Foto Udara Dengan Unmanned Aerial
Vehicle (UAV) Di Pit 2 Elektrifikasi PT. Bukit Asam Tbk” tepat pada waktunya dalam
kondisi pandemi Covid-19. Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik Program Studi Sarjana Teknik Geodesi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan dukungan, arahan, bantuan serta
bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis secara khusus ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
Orang Tua penulis yang selalu memberi dukungan selama Kerja Praktik berlangsung;
Bapak Tiertonadi, selaku Manajer Satuan Kerja Pemetaan;
Bapak Dr. Catur Aries Rokhmana, ST., MT., selaku dosen pembimbing Kerja Praktik;
Bapak Bayu Tri Wibowo, selaku Pembimbing Kerja Praktik dan Asisten Unit Analisis
Data dan Topografi;
Bapak Heri Purwanto, selaku Asisten Manajer Pengukuran TAL dan MTB;
Bapak Karsan, selaku Asisten Manajer Pengukuran Penunjang;
Bapak Diki Solihin, selaku Asisten Manajer Pengukuran;
Bapak M. Kharisma Murtipratama selaku Asisten Manajer Pelatihan dan Sarana
Seluruh Tim Surveyor PT. Bukit Asam Tbk;
Seluruh karyawan pada Satuan Kerja Pemetaan PT. Bukit Asam Tbk.
Penulis menyadari bahwa laporan yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar laporan
ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
III.2.5. Build Dense Cloud.............................................................................................. 14
III.2.6. Filtering Point Cloud .......................................................................................... 14
III.2.7. Boundary and Crop ............................................................................................. 15
III.2.8. Pembuatan Digital Terrain Model (DTM) .......................................................... 15
III.2.9. Perhitungan Volume ........................................................................................... 15
III.3. Langkah Kerja ............................................................................................................ 16
III.3.1. Langkah Kerja data UAV ................................................................................... 16
III.3.2. Langkah Kerja data TLS ..................................................................................... 21
BAB IV Hasil Dan Pembahasan ........................................................................................... 24
IV.1. Hasil Pengolahan Foto Udara dan Point Cloud ......................................................... 24
IV.2. Hasil Perhitungan Volume ......................................................................................... 29
IV.3. Hasil Analisis Volume antara alat UAV dan TLS ..................................................... 30
BAB V Penutup ...................................................................................................................... 31
V.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 31
V.2. Saran ............................................................................................................................ 31
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 33
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2. Cakupan Kegiatan
Berdasarkan latar belakang, kegiatan yang kami lakukan di Satuan Kerja Pemetaan di
PTBA ini memiliki cakupan masalah utama yakni perhitungan volume progres front total
material di Pit 2 Elektrifikasi PT. Bukit Asam Tbk menggunakan UAV dan TLS. Agar
penelitian kami lebih terfokus dan terarah, maka dari itu kami menerapkan batasan masalah,
yakni pengambilan data dari kedua alat dilakukan pada hari yang sama. Selain itu, perhitungan
volume juga dibatasi dengan Boundary yang sama pada situs daerah pekerjaan galian dengan
data yang dianggap valid, serta metode yang dipilih untuk perhitungan volume adalah metode
Cut and Fill.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Tambang Air Laya mulai menggunakan metode penambangan bawah tanah pada periode
tahun 1923 hingga 1940. Dan pada periode tersebut mulai dilakukan produksi untuk
kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan
kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut
perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik
Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit
Asam (PN TABA).
PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bukit
Asam (Persero), yang selanjutnya disebut PTBA atau Perseroan pada tanggal 1 Maret 1981.
Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990
Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah
menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. 5 Pada 23 Desember
2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan
kode perdagangan “PTBA”.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 29 November 2017 menjadi
catatan sejarah bagi PTBA. Agenda utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni
persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari
3
Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan
modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham PT. Inalum (Persero), Persetujuan
Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan perubahan susunan Pengurus Perseroan.
PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal saham mulai tanggal 14 Desember 2017.
Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan
saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau
berbagai lapisan investor, sekaligus untuk mendukung program “Yuk Nabung Saham”.
Komitmen yang kuat dari Bukit Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan
faktor fundamental dari aksi korporasi tersebut.
Selain bergerak di pertambangan batu bara, PTBA memiliki beberapa anak perusahaan
yang bergerak pada beberapa bidang yang berbeda-beda, antara lain:
PT. Bukit Asam Metana Ombilin dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan saham
99,99% bergerak pada bidang Penambangan gas metana sampai saat ini masih belum
beroperasi;
PT. Bukit Asam Transpacific Railways dibentuk tahun 2008 dengan kepemilikan saham
10% bergerak pada bidang angkutan batubara dengan kereta api dari Tanjung Enim ke
Lampung, saat ini masih dalam tahap pengembangan;
PT. Bukit Multi Investama dibentuk pada 9 September 2014 bergerak dalam bidang
perdagangan umum, jasa, percetakan, pembangunan, perindustrian, pengangkutan darat,
perkebunan dan pertanian, pengelolaan hasil serta properti;
PT. Bukit Energi Investama dibentuk tahun 2015 dengan kepemilikan saham PTBA
99,6% bergerak pada investasi bidang pembangkit;
PT. Batubara Bukit Kendi dibentuk tahun 1996 dengan kepemilikan saham 75% bergerak
pada bidang Penambangan batubara, sejak tahun 2010 tidak beroperasi karena ada
masalah ijin IPPKH;
PT. Bukit Pembangkit Innovative dibentuk tahun 2005 kepemilikan saham 59,75%
bergerak pada bidang Pembangkit listrik tenaga uap saat ini dalam tahap konstruksi
pembangunan PLTU 2x110MW di Banjarsari, Sumatera Selatan;
PT. Bukit Asam Prima dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan saham 99,99% bergerak
pada bidang perdagangan batubara dan sudah beroperasi sejak tahun 2007;
PT. Bukit Asam Metana Enim dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan saham 99,99%
bergerak pada bidang Penambangan gas metana saat ini dalam tahap pengembangan.
4
II.2. Satuan Kerja Pemetaan
Satuan Kerja Pemetaan secara struktural berada di bawah Perencanaan bersama dengan
satuan kerja lainnya yaitu Satuan Kerja Perencanaan Jangka Panjang, Satuan Kerja
Perencanaan Operasi, Satuan Kerja Perencanaan Operasi Harian, Satuan Kerja Eksplorasi dan
Geoteknik, serta Satuan Kerja Perencanaan Lingkungan.
Setiap satuan kerja dalam Perencanaan memiliki fungsinya sendiri. Secara umum,
lingkup tugas pemetaan adalah sebagai berikut:
Penentuan kerangka dasar pemetaan;
Pengukuran:
Topografi;
Situasi Tambang;
Eksplorasi Penambangan;
Joint Survey kemajuan mitra kerja;
Slope Monitoring;
Stockpile batu bara di Unit Pertambangan Tanjung Enim, Dermaga Kertapati, dan
Pelabuhan Tarahan;
Pengolahan data ukur;
Pengambilan Foto Udara;
Penggambaran Peta Situasi, Peta Topografi, serta Peta Tematik Lainnya;
Pencetakan dan penggandaan peta.
Untuk melaksanakan tugasnya, di dalam Satuan Kerja Pemetaan dibentuk 4 satuan kerja
sebagai suatu sub satuan kerja yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, yaitu:
Satuan Kerja Pengukuran TAL & MTB;
Satuan Kerja Pengukuran Banko;
Satuan Kerja Pengukuran Penunjang;
Satuan Kerja Analisis Data Ukur dan Kartografi.
5
II.2.1. Satuan Kerja Pengukuran TAL dan MTB
Satuan Kerja Pengukuran TAL & MTB merupakan satuan kerja yang memiliki
tugas terkonsentrasi di area Tambang Air Laya (TAL) dan Muara Tiga Besar (MTB).
Lingkup pekerjaannya adalah:
1. Pengukuran situasi perubahan hasil galian/penimbunan yang dilaksanakan oleh
kontraktor;
2. Pematokan rencana batas galian dan timbunan BWE dan kontraktor;
3. Monitoring elevasi latar galian dan timbunan BWE dan kontraktor;
4. Slope Monitoring lereng tambang dan/atau timbunan BWE dan kontraktor;
5. Pembuatan, pemasangan, dan pengukuran titik kontrol kerangka dasar (BM) untuk
referensi pengukuran.
6
4. Pengukuran batas persil tanah untuk keperluan pembebasan tanah dan aset
perusahaan;
5. Pengukuran posisi titik bor, jalan, batas tanah;
6. Stake out rencana posisi titik bor, jalan, batas tanah;
II.3. Batubara
Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi
nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai
sumber daya dan cadangan batu bara menjadi hal yang mendasar di dalam merencanakan
strategi kebijaksanaan energi nasional. Batubara merupakan bahan bakar hidrokarbon padat
yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia,
kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta temperatur
tertentu pada kurun waktu yang sangat lama. Batubara merupakan batuan sedimen yang berasal
dari tumbuhan yang telah mengalami perubahan kimia dan fisika akibat proses biodegradasi
(aktivitas bakteri) yang terjadi pada tahap penggambutan serta efek suhu dan tekanan selama
proses pembatubaraan (Teichmüller dan Teichmüller, 1966). Pembentukan batubara terjadi
pada zaman karbon sekitar 270 – 350 juta tahun yang lalu. Terdapat 2 teori yang menjelaskan
terjadinya batubara yaitu Teori In-Situ dan Teori Drift. Teori In-situ menjelaskan bahwa
batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan di tempat batubara
tersebut terbentuk. Teori Drift menjelaskan batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat batubara tersebut terbentuk.
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 - 10 meter. Material
7
tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O,
dan NH3 untuk menjadi humus. Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit,
antrasit, hingga meta antrasit.
8
Agar dapat diperoleh point cloud dengan koordinat tertentu maka terlebih dahulu
menentukan jarak. Salah satu prinsip kerja TLS yaitu menggunakan prinsip pulse based, yakni
pengukuran yang didasarkan pada waktu tempuh gelombang laser mulai dari laser dipancarkan
hingga diterima kembali oleh penerima pulsa laser (Hai, 2008).
Dengan keterangan,
V = Volume prisma
A = Luas bidang permukaan proyeksi
d = Jarak antara pusat massa dua segitiga surface design dan base design.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
III.1. Persiapan
Persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan pengukuran guna mempersiapkan segala hal
yang diperlukan selama kegiatan pengukuran. Persiapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
11
III.2. Pelaksanaan
Pengolahan data Kerja Praktik ini dilaksanakan sesuai dengan diagram alir berikut ini.
12
Gambar III.1. Diagram alir pelaksanaan Kerja Praktik.
13
III.2.3. Align Photos
Kegiatan untuk mendapatkan hasil keluaran berupa point cloud dan perkiraan dari
parameter orientasi eksternal dan parameter orientasi internal secara otomatis
menggunakan metode triangulasi udara dengan bundle adjustment yang menggunakan
persamaan co-linear sebagai dasarnya. Kegiatan ini dilakukan menggunakan Agisoft
Metashape dengan berkas masukkan berupa foto. Keluarannya adalah Point Cloud
dengan parameter orientasi internal dan parameter orientasi eksternal. Kegiatan ini
merupakan kegiatan yang esensial karena merupakan langkah awal dalam pembentukan
Point Cloud dari foto udara.
14
jumlah point cloud yang diinginkan, sedangkan untuk point cloud TLS dapat dilakukan
pada software CloudCompare pada menu edit kemudian pilih menu subsample dan
sesuaikan point spacing dengan jumlah point cloud yang diinginkan. Hasil keluaran dari
proses ini adalah point cloud dengan jumlah yang sebanding antara point cloud hasil
pengolahan foto udara dan point cloud TLS.
15
III.3. Langkah Kerja
III.3.1. Langkah Kerja data UAV
1. Membuka perangkat lunak Agisoft Metashape Professional.
3. Melakukan Align Photos dengan memilih menu Workflow > Align Photos, dan
lakukan pengaturan jendela align Photos seperti berikut ini.
16
4. Memasukkan berkas GCP dengan memilih tool import file seperti berikut ini,
kemudian memilih berkas GCP yang telah tersedia.
5. Melakukan refinement GCP’s dengan klik kanan pada berkas GCP > Filter Photos
by Marker > lakukan refinement GCP’s pada setiap foto yang memuat GCP.
17
7. Melakukan pembentukan point cloud yang lebih rapat dengan menggunakan Build
Dense Cloud pada Workflow > Build Dense Cloud dan pengaturan jendela Build
Dense Cloud seperti berikut ini.
8. Melakukan filtering dense cloud dengan cara klik kanan pada berkas dense cloud
> filtering dense cloud > masukkan kerapatan point cloud sesuai yang dibutuhkan
(dalam satuan meter).
9. Melakukan eksport dense cloud ke bentuk ekstensi TXT yang sudah dilakukan
filtering dengan memilih klik kanan pada dense cloud > Export dense cloud,
Kemudian sesuaikan sistem koordinat yang digunakan dengan memilih EPSG :
32748 (WGS 48S).
18
10. Membuka berkas data UAV yang telah diekspor dalam ekstensi TXT dan disalin
ke software Excel, kemudian susun bentuk kolom excel tersebut untuk disimpan
(save as) dalam ekstensi Comma Delimited (CSV).
11. Membuka software Surpac 6.6.2, kemudian memasukkan berkas dengan ekstensi
CSV dengan memilih File > Import > Data from many files (string). Kemudian
sesuaikan informasi koordinat X,Y,Z.
12. Melakukan pembuatan DTM data pengukuran awal (original) dan data pengukuran
akhir (data UAV) dengan memilih Surfaces > DTM File function > Create DTM
from string file.
19
13. Melakukan boundary and cropping pada hasil DTM yang telah dibentuk, dengan
acuan hasil dense cloud foto udara, dengan memilih Edit > Digitise > New Point.
14. Melakukan Drapped boundary dengan memilih Surface > Drape segment over
DTM, kemudian pilih segment dan DTM yang diperlukan (DTM Original)
15. Melakukan perhitungan volume metode Cut And Fill dengan memilih Surfaces >
volume > Cut And Fill between DTMs. Dan sesuaikan berkas DTM dan boundary
yang dipilih dalam proses perhitungan volume.
20
III.3.2. Langkah Kerja data TLS
1. Membuka perangkat lunak CloudCompare.
2. Membuka berkas TLS dalam format LAS dan original dalam bentuk format DXF.
Kemudian dapat dilakukan registrasi point cloud yang telah buka.
3. Melakukan filtering data TLS pada menu Edit > Subsample sesuai kebutuhan.
21
4. Melakukan eksport point cloud menjadi format .TXT
5. Membuka point cloud menggunakan Software Excel kemudian susun kolom dan
eksport menjadi format .CSV
6. Membuka software Surpac 6.6.2, kemudian memasukkan berkas dengan ekstensi
CSV dengan memilih File > Import > Data from many files (string). Kemudian
sesuaikan informasi koordinat X,Y,Z.
7. Melakukan pembuatan DTM data pengukuran awal (original) dan data pengukuran
akhir (data UAV) dengan memilih Surfaces > DTM File function > Create DTM
from string file.
8. Melakukan boundary and cropping pada hasil DTM yang telah dibentuk, dengan
acuan hasil dense cloud foto udara, dengan memilih Edit > Digitise > New Point.
22
9. Melakukan Drapped boundary dengan memilih Surfaces > Drape segment over
DTM, kemudian pilih segmen dan DTM yang diperlukan (DTM Original). Dan
hasil boundary drapped seperti gambar berikut ini dari kiri ke kanan : boundary
sebelum, boundary sesudah dilakukan drapped.
10. Melakukan perhitungan volume metode Cut And Fill dengan memilih Surfaces >
volume > Cut And Fill between DTMs. Dan sesuaikan berkas DTM dan boundary
yang dipilih dalam proses perhitungan volume.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketiga data point cloud ketika dibuka menggunakan CloudCompare, secara visual point
cloud hasil data original (pengukuran awal) terlihat paling besar kerapatannya seperti yang
ditunjukkan pada Gambar IV.5, point cloud data foto udara dan TLS lebih rapat, namun point
cloud data TLS lebih banyak bagian kosong dan terdapat data ukuran yang diperlukan,
contohnya debu yang terbaca oleh alat sebagai detail yang perlu dihapus seperti pada Gambar
IV.6, apabila dibandingkan dengan data foto udara dengan point cloud yang sangat merata dan
rapat yang ditunjukkan dengan Gambar IV.7. Data original memiliki format DXF dan dapat
langsung dibuka menggunakan CloudCompare, data foto udara memiliki format LAS yang
telah dikonversikan dari software Agisoft Metashape Professional, dan data TLS memiliki
format LAS yang sudah dikonversi dari RXP ke LAS.
24
Gambar IV.5. Ilustrasi kerapatan Point Cloud data Original (pengukuran awal).
25
Gambar IV.6. Ilustrasi kerapatan Point Cloud data TLS (pengukuran akhir).
26
Gambar IV.7. Ilustrasi kerapatan Point Cloud data UAV (pengukuran akhir).
27
Gambar IV.8. Informasi point cloud, dari kiri ke kanan, original, UAV, dan TLS.
Perbedaan jumlah point cloud tersebut terjadi karena perbedaan alat yang digunakan
untuk pengambilan data. Metode pengambilan data point cloud TLS dilakukan secara
langsung, yaitu menghasilkan data berupa point cloud, sedangkan point cloud dari data UAV
merupakan data turunan, yaitu data point cloud dihasilkan dari proses image matching, yang
jumlahnya bervariasi sesuai preferensi pengolahan. Jumlah produksi point cloud dari kedua
alat yang digunakan UAV dan TLS masing-masing sebanyak 97.948 dan 92.102 dan point
cloud data original sebanyak 50.605. Jumlah point cloud ini diusahakan sebanding antara
kedua alat melalui proses filtering point cloud. Filtering data UAV dilakukan dengan jarak tiap
titik sebesar 2.3 m, sedangkan filtering data TLS dilakukan dengan jarak tiap titik sebesar 1.1
m. Kedua besaran jarak filtering tersebut menyesuaikan agar menghasilkan jumlah point cloud
yang sama dari kedua data.
Gambar IV.9. DTM original. Gambar IV.10. DTM UAV. Gambar IV.11. DTM TLS.
Point cloud yang telah di-filter jarak antar titiknya kemudian di-filter kembali untuk
menghapus data yang tidak diinginkan seperti debu, asap, kendaraan, dan lain sebagainya agar
DTM yang dihasilkan representatif terhadap keadaan di lapangan.
28
IV.2. Hasil Perhitungan Volume
Gambar IV.12. Kalkulasi volume data UAV (atas) dan TLS (bawah).
29
IV.3. Hasil Analisis Perbedaan Volume antara alat UAV dan TLS
Hasil volume progres kedua alat tersebut memiliki perbedaan sebesar 0.8%. Perbedaan
volume tersebut disebabkan oleh kemampuan alat dalam merekam data. TLS memiliki
keterbatasan dalam segi jangkauan area akuisisi yang dibatasi oleh obstruksi, sehingga
diperlukan beberapa titik berdiri alat yang cukup untuk mengatasi kekosongan data. Dalam hal
ini, persebaran 10 titik berdiri alat pada penelitian ini dianggap belum cukup untuk menjangkau
area pengukuran secara menyeluruh. Di lain sisi, UAV memiliki jangkauan area akuisisi yang
lebih luas daripada TLS. Hal ini disebabkan oleh akuisisi data yang dilakukan di udara,
sehingga data yang direkam dapat menjangkau area pengukuran secara menyeluruh. Maka dari
itu, dilakukan proses boundary and cropping pada data yang valid di kedua alat untuk
mengatasi perbedaan volume yang diakibatkan oleh data kosong (tidak valid) dari pengukuran
menggunakan TLS. Selain itu, perhitungan volume UAV dipengaruhi oleh kualitas data point
cloud. Sedangkan, kualitas data point cloud dipengaruhi oleh kualitas persebaran GCP. Dalam
hal ini, persebaran GCP dianggap kurang optimal, sehingga terdapat perbedaan volume yang
diakibatkan oleh akurasi point cloud terutama elevasi yang kurang akurat.
30
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Kerja Praktik yang telah dilaksanakan melalui pengukuran
situasi progres pertambangan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Volume progres area menggunakan Terrestrial Laser Scanner (TLS) dan Unmanned
Aerial Vehicle (UAV) terdapat perbedaan sebesar 0.8% dengan masing-masing volume
progres sebesar -140.021m3 dan -141.175 m3
Kualitas DTM pada akuisisi data penelitian ini dari kedua alat Terrestrial Laser Scanner
(TLS) dan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) memiliki kualitas yang berbeda. Agar
kualitasnya sebanding, maka perlu dilakukan data filtering. Data filtering dilakukan
untuk menyamakan jumlah point cloud dan juga untuk membersihkan point cloud dari
debu, asap, kendaraan, dan lain sebagainya yang terekam oleh alat.
Perbedaan hasil volume progres pertambangan terjadi karena perbedaan kemampuan alat
dalam menangkap data. Akuisisi data TLS perlu titik berdiri alat yang efisien dan dapat
menjangkau area pengukuran secara keseluruhan. Sedangkan UAV yang akuisisi datanya
melalui udara dapat menjangkau area pengukuran secara keseluruhan dengan mengatur
jalur terbang yang efektif. Namun, pada kegiatan ini masih ditemukan beberapa area
dengan data kosong (tidak valid) pada data TLS. Maka dari itu, perlu dilakukan boundary
and cropping dengan memilih area yang valid dari kedua alat agar sebanding.
Perhitungan volume UAV dipengaruhi oleh kualitas data point cloud. Sedangkan,
kualitas data point cloud dipengaruhi oleh kualitas persebaran GCP. Dalam hal ini,
persebaran GCP dianggap kurang optimal, sehingga terdapat perbedaan volume yang
diakibatkan oleh akurasi point cloud terutama elevasi yang kurang akurat.
V.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis antara lain:
Dalam pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner (TLS), lebih baik digunakan
untuk melakukan pengukuran area yang memiliki obstruksi minimal.
Dalam pengukuran menggunakan Terrestrial Laser Scanner (TLS), persebaran titik
berdiri alat sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau area
pengukuran secara maksimal.
31
Untuk menghindari kesalahan perhitungan volume, ada baiknya untuk meninjau dan
melakukan filter kembali data point cloud yang tidak diinginkan seperti debu, asap,
kendaraan, dan lain sebagainya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam perhitungan volume menggunakan UAV,
sebaiknya desain persebaran titik GCP dirancang secara optimal (tersebar secara merata).
Hal ini dikarenakan akurasi point cloud dipengaruhi oleh kualitas GCP dan
persebarannya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Badan Informasi Geospasial. 2017. “Peraturan Badan Informasi Geospasial.” Peraturan Badan
Informasi Geospasial Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Kompetensi Kerja Di Bidang
Informasi Geospasial 53 (9): 10.
Hing, James T, and Paul Y Oh. 2009. “Development of an Unmanned Aerial Vehicle Piloting
System with Integrated Motion Cueing for Training and Pilot Evaluation.” Journal of
Intelligent and Robotic Systems 54 (1): 3–19.
Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. 2015. “Indonesia: Mineral and Coal Information
2015.” Directorate General of Mining and Coal, 37.
Salazar, S., H. Romero, R. Lozano, and P. Castillo. 2008. “Modeling and Real-Time
Stabilization of an Aircraft Having Eight Rotors.” Journal of Intelligent and Robotic
Systems 54: 455–70.
33