Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KELOMPOK BERESIKO PADA

LANSIA

Disusun Oleh :

YUMIATI LEDA BOUKA 2018610091

ARSA PUTRA KERUNG 2018610091

PROGRAM STUDDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1. Pengertian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) bedasarkan sudut pandangnya. lansia
yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna.

2. Karakteristik Perilaku
a. Mempunyai harga diri tinggi
b. Menilai kehidupan nya bearti
c. Menerima nilai dan keunikan orang lain
d. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan
e. Menyiapkan diri menerima datangnya kematian
f. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin
g. Merasa dicintai dan bearti dalam keluarga
h. Berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat
i. Menyiapakan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri
3. Tindakan Keperawatan Lansia
Tujuan

a. Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal


(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan
social dan keagamaan di lingkungan. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai
perkembangan psikososial yang normal dan merasa hidupnya bermakna.
b. Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal
4. Tindakan Keperawatan bagi Lansia
a. Tindakan Keperawatan bagi Perkembangan lansia
b. Jelaskan ciri perilaku lansia yang normal dan menyimpang (lihat tabel sebelumnya)
c. Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai integritas diri
yang utuh
d. Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini
e. Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalunya,terutama
keberhasilannya)
f. Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia
g. Mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya
h. Melakukan kegiatan kelompok
i. Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas utuh.
j. Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana rencana yang telah dibuatnya
5. Keluarga
Tujuan

a. Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambark


perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang
b. Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
c. Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
d. Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan
Psikososial lansia
6. Tindakan Keperawatan
a. Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
b. Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan
keluarga
c. Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini
d. Mendiskusikan kebehasilan yang telah dicapai lansia
e. Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan sosial(arisan,menengok yang
sakit,dll) di lingkungan
f. Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan
g. Mendorong lansia untuk melakukan life review ( menceritakan kembali masa
lalunya terutama keberhasilannya)
h. Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan piskosoial lansia
i. Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia.
LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE ATAU CEDERA CEREBROVASKULAR (CVA)

A.    Pengertian

Stroke atau cerebrovaskula accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, 2000).

Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.

Stroke diklasifikasikan menjadi dua :

1.         Stroke Non Hemoragik

Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala,
mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik
dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).

2.         Stroke Hemoragik


Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra
serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran,
pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk
(Wanhari, 2008).

B.     Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:

1.      Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.

2.      Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.

3.      Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak

4.      Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara,
atau sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:

1.      Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.

2.      Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol
dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

C.    Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada
stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling
sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.

Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :

a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran


darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke kejaringan
(hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.

Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan
darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu
area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik
berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal
yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan
terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah
tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan
darah arteri.. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai
serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.
D.    Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit
stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,
hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat
pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang
jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat,
tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya
pengendalian terhadap kandung kemih.

E.     Penatalaksanaan Medis

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3


sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.

F.     Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)
adalah:

a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.


Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain
itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

G.    Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
penyakit stroke adalah:

a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANJUT USIA

DENGAN MASALAH RESIKO CIDERA

SEHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN OTOT

DI RUANG SANTO FRANCISCUS ASSISI


PANTI WERDHA PANGESTI LAWANG MALANG

A. DATA UMUM
Nama Panti : Panti Werdha Pangesti Lawang Malang

Alamat Panti : Jl. Sumber Mlaten 3 Lawang Malang

B. DATA INTI
a. Sejarah berdirinya Panti Werdha

Bermula dari Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan di salah satu Paviliun dirawat
beberapa orang lanjut usia (St. Anna Paviliun). Dalam perjalanan waktu, para lansia
semakin banyak. Pada tahun 1972 Tarekat Misericordia mendapat tawaran dari keuskupan
Malang untuk menempati gedung seminari marianum yang bertempat di Jl. sumberwuni 14
Lawang. Kami menerima tawaran tersebut dan mempersiapkan sebagai rumah khusus
untuk para lanjut usia. Tepatnya pada tanggal 21 februari 1972 kami mulai menempati
gedung tersebut bersama para lansia yang berada di St. Anna Paviliun yan kemudian
disebut Panti Werdha Pangesti

Kami merawat para lanjut usia disana, sampai suatu waktu para suster mempunyai
keinginan untuk mempunyai gedung sendiri. Setelah berkeliling melihat-lihat dan
mempertimbangkan dengan pro dan kontra yang kami alami, akhirnya pada tahun 2007
kami memutuskan untuk membeli tanah di Jl. sumber mlaten 3 Lawang.

Pembangunan segera dimulai, dan selesai kira-kira pertengahan tahun 2008 dan
diberkati oleh Bapak Uskup Malang Mgr. Herman Yoseph Pandoyoputro O.Carm dan
diresmikan oleh Bapak Bupati Malang pada tanggal 17 Nopember 2008. Oleh karena listrik
belum menyala dan air sumur belum juga selsesai dibor, maka baru pada tanggal 27
Desember 2008 kami pindah bersama opa / oma ke gedung baru di Jl. Sumber Mlaten 3
Lawang Malang.

b. Data Demografi
- Jumlah anggota : 19 Orang
- Distribusi Lansia menurut:

 Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin


NO JENIS KELAMIN JUMLAH PRESENTASE
.

1. P 11 57,89 %

2. L 8 42,11 %

Jumlah 19 100 %

Intepretasi data:

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dari 19 lansia terdapat 11 lansia


(57,89%) berjenis kelamin perempuan dan 8 lansia (42,11 %) berjenis
kelamin laki-laki.

 Tabel 2.2 Distribusi Menurut Umur


NO RENTANG JUMLAH PRESENTASE
. UMUR

1. 45-59 tahun 2 10,52 %

2. 60-74 tahun 7 36,84 %

3. 75-90 tahun 9 47,36 %

4. 90 tahun keatas 1 5,26 %


Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

- Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa dari 19 lansia, yang paling banyak
menghuni ruang Fransiscus ialah lansia dengan umur 75-90 adalah 9 lansia
(47,36%) dan yang paling sedikit adalah lansia yang berumur 90 ke atas yaitu 1
orang (5,26%).
 Tabel 2.3 Distribusi Menurut Status Perkawinan
NO STATUS JUMLAH PRESENTASE
. PERKAWINAN

1. Kawin 10 52,63%

2. Belum kawin 5 26,31%

3. Janda 2 10,52%

4. Duda 2 10,52%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 2.3 diketahui dari 19 lansia di ruang fransiscus yang


paling banyak adalah kawin yaitu sebanyak 10 orang (52,63%) yang sudah
menikah dan yang paling sedikit lansia yang janda-duda rata-rata 2 orang
( 10,52%).

Tabel 2.4 Distribusi Menurut Agama

NO AGAMA JUMLAH PRESENTASE


.

1. Islam 2 10,53%
2. Kristen 6 31,58%

3. Katolik 11 57,89%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 2.4 diketahui agama yang paling banyak dianut di ruang
Fransiscus adalah yang paling banyak beragama khatolik yaitu 11 orang (57,89%)
dan yang paling sedikit adalah beragama Islam yaitu 2 orang (10,53%).

Tabel 2.5 Distribusi Menurut Pendidikan Terakhir

NO PENDIDIKAN JUMLAH PRESENTASE


. TERAKHIR

1. SD 6 31,57%

2. SMP 8 42,11%

3. SMA/SMK 5 26,3%

4. Perguruan Tinggi - -

5. Tidak Sekolah - -

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 2.5 diketahui bahwa pendidikan terakhir para lansia yang
paling banyak adalah SMP yaitu sebanyak 8 orang ( 42,11% ) dan yang
paling sedikit pendidikan lansia adalah SMA sebanyak 5 orang ( 26,3% ).
Tabel 2.6 Distribusi Menurut Hidup Bersama :

NO HIDUP JUMLAH PRESENTASE


. BERSAMA

1. Sendiri 4 21,05%

2. Anak/Cucu 6 31,57%

3. Keluarga 9 47,38%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 2.6 diketahui bahwa lansia yang tinggal dirumah paling
banyak tinggal bersama keluarga sebanyak 9 orang ( 47,38% ) dan lansia
yang paling sedikit tinggal sendiri sebanyak 4 orng ( 21,05% ).

c. Vital Statistik
Data Status Kesehatan Kelompok Usia Lanjut :

 Masalah Kesehatan Saat ini :


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok, masalah kesehatan
yang lebih banyak di derita di wisma fansiscus adalah Post Stroke, karena sebagian
besar lansia dalam wisma tersebut mengalami kelumpuhan pada sebagian dari
tubuhnya.

 Tabel 3.1 Distribusi Masalah Kesehatan saat ini


NO JENIS JUMLAH PRESENTASE
. PENYAKIT

1. Hipertensi 5 26,31%

2. Diabetes Melitus 0 0%
3. Post Stroke 7 36,84%

4. Dermatitis 2 10,52%

5. Gout Arthritis 3 15,78%

6. Rematoid Arthritis 1 5,27%

7. Kontraktur 1 5,27%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa dari 19 lansia penyakit yang paling
banyak diderita oleh lansia di ruang Fransiscus adalah Post Stoke yaitu
sebanyak 7 orang (36,84%).

 Tabel 3.2 Distribusi Menurut Kegiatan hidup sehari-hari


PEMENUHAN
NO
KEBUTUHAN JUMLAH PRESENTASE
.
NUTRISI MAKAN

1. 3 kali sehari 18 94,73%

2 Tidak mau makan 1 5,27%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :
Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa dari 19 lansia dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi makan yang paling banyak di ruang Fransiscus adalah 3
kali sehari sebanyak 18 orang(94,73%) dan yang paling sedikit adalah tidak
mau makan sebanyak 1 orang (5,27%). Menu makanan dipanti : (makan pagi
dan siang : nasi, lauk, sayur, buah [pepaya/pisang], minum teh/air putih),
Snack (singkong, ketela, lumpia, donat, susu, teh)

 Tabel 3.3 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Minum

PEMENUHAN
NO
KEBUTUHAN JUMLAH PRESENTASE
.
NUTRISI MINUM

1. 5-8 gelas sehari 3 15,8%

2. 3-4gelas sehari 10 52,63%

3. 1-2 gelas sehari 6 31,57%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa dari 19 lansia dalam pemenuhan


kebutuhan nutrisi minum yang paling banyak di ruang Fransiscus adalah 3-4
gelas sehari sebanyak 10 orang (52,63%),dan yang paling sediki adalah 5-8
gelas sebanyak 3 orang (15,8%). Minuman yang diberikan pada lansia
berupa teh, susu, dan air putih. Namun untuk gula agak dikurangi.

 Tabel 3.4 Pola Istirahat Tidur

NO POLA JUMLAH PRESENTASE


. ISTIRAHAT
TIDUR

1. 8-9 jam 4 21,06 %

2. 6-7 jam 15 78,94%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa dari 19 lansia dalam Pola istirahat
tidur yang paling banyak di ruang Fransiscus adalah 6-7 jam sebanyak 15
orang (78,94%) dan yang paling sedikit adalah 8-9 jam 4 orang (21,06%).
Para lansia tidur pada siang hari pada pukul 11.00-13.00 WIB dan pada
malam hari pada pukul 18.00-03.00 WIB.

 Tabel 3.5 Pola Eliminasi Uri

NO POLA JUMLAH PRESENTASE


. ELIMINASI URI

1. 1-3 kali sehari 6 31,57%

2. Inkontinensia uri 13 68,43%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa dari19 lansia dalam pola eliminasi uri
yang paling banyak di ruang Fransiscus adalah mengalami inkontinensia uri
(menggunakan popok dan pampers jadi untuk melihat berapa kali eliminasi
uri tidah bisa di hitung) sebanyak 13 orang (68,43%) dan untuk eliminasi uri
sebanyak 1-3 kali sehari adalah 6 orang (31,57%)
 Tabel 3.6 Pola Eliminasi Alvi

NO POLA JUMLAH PRESENTASE


. ELIMINASI ALVI

1. 1 kali sehari 2 10,52%

2. 2 kali sehari 2 10,52%

3. 3 kali seminggu 2 10,52%

4. Inkontinensia alvi 13 68,44%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa dari 19 lansia dalam eliminasi alvi
yang paling banyak adalah inkontinensia alvi (menggunakan popok dan
pampers jadi untuk melihat berapa kali eliminasi alvi tidah bisa di hitung)
sebanyak 13 orang (68,44%) dan rata-rata sama sekitar 10,52% normal
dalam eliminasi alvi.

 Tabel 3.7 Mandi

NO. MANDI JUMLAH PRESENTASE


1. 1 kali sehari - -
2. 2 kali sehari 15 78,94 %
3. Seka 4 21,06 %
Jumlah 19 100%

Interpretasi data :
Berdasarkan data 3.7 diketahui bahwa dari 19 lansia di ruang Fransiscus
yang paling banyak mandi 2xsehari sebanyak 15 orang 78,94% dan yang
paling sedikit mandi 1 kali sehari yaitu 0 %.

 Tabel 3.8 Distribusi Menurut Alat Bantu yang digunakan :


NO ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE
.

1. Tanpa Bantuan 7 36,85%

2. Kursi Roda 11 57,89%

3. Tongkat 1 5,26%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.8 diketahui bahwa dari 19 lansia yang paling banyak
adalah menggunakan alat bantu kursi roda sebanyak 11orang (57,89%) dan
yang paling sedikir adalah dengan alat bantu tongkat sebanyak 1 orang
(5,26%).

 Tabel 3.9 Tingkat Kemandirian (Indexs Barthel)


NO ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE
.

1. Mandiri 7 36,85%

2. Parsial 7 36,85%

3. Total 5 26,30%

Jumlah 19 100%

Interpretasi da ta :
Berdasarkan tabel 3.9 diketahui bahwa dari 19 lansia yang paling banyak
rata-rata untuk indeks baerthel bisa melakukan aktivitas secara mandiri dan
sebagian sebanyak masing-masing 7 orang (36,85%), dan yang paling sedikit
secara total tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari sebanyak 5 orang
(26,30%).

 Tabel 3.10 Short portable mental status questioner

NO SPMSQ JUMLAH PRESENTASE


.
1. Fungsi Intelektual utuh 3 15,78%
2. Fungsi intelektual 6 31,57%
kerusakan ringan
3. Fungsi intelektual 5 26,32%
kerusakan sedang
4. Fungsi intelektual 6 26,32%
kerusakan berat
Jumlah 19 100%
Interpretasi data :

Berdasarkan table 3.9 diketahui bahwa dari 19 lansia yang paling banyak
adalah mengalami fungsi intelektual kerusakan ringan yaitu sebanyak 6
orang (31,57%) dan yang paling sedikit yaitu fungsi intelektual utuh
sebanyak 3 orang (15,78%).

 Table 3.11 Mini Mental Status Exam


NO. MMSE JUMLAH PRESENTASE
1. Tidak ada gangguan 3 15,78%
kognitif
2. Gangguan kognitif 13 68,44%
sedang
3. Gangguan kognitif 3 15,78%
berat
Jumlah 19 100%
Interpretasi data :

Berdasarkan table 3.10 diketahui bahwa dari 19 lansia yang ada di ruang
Fransiscus yang paling banyak adalah mengalamigangguan kognitif sedang
dan yang paling sedikit adalah yang mengalami gangguan kognitif berat dan
tidak ada gangguan kognitif masing-masing adalah 3 orang (15,78%).

 Tabel 3.12 Pengkajian Keseimbangan


NO. KESEIMBANGAN JUMLAH PRESENTASE
1. Resiko jatuh tinggi 7 36,86%
2. Resiko jatuh sedang 6 31,57%
3. Resiko jatuh rendah 6 31,57%
Jumlah 19 100%
Interpretasi data :

Berdasarkan table 3.11 diketahui bahwa dari 19 lansia di ruang fransiscus


yang paling banyak untuk keseimbangan adalah resiko jatuh tinggi sebanyak
7 orang (36,84%) dan yang paling sedikir resiko jatuh rendah dan sedang
sebanyak masing-masing 6 orang (31,57%).

 Tabel 3.13 Tekanan Darah


NO. KLASIFIKASI JUMLAH PRESENTASE
1. Normal 18 94,74%
(<140/<90 mmHg)
2. Ringan 1 5,26%
(140-160/90-100
mmHg)
3. Sedang - -
(160-180/100-110
mmHg)
4. Berat - -
(>180/>110 mmHg)
Jumlah 19 100%
Interpretasi data :

Berdasarkan table 3.12 diketahui bahwa dari 19 lansia di ruang fransiscus


yang terbanyak adalah mengalami tekanan darah normal yaitu 18 orang
(94,74%) dan yang paling sendikit menderita tekanan darah sedang dan
berat yaitu tidak ada (0%).

 Tabel 3.14 Nadi


NO. KLASIFIKASI JUMLAH PRESENTASE
1. Bradikardi - -
2. Normal 19 100%
3. Tachikardi - -
Jumlah 19 100%
Interpretasi data :

Berdasarkan table 3.13 diketahui bahwa dari 19 lansia nadi yang di dapat
berdasarkan pengukuran dalalam batas normal pada semua lansia di ruang
fransiscus (100%).

 Table 3.15 Perilaku terhadap kesehatan


NO PERILAKU JUMLAH PRESENTASE
. TERHADAP
KESEHATAN

1. Merokok 3 15,78%

2. Minum kopi 2 10,52%

3. Minum alkohol - -

4. Suka manis 3 15,78%

5. Suka asin 4 21,05%

6. Lemak 2 10,52%

7. Tidak sama sekali 5 26,31%

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.12 diketahui dari pengkajian beberapa lansia di ruang


fransiscus yang berjumlah 19 orang, yang terbanyak baik pada perilaku
kesehatan sebanyak 5 orang (26,31%) dan yang paling sedikit perilaku hidup
suka minum kopi dan makan lemak sebanyak 2 orang (10,52%).

 Table 3.13 Keluhan lansia saat ini


No Keluhan Jumlah Presentase
.

1. Pegal linu 2 10,52%

2. Pusing 1 5,26%

3. Batuk 2 10,52%

4. Badan terasa - -
lemah

5. Sulit berdiri dan 14 73,68%


berjalan

6. Tidak ada - -
keluhan

Jumlah 19 100%

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 3.13 diketahui bahwa keluhan yang saat ini para oma opa
di ruang fransiscus yang terbanyak adalah sulit berdiri dan berjalan
(kebanyakan oma opa menggunakan kursi roda, sehingga ada keluhan untuk
kesulitan berdiri maupun berjalan) yaitu 14 orang (73,68%) dan yang sedikit
adalah pusing yaitu sebanyak 1 orang (5,26%)

d. Nilai dan Kepercayaan terhadap kesehatan


Sebagian besar lansia di ruang Fransiscus tidak mengetahui tentang apa itu
Posyandu Lansia, mereka juga tidak pernah mengikuti kegiatan Posyandu
Lansia, baik ditempat tinggalnya dulu maupun di panti sekarang ini.

Untuk pemenuhan gizi para lansia, disesuaikan dengan kondisi pasien dan diet
yang sudah dianjurkan oleh dokter yaitu yang lebih banyak untuk makanan
lansia yaitu dengan rendah lemak dan tinggi kalori. (makan pagi dan siang :
nasi, lauk, sayur, buah [pepaya/pisang], minum teh/air putih), Snack (singkong,
ketela, lumpia, donat, susu, teh)  di sesuaikan dengan diet dari penyakit,
namun rata-rata di ruang fransiscus sama makanannya yang terpenting rendah
lemak dan tinggi kalori.

C. DATA SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik
a) Sarana Perumahan
Konstruksi bangunan permanen, luas bangunan sekitar 1 hektar, lantai bagian
dalam keramik dan bagian luar dipaving untuk lantai sudah cukup baik untuk
lansia karena di desain lantai yang tidak licin dan tidak berbahaya bagi lansia.
Namun untuk warna dari keramiknya kurang cerah sedikit sebab apabila ada air
di lantai terkadang tidak kelihatan , penerangan dan pencahayaan baik, semua
ruangan dan lorong diberi lampu, tiap ruangan memiliki beberapa ventilasi
udara, kebersihan terjaga, setiap hari di sapu dan dipel (setiap melakukan
tindakan, seperti setelah makan, setelah mandi, dll), jumlah ruangan kamar ada
5, yaitu:

1. R. VIP tiap kamar berisi 1-2 orang, ada 5 kamar (Santo Yusuf)

2. R. Kelas I tiap kamar berisi 2 orang, ada 7 kamar (Santa Maria)

3. R. Kelas II tiap kamar berisi 4 orang, ada 6 kamar (Santo Antonius)

4. R. Kelas IIIA tiap kamar berisi 5 orang, ada 6 kamar (Santo Michael)

5. R. Kelas IIIB tiap kamar berisi 12 orang, ada 2 kamar (Santo Fansiscus
Assisi)

Selain ruang kamar tersebut ada ruangan lain, yaitu:

1. R. Administrasi 11. R. Temu Keluarga

2. R. Serbaguna 12. R. Makan Oma Opa/Fisioterapy

3. R. Jahit/Gudang 13. R. Dapur

4. R. Gizi 14. R. Aula

5. R. Makan Asrama 15. R. Cuci Baju

6. R. Isolasi 16. R. Doa


7. R. Klinik 17. Asrama

8. R. Perawat 18. R. Kepala Ruangan

9. R. Obat 19. R. Jenazah

10. R. Jaga Malam

b) Pekarangan
Pekarangan cukup luas, namun keadaan masih belum tertata dengan rapi
karena ada pembangunan, dan dimanfaatkan untuk menanam tanaman
hias,sayur,buah.

c) Sarana Sumber Air Bersih

Sarana air bersih memadai berasal dari PDAM dan sumur bor, namun air yang
keluar kurang jernih, tiap kamar dan tiap ruangan mempunyai kamar mandi dan
terdapat pula sarana sapitank di depan asrama

d) Sarana Pembuangan Sampah

Sarana pembuangan sampah baik, di depan ruangan disediakan tempat sampah


kering dan basah serta untuk tempat pembuangan sampah terakhir dengan cara
dibakar. (untuk pampers dari oma/opa) namun, dengan adanya pembakaran
akan menghasilkan asap yang bisa menyebabkan polusi dan mengganggu
pemukiman di sekitar panti.

e) Sarana Pembuangan Kotoran Manusia

Pembuangan kotoran manusia dibuang melalui kloset dan disalurkan melalui


saluran sapic tank dan sungai. Jarak sapic tank dengan sumber air bersih kurang
lebih 100 meter.

f) Sarana Mandi
Ditiap kamar mandi ruangan terdapat 1 kran air panas dan 1 kran air dingin
Kondisi kamar mandi tergolong kurang bersih karena air yang mengalir tidak
jernih dan bak mandi juga terlihat kotor, seperti jarang dikuras. Di dalam kamar
mandi, terdapat ventilasi yang memadai, kondisi lantai tidak licin, dan terdapat
pegangan di dinding kamar mandi

g) Sarana SPAL

Tidak mempunyai sarana SPAL.

2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial


a. Jumlah Petugas, terdiri dari
Jumlah Pegawai 53 orang yaitu : 17 orang laki-laki dan 36 perempuan

Jumlah biarawati 6 orang

b. Pengalaman petugas mengikuti pelatihan kesehatan


-Pernah: 1 orang

-Belum: 52 orang

Jenis Pelatihan: seminar keperawatan lansia

c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan


Pagi jam 2.30 WIB para lansia mandi. Setelah itu jam 07.00 makan pagi.
Setelah makan ada beberapa lansia yang berjemur. Jam 09.30 para lansia
makan makanan kecil/snack. Makan siang jam 11. Setelah makan siang para
lansia beristirahat. Jam 13.30 para lansia mandi. Jam 17.00 jadwal para
lansia untuk makan. Setelah makan para lansia beristirahat. Setiap hari
minggu dilakukan penyaluran hobi

- Fisioterapi (Jadwal ditentukan ruangan)

- Misa kebaktian (tiap jam 5 pagi)


- Do’a Rosario bagi yang beragama katolik (sehabis sarapan pagi)

 Jadwal Kegiatan Lansia selama 1 minggu

No Jam Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
1 03.30- Mandi Mandi Pagi Mandi Mandi Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi
05.00 Pagi Pagi Pagi
05.00- Menunggu Menunggu Menungg Menunggu Menunggu Menunggu Menunggu
07.00 makan makan pagi u makan makan makan pagi makan pagi makan pagi
pagi pagi pagi
07.00- Makan Makan Makan Makan Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi
07.30 Pagi Pagi Pagi Pagi
07.30- Berdoa Berdoa Berdoa Berdoa Berdoa Berdoa Berdoa
09.30 Berjemur Berjemur Berjemur Berjemur Pemeriksaan Berjemur Berjemur
Fisioterapi Fisioterapi Fisioterapi Fisioterapi Tanda-tanda Fisioterapi Menyalurkan
(sesuai (sesuai (sesuai (sesuai Vital (sesuai hobby
Jadwal) Jadwal) Jadwal) Jadwal) Berjemur Jadwal) Senam
Fisioterapi Potong Lansia
(sesuai kuku,
Jadwal) potong
Visite rambut
Dokter
09.30- Makan Makan Makan Makan Makan Makan Makan
09.45 Snack Snack Snack Snack Snack Snack Snack
09.45- Kembali Kembali ke Kembali Kembali Kembali ke Kembali ke Kembali ke
11.00 ke kamar kamar ke kamar ke kamar kamar kamar kamar
masing- masing- masing- masing- masing- masing- masing-
masing masing masing masing masing masing masing
(istirahat) (istirahat) (istirahat) (istirahat) (istirahat) (istirahat) (istirahat)
11.00- Makan Makan Makan Makan Makan Makan Makan Siang
11.30 Siang Siang Siang Siang Siang Siang
13.30- Mandi Mandi Sore Mandi Mandi Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore
14.30 Sore Sore Sore
14.30- Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat
16.00
16.00 Makan Makan Makan Makan Makan Makan Makan
Snack Snack Snack Snack Snack Snack
Snack
17.00- Makan Makan Makan Makan Makan Makan Makan
17.30 Malam Malam Malam Malam Malam Malam Malam
18.00- Tidur Tidur Tidur Tidur Tidur Tidur Tidur Malam
02.30 Malam Malam Malam Malam Malam Malam
3. Pendidikan pegawai
Tabel 3.1 Status Pendidikan

NO STATUS JUMLAH PRESENTASE


. PENDIDIKAN

1. SD 10 19,2%

2. SMP 17 32,7%

3. SMA/SMK 23 44,2%

4. Perguruan Tinggi 3 3,8%

5. Tidak Sekolah - -

Total 53 100%

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel 3.1 didapatkan data bahwa status pendidikan pegawai dip anti
werdha pangesti yang paling banyak adalah berpendidikan sampai SMA/SMK
yaitu sebanyak 23 orang (44,2%) dan yang paling sedikit yaitu berpendidikan
samapai perguruan tnggi sebanyak 3 orang (3,8%).

4. Transportasi, Keamanan dan Keselamatan


a. Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok lansia
Sarana jalan dilingkungan kelompok lansia terlihat baik, tiap tepi jalan
diberi pegangan besi untuk memudahkan dan membantu lansia berjalan,
jalannya pun cukup luas dan lebar. Terdapat kursi roda untuk mempermudah
para lansia dalam beraktivitas.

b. Keamanan lingkungan
Terdapat pos satpam di bagian depan panti werdha dan selalu ada satpam
yang berjaga, ditiap sudut ruangan dan sudut kamar juga terdapat cctv untuk
mempermudah dalam menjaga para lansia.

5. Politik dan Pemerintahan


- Struktur Orgaisasi Panti Werdha Pangesti
- Sistem Pendanaan Panti
Sistem pendanaan Panti Werdha Pangesti Lawang ini berasal dari
Bantuan Pemerintah, Bantuan dari donatu dan juga berasal dari keluarga
dari para lansia yang ada di dalam panti.

6. Komunikasi
Ditiap ruangan terdapat telefon untuk sarana komunikasi antar ruangan maupun
sarana komunikasi untuk kepentingan panti telepon ini di pasang secara paralel,
dan didekat tempat tidur pasien terdapat bel untuk memudahkan pasien
memanggil perawat sewaktu-waktu.

7. Ekonomi
 Dari Dalam Panti untuk kehidupan Lansia :
Pemasukan : Rp. 126.521.500

Pengeluaran : Rp. 125.925.573

 Status Pekerjaan Anggota Kelompok Lansia


Di dalam ruang fransiscus status pekerjaan dari para lansia bermacam-
macam jenisnya, ada yang dulunya bekerja di pabrik, pembantu, Swasta,
Wiraswasta.
 Tingkat Pendapatan Anggota Kelompok
Tingkat pendapatan setelah di dalam panti tidak ada karena mereka tidak
bekerja lagi, sehingga mereka tidak mendapatkan uang.
 Sarana Ekonomi yang tersedia di Masyarakat
Saran ekonomi yang tersedia di dekat panti ada toko dan warung selain
itu juga dekat dengan pasar jaraknya kira-kira 3km dari panti untuk
mencapai pasar.

8. Rekreasi
Pada saat waktu luang, beberapa lansia ada yang memanfaatkan untuk berlatih
berjalan, menyulam, membaca surat kabar, atau bahkan mengobrol dengan
lansia lain maupun dengan perawat. serta setiap hari minggu diadakan kumpul-
kumpul bersama. Untuk rekreasi keluar panti tidak ada, yang ada hanyalah
senam lansia yang dilakukan setiap hari minggu seperti bernyanyi atau
permainan lain yang bisa menyalurkan hobi dari para lasia tersebut.

PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN KOMUNITAS

Nama Komunitas : Ruang Fransiscus (Panti Werdha Pangesti Lawang)

Nama Masalah : Post Stroke

Data Fokus Masalah Etiologi

DS : Resiko Cedera Kelemahan Otot


 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan oleh
kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar lansia
mengeluh sulit
berdiri dan berjalan
sebanyak 16 orang
(73,68%) berkaitan
dengan kelemahan
otot, sehingga hanya
menggunakan kursi
roda.
DO :

 Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan
didapatkan data bagwa
lansia yang
menggunakan alat bantu
kursi roda sebanyak
11orang (57,89%)
 Berdasarkan pengkajian
keseimbangan yang
telah dilakukan di
dapatkan bahwa para
lansia yang memiliki
Resiko jatuh tinggi
sebanyak 7 orang
(36,84%).
 Berdasarkan data yang
telah di dapat jumlah
lansia yang menderita
stoke sebanyak 7 orang.
 Barthel indeks di
dapatkan data bawa
lansia yang secara total
tidak bisa melakukan
kemandirian dalam
kehidupan sehari-hari
sebanyak 5 orang
(26,32%).
 diketahui bahwa dari 19
lansia di ruang
fransiscus yang
terbanyak adalah
mengalami tekanan
darah normal yaitu 18
orang (94,74%)
 diketahui bahwa dari 19
lansia nadi yang di dapat
berdasarkan pengukuran
dalalam batas normal
pada semua lansia di
ruang fransiscus (100%).
DS : -

DO : berdasarkan
pengkajian yang telah
Kurang pengetahuan Penurunan Fungsi
dilakukan di dapatkan Intelektual
hasil :

 Usia 75-90 tahun paling


banyak di ruang
fransiscus
(mempengaruhi
pengetahuan dari para
lansia)
 Perilaku kesehatan pada
lansia di ruang
fransiscus yang tidak
baik, di dapatkan hasil
bahwa para lansia
menyukai makanan asin
dan berlemak sebanyak
21,05% dan 10,52%.
 Berdasarkan SPMSQ di
dapatkan data bahwa
Masing-masing pasien
yang mempunyai fungsi
intelektual kerusakan
sedang dan berat
sebanyak 26,32%,
sehingga mempengaruhi
tingkat pengetahuan
lansia mengenai
penyakit yang di derita.
 Berdasarkan MMSE
didapatkan data bahwa
15,8% lansia diruang
fransiscus mempunyai
gangguan kognitif berat

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko cidera berhubungan dengan kelemahan otot, di tandai dengan


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok di dapatkan bahwa
sebagian besar lansia mengeluh sulit berdiri dan berjalan sebanyak 16 orang
(73,68%) berkaitan dengan kelemahan otot, sehingga hanya menggunakan kursi
roda, Berdasarkan pengkajian keseimbangan yang telah dilakukan di dapatkan
bahwa para lansia yang memiliki Resiko jatuh tinggi sebanyak 7 orang
(36,84%)dan berdasarkan data yang telah di dapat jumlah lansia yang menderita
stoke sebanyak 7 orang.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Penurunan Intelektual mengenai
penyakit Usia 75-90 tahun paling banyak di ruang fransiscus (mempengaruhi
pengetahuan dari para lansia), Perilaku kesehatan pada lansia di ruang fransiscus
yang tidak baik, di dapatkan hasil bahwa para lansia menyukai makanan asin
dan berlemak sebanyak 21,05% dan 10,52%.
Daftar Pustaka

Potter, Patricia A, and Perry, Anee G. (1985). Fundamentals of Nursing concept,


process, and practice. St Louis : The C.V. Mosby Company

Spesialis Jiwa FIK 2005-2014 dan Tim Pengajar Spesialis Jiwa (2014). Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta : Program Magister Keperawatan
Jiwa FIK UI
Stolte, K. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai