Anda di halaman 1dari 7

DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS

ADELIA DEVITA SARI / 181101081


adeliadevitasari11@gmail.com

ABSTRAK

Gastritis merupakan peradangan lokal pada lambung atau menyebar pada mukosa lambung,
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lainnya
(Rafani, 2009). Gastritis ini disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pyloridan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukan respons inflamasi atau peradangan akut dan jika diabaikan tentu saja
akan menjadi kronik. Tujuan : penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
bagaimana diagnosa gastritis ditegakkan dan menilai hubungan diagnosa gastritis dengan bentuk diet
terhadap pasien dengan gastritis. Metode : penulisan kajian ini menggunakan metode analisis
observasi terhadap materi penugasan. Hasil : hasil yang di peroleh bahwa dalam menegakkan
Diagnosa keperawatan pada pasien gastritis dapat dilakukan dengan lebih dahulu menentukan melalui
riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa kasus bahkan lebih memerlukan beberapa
pemeriksaan penunjang seperti, tes darah dan tes lainnya (endoskopi) atau konsultasi dengan spesialis
(biasanya gastroenterologi).

KATA KUNCI : DIAGNOSA, GASTRITIS, KEPERAWATAN


LATAR BELAKANG

Gastritis merupakan peradangan lambung karena lambung akan menjadi


lokal pada lambung atau menyebar pada sensitif bila terdapat perubahan asam
mukosa lambung, yang berkembang bila lambung yang meningkat. Produksi HCl
mekanisme protektif mukosa dipenuhi (asam lambung) yang berlebihan akan
dengan bakteri atau bahan iritan lainnya menyebabkan terjadinya gesekan pada
(Rafani, 2009) . Gastritis juga merupakan dinding-dinding lambung dan usus halus,
masalah kesehatan di masyarakat sehingga akan timbul rasa nyeri yang
Indonesia. Di Indonesia sendiri prevalensi disebut tukak lambung. Keaadaan ini akan
gastritis sebanyak 0,99% dan Hubungan lebih parah kalau gesekan terjadi pada saat
Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis lambung dalam keadaan kosong akibat
pada Pasien dapat meningkatkan insiden makan tidak teratur yang pada akhirnya
gastritis sebesar 115/100.000 penduduk. akan mengakibatkan perdarahan di
Ketidakseimbangan faktor agresif dan lambung (Rafani, 2009).
defensif lambung juga dapat menyebabkan
gastritis. Faktor ini juga dipengaruhi antara TUJUAN
lain oleh pola makan, kebiasaan merokok,
konsumsi NSAID dan kopi yang berlebih Tujuan dari penulisan ini bertujuan
(Rafani, 2009). untuk memenuhi tugas mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan tentang
Gastritis (inflamasi mukosa
Diagnosa Keperawatan yang bertujuan
lambung) sering diakibatkan juga karena
untuk mengetahui dan menganalisis
diet yang salah. Kadang, gastritis dapat
bagaimana diagnosa gastritis ditegakkan
menyebabkan pendarahan di lambung,
dan menilai hubungan diagnosa gastritis
tetapi hal ini tidak sering menjadi parah
dengan bentuk diet terhadap pasien
kecuali bila pada saat yang bersamaan juga
dengan gastritis.
terjadi luka kronis pada lambung.
Pendarahan pada lambung juga akan
menyebabkan muntah darah atau terdapat METODE
pengeluaran darah pada feces dan
memerlukan perawatan dengan segera
Metode penulisan kajian ini
(Rafani, 2009). Pola makan yang tidak
menggunakan metode analisis observasi
teratur juga akan berpengaruh terhadap
terhadap materi penugasan yang sesuai
dengan topik pada tulisan ini dengan beberapa kasus mungkin saja memerlukan
melakukan kajian bebas terhadap tes darah dan tes lainnya (endoskopi) atau
berberapa sumber jurnal yang mengikuti konsultasi dengan spesialis (biasanya
format tugas. gastroenterologi).
Untuk menegakkan diagnosa juga
HASIL dapat dilakukan berbagai pemeriksaan
penunjang untuk memnentukan suatu
Berdasarkan hasil analisis terhadap penyakit hal ini perlu dilakukan untuk
beberapa sumber jurnal yang sesuai mendukung diagnosa yang telah ditetapkan
dengan materi penugasan di peroleh bahwa dan mengetahui intervensi yang harus
dalam menegakkan Diagnosa keperawatan segera diberikan kepada pasien. Ada
pada pasien gastritis dapat dilakukan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
dengan lebih dahulu menentukan melalui menetapkan diagnosa keperawatan melalui
riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik. pemeriksaan penunjang, antara lain :
Beberapa kasus bahkan lebih memerlukan 1. Pemeriksaan darah. Tes ini dapat
beberapa pemeriksaan penunjang seperti, digunakan untuk memeriksa
tes darah dan tes lainnya (endoskopi) atau adanya antibodi H. pylori dalam
konsultasi dengan spesialis (biasanya darah. Hasil tes yang positif akan
gastroenterologi). menunjukan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu
PEMBAHASAN waktu di hidupnya, tapi itu tidak

Gastritis merupakan suatu keadaan menunjukan bahwa pasien tersebut

peradangan atau perdarahan pada mukosa terkena infeksi ataupun inflamasi.

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, Tes darah dapat juga dilakukan

difus, atau lokal. Gastritis ini disebabkan untuk memeriksa anemia, yang

oleh infeksi kuman helicobacter pyloridan terjadi akibat perdarahan lambung

pada awal infeksi mukosa lambung akibat gastritis.

menunjukan respons inflamasi atau 2. Pemeriksaan pernapasan. Tes ini


peradangan akut dan jika diabaikan tentu akan dapat menentukan apakah
saja akan menjadi kronik (Sudoyo Aru, pasien terinfeksi oleh bakteri H.
dkk 2009). Diagnosis gastritis dapat pylori atau tidak.
ditentukan melalui riwayat anamnesis dan 3. Pemeriksaan feses. Tes ini
pemeriksaan fisik pasien. Namun dalam digunakan untuk memeriksa
apakah terdapat H. pylori dalam - Kurang pengetahuan tentang
feses atau tidak. Hasil yang positif penatalaksanaan diet dan proses
dapat mengindikasikan terjadinya penyakit
infeksi. - Nyeri berlebih yang
4. Pemeriksaan endoskopi saluran berhubungan dengan mukosa
cerna bagian atas. Dengan tes ini dinding lambung.
dapat terlihat ada atau tidaknya Setelah mencoba untuk
ketidaknormalan pada saluran menetapkan diagnosa pada pasien gastritis
cerna bagian atas yang mungkin tersebut tentunya kita dapat menetapkan
tidak terlihat dari sinar-X. lebih spesifik penyakit gastritis mana yang
5. Rontgen saluran cerna bagian atas. dialami oleh klien tersebut, beberapa
Tes ini akan melihat adanya tanda- klasifikasi gastritis menurut (Wim de jong
tanda gastritis atau penyakit et al. 2005), antara lain :
pencernaan lainnya. Biasanya akan
a. Gastritis akut
minta menelan cairan berium
1) Gastritis akut tanpa perdarahan
terlebih dahulu sebelum dilakukan
2) Gastritis akut dengan perdarahan
rontgen. Cairan berium tersebut
(gastritis hemoragik atau gastritis erosiva)
akan melapisi saluran cerna dan
Gastritis akut berasal dari makanan
akan terlihat lebih jelas ketika di
terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-
ronsen.
makanan yang terlalu berbumbu atau yang
mengandung mikroorganisme penyebab
Berdasarkan semua data pengkajian
penyakit, iritasi bahan semacam alcohol,
diagnosa keperawatan utama mencakup
aspirin, NSAID, isol, serta bahan korosif
yang berikut ini yaitu :
lain, refluks empedu atau cairan pankreas.
- Anietas berhubungan dengan
pengobatan b. Gastritis kronik
- Perubahan nutrisi, kurang dari Inflamasi lambung yang lama dapat
kebutuhan tubuh disebabkan oleh ulkus beningna atau
- Resiko kekurangan volume cairan maligna dari lambung, atau oleh bakteri
yang berhubungan dengan helicobacter pylori (H.pylori).
kehilangan cairan akibat muntah
c. Gastritis bacterial
Gastritis bacterial yang disebut
juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh
refluks dari duodenum.

Kebiasaan makan yang sehat


dengan pola makan teratur, frekuensi
makan yang tidak cepat dan melakukan
DAFTAR PUSTAKA
istirahat sejenak setelah makan akan
memberikan kesempatan kepada lambung Anggraini, Y., dkk. (2010). Analisis
untuk mendapatkan oksigen sehingga Faktor Penyebab Pelaksanaan
makanan dapat dicerna dengan baik. Pendokumentasian Asuhan
Kebiasaan makan yang sehat juga akan Keperawatan Berdasarkan Balaced
mempengaruhi seberapa sering serangan Scorecard. Jurnal Ners, 5, 93-16.
nyeri lambung penderita gastritis berulang
Asmadi. (2008). Konsep Dasar
karena dengan mengontrol makan dengan
Keperawatan. Jakarta: EGC
lebih teratur akan dapat mengurangi kadar
keasaman lambung. Pengendalian gastritis Astuti, N., dkk. (2010). Analisis
akan dapat dilakukan dengan mengurangi Kelengkapan Pendokumentasian
makan, memilih jenis-jenis makanan Asuhan Keperawatan Pasien di
tertentu terutama yang mudah untuk Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
dicerna. Perawatan terbaik itu merupakan Tampan Pekanbaru. Jurnal
bentuk pengistirahatan lambung dan Photon, 1, 17-21.
menghindari minuman bersoda, kafein ,
Budiono, & Pertami, S. B. (2016). Konsep
alkohol juga merokok.
Dasar Keperawatan. Jakarta: Bumi
Medika
KESIMPULAN
Deswani. (2009). Konsep Dasar
Diagnosa keperawatan pada pasien Keperawatan. Jakarta Timur: CV
gastritis dapat ditegakkan dengan Trans Medika.
menentukan melalui riwayat anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Beberapa kasus Hidayah, N. (2014). Manajemen Model

mungkin memerlukan tes darah dan tes Asuhan Keperawatan Profesional

lainnya (endoskopi) atau konsultasi dengan (MAKP) Tim Dalam Peningkatan

spesialis (biasanya gastroenterologi). Kepuasan Pasien di Rumah Sakit.


Jurnal Kesehatan, 7, 410-426.
Kodim, Y. (2015). Konsep Dasar Supratti., & Ashriady. (2016).
Proses Keperawatan. Jakarta Pendokumentasian Standar Asuhan
Timur: CV Trans Info Medika. Keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Mamuju Indonesia. Jurnal
Lanywati, Endang, 2006, Diabetes
Kesehatan MANARANG, 2, 44-
Mellitus Penyakit Kencing Manis,
51.
Kanisius, Yogyakarta.
Susanto, R. (2010). Penerapan Standar
Muttapin, A. (2010). Asuhan
Proses Keperawatan di Puskesmas
Keperawatan Klien Dengan
Rawat Inap Cilacap. Jurnal
Gangguan Pernapasan. Jakarta:
Keperawatan Sudirman, 5,
Salemba Medika.
80-84.
Nursalam. (2008). Proses dan
Tarwoto, & Wartono. (2015). Kebutuhan
Dokumentasi Keperawatan.
Dasar Manusia dan Proses
Jakarta: Salemba Medika.
Keperawatan. Yogyakarta: Salemba
Potter., & Potter, (2005). Buku Ajar Medika
Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Wirdah, H. (2016). Penerapan Asuhan
Jakarta: EGC.
Keperawatan Oleh Perawat
Simamora, R. H. (2008). Peran Manajer Pelaksana di Rumah Sakit
dalam Pembinaan Etika Perawat Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Pelaksana dalam Peningkatan Mahasiswa Fakultas Keperawatan,
Kualitas Pelayanan Asuhan 1, 1-6.
Keperawatan. Jurnal IKESMA, Vol.
4, No. 2

Simamora, R. H. (2009). Dokumentasi


Proses Keperawatan. Jamber
University Press

Simamora, R. H. (2010). Komunikasi


dalam Keperawatan. Jember
University Press

Anda mungkin juga menyukai